Jenis Beton

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Beton


Beton didefinisikan sebagai campuran dari bahan penyusunnya yang
terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus,
dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture atau additive).
DPULPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat (SNI
03-2847-2002).
Nugraha, Paul (2007), mengungkapkan bahwa pada beton yang baik,
setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya
dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau
mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton,
meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran. Beton dengan jumlah semen
yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton
dengan jumlah semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).
Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2
kelompok, yaitu :
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, di bedakan menjadi 3 kelas, yaitu :
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral.
Untuk pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan
mutu hanya dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahanbahan,
sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu
kelas I dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi
dalam mutu-mutu standar B1, K 125, K 175, dan K 225. Pada mutu B1,
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-

4
5

bahan sedangkan terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan.


Pada mutu-mutu K 125 dan K 175 dengan keharusan untuk memeriksa
kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda
uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang
lebih tinggi dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan
harus dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan
adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani
oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton
secara kontinu.
2. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :
a. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih ringan
dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang digunakan untuk
memproduksi beton ringan pun merupakan agregat ringan juga. Agregat
yang digunakan umumnya merupakan hasil dari pembakaran shale,
lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau
berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440 –
1850 kg/m3, dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2
Mpa.
b. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagai
agregat halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehingga mempunyai
berat jenis beton antara 2200 kg/m3 – 2400 kg/m3 dengan kuat tekan
sekitar 15 – 40 Mpa.
c. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memiliki
berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m3. Untuk
menghasilkan beton berat digunakan agregat yang mempunyai berat jenis
yang besar.
d. Beton massa (mass concrete)
6

Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang


besar dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi, dan
jembatan.
e. Ferro-Cement
Ferro-Cement adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara
memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai
pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortar semen.
f. Beton serat (fibre concrete)
Beton serat (fibre concrete) adalah bahan komposit yang terdiri dari beton
dan bahan lain berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah
retak-retak sehingga menjadikan beton lebih daktil daripada beton normal.
Proses terbentuknya beton dapat dilihat pada bagan ini
Semen DENGAN ATAU
TIDAK
Portland SEMEN MENGGUNAKAN
MORTAR BAHAN TAMBAH
AIR AGREGAT
HALUS
AGREGAT
KASAR
BETON
DITAMBAHKAN TULANGAN,
SERAT, AGREGAT RINGAN,
PRESTRESS, PRECAST, DAN
LAINNYA

JENIS BETON

BETON BERTULANG, BETON


SERAT, BETON RINGAN, BETON
PRESTRESS, BETON PRECAST
(PRACETAK), DAN LAINNYA

Gambar 2.1 Skema Terjadinya Beton


7

Parameter yang mempengaruhi kekuatan beton adalah:


1. Kualitas semen
2. Proporsi semen terhadap campuran
3. Kekuatan dan kebersihan agregat
4. Interaksi atau adhesi antara semen dan agregat
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton
7. Perawatan beton

2.2 Kelebihan dan Kelemahan Beton


Disamping beton memiliki pengelompokkan, beton pun memiliki
kelebihan dan kekurangan.Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari beton, yaitu
(Nugraha. P, 2007) :
1. Kelebihan.
a. Dapat dengan mudah mendapatkan material dasarnya (availability)
Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari lokal setempat. Semen
pada umumnya juga dapat dibuat didaerah setempat, bila tersedia. Dengan
demikian, biaya pembuatan relatif murah karena semua bahan bisa didapat
di dalam negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen,
yang bisa diproduksi di dalam negeri.
b. Kemudahan untuk digunakan (versatility)
c. Kemampuan beradaptasi (adaptability) sehingga beton dapat dicetak
dengan betuk dan ukuran berapapun
d. Biaya pemeliharaan yang kecil.
e. Tahan terhadap temperatur tinggi
f. Mampu memikul beban yang berat
2. Kekurangan.
a. Bentuk yang sudah dibuat sulit diubah / tidak dapat berubah-ubah bentuk.
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
c. Beton memiliki berat sendiri yang besar untuk memikul benda yang sama.
d. Daya pantul suara yang besar.
e. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar
8

f. Beton cenderung untuk retak, karena semen nya hidrolis. Baja tulangan
bisa berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur baja
g. Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang
baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang
sama
Sampai saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan
struktur.Selain karena kemudahan dalam mendapatkan material penyusunnya, hal
itu juga disebabkan oleh penggunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat
mengurangi masalah penyediaan lapangan kerja.Beton digunakan untuk membuat
perkerasan jalan, struktur bangunan, pondasi, jalan, jembatan, struktur parkiran
dan masih banyak lagi.

2.3 Sifat Beton Segar


Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi
pemilihan peralatan yang dibutuhkan dalam pengerjaan dan pemadatan serta
kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat beton pada saat mengeras. Ada dua hal
yang harus dipenuhi dalam pembuatan beton yaitu pertama sifat-sifat yang harus
dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras seperti kekuatan,
keawetan dan kestabilan volume.Yang kedua sifat yang harus dipenuhi dalam
jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi plastis (workability) atau
kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation.Akan tetapi sifat
ini tidak dapat dirumuskan dengan pasti dan berlaku untuk semua jenis bahan
baku, kondisi lingkungan dan cuaca disekitar lokasi pekerjaan. Sebagai contoh,
campuran yang mudah dikerjakan untuk pekerjaan lantai belum tentu akan mudah
dikerjakan pada cetakan balok dengan penampang sempit serta mempunyai
penulangan yang rapat.
Campuran beton direncanakan berdasarkan asumsi adanya hubungan
antara siat-sifat komposisi campuran dan sifat-sifat beton setelah mengeras.Untuk
dapat bertahan dengan sifat-sifat ini, maka beton harus dipadatkan secara seragam
pada cetakannya.Dengan demikian, pengetahuan tentang sifat beton merupakan
hal penting dalam upaya menghasilkan beton yang berkualitas baik setelah
mengeras.
9

Istilah kemudahan pekerjaan masih memberikan pengertian yang umum


dan untuk dapat memahami sifat ini lebih jauh.Kemudahan pengerjaan atau
workability pada pekerjaan beton didefinisikan sebagai kemudahan untuk
dikerjakan, dituangkan dan dipadatkan serta dibentuk dalam acuan (Ilsley,
1942:224).Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan melalui nilai slump. Maka
sifat ini dapat dijabarkan kedalam sifat-sifat yang lebih spesifik, yaitu :
a. Sifat kemampuan untuk dipadatkan (compactibiity).
b. Sifat kemampuan untuk dialirkan (mobility).
c. Sifat kemampuan untuk tetap dapat bertahan seragam (stability).
Keseluruhan sifat yang dibutuhkan untuk suatu campuran yang baik,
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

2.3.1 Sifat kemudahan dipadatkan dan dialirkan


Kedua sifat ini mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang
lainnya dan dapat dikatakan bahwa campuran yang mudah dialirkan akan mudah
pula dipadatkan. Ternyata untuk dapat memahami mengenai masalah aliran
campuran beton segar, prinsip-prinsip yang terdapat didalam ilmu tentang sifat
aliran air atau gas tidak dapat diterapkan pada campuran beton. Ini disebabkan
karena ilmu tentang aliran air dan gas didasarkan pada massa yang mempunyai
ukuran partikel/molekul atau atom yang seragam.
Salah satu sifat yang dapat menggambarkan kedua sifat tersebut adalah
sifat kekentalan campuran, walaupun sifat kekentalan ini tidak identik sepenuhnya
dengan sifat-sifat kemudahan untuk dialirkan.Untuk mengukur sifat kemudahan
pengerjaan dapat dilakukan dengan metode pengujian slump test.

2.3.2 Sifat dapat bertahan seragam


Sifat ini merupakan kebutuhan lain agar beton dapat dihasilkan mencapai
kekuatan optimal. Bertahan disini ialah tidak terjadi perubahan terhadap
keseragaman campuran akibat terjadinya pemisahan butiran agregat dengan pasta
semen selama proses pengangkutan, pengecoran dan pemadatan. Campuran yang
tidak stabil dapat ditandai dengan terpisahnya air dengan benda padat serta
timbulnya pemisahan agregat kasar dari pastanya.
a. Pemisahan agregat kasar dari campuran (segregasi)
10

Pemisahan ini terjadi bila adanya kohesi dari adukan beton tidak mampu
untuk menahan butiran agregat untuk tetap mengambang. Beton tidak
mungkin dipadatkan apabila terjadi pemisahan agregat kasar dari
adukannya, dan bila ini terjadi maka kualitas beton di tempat tersebut
kurang baik. Pengaruh segregasi dapat diatasi dengan mengubah susunan
gradasi dan kadar semen, dimana dengan cara ini campuran yang di
hasilkan masih tetap mempunyai sifat kemudahan untuk di kerjakan.
b. Pemisahan air dari campuran
Dapat terjadi akibat proses pengendapan butiran semen yang
mengambang. Proses ini terjadi setelah proses pengecoran dalam bakisting
selesai. Bleeding dapat diamati dengan terbentuknya lapisan air yang
tergenang dipermukaan beton. Pada campuran beton normal dengan
kekentalan agak tinggi, proses ini secara bertahap dengan merembesnya air
keseluruh permukaan beton.
c. Penguapan dan susut plastis Pada daerah yang beriklim tropis, penguapan
dapat mengganggu sifat kemudahan pengerjaan campuran beton, karena
campuran dengan segera kehilangan keplastisannya sebelum proses
pemadatan dapat dilakukan secara sempurna. Penguapan menjadi
permasalahan bila tingkat kecepat penguapan melebihi kecepatan bleeding.

2.4 Pemadatan Beton


Pemadatan dapat dilakukan pada beton dalam kadaan segar dan dalam
keadaan setting awal. Tujuan pemadatan pada beton dalam keadaan segar adalah:
a. Untuk mengurangi rongga-rongga udara dalam beton, dapat dilakukan
dengan penekanan awal (initial pressure) sebelum beton mengeras.
b. Untuk mendapatkan kepadatan beton yang optimal
Pemadatan beton dapat dilakukan menggunakan batang penumbuk baja
dengan menusukkan pada beton, menggunakan alat getar mekanis
(vibrator), menggunakan mesin penggetar dan mesin sentrifugal, juga
dapat memberikan tekanan awal pada beton segar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah:
a. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 2
jam tergantung apakah ada pemakaian admixture.
11

b. Alat pemadat tidak boleh menggetarkan pembesiannya, karena akan


menghilangkan melepaskan kuat lekat antar besi dengan beton yang baru
dicor dan memasuki tahap waktu setting.
c. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu
naiknya air atau pasta semen ke ats permukaan beton dan meninggalkan
agregat di bagian bawah.

2.5 Material Pembentukan Beton


2.5.1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami
batu-batuan atau juga hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu
alami.Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting.Kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 70 % - 75 % dari volume beton.Agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
yang penting dalam pembuatan beton.
Ukuran butir agregat didefinisikan sebagai butiran yang dapat lolos pada suatu
ukuran ayakan tertentu.Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya
menembus ayakan 4.8 mm. Agregat halus disebut juga pasir, pasir diperoleh
langsung dari dasar sungai dan galian ataupun berasal dari hasil pemecahan
batu.Agregat yang butirannya lebih kecil dari 1.20 mm disebut pasir
halus.Didalam beton, agregat halus dan agregat kasar mengisi sebagian volume
beton, sehingga sifat-sifat dan mutu agregat sangat mempengaruhi sifat dan mutu
beton. Penggunaan agregat dalam beton adalah :
a. Untuk menghemat penggunaan semen pada beton
b. Untuk menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
c. Untuk mengurangi susut pengerasan beton
d. Untuk mencapai susunan yang padat pada beton, dengan gradasi agregat
yang baik akan didapat beton yang padat pula
e. Mengontrol sifat dapat dikerjakan (workability) adukan beton
Agregat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu agregat halus dan agregat
kasar yang di dapat secara alami atau buatan.
a. Agregat Halus
12

Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan


stabilitas dimensi dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan
halus dikarenakan untuk mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang
pipih akan membutuhkan air yang lebih banyak dikarenakan luas
permukaan agregat (surfacearea) akan lebih besar. Gradasi agregat halus
sebaiknya sesuai dengan spesifikasi ASTM C-33, yaitu:
a. Mempunyai butiran yang halus.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Tidak mengandung zat organik lebih daro 0,5%. Untuk beton mutu
tunggi dianjurkan dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).
Tabel 2.1 Batas Gradasi Agregat Halus
Persen Butiran yang Lewat Ayakan
Lubang ayakan (mm)
I II III IV
10 100 100 100 100
4,8 90-100 90-100 90-100 90-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,2 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 5-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
(Sumber : SNI 03-2834-1993)

b. Agregat Kasar
Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu
pecah adalah dengan memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran
butiran, dilakukan dengan pengayakan dengan menggunakan saringan.
Setelah pemisahan butiran agregat kasar selesai, batu pecah dicuci untuk
membuang kotoran yang melekat pada agregat agar dapat meningkatkan
kualitas agregat.
Adapun kualitas agregat yang dapat menghasilkan beton mutu
tinggi adalah:
13

1. Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori.


Agregat kasar tidak boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca. Sifat
keras diperlukan agar diperoleh beton yang keras pula, sifat tifak
berpori untuk menghasilkan beton yang tidak mudah tembus oleh air.
2. Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.
3. Agregat tidak mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering.
Lumpur yang dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter
0,063 mm, bila melebihi 1% berat kering maka kerikil harus dicuci
terlebih dahulu.
4. Agregat mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam
maka timbul gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan
yang lebih baik, selain itu dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta
semen sehingga akan mengikat dengan lebih baik.
Tabel 2.2 Ketentuan Gradasi Agregat
UkuranSaringan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
Kasar
Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
Halu
ASTM (mm) nominal nominal nominal nominal nominal
s*)
maksimum maksimum maksimum maksimum maksimum
37,5 mm 25 mm 19 mm 12,5 mm 9,5 mm
2” 50,8 - 100 - - - -
1 ½” 38,1 - 90 -100 100 - - -
1” 25,4 - - 95 -100 100 -
¾” 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
½” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100 100
3/8” 9,5 10 - 30 - 30 - 65 40 - 75 90 - 100
No.4 4,75 95-100 0-5 0 - 10 5 - 25 5 - 25 20 - 55
No.8 2,36 80-100 - 0-5 0 - 10 0 - 10 5 - 30
No.16 1,18 50 - 85 - - 0-5 0-5 0 - 10
No.50 0,300 10 - 30 - - - - 0-5
No.100 0,150 2 - 10 - - - - -
(Sumber : SNI 03-2834-1993)
Pada penelitian ini, agregat kasar pada campuran beton diganti dengan
menggunakan agregat kasar yang berasal dari letusan gunung sinabung yang
sudah diolah menjadi batu pecah berukuran 1 ½ dan ¾ .
14

2.5.2 Semen Portland


Semen merupakan serbuk yang halus yang digunakan sebagai perekat
antara agregat kasar dengan agregat halus. Apabila bubuk halus ini dicampur
dengan air selang beberapa waktu akan menjadi keras dan dapat digunakan
sebagai pengikat hidrolis. Semen jika dicampur dengan air akan membentuk
adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan
air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan
agregat kasar (kerikil/batu pecah) maka akan terbentuk adukan yang biasa disebut
beton. Semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil
sebagai kelompok pasif yang berfungsi sebagi pengisi. Sesuai dengan tujuan
pemakaiannya semen portland dibagi menjadi 5 (lima) tipe, yaitu :
a. Tipe I, semen Portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Dipergunakan untuk
pekerjaan bangunan dan beton secara umum.
b. Tipe II, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadapa sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk
konstruksi bangunan dan beton yang terus menerus berhubungan dengan
air kotor dan air tanah
c. Tipe III, semen Portland yang dlaam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan
terjadi. Dipergunakan untuk pekerjaan beton di daerah yang bersuhu
rendah (mempunyai musim dingin) terutama di daerah yang beriklim
dingin.
d. Tipe IV, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi yang rendah. Dipergunakan untuk pembuatan beton atau bangunan
yang berukuran besar dengan tebal lebih dari 2.00 m dan massif.
e. Tipe V, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Dipergunakan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut, air buangan industry, bangunan yang terkena
pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang
berhubungan dengan air tanah yang mengandung sifat alam persentase
yang tinggi.
15

Fungsi semen ialah bereaksi dengan air menjadi pasta semen. Pasta semen
berfungsi untuk melekatkan butir-butir agregat agar menjadi suatu kesatuan massa
yang kompak/padat. Selain itu pasta semen mengisi rongga-rongga antara
butirbutir agregat. Walaupun volume semen hanya kira-kira 10% saja dari volume
beton, namun karena merupakan bahan perekat yang aktif dan mempunyai harga
yang mahal dari pada bahan dasar beton yang lain perlu diperhatikan/dipelajari
secara baik. (Tjokoridimulyo, 2004, dalam Muhammad Ikhsan Saifuddin, 2012).

2.5.3 Air
Faktor air sangat mempengaruhi dalam pembuatan beton, karena air dapat
bereaksi dengan semen yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga
berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan kekuatan beton itu sendiri. Selain itu, kelebihan air akan
mengakibatkan beton akan menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan
bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini
akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan mengakibatkan
beton menjadi lemah. Air pada campuran beton akan berpengaruh pada :
1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton.
3. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan
kekuatan dalam selang beberapa waktu.
4. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air adalah alat untuk mendapatkan kelecakan yang perlu untuk
penggunaan beton.Jumlah air yang digunakan tentu tergantung pada sifat material
yang digunakan. Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan
mengganggu proses pengerasan atau ketahanan beton. Pengaruh kotoran secara
umum dapat menyebabkan :
1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan.
2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan.
3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan.
4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton.
5. Bercak-bercak pada campuran beton.
16

Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yang tawar, tidak berbau, dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
merusak beton, seperti minyak, asam, alkali, garam atau bahan-bahan organis
lainnya yang dapat merusak beton atau tulangannya. (Tata Cata Perhitungan
Standar Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002)
Selain untuk reaksi pengikatan, dapat juga untuk perawatan sesudah beton
dituang.Air untuk perawatan (curing) harus memiliki syarat-syarat yang lebih
tinggi dari air untuk pembuatan beton.Keasamannya tidak boleh PHnya > 6, juga
tidak dibolehkan terlalu sedikit mengandung kapur.

2.6 Sifat dan Karakteristik Beton


2.6.1 Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menrima gaya tekan persatuan luas. Pemeriksaan
kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan kekuatan tekan
beton ringan pada umur 28 hari yang sebenarnya apakah sesuai dengan yang telah
disyaratkan. Pada mesin uji tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai
benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja (Mulyono.T,
2004).Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan mengguanakan alat uji
tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur ASTM C-39 pada umur
28 hari. Hasil pengujian kuat tekan beton dapat dihitung dengan mengguanakan
rumus :
𝑃
𝑓𝑐′ =
𝐴

Dimana :𝑓𝑐′ = kuat tekan


P = beban
A = Luas Penampang
17

Tabel 2.3 Perkembangan Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Umur


Umur beton 3 7 14 21 28
Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00
Semen Portland dengan kekuatan awal
0,55 0,75 0,90 0,95 1,00
tinggi
Sumber: PBI – 1971

Tabel 2.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Benda Uji
Benda Uji Perbandingan Kuat Tekan
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
Silinder Ø 15 x 30 cm 0,83
Sumber : PBI - 1971

2.6.2 Permeabilitas Beton Normal


Permeabilitas merupakan kemampuan pori-pori beton normal dilalui oleh
air. Pasta semen yang telah mengeras tersusun atas banyak pertikel, dihubungkan
antar permukaan yang jumlahnya relatif lebih kecil dari total permukaan partikel
yang ada. Air memiliki viskositas yang tinggi namun demikian dapat bergerak dan
merupakan bagian dari aliran yang terjadi.
Pengujian permeabilitas beton untuk mengetahui pengaruh variasi semen
dan agregat atau pengaruh banyaknya ragam operasi pencampuran beton,
pencetakan dan perawatan, memperhitungkan informasi dasar pada bagian dalam
porositas beton yang relatif berhubungan langsung dengan penyerapan, saluran
kapiler, ketahanan terhadap pembekuan, penyusunan, daya angkat dan lain-lain.
Faktor yang mempengaruhi kekedapan adalah kualitas material, metode persiapan
beton, dan perawatan beton (Brook K.M, Murdock L.J, 1991).
Permeabilitas benda uji beton dapat dihitung dengan rumus :

Pr = ( Aaw – Aak)/ 30 menit

Dimana : Pr = Nilai Permeabilitas ( gr/menit)


Aaw = Massa awal (gr)
Aak = Massa akhir (gr)
18

2.6.3 Daya serap air (Water Absorbtion)


Daya serap air adalah kemampuan beton ringan untuk menyerap air ketika
direndam dalam air hingga memiliki massa jenuh, artinya hingga beton ringan
tidak mampu menyerap lagi karena sudah penuh. Besarnya penyerapan air ini
dapat dihitung (Muhammad Ikhsan Saifuddin, 2012).
Untuk menghitung besarnya penyerapan air oleh beton ringan dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑚𝑗 − 𝑚𝑘
𝑊𝐴 = 𝑥100%
𝑚𝑘
Dengan : Mk = Massa sampel kering (kg)
Mj = Massa jenuh air (kg)
WA = Daya serap air (%)

2.6.4 Kemudahan pekerjaan


Kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu kinerja utama yang
dibutuhkan.Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan
yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di
lapangan karena sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi
percuma.

2.7 Perancangan Campuran Beton


Perancangan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi
atau proporsi bahan–bahan penyusun beton.Proporsi campuran dari bahan–bahan
penyusun beton ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix design).Hal
ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis dan
ekonomis. Dalam menentukan proporsi campuran dapat digunakan beberapa
metode yang dikenal antara lain: Metode American Concrete Institute,
PortlandCement Association, Road Note no.4, British standard atau Departement
ofEnvironment, Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-15-1990-03), dan cara
coba – coba. Perancangan cara Inggris atau dikenal dengan metode Departemen
Pekerjaan Umum yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1990-03 “Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal” merupakan adopsi dari cara
Department of Environment (DoE), Building Research Establishment, Britain.
19

2.8 Slump Beton


Percobaan slump beton adalah suatu cara untuk mengukur kelecekan
adukan beton, yaitu kecairan/kekentalan adukan yang berguna dalam pekerjaan
beton.Slump merupakan besarnya nilai keruntuhan beton secara vertikal yang
diakibatkan karena beton belum memiliki batas yield stress yang cukup untuk
menahan berat sendiri karena ikatan antar partikelnya masih lemah sehingga tidak
mampu untuk mempertahankan ikatan semulanya. Pemeriksaan slump dimaksud
untuk mengetahui konsistensi beton dan sifat mudah dikerjakan (workability)
sesuai dengam syarat yang telah ditetapkan.

Gambar 2.2 Kemungkinan Slump yang terjadi

Tabel 2.5 Nilai-nilai Slump Untuk Berbagai Pekerjaan


Slump (mm)
Jenis Pekerjaan
Maksimum Minimum
Dinding, plat pondasi, dan pondasi tapak tulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan
9,0 2,5
konstruksi dibawah tanah
Plat, balok, kolom, dan dinding 15,0 5,0
Perkerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan massal 7,5 2,5
(Sumber : PBBI 1971)
20

2.9 Pengerjaan Beton


Pencampuran bahan – bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh
suatu komposisi yang solid dari bahan – bahan penyusun berdasarkan rancangan
campuran beton. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi.
Adapun tahap dalam pelaksanaan di lapangan meliputi:
a. Persiapan
Hal – hal yang dierhatikan dalam persiapan yaitu:
1. Peralatan Bersih.
2. Ruang tempat pengisian beton besih
3. Permukaan acuan jika perlu diberikan bahan khusus untuk
memudahkan pembongkaran
b. Penakaran
Hal –hal yang diperhatikan adalah:
1. beton dengan kekuatan lebih besar atau sama dengan 20 MPa proporsi
penakarannya didasarkan atas penakaran berat
2. beton dengan kekuatan lebih kecil dari 20 MPa proporsi penakarannya
didasarkan atas penakaran volume
c. Pengadukan
Selama proses pengadukan dilakukan pendataan rinci mengenai:
1. Jumlah batch aduk yang dihasilkan.
2. Proporsi material.
3. Perkiraan lokasi dari tempat penuangan.
4. Waktu dan tanggal pengadukan serta penuangan
d. Penuangan
Hal – hal yang diperhatikan adalah:
1. ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi cetakan akhir
2. Dilakukan dengan kecepatan yang diatur
3. Campuran beton harus bersih
4. Setelah penuangan campuran dilakukan, pelaksaan dilakukan tanpa
henti
5. Permukaan acuan rata dengan campuran beton
e. Pemadatan
21

Hal – hal yang perlu diperhatikan:


1. Pada jarak yang berdekatan, pemadatan dengan alat getar dilaksanakan
dalam waktu yang pendek
2. Pemadatan dilakukan secara vertical dan jatuh dengan beratnya sendiri
3. Tidak menyebabkan Bleeding
4. Pemadatan merata
5. Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan bekisting
6. Alat getar tidak berfungsi nuntuk mengalirkan, mengangkut atau
memindahkan beton
f. Penyelesaian Akhir
Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah
permukaan beton yang rata dan mulus.Pekerjaan ini biasa dilakukan pada
saat beton belum mencapai final setting, karena pada saat ini beton masih
dapat dibentuk.Alat yang digunakan biasanya ruskam, jidar, dan alat – alat
perata lainnya.
g. Perawatan
Perawatan beton dilakukan setelah beton mencapai final setting,
artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan agar proses hidrasi
selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal itu terjadi, beton akan
mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan
dilakukan minimal 7 (tujuh) hari dan berkekuatan awal tinggi minimum
selama 3 (tiga) hari serta dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali
dilakukan dengan perawatan dipercepat. Perawatan ini tidak hanya
dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tetapi
juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton,
kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari
dimensi struktur
h. Pengujian Kuat Tekan Beton
Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari, uji tekan dilakukan
untuk mengetahui kuat tekan beton tersebut. Jika pengujian tersebut tidak
dilakukan, dapat dilakukan tindakan lain sesuai dengan syarat evakuasi
beton keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill dan load test.
22

Setelah data uji tekan diperoleh, maka kuat tekan beton dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝑝
𝑓𝑐′ = 𝐴

Dimana : 𝑓𝑐′ = kuat tekan (kg/cm2)


P = beban tekan (kg)
A = Luas Permukaan Benda Uji (cm2)

2.10 Standar Rujukan


1. Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 0302:2014 : Semen portland pozolan
SNI ASTM C136:2012 : Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan
agregat kasar (A STM C136-06, IDT).
SNI 1972:2008 Metode pengujian slump beton.
SNI 1974:2011Metode pengujian kuat tekan beton dengan benda uji silinder
yang dicetak.
SNI 2049:2015 Semen Portland.
SNI 2417:2008 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los
Angeles.
SNI 2493:2011Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium .
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton.

2.11 Metode Analisa Data


Pada penelitian ini, teknik analisa dan pengolahan data penelitian yang
dilakukan dengan mengolah dan menganalisa data berupa angka yag didapat dari
hasil penelitian namun tidak mengabaikan literatur yang digunakan.

2.11.1 Analisa Data


Pada penelitian ini, analisa data yang akan dilihat yaitu hubungan antara
umur beton dan nilai kuat tekan beton normal serta kuat tekan beton dengan
menggunakan limbah beton dan limbah batu bata secara korelasi agar didapat
hasil penelitian yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai