0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
221 tayangan17 halaman

Anisa Istiqomah (Ureum Kreatinin) - Dikonversi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN UREUM DAN KREATININ


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik Dasar

Dosen Pengampu : Intan Nindya Swastika, A.Md. AK.

Disusun oleh:

Anisa Istiqomah

P1337434319052

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2021
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

A. Judul
Pemeriksaan Ureum dengan Spektrofotometer

B. Hari, Tanggal
Rabu, 07 April 2021

C. Tujuan
Untuk mengetahui cara pemeriksaan dan menentukan konsentrasi atau kadar
ureum dalam sampel serum menggunakan metode GLDH (Glutamate dehydrogenase).

D. Metode
Enzimatik UV Test Urease - GLDH (Glutamate dehydrogenase).

E. Prinsip
Urea dalam darah yang dihidrolisa dengan adanya urease akan melepaskan
ammonia yang dihasilkan dengan 2-oxoglutarat (dalam R1) dan NADH (dalan R2)
dengan adanya GLDH akan membentuk Glutamate dan NAD. Aktifitas enzimatik
tersebut berbanding lurus dengan kadar urea dalam sampel dan diukur dengan metode
photometrik dengan panjang gelombang 340 nm. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
Urea + H2O + 2H+ → (NH4+)2 + CO2
NH4+ + µ-ketoglutarate + NADH → H2O + NAD+ + L-glutamate

F. Dasar Teori
Ureum merupakan produk akhir metabolisme protein dari hasil pemecahan asam
amino. Ureum dibentuk di hati dan dibersihkan dari aliran darah oleh ginjal. Ureum
diekskresikan oleh ginjal, maka nilai ureum darah dapat digunakan untuk mendeteksi
fungsi ginjal, banyak faktor selain penyakit ginjal yang dapat menyebabkan perubahan
nilai ureum termasuk diantaranya pemecahan protein, status dehidrasi dan kerusakan hati.
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan.
Orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, biasanya kadar ureumnya
berada diatas rentang normal, sedangkan kadar ureum yang rendah biasanya tidak
dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein dalam asupan makanan,
namun bila kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit fungsi hati yang berat.
Kadar ureum bertambah dengan bertambahnya usia, walaupun tanpa penyakit ginjal, bila
ginjal rusak atau kurang baik fungsinya, maka kadar ureum akan meningkat dan
meracuni sel-sel tubuh. Meningkatnya kadar ureum di dalam darah dinamakan uremia.
Spektrofotometer merupakan suatu alat/instrument yang dilengkapi dengan
sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV (ultra-violet) atau pun
cahaya nampak (visible). Spektrofotometer mampu membaca/mengukur kepekatan warna
dari sampel tertentu dengan pangjang gelombang tertentu pula (Pertiwi, 2016). Di
laboratorium ataupun klinik pada umumnya menggunakan spektrofotometer untuk
memeriksa kadar kimia dalam darah seperti misalnya: kolesterol, gula darah, asam urat,
trigliserida, ureum, kreatinin, albumin, bilirubin, amylase dan lain-lain (Pertiwi, 2016).

G. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Spektrofotometer 1. Sampel serum
2. Mikropipet & tip (kuning & biru) 2. Aquadest
3. Tabung dan rak tabung reaksi 3. Alcohol 70%
4. Centrifuge 4. Reagen 1:
5. Spuit 3cc - TRIS 7,8 150 mmol/L
6. Tourniquet - 2-Oxoglutarate 9 mmol/L
7. Kapas kering - ADP 0,75 mmol/L
8. Tempat limbah - Urease ≥ 7 kU / L
9. Plester - GLDH ≥ 1 kU / L
5. Reagen 2: NADH 1,3 mmol/L
6. Reagen standar 50 mg / dL (8,33
mmol / L)
H. Prosedur
Pra-Analitik
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencuci tangan hingga bersih, pastikan tangan kering sebelum mulai bekerja
3. Menggunakan APD
4. Melakukan pengambilan sampel darah vena:
a. Pasang tourniquet pada tangan pasien di atas lipatan siku
b. Lakukan palpasi untuk menentukan posisi vena
c. Lakukan sterilisasi pada daerah yang akan dilakukan penusukan vena menggunakan
kapas alcohol
d. Lakukan penusukan pada vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas
e. Apabila jarum sudah masuk pada vena akan terlihat akan terlihat indicator darah
masuk ke dalam spuit
f. Setelah volume darah cukup lepaskan tourniquet dan minta pasien untuk membuka
kepalan tangannya
g. Letakan kapas kering pada bekas penusukan, kemudian tarik jarum keluar dari vena
h. Plester pada bagian bekas penusukan
Analitik
1. Masukkan sampel darah ke dalam tabung reaksi
2. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3. Memisahkan serum dan darah dengan cara memipet dan pindahkan ketabung reaksi
4. Membuat monoreagen dengan perbandingan 4:1 dengan cara memipet R1 1000 µl
sebanyak 4 kali dan R2 1000 µl ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
5. Membuat larutan blanko dengan memipet monoreagen sebanyak 1000 µl ke dalam
tabung reaksi.
6. Membuat larutan standart dengan memasukkan monoreagen sebanyak 1000 µl dan 10
µl reagen standar ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
7. Membuat larutan sampel dengan memasukkan monoreagen sebanyak 1000 µl dan 10
µl sampel serum ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
8. Inkubasi larutan blanko, standar, dan sampel selama 1 menit pada suhu 25-30ºC atau
selama 30-40 detik pada suhu 37ºC.
9. Melakukan setting pada spektrofotometer dengan menekan tombol “test” pada ABS
lalu atur suhu 25ºC, kemudian atur panjang gelombang 340 nm dan klik “start”.
10. Jika alat spektrofotometer meminta aquades, maka masukan aquades, dan klik satu
kali.
11. Kemudian masukan larutan blanko.
12. Klik kembali dan mencatat hasil, keluarkan jika sudah ada indicator hijau pada layar.
13. Melakukan prosedur yang sama seperti blanko terhadap larutan standar, dan sampel.
14. Setelah selesai, klik tombol kembali dan batal pada spektrofotometer.
15. Lakukan print out pada hasil pembacaan.
Pasca Analitik
1. Membersihkan meja kerja
2. Mencatat hasil absorbansinya
3. Menghitung kadar ureum sesuai rumus

I. Hasil
Abs. blanko = 0,75 A
Abs. standar = 28,29 A
Abs. sampel = 16,33 A
Kon. standar = 50 mg/dL
𝐀𝐛𝐬. 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
Konsenterasi ureum ( mg/dL) = x konstentrasi standar (mg/dL)
𝐀𝐛𝐬. 𝐒𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫
16,33
= x 50 mg/dL
28,29
= 28,86 mg/dL (Normal)
Interpretasi Hasil
J. Pembahasan
Sampel untuk pemeriksaan ureum adalah serum atau plasma.
Perbedaan antara plasma dan serum terjadi karena pada serum tidak terbentuk fibrinogen
dan beberapa faktor koagulasi lainnya, sedangkan plasma masih mengandung semua
protein dan partikel antikoagulan. Hasil pemeriksaan kadar ureum dengan menggunakan
plasma akan memberikan hasil yang sedikit berbeda. Pemeriksaan kadar ureum dengan
menggunakan plasma akan memberikan hasil 3% hingga 5% lebih rendah dibandingkan
dengan menggunakan serum. Syarat dari sampel untuk pemeriksaan ureum adalah sampel
tidak boleh hemolisis karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Penggunaan sampel
yang lisis akan mempengaruhi absorbansi dari spektrofotometer atau fotometer yang
digunakan. Kadar urea dalam sampel serum dapat tetap stabil selama 7 hari apabila
disimpan pada suhu 2 – 8°C.
Pemeriksaan kadar ureum dipengaruhi oleh banyak faktor diluar ginjal sehingga
mempengaruhi penafsiran hasilnya. Kadar ureum akan meningkat pada peningkatan
keadaan hiperkatabolisme seperti infeksi, pasca operasi dan trauma. Obat-obatan juga
dapat mempengaruhi misalnya kortikosteroid meningkatkan katabolisme protein,
sedangkan androgen meningkatkan anabolisme protein. Hampir seluruh ureum di bentuk
di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke
dalam cairan intra sel dan ekstra sel. Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan.
Pada praktikum tersebut, didapatkan kadar ureum yaitu 28,86 mg/dL, dan hasil
tersebut termasuk ke dalam nilai normal. Kadar ureum normal pada tubuh seseorang
adalah 17-43 mg/dL atau 2,8-7,2 mmol/L

K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan ureum dengan metode GLDH di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kadar yang didapatkan sebesar 28,86 mg/dL, hasil tersebut termasuk
kadar normal yaitu 17-43 mg/dL atau 2,8-7,2 mmol/L.
L. Daftar Pustaka
Manual Kit : DiaSys Ureum FS*
Video mba Winda
http://docplayer.info/73257950-Laporan-praktikum-kimia-klinik-pemeriksaan-kadar-
ureum.html
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

A. Judul
Pemeriksaan Kreatinin dengan Spektrofotometer

B. Hari, Tanggal
Rabu, 07 April 2021

C. Metode
Jaffe Reaction

D. Tujuan
Untuk mengetahui cara pemeriksaan dan menentukan konsentrasi atau kadar
kreatinin dalam sampel serum menggunakan metode Jaffe Reaction.

E. Prinsip
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk
senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara
dengan kadar kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 450 nm.

F. Dasar Teori
Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin
fosfat. Kreatinin plasma disintesis di hati, dapat ditemukan pada otot rangka sehingga
kadarnya bergantung pada massa otot rangka dan berat badan. Biosintesis kreatin
berlangsung di ginjal sehingga diekresikan melalui urin, prosesnya melibatkan asam
amino, arginin, dan glisin. Kreatin otot diubah menjadi kreatinin dalam jumlah 1,1% per
hari (Alfonso,A.A dkk, 2016).
Kadar kreatinin dalam darah ditentukan menggunakan metode Jaffe dengan
sampel serum. Metode Jaffe pertama kali ditemukan oleh M. Jaffe pada tahun 1886.
Metode Jaffe merupakan metode yang sederhana dan mudah berdasarkan pengembangan
metode colorimetric/one point. Prinsip pemeriksaan berupa reaksi antara kreatinin
ditambahkan dengan asam pikrat dalam suasana basa membentuk kompleks kreatinin
pikrat berwarna kuning. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin
dalam sampel dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan, tes linear
ditdapatkan sampai dengan konsentrasi 13 mg/dL serum (Adrian A, 2015). Absorbansi
dapat diukur pada panjang gelombang tertentu menggunakan spektrofotometer.
Spektrofotometer merupakan suatu alat/instrument yang dilengkapi dengan
sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV (ultra-violet) atau pun
cahaya nampak (visible). Spektrofotometer mampu membaca/mengukur kepekatan warna
dari sampel tertentu dengan pangjang gelombang tertentu pula (Pertiwi, 2016). Di
laboratorium ataupun klinik pada umumnya menggunakan spektrofotometer untuk
memeriksa kadar kimia dalam darah seperti misalnya: kolesterol, gula darah, asam urat,
trigliserida, ureum, kreatinin, albumin, bilirubin, amylase dan lain-lain (Pertiwi, 2016).

G. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Spektrofotometer 1. Sampel serum
2. Mikropipet & tip (biru & kuning) 2. Aquadest
3. Tabung dan rak tabung reaksi 3. Alcohol 70%
4. Centrifuge 4. Reagen 1: Sodium Hidroxyde 0,2
5. Spuit 3cc mol
6. Tourniquet 5. Reagen 2: Picric acid 20 mmol/L
7. Kapas kering 7. Reagen standar 2 mg/dL (177
8. Tempat limbah mmol / L)
9. Plester

H. Prosedur
Pra-Analitik
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencuci tangan hingga bersih, pastikan tangan kering sebelum mulai bekerja
3. Menggunakan APD
5. Melakukan pengambilan sampel darah vena:
a. Pasang tourniquet pada tangan pasien di atas lipatan siku
b. Lakukan palpasi untuk menentukan posisi vena
c. Lakukan sterilisasi pada daerah yang akan dilakukan penusukan vena
menggunakan kapas alcohol
d. Lakukan penusukan pada vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas
e. Apabila jarum sudah masuk pada vena akan terlihat akan terlihat indicator darah
masuk ke dalam spuit
f. Setelah volume darah cukup lepaskan tourniquet dan minta pasien untuk
membuka kepalan tangannya
g. Letakan kapas kering pada bekas penusukan, kemudian tarik jarum keluar dari
vena
h. Plester pada bagian bekas penusukan
Analitik
1. Masukkan sampel darah ke dalam tabung reaksi.
2. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3. Memisahkan serum dan darah dengan cara memipet dan pindahkan ketabung reaksi.
4. Membuat monoreagen dengan perbandingan 4:1 dengan cara memipet R1 1000 µl
sebanyak 4 kali dan R2 1000 µl ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
5. Membuat larutan blanko dengan memipet monoreagen sebanyak 1000 µl dan
aquadest 50 µl ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan
6. Membuat larutan standart dengan memasukkan monoreagen sebanyak 1000 µl dan 50
µl reagen standar ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
7. Membuat larutan sampel dengan memasukkan monoreagen sebanyak 1000 µl dan 50
µl sampel serum ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
8. Inkubasi larutan blanko, standar, dan sampel selama 1 menit pada suhu 25-30ºC atau
selama 30-40 detik pada suhu 37ºC.
9. Melakukan setting pada spektrofotometer dengan menekan tombol “test” pada ABS
lalu atur suhu 25ºC, kemudian atur panjang gelombang 490 nm dan klik “start”.
10. Jika alat spektrofotometer meminta aquades, maka masukan aquades, dan klik satu
kali.
11. Kemudian masukan larutan blanko.
12. Klik kembali dan mencatat hasil, keluarkan jika sudah ada indicator hijau pada layar.
13. Melakukan prosedur yang sama seperti blanko terhadap larutan standar, dan sampel.
14. Setelah selesai, klik tombol kembali dan batal pada spektrofotometer.
15. Lakukan print out pada hasil pembacaan.
Pasca Analitik
1. Membersihkan meja kerja
2. Mencatat hasil absorbansinya
3. Menghitung kadang kreatinin sesuai rumus

I. Hasil
Abs. blanko = 0,075 A
Abs. standar = 0,74 A
Abs. sampel = 0,37 A
Kon. standar = 2 mg/dL
𝐀𝐛𝐬. 𝐒𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
Konsenterasi kreatinin (mg/dL) = x konstentrasi larutan (mg/dL)
𝐀𝐛𝐬. 𝐒𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫
0,37
= x 2 mg/dL
0,74
= 1 mg/dL (Normal)
Interpretasi Hasil

J. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar kreatinin pada sampel serum
dengan metode Jaffe. Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang sederhana dan mudah dimana
metode ini merupakan salah satupengembangan metode kolorimetri berdasarkan reaksi
antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat
berwarna jingga yang dapat diukur meggunakan spektrofotomer.
Akurasi atau tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah sangat tergantung
dari ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan reagen, ketepatan waktu
dan suhu inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil. Kesalahan data
yang terjadi dapat diakibatkan karna kurang telitinya praktikan dalam melakukan
prosedur pemeriksaan. Oleh karena itu, pentingnya ketelitian dalam melakukan
pemeriksaan agar didapatkan hasil yang akurat.
Pada praktikum tersebut, didapatkan kadar kreatinin yaitu 1 mg/dL, dan hasil
tersebut termasuk ke dalam nilai normal. Kadar kreatinin normal pada tubuh seseorang
adalah 0,6-1,1 mg/dL untuk wanita dan 0,9-1,3 mg/dL untuk laki-laki. Nilai kadar
kreatinin lebih besar dari nilai normal menandakan adanya gangguan pada fungsi ginjal.
Peningkatan kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal
sebesar 50%. Hemodialisa perlu dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu
jika kadar kreatinin lebihdari 7 mg/dL serum. Namun, dinajurkan bahwa hemodialisa
dilakukan sedini mungkin untuk menghambat prograsifitas penyakit.

K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kreatinin dengan metode Jaffe di atas, dapat
disimpulkan bahwa kadar kreatinin yang didapatkan sebesar 1 mg/dL, hasil tersebut
termasuk kadar normal yaitu 0,6-1,1 mg/dL untuk wanita dan 0,9-1,3 mg/dL untuk laki-
laki.

L. Daftar Pustaka
Manual Kit : DiaSys Kreatinin FS*
Video mba Winda
https://www.scribd.com/doc/309123035/PEMERIKSAAN-Kreatinin-Darah
http://repository.unimus.ac.id/1202/2/BAB%20I.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

A. Judul
Pemeriksaan Klirens Kreatinin

B. Hari, Tanggal
Rabu, 14 April 2021

C. Metode
Jaffe Reaction non-deproteinisasi

D. Tujuan
Untuk mengetahui cara pemeriksaan dan menentukan konsentrasi atau kadar
klirens kreatinin.

E. Prinsip
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk
senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara
dengan kadar kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 490 nm.

F. Dasar Teori
Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibersihkan dari zat tersebut dalam
waktu tertentu. Klirens kreatinin dilaporkan dalam mL/menit dan dapat dikoreksi dengan
luas permukaan tubuh. Klirens kreatinin merupakan pengukuran glomeruli filtration rate
(GFR) yang tidak absolute karena sebagian kecil kreatinin di rearbsopsi oleh tubulus
ginjal dan sekitar 10% kreatinin urin disekresikan oleh tubulus. Namun pengukuran
klirens kreatinin memberikan informasi mengenaiperkiraan nilai GFR.
Klirens kreatinin adalah parameter penting dalam menentukan laju filtrasi
glomerulus. Nilai ini dapat diukur dengan menggunakan dua cara. Cara yang pertama,
kliren kreatinin diukur dengan perkalian kadar kreatinin urin dengan volume urin
kemudian dibagi dengan kadar kreatinin serum. kedua, kliren kreatinin dapat diukur
dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault. Peningkatan kreatinin klirens terutama pada
penyakit ginjal seperti nefritis glomerulus. Pemeriksaan ini juga lebih baik disertai
dengan pemeriksaan kadar urea N.

G. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Spektrofotometer 1. Sampel serum
2. Mikropipet & tip (biru & 2. Aquadest
kuning) 3. Alcohol 70%
3. Tabung dan rak tabung reaksi 4. Reagen 1: Sodium Hidroxyde 0,2
4. Centrifuge mol
5. Spuit 3cc 5. Reagen 2: Picric acid 20 mmol/L
6. Tourniquet 6. Reagen standar 2 mg/dL (177
7. Kapas kering mmol / L)
8. Tempat limbah
9. Plester

H. Prosedur
Pra-Analitik
4. Menyiapkan alat dan bahan
5. Mencuci tangan hingga bersih, pastikan tangan kering sebelum mulai bekerja
6. Menggunakan APD
7. Melakukan pengambilan sampel darah vena:
a. Pasang tourniquet pada tangan pasien di atas lipatan siku
b. Lakukan palpasi untuk menentukan posisi vena
c. Lakukan sterilisasi pada daerah yang akan dilakukan penusukan vena
menggunakan kapas alcohol
d. Lakukan penusukan pada vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas
e. Apabila jarum sudah masuk pada vena akan terlihat akan terlihat indicator darah
masuk ke dalam spuit
f. Setelah volume darah cukup lepaskan tourniquet dan minta pasien untuk
membuka kepalan tangannya
g. Letakan kapas kering pada bekas penusukan, kemudian tarik jarum keluar dari
vena
h. Plester pada bagian bekas penusukan
Analitik
1. Masukkan sampel darah ke dalam tabung reaksi.
2. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
3. Memisahkan serum dan darah dengan cara memipet dan pindahkan ketabung reaksi.
4. Membuat monoreagen dengan perbandingan 4:1 dengan cara memipet R1 1000 µl
sebanyak 4 kali dan R2 1000 µl ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
5. Membuat larutan blanko dengan memipet monoreagen sebanyak 1000 µl dan
aquadest 50 µl ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan
6. Membuat larutan standart dengan memasukkan monoreagen sebanyak 1000 µl dan 50
µl reagen standar ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
7. Membuat larutan sampel dengan memasukkan monoreagen sebanyak 1000 µl dan 50
µl sampel serum ke dalam tabung reaksi, kemudian homogenkan.
8. Inkubasi larutan blanko, standar, dan sampel selama 1 menit pada suhu ruang,
kemudian baca nilai absorbansinya
9. Membaca absorban 2 setelah 120 detik dengan panjang gelombang 490 nm.
10. Mencatat hasil absorbansi.
Pasca Analitik
1. Membersihkan meja kerja
2. Mencatat hasil absorbansinya
3. Menghitung kadang kreatinin sesuai rumus

I. Hasil
Abs. blanko = 0,075 A
Abs. standar = 0,74 A
Abs. sampel = 0,37 A
Kon. standar = 2 mg/dL
Abs. Sampel
Konsenterasi kreatinin (mg/dL) = x konstentrasi larutan (mg/dL)
Abs. Standar
0,37
= x 2 mg/dL
0,74
= 1 mg/dL (Normal)

Identitas pasien
Nama : Nn. Anisa Istiqomah
Umur : 25
Berat badan : 50
Kadar kreatinin serum : 1 mg/dL
Ditanya : kadar klirens kreatinin?

(140−umur) x BB
Kadar klirens kreatinin (perempuan) = x 0,85
72 x kreatinin serum
(140−25) x 50
= x 0,85
72 x 1
= 67,88 mL/menit per 1,73 m2
Interpretasi Hasil
Laki laki : 98-156 mL/min/1.73 m2
Perempuan : 95-160 mL/min/1.73 m2

J. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar klirens kreatinin pada sampel
serum. Klirens suatu zat adalah membersihkan plasma atau serum dari zat tersebut dalam
waktu tertentu. Klirens kreatinin adalah pengukuran Laju Filtrasi Glomerulus (GFR)
yang tidak absolut karena sebagian kecil kreatinin direabsorpsi oleh tubulus ginjal dan
kurang lebih 10% kreatinin urin disekresikan oleh tubulus. Pemeriksaan klirens dilakukan
untuk mnegetahui parameter yang digunakan mewakili fungsi ginjal pada seseorang.
Pada praktikum ini didapatkan kadar kreatinin yaitu 1 mg/dL, dan hasil tersebut
termasuk ke dalam nilai normal. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diketahui kadar
klirens kreatinin sebesar 67,88 mL/min/1,73 m2 yang berarti lebih rendah dari nilai
normalnya yaitu 98-156 mL/min/1.73 m2 pada laki laki dan 95 – 160 mL/min/1.73 m2
pada perempuan. Penurunan ini bisa saja disebabkan adanya kerusakan pada ginjal dalam
melakukan filtrasi dan sekresi.

K. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diketahui kadar klirens kreatinin sebesar
67,88 mL/min/1,73 m2 yang berarti lebih rendah dari nilai normalnya yaitu 98-156
mL/min/1.73 m2 pada laki laki dan 95 – 160 mL/min/1.73 m2 pada perempuan.

L. Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/457330287/KREATININ-KLIRENS
https://www.scribd.com/doc/309123035/PEMERIKSAAN-Kreatinin-Darah
http://repository.unimus.ac.id/1202/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai