Hadis KB3
Hadis KB3
Hadis KB3
INDIKATOR KOMPETENSI
URAIAN MATERI
Kalau kita perhatikan sejarah dakwah Nabi Muhammad saw, kita dapat simpulkan
bahwa misi utama dan yang pertama kali ditegakkan oleh beliau adalah menegakkan
tauhid, mengajak manusia hanya menyembah Allah semata, menghapus kemusyrikan
dengan memberantas paganism, watsniyah atau penyembahan terhadap berhala. Setelah
Fath Makkah atau penguasaan kota Makkah oleh Rasulullah, beliau segera memusnahkan
patung-patung berhala yang ada di sekitar Ka’bah.
Misi berikutnya adalah memperbaiki akhlak manusia yang telah dirusak oleh
permusuhan antar suku, penindasan orang kuat atas orang lemah, penistaan terhadap
perempuan, dsb. Beliau mengajak mereka untuk saling mengasihi, membina
persaudaraan, menghormati hak hidup manusia apapun jenis kelamin dan kebangsaannya.
Sudah barang tentu, misi memperbaiki akhlak hanya dapat dilakukan oleh orang
berakhlak mulia pula. Dalam hal ini Allah swt memuji Nabi Muhammad yang
mengemban misi kerasulan dengan berfirman:
1
)4 :ع ِظي ٍْم (القلم ٍ َُو ِإنَّ َك لَ َعلَى ُخل
َ ق
Artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung (al-
Qalam : 4).
Hadis Nabi
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya“ (HR. Abu Daud)
Penjelasan
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan dengan
mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
Dari pengertian akhlak seperti yang dijelaskan oleh Imam Ghazali di atas dapat
dikatakan bahwa apabila seseorang pada dirinya telah tertanam akhlak yang baik seperti
sifat dermawan akan lahir darinya perbuatan gemar memberi tanpa merasa berat hati.
Contoh lain adalah sifat sabar, akan mudah lahir darinya tindakan memaafkan terhadap
orang yang berbuat jahat sekalipun. Begitu juga dari sifat yang bijak akan lahir darinya
perbuatan mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan kemaslahatan. Kata akhlak ini
2
selain dipakai untuk perilaku yang baik-baik, juga digunakan untuk perilaku yang buruk,
seperti kikir, pengecut dan perangai-perangai rendah lainnya.1
Namun tidak semua perbuatan baik timbul dari akhlak yang baik, demikian juga
tidak semua perbuatan jahat timbul dari akhlak yang jahat pula. Misalnya seseorang yang
memberikan sumbangan sejumlah uang kepada sebuah organisasi keagamaan, tidak
langsung berarti bahwa orang tersebut dermawan. Mungkin saja hal itu dilakukannya
karena ada maksud supaya pencalonannya untuk posisi tertentu mendapat dukungan.
Atau dia melakukan itu karena terpaksa supaya tidak malu kepada orang lain yang telah
lebih dahulu memberikan sumbangan. Maka dia tidak tepat dikatakan sebagai orang yang
murah hati atau dermawan.
Begitu juga orang yang mencuri, belum tentu hal itu dia lakukan karena dia
seorang pemalas, tidak mau berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Kalau dia
mencuri karena terpaksa, sebab dia memerlukan biaya yang harus segera dia bayar,
sedang dia tidak memilikinya, dan tidak ada pula orang mau meminjaminya, lalu dia
terpaksa mencuri karena jiwanya terancam, dia tidak tepat dikatakan berakhlak jahat,
pemalas, atau pencuri. Dia hanyalah seorang yang pada saat itu mengambil harta milik
orang lain.
Dalam hadis di atas Rasulullah saw menjelaskan bahwa sebaik-baik orang
Muslim adalah yang baik akhlaknya dan mulia sifatnya. Adapun orang yang jelek
akhlaknya dan buruk sifatnya adalah orang-orang jahat. Meskipun mereka mengerjakan
shalat, puasa dan haji, sesungguhnya shalat mereka tidak khusyu, puasanya karena
terpaksa, dan hajinya karena riya.
Seandainya semua ibadah itu dilakukan dengan ikhlas pasti membuahkan akhlak
yang mulia, karena shalat yang benar akan mencegah perbuatan keji dan mungkar, puasa
yang ikhlas akan menghasilkan kesabaran dan kedermawanan, dan haji yang mabrur akan
menumbuhkan sifat sabar dan kebaikan dalam pergaulan serta kesediaan memberi
pertolongan. Jadi pertanda ibadah yang benar yang dilakukan dengan ikhlas adalah
terbentuknya akhlak yang mulia. 2
1 Muhammad Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, TT), h. 127
2 Ibid.
3
Maksud dari Hadis diatas juga diuraikan dalam kitab ’Aunul Ma’bud yang
menjelaskan hadis-hadis Sunan Abu Daud . :
“Hadis yang mengatakan bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaknya, merupakan gambaran tentang sifat-sifat menusia dalam
bergaul dengan orang lain. Sifat-sifat itu ada yang terpuji, ada pula yang tercela. Sifat-
sifat terpuji adalah seperti sifat para Nabi, para auliya, dan orang-orang shaleh seperti
sifat sabar dalam menghadapi kesulitan, tabah menghadapi cobaan, sanggup
menanggung derita, berbuat baik dan kasih sayang terhadap manusia, lemah lembut
dalam bertutur kata, manjauhi pengrusakan dan kejahatan, dsb. Kemudian Hasan al-
Bashry menambahkan bahwa hakekat akhlak yang baik adalah mengerahkan perbuatan
yang ma’ruf (yang baik), mencegah perbuatan menyakiti, dan keramahan raut muka”.
Dalam banyak hadis, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk berakhlak mulia.
Antara lain hadis-hadis sebagai berikut:3
3 Muhammad Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, TT), h. 128
4
Abu Darda berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: tidak ada sesuatu yang
diletakkan diatas timbangan amal (di akhirat) yang lebih berat dari akhlak yang baik
(HR Turmudzi)
Kenapa akhlak yang baik memiliki bobot kebaikan yang lebih? Karena pada
dasarnya semua ibadah yang dilakukan oleh seorang Muslim harus berimplikasi pada
perbuatan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dikatakan pula
”Tidak sah shalat seseorang apabila shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan
keji dan mungkar”, demikian pula bila seorang berpuasa meninggalkan makan dan
minum, tetapi tetap berbuat jahat, maka Allah tidak akan menerima puasanya. Dalam
melakukan ibadah hajipun, seseorang dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak baik,
tidak boleh berbuat fasik, dan tidak boleh bersengketa.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Turmudzi pula, Rasulullah saw
bersabda:
َ َ ِإنَّ ُك ْم لَ ْن ت:عن أبي هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
سعُوا
ق (رواه ِ ُط اْ َلو ْج ِه َو ُح ْس ُن ْال ُخل َ َاس ِبأ َ ْم َوا ِل ُك ْم َول ِك ْن ي
ُ سعُ ُه ْم ِم ْن ُك ْم بَ ْس َ َّالن
)البزار
Artinya:
5
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya kamu tidak akan
dapat menjangkau semua orang (memuaskan mereka) dengan pemberian hartamu, tetapi
kamu akan dapat menyenangkan semua orang dengan roman muka yang ramah dan
akhlak yang baik (HR Bazzar).
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang mengandung larangan yang harus
dijauhi oleh seorang yang memberikan sedekah, antara lain dilarang memberi suatu
sedekah dengan diserta kata-kata yang menyakitkan penerima sebab perbuatan itu akan
menjadikan pahala sedekahnya hilang:
Sebenarnya jika dibandingkan antara akhlak yang baik dari seseorang dengan
pemberian sedekah darinya --seandainya seseorang harus memilih salah satu diantara
keduanya-- maka dia akan memilih akhlak yang baik. Untuk apa dia mendapat sedekah
tetapi diperlakukan dengan tidak baik, hanya akan menimbulkan sakit hati, sebaliknya
apabila seseorang memperlakukannya dengan akhlak yang baik, dia akan merasa senang
hati, meskipun tidak mendapatkan pemberian sedekah. Itulah makna dari hadis
Rasulullah saw di atas.
Pada hadis lain disebutkan:
6
gilirannya akhlak yang baik akan membuat satu bangsa menjadi kokoh kuat. Sebaliknya
akhlak yang jahat menjadi virus yang menggerogoti rasa saling percaya di antara warga
masyarakat, merusak persaudaraan diantara teman, melemahkan rasa solidaritas, dan
menumbuhkan sikap egois dan individualis, dan akhirnya meruntuhkan sendi-sendi
keutuhan hidup bermasyarakat.
Kalau kita perhatikan realita kehidupan manusia, akan kita jumpai orang- orang
yang sangat menyukai bermacam perhiasan untuk dikenakan pada anggota badan mereka.
Mereka ingin tampil menarik di hadapan siapa saja yang melihatnya. Karena itu kita lihat
banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Mereka lebih
mementingkan perhiasan lahiriyah dengan penambahan aksesoris seperti pakaian yang
bagus, make up yang mewah, kalung emas, cincin permata, dsb.
Sebaliknya ada pula orang-orang yang lebih berupaya memperbaiki kualitas
akhlaknya. Orang yang demikian tidak mengharapkan pujian kekaguman manusia,
namun karena kesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan
mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala. Kalaupun penampilannya
mengundang pujian orang, ia segera mengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-
Nyalah segala puji dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.
7
mengkoreksi diri apakah akhlak kita sudah sejalan dengan keimanan kita. Tauhid sebagai
sisi pokok/inti ajaran Islam harus kita utamakan, dan kita sempurnakan dengan akhlak
yang baik. Akhlak merupakan realisasi tauhid seorang hamba terhadap Allah. Seorang
yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin
sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang
memiliki akhlak yang buruk berarti lemah pula tauhidnya.
3. Keutamaan Akhlak
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah
ditanya tentang amalan yang paling banyak membuat orang masuk surga. Beliau
menjawab: “Takwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” Tatkala Rasulullah saw
menasehati sahabatnya, beliau menyertakan nasehat untuk bertakwa dengan nasehat
untuk berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari Abu Dzar, ia berkata
bahwa Rashulullah saw bersabda :
ِ َّ سلَّ َم اتـ
ق هللاَ َح ْيث ُ َما َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ ع ْن أَ ِبي ذَ ٍر قَا َل قَا َل ِلي َر
َّ سو ُل
َ َِّللا َ
س ٍن (رواه ٍ ُاس ِب ُخل
َ ق َح َ َّق الن َ س ِيئَةَ ْال َح
ِ سنَةَ تَ ْم ُح َها َوخَا ِل َّ ت َوأَتْ ِب ْع ال
َ ُك ْن
)الترمذي
8
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan iringilah perbuatan
buruk dengan perbuatan baik niscaya, kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan
bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi)
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang baik memiliki
keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap Muslim menjadikan akhlak
yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk akhlak
bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut
ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat
bernilai buruk menurut timbangan syari’at atau sebaliknya. Hal ini berarti bahwa semua
yang dilakukan oleh seorang Muslim harus berpatokan pada syari’at. Keimanannya,
ibadahnya, mu’amalah (pergaulan) nya dengan sesama makhluk Allah, dan termasuk
akhlaknya harus berlandaskan syariat. Allah sebagai pembuat syari’at ini, Maha Tahu
dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-
hamba-Nya.
Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia
yang berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat
mengalahkan tekanan hawa nafsu syahwat syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-
sendi keutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan dan
kezaliman. Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama dan makhluk
lainnya. Mereka senang berkorban untuk kepentingan bersama.Yang kecil hormat kepada
yang tua, yang tua kasih kepada yang kecil. Manusia yang memiliki budi pekerti yang
mulia, senang kepada kebenaran dan keadilan, toleransi, mematuhi janji, lapang dada dan
tenang dalam menghadapi segala halangan dan rintangan.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke darjat yang tinggi dan mulia.
Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan
ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan
perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya.
9
Manusia yang paling baik akhlaknya ialah Nabi Muhammad saw, sehingga Allah
memuji budi pekerti beliau dalam al-Quran: "Sesungguhnya engkau (Muhammad),
benar-benar berbudi pekerti yang agung. Suatu bangsa bagaimanapun hebat kekuatan dan
kekayaan yang dimilikinya, akan tetapi jika budi pekertinya rusak, maka bangsa itu akan
mudah binasa. Manusia yang tidak punya akhlak yang baik, akan melakukan apa saja
untuk kepentingan dirinya. Dia akan berbohong, membuat fitnah, menjual harga diri dan
keluarga, malah dengan tidak segan lagi, dia menjual Agamanya.
10