Pemberian Mpasi Untuk Balita: Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah "Psikososial"
Pemberian Mpasi Untuk Balita: Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah "Psikososial"
Pemberian Mpasi Untuk Balita: Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah "Psikososial"
Dosen Pengampu :
Ns.Diyah Yulistika Handayani, S Kep., M.Kep
Disusun oleh :
Aji Purnama
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
bayi berusia 24 bulan disebut makanan pendamping ASI, ditinjau dari sudut masalah
kesehatan dan gizi bayi termasuk kelompok yang paling mudah menderita kelainan
gizi. Salah satu faktor penyebab perilaku penunjang orang tua dalam memberikan
makanan pendamping ASI pada bayi adalah masih rendahnya pengetahuan ibu tentang
makanan bergizi bagi bayinya. Karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu,
sehingga banyak bayi yang mengalami gizi kurang. Untuk mencegah terjadinya
berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial diperlukan adanya perilaku penunjang
dari para orang tua, khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan pendamping
Banyak orang tua tidak tahu apa yang dimaksud pengenalan makanan
diperkenalkan ,makanan apa yang cocok dan makanan apa yang harus dihindari untuk
bayi usia tertentu dan sebagainya. Orang tua terutama ibu yang pengetahuan tentang
makanan kurang maka banyak dari mereka yang salah dalam memperkenalkan
makanan untuk anaknya , orang tua sering memberikan makanan pada saat bayi usia
kurang dari 6 bulan selain itu orang tua sering memberikan makanan sekaligus banyak
menunjukkan adanya tanda-tand alergi kadang anak juga baru bias menyesuaikan
lidahnya untuk makanan tertentu dalam waktu berulang atau 4-7 hari. Kadang orang
mereka pikir praktis dan aman buat bayi mereka, karena mereka tidak tahu dan tidak
berfikir apa yang dirasakan oleh bayi terhadap makanan tambahan tersebut sebab
mereka lupa bahwa makanan yang dibuat sendiri lebih bermanfaat dan aman bagi
kesehatan bayi. Orang tua juga sering lupa atau bahkan tidak meneliti keamanan dari
makanan tersebut, orang tua hanya berfikir makanan itu cocok untuk bayinya
sikap pemberian makanan bayi dan perilaku namun data yang segnifikan juga
dikumpulkan pada pola makan pada masa bayi. Data ini diambil dari kuisioner
demografi dan di berikan pada 4 dan 6 bulan usia bayi. Berdasarkan usia 4 bulan 15,4
% ibu telah benar-benar tidak menyusui, 28,7 % bayi telah diberikan susu formula dan
18,5% telah diperkenalkan kepada bayi makanan sereal. Dengan usia 6 bulan 98,4%
bayi telah diperkenalkan dengan makanan non susu paling sering pada tingkat
makanan jenis baru setiap 4-5 hari (Jurnal Newby RM,2014).Hasil Survey Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) 2009 menunjukkan bahwa persentase ibu yang memberi
makanan bayi terlalu dini pada bayinya cukup tinggi sebanyak 32% ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya ketika berumur 2-3 bulan, dan 69% terhadap bayi
yang berumur 4-5 bulan. Menurut Litbangkes 2010 di Profinsi Jawa Timur ditemukan
bahwa praktek pemberian MPASI sebelum usia 1 bulan mencapai 32,3% pada usia
2015 dari 10 bayi 6 diantaranya mempunyai riwayat mendapat MPASI usia 4-5 bulan.
4 lainnya diberi MPASI sesuai umur bayi.Selain itu berdasarkan wawancara juga
yang berpengetahuan cukup 6 orang dan yang berpengetahuan baik 2 orang. Dalam
usia 6-12 bulan bayi masih konsumen pasif,artinya bayi lebih banyak mengkonsumsi
makanan yang sudah kita pilihkan. Dari sinilah sebenarnya bayi mulai belajar perihal
pendamping ASI agar mereka dapat memperoleh unsur gizi diantaranya karbohidrat
makanan pendamping ASI harus bertahap dan bervariasi mulai dengan 1 jenis rasa
setiap mengenalkan jenis makanan baru, mulai berbentuk bubur kental,sari buah,buah
Tijani,2008).Dalam praktek pemberian MPASI hal ini banyak ibu yang tidak tahu dan
bingung untuk memberikan makanan bergizi apa yang cocok dan tidak bahaya bagi
bayinya usia 6 bulan karena pada bayi usia 6 bulan para ibu belum tahu apakah bayinya
dalam mengkonsumsi makanan yang mereka berikan. Pemberian makanan yang bergizi
setelah bayi usia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit.
Perkembangan usus bayi dan pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
membutuhkan waktu sampai 6 bulan.Usia kurang dari 6 bulan, ginjal belum cukup
berkembang untuk dapat mengurai sisa makanan yang dihasilkan oleh makanan padat.
(WHO, 2013).
makanan pendamping ASI secara dini, maka diperlukan pengetahuan yang baik
tidak dapat memilih makanan yang terbaik yang harus diberikan pada bayinya. Untuk
pada balita yaitu dengan melakukan penyuluhan gizi pada balita tentang makanan bergizi.
Selain itu tenaga kesehatan ,kader-kader kesehatan memberi arahan pada ibu untuk rutin
dan perkembangan anaknya dengan baik. Peran petugas yang terkait (Posyandu) untuk
memberikan penyuluhan dengan cara memilih, mengelola, dan menyajikan makanan pada
balita(Wijaya,2010).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang
pemberian MPASI pada bayi usia 6-12 bulan di Posyandu Desa Sidoharjo Wilayah
Kerja Puskesmas Jambon Ponorogo.
2. Tujuan khusus
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Makanan pendamping ASI disingkat MP-ASI adalah makanan atau minuman
tambahan bergizi yang diberikan kepada bayi pada usia 6 sampai dengan 24 bulan
sebagai makanan pelengkap ASI guna memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi yang
tidak tercukupi oleh ASI. Terdapat beberapa istilah lain untuk makanan pendamping
ASI, yaitu: makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan,
weaning food atau makanan peralihan. Pemberian makanan pendamping ASI
merupakan proses transisi dari asupan yang berbasis susu menuju ke makanan yang
semi padat. Pada usia 4 bulan pencernaan bayi sudah mulai kuat, sehingga berangsur-
angsur perlu diberikan makanan pelengkap atau pendamping berupa sari buah atau
buah-buahan segar, makanan lumat dan akhirnya makanan lembik.
Berikut definisi dan pengertian makanan pendamping ASI dari beberapa sumber buku:
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi,
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi
selain dari ASI (Depkes, 2006).
Menurut Waryana (2010), Makanan Pendamping ASI adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan
hanya melengkapi ASI.
Menurut Azwar (2000), makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan
pada bayi mulai usia 4-6 bulan untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi lain
yang tidak dapat dicukupi ASI, disamping itu organ pencernaan bayi yang mulai
sudah siap untuk menerima makanan pendamping ASI.
Tujuan makanan pendamping ASI adalah untuk melengkapi zat gizi ASI yang kurang,
mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan dengan
berbagai rasa dan bentuk, serta mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah
dan menelan (Depkes RI, 2006).
C. Perspektif Masyarakat Melalui Faktor Sosial dan Budaya dalam Pemberian MPASI
Para petugas kesehatan selalu memberikan penyuluhan baik pada ibu hamil maupun
ibu menyusui tentang ASI Ekslusif. Petugas kesehatan bertanggung jawab dalam gizi
bayi dan perawatan kesehatan, petugas kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat
mempengaruhi fungsi pelayanan kesehatan ibu, baik sebelum, selama maupun setelah
kahamilan dan persalinan. Responden mendapatkan informasi mengenai program ASI
Eksklusif melalui bidan tempat mereka memeriksakan kehamilannya dan
memeriksakan bayinya pasca persalinan. Bidan yang ada di wilayah Puskesmas
Sekarang ini juga selalu melakukan IMD pada tiap persalinan yang ada. Di beberapa
klinik yang terdapat di Wilayah Puskesmas Sekaran ini juga terdapat pencatatan
khusus mengenai bayi yang diberikan ASI Ekslusif. Hal ini sesuai dengan kebijakan
Pemerintah yang mendukung Inisiasi Menyusui Dini dan keberhasilan ASI Ekslusif
dipengaruhi oleh peran petugas kesehatan yang dapat memberikan informasi tentang
pemberian ASI Eksklusif.8 Selain memberikan penyuluhan tentang ASI Ekskluisf,
petugas kesehatan juga memberikan pendampingan lain seperti melakukan kunjungan
rumah, dan penyuluhan tentang proram Keluarga Berencana (KB).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan ibu guru tentang Makanan Pendamping ASI cenderung sedang
72,72 %
2. Status gizi Bayi usia 6-12 bulan di Kecamatan Pakkaat Kabupaten Humbang
Hasundutan di golongkan pada gizi buruk 0%, gizi kurang 0%, gizi baik 78%,
dan gizi lebih 21 %
3. Hasil pengujian hipotesis penelitian menggunakan rumus korelasi product
moment dihasilkan rxy= 0,723 dengan jumlah responden 33 orang dan rtabel
0,344 pada taraf signifikan 5 persen, dengan demikian harga r hitung>rtabel
(0,723>0,344). Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan Ibu Guru
Tentang MPASI dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan di Kecamatan Pakkat
Kabupaten Humbang Hasundutan. Dengan demikian dari dapat diketahui bahwa
Pengetahuan ibu guru berpengaruh terhadap status gizi bayinya. Hal ini berarti
semakin tinggi pengetahuan ibu guru tentang MPASI maka semakin baik
status gizi bayi, sebaliknya semaki rendah pengetahuan ibu guru maka semakin
rendah juga status gizi bayinya.
B. Saran
http://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/masalah-gizi-pada-balita/
Padila. (2012). Buku ajar : Keperawatan Keluarga Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep
Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sartika, R.A.D (2010). Analisis Pemanfaatan Program Pelayanan Kesehatan Status Gizi
Balita. Kesmas: National Public Health Journal (Vol.5). Universitas Indonesia.
Nikmawati, E,E. (2009). Intervensi Pendidikan Gizi Bagi Ibu Balita Dan Kader Posyandu
Untuk Peningkatan Psk (Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Serta Kasus Gizi
Balita. Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan, 4(15).