0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
50 tayangan15 halaman

Makalah Askep Eklampsia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

MAKALAH MATERNITAS

“Asuhan keperawatan pada ibu dengan eklamsi”

Disusun Oleh :

1. Mila Amalia Griselda (P17240201002)


2. Candra Retno Ningrum (P17240201003)
3. Ega Salsabilla Arnasya (P17240201004)
4. Yayuk Setyaningsih (P17240201015)

Tingkat : 2A

PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN TRENGGALEK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Pengasih karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ” Asuhan keperawatan pada ibu dengan eklamsi” yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ada banyak hambatan


dan kesulitan. Hambatan dan kesulitan itu akhirnya dapat diatasi karena adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada : Ns. Elok Yulidaningsih, S. Kep. M. Kep.
dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas serta teman-teman yang telah
mendukung dalam proses pembuatan makalah ini. Semoga awal baik yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dari pembaca pada umumnya.

Trenggalek, 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................2
1.3. Tujuan .........................................................................................2
1.4. Manfaat....................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................... 3
2.1. .................................................................. 3
2.2. ……............................................... 6
2.3. …………………….......... 11
2.4.............................................................................................. 12
2.5............................................................................................. 16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 20


A. Kesimpulan.................................................................................... 20
B. Saran............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eklampsia adalah kelanjutan dari preeklampsia berat dengan gejala klinis hipertensi,
proteinuria, dan edema dengan tambahan gejala kejang-kejang atau koma. Menurut World
Health Organization (WHO, 2001), angka kejadian preeklampsia berkisar antara 0,51% -
38,4%. Preeklampsia dan eklampsia di seluruh dunia diperkirakan menjadi penyebab kira-
kira 14% (50.000-75.000) kematian maternal setiap tahunnya (Hak lim, 2009).
Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu penyulit kehamilan yang secara nyata
berhubungan dengan terganggunya berbagai sistem dalam tubuh. Hal ini menyebabkan
penurunan kondisi fisik pada ibu hamil. Dengan menurunnya kondisi fisik pada ibu hamil
maka secara tidak langsung akan menyebabkan perubahan quality of life (QOL) pada ibu
hamil dengan hipertensi. Menurut CR Marthin (2010), pada ibu hamil terjadi perubahan fisik
maupun psikologi yang pada akhirnya akan menurunkan aktivitas fisik serta kualitas
hidupnya. Namun belum ada penelitian yang lebih fokus membahas tentang hubungan
hipertensi dalam kehamilan dan kualitas hidup.
Salah satu penyebab kematian maternal di Indonesia adalah preeklampsia-eklampsia.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Angsar (1993), insiden preeklampsia-
eklampsia di Indonesia berkisar 10- 13% dari keseluruhan ibu hamil. Sementara itu di dua
rumah sakit pendidikan di Makasar insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84%
dan angka kematian akibatnya 22,2% (Lukas dan Rambulangi, 1995). Sedangkan selama
periode 1 Januari-31 Desember 2000 di RSU Tarakan mencatat dari 1431 persalinan terdapat
74 kasus preeklampsiaeklampsia (5,1%), preeklampsia 61 kasus (4,2%) dan eklampsia 13
kasus (0,9%). Kasus preeklampsia terutama dijumpai pada primigravida dan usia 20-24 tahun
(Sudiyana, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai
hubungan paritas dengan angka kejadian eklampsia pada ibu hamil.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan dan informasi tentang pentingnya pelayanan antenatal,
intranatal, dan postnatal sebagai deteksi dini eklampsia.
b. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak pengampu
kesehatan dalam penanggulangan masalah eklampsia pada ibu hamil.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi / Pengertian Eklamsia dalam kehamilan

Eklamsia kelainan akut pada ibu hamil, saat persalinan atau masa nifas ditandai
dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklamsia (Hipertensi, oedema, proteinuria). Eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan
yg ditandai dengan peningkatan TD (S > 180 mmHg, D > 110 mmHg), proteinuria, oedema,
kejang dan/atau penurunan kesadaran. Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria.
(Obsetri Patologi ; UNPAD). Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika pre
eklampsia memburuk menjadi kejang (Helen Varney ; 2007). Berdasarkan pengertian-
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan yaitu eklampsia adalah suatu keadaan dimana pre
eklampsia tidak dapat diatasi sehingga mengalami gangguan yang lebih lanjut yaitu
hipertensi, edema, dan proteinuria serta kejang.

1. Etiologi / Penyebab Eklamsia dalam kehamilan

Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui, tetapi banyak
teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain:
a.       Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
b.      Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda
asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.
Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing dan rahim tidak
dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan
terjadilah adaptasi. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi
imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
c.       Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso
konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan
aldosteron. Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem pada
arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan sensitifitas
terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan
peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria
dan oedem lebih jauh.

2
d.      Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan
berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan
berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga
elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel. Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah
placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan
bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran sel, sehingga
radikal bebas merusak sel. Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan
normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga
menurun.
e.       Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase
lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak
asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase
lemak adalah sel endotel pembuluh darah. Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai
pada glumerulus ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis”. Gambaran kerusakan
endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
f.       Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam
arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta
menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh
dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukan
derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit
meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan prostasiklin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi kerusakan pembuluh darah karena
gangguan sirkulasi.
g.      Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan kalsium,
kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium
yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan
kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga
aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan
menyebabkan konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.

3
2. Patofisiologi Eklamsia dalam kehamilan

Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang diduga berhubungan dengan
berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra mural pada pembuluh
miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh
janin yang besar pada primipara, anak kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang bila memasuki
sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini mengakibatkan peningkatan
produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin menimbulkan
vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron
mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima
pada arterior.
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk ke utero
plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.
Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating
pressors. Eklamsi yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

3. Gejala / Manifestasi Klinis Eklamsia dalam kehamilan

Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
a.       Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.

4
b.      Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c.       Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita
tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
d.      Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma (Muchtar Rustam,
1998: 275).

4. Penatalaksanaan Eklamsia dalam kehamilan

Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya serangan


kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan penderita
eklampsia, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke rumah sakit
diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya kejangan ; penderita
dalam hal ini dapat diberi diazepam 20 mg IM. Selain itu, penderita harus disertai seseorang
yang dapat mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejangan.
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan mengurangi
vasospasmus, dan meningkatkan dieresis. Dalam pada itu, pertolongan yang perlu diberikan
jika timbul kejangan ialah mempertahankan jalan pernapasan bebas, menghindarkan
tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma.
Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya mempengaruhi gejala-
gejala lain, dapat diberikan beberapa obat, misalnya:
  Sodium pentotbal sangat berguna untuk menghentikan kejang dengan segera bila diberikan
secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat hal
ini, obat itu hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan pengawasan yang sempurna dan
tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan resustitasi. Dosisi inisial dapat diberikan
sebanyak 0,2 – 0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan.
  Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekatan saraf pusat pada hubungan neuromuscular
tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, meningkatkan dieresis, dan menambah aliran darah ke uterus.
Dosis inisial yang diberikan ialah 8g dalam larutan 40% secara intramuscular; selanjutnya
tiap 6 jam 4g, dengan syarat bahwa refleks patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih per
menit, dieresis harus melebihi 600ml per hari; selain intramuskulus, sulfas magnesikus dapat
diberikan secara intravena; dosis inisial yang diberikan adalah 4g 40% MgSO4 dalam larutan

5
10ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8g IM dan selalu disediakan kalsium gluakonas
1g dalam 10 ml sebagai antidotum.
  Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan prometazin 50 mg
dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara infus intravena. Jumlah tetesan
disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita. Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5
menit dalam waktu setengah jam pertama dan bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat
dijarangkan menurut keadaan penderita.
Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia harus dihindarkan
dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejangan, seperti keributan, injeksi, atau
pemeriksaan dalam.

Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapt dibagi:


a.       Eklampsia gravidarum
  Kejadian 50% sampai 60%
  Serangan terjadi dalam keadaan hamil

b.      Eklampsia parturientum


  Kejadian sekitar 30% sampai 35%
  Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu

c.       Eklampsia puerperium


  Kejadian jarang yaitu 10%
  Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

6
B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :
a.       Data subyektif :
-          Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
-          Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
-          Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM
-          Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
-          Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
-          Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

b.      Data Obyektif :


-          Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
-          Palpasi : untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin, lokasi edema
-          Auskultasi : mendengarkan DJJ (denyut jantung janin) untuk mengetahui adanya fetal
distress
-          Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika refleks + )
-          Pemeriksaan penunjang ;
  Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
  Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
  Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
  USG ; untuk mengetahui keadaan janin
  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a.       Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
b.      Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
c.       Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke placenta
d.      Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan

3.      Rencana Tindakan Keperawatan


a.       Diagnosa keperawatan 1
ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas maksimal.
Kriteria Hasil :
 Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas paten atau aspirasi
dicegah

7
Intervensi:
1)      Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu atau alat yang
lain untu menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi.
R/ menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.
2)      Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama
serangan kejang.
R/ meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
3)      Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen.
R/ untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada
4)      Lakukan penghisapan sesuai indikasi
R/ menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia
5)      Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan.
R/ dapat menurunkan hipoksia cerebral
.

b.      Diagnosa keperawatan 2


Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal

Intervensi :
1.      Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2.      Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
3.      Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
4.      Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
5.      Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

c.       Diagnosa keperawatan 3 :


Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke placenta
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin
Kriteria Hasil :
Intervensi :
                                                                Istirahatkan ibu
R/ dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun dan peredaran darah
ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan O2 untuk janin dapat dipenuhi
                                                                Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
R/ dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan oleh
uterus yang membesar sehingga aliran darah ke placenta menjadi lancar
                                                                Pantau tekanan darah ibu
R/ untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan darah tinggi, aliran
darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.
                                                                Memantau bunyi jantung ibu
R/ dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan menandakan suplai O2
ke placenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.
                                                                Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter

8
R/ dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan after load jantung dengn
vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunnya tekanan
darah, maka aliran darah ke placenta menjadi adekuat.

d.      Diagnosa keperawatan 4


Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses
persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian
sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu
yang maladaptif
3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang
dada asehingga dapat membawa ketenangan hati

4.      Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencana keperawatan

5.      Evaluasi
  Dx 1: Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas paten atau
aspirasi dicegah
 Dx 2 :

DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG : Normal
 Dx 3 : agar cedera tidak terjadi pada janin

 Dx 4 :

Ibu tampak tenang


Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekaran

9
10
BAB III PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, Eklampsia selalu
menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu keadaan paling
berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat kematian
akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir,
dengan persentase 10 % – 15 %. Antara tahun 1991 – 1997 kira-kira 6% dari seluruh
kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207
kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat
harus selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil. Eklampsia
di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar
dari ibu dan bayi. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan
oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal. Sebab kematian bayi
terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas. Berlawanan dengan yang sering
diduga, eklampsia tidak menyebabkan hipertensi menahun. Ditemukan bahwa pada
penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi hipertensi
15 tahun kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa
eklampsia.

1.2. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau refrensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Kami banyak berharap para
pembaca yang budiman studi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khusunya juga kepada para pembaca

11
DAFTAR PUSTAKA

Heller, Luz. 1988. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakrta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Wiknojosatro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan.. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

9.      Pemeriksaan Diagnostik / penunjang


Pada umumnya diagnosa pre eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias gejala utama. Uji
diagnostik yang dilakukan pada pre eklamsia menurut Prawirohardjo, S, 1999 adalah :
  Uji Diagnostik Dasar diukur melalui :
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urine, pemeriksaan oedem, pengukuran
tinggi fundus uteri dan pemeriksaan funduskopi.
  Uji Laboratorium Dasar
a.       Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan hapus darah tepi).
b.      Pemeriksaan fungsi hati (billirubin, protein serum, aspartat amino
transferase, dan lain-lain).
c.       Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
  Uji Untuk Meramalkan Hipertensi
a.             Roll over test.
Cara memeriksa :
Penderita tidur miring kekiri kemudian tensi diukur diastolik, kemudian tidur terlentang,
segera ukur tensi, ulangi 5 menit, setelah itu bedakan diastol, tidur miring dan terlentang,
hasil pemeriksaan ; ROT (+) jika perbedaan > 15 mmHg, ROT (-) jika perbedaan < 15
mmHg.
b.            Pemberian infus angiotensin II
c.             Mean Arterial Pressure yaitu : tekanan siastole + 2 tekanan
diastole
3
Hasil (+) : > 85

iv

Anda mungkin juga menyukai