Teknik Isolasi Dan Pemurnian Molekul Dna
Teknik Isolasi Dan Pemurnian Molekul Dna
Teknik Isolasi Dan Pemurnian Molekul Dna
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PEGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyusun dan menyajikan
makalah mengenai metabolisme obat. Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah
sebagai pelaksanaan tugas penulis selaku mahasiswa Jurusan Kimia, Unversitas
Hasanuddin untuk mata kuliah Bioteknologi Molekul.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan karya tulis ini sehingga
dapat menjadi acuan dalam menyusun karya tulis selanjutnya. Penulis juga memohon
maaf apabila dalam penulisan karya tulis ini terdapat kesalahan pengetikan ataupun
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Teknik Isolasi dan Pemurnian DNA......................................................................3
2.1.1 Ekstraksi Organik................................................................................................6
2.1.2 Mesmbran Silika................................................................................................11
2.1.3 Pemisahan Magnetik.........................................................................................15
2.1.4 Penukar Ion........................................................................................................16
2.1.5 Pemurnian Cesium Clorida (CsCl)....................................................................16
2.1.6 Salting-Out........................................................................................................17
2.1.7 Elektroforesis Gel DNA....................................................................................18
2.2 Teknik Isolasi DNA Kromosom...........................................................................21
2.3 Teknik Isolasi DNA Plasmid................................................................................21
BAB III KESIMPULAN7...........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
pada makhluk hidup, yang menyimpan informasi genetik yang spesifik untuk setiap
menggabungkan DNA dua organisme yang berbeda, dan cloning merupakan contoh
isolasi dan pemurnian DNA (Walker dan Rapley, 2000). Proses ekstraksi untuk
mendapatkan DNA berkualitas tinggi merupakan satu kaidah dasar yang harus
hasil isolasi DNA dengan tingkat kemurnian dan kualitas yang baik. DNA hasil
isolasi harus terbebas dari berbagai kontaminan seperti protein dan RNA yang dapat
menggangu berlangsungnya proses PCR. Oleh karena itu, metode isolasi dan
purifikasi DNA yang tepat sangat diperlukan untuk mendapatkan DNA dengan
kualitas dan kuantitas yang baik. Berdasarkan uraian di atas maka perlu untuk
1.4.1 Dapat menambah wawasan baik kepada penulis maupun pembaca tentang
1.4.2 Makalah ini dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah atau karya
PEMBAHASAN
Langkah utama dalam isolasi DNA dimulai dari lisis/disintegrasi sel untuk
memperoleh lisat (lysate: molekul dalam sel), pemisahan DNA terlarut dari puing-
puing sel dan bahan lain yang tidak larut serta pemurnian DNA yang diingikan dari
DNA dengan berat molekul tinggi merupakan salah satu bagian dari masalah yang
tannin, dan pigmen yang sulit dipisahkan dengan DNA dan menghambat aktivitas
sebagian besa enzim yang memodifikasi DNA itu sendiri (Nasir, 2002).
1) Lisis Sel
Faktor kritis dalam isolasi DNA tanaman adalah penghilangan dindin sel
tanaman secara efisien (Nasir, 2002). Lisis sel dapat dilakukan secara fisik, kimiawi
maupun enzimatik. Pemecahan sel secara fisik dapat dilakukan misalnya dengan
menggunakan alat sonikator, yaitu alat yang menghasilkan suara dengan frekuensi
ultra tinggi. Sel disuspensikan dalam suatu buffer, kemudian ujung alat sonikator
dimasukkan ke dalam suspensi sel. Pemecahan sel dengan cara ini biasanya efeektif
untuk memecah sel bakteri tetapi kurang efektif untuk sel eukariotik karena struktur
sel eukariotik lebih kuat dibanding dinding sel bakteri. Pemecahan sel juga dapat
dilakukan dengan menggunakan enzim lisosim yang dapat memecah dinding sel.
Seingkali penggunaan enzim ini dikombinasikan dengan perlakuan fisik, misalnya
dengan pemanasan sehingga sel lebih mudah pecah. Senyawa yang sering digunakan
untuk memecah sel untuk isolasi DNA genom adalah CTAB (Cetryl Trimethyl
Ammmonium Bromide). Senyawa CTAB biasanya digunakan untuk isolasi DNA dari
DNA diperoleh dari sel dengan metode lembut. Metode ini dilakukan untuk
mencegah agar DNA tidak terfragmentasi oleh pemotongan mekanis. Metode ini
biasaya dilakukan dengan adanya EDTA. EDTA dimaksudkan untuk mengkelat ion
Mg2+ yang dibutuhkan oleh enzim yang mendegradasi DNA atau biasa disebut
DNase sehingga enzim DNase tidak aktif. Idealnya, jika terdapat dinding sel mak
perlu dihancurkan secara enzimatik, misalnya lisozim terhadap bakteri. Selain itu
membran sel harus dilarutkan dengan menggunakan deterjen. Jika perlakuan fisik
diperlukan maka harus dijaga seminimal mungkin dan harus melibatkan pemotongan
atau pelumatan sel, dan bukan menggunaan gaya geser. Lisis sel (dan sebagian besar
langkah selanjutnya) harus dilakukan pada 4 °C, menggunakan alat gelas dan larutan
yang telah diautoklaf untuk menghancurkan aktivitas DNase (Walker dan Rapley,
2000).
2) Penghilangan Kontaminan
Setelah pelepasan asam nukleat dari sel, RNA dapat dihilangkan dengan
untuk menonaktifkan kontaminan DNase karena RNase relatif stabil terhadap panas
lembut dengan fenol jenuh. Sentrifugasi pada emulsi yang terbentuk oleh
pencampuran ini menghasilkan fase organik yang lebih rendah, dipisahkan dari fasa
air bagian atas dengan antarmuka adalah protein terdenaturasi. Setelah disentrifugasi,
protein terdenaturasi tetap berada dalam fase organik sedangkan asam nukleat pada
fasa air. Larutan kemudian dicampur dengan kloroform yang menghilangkan residu
fenol dari larutan. Hal ini dilakukan berulang kali sampai tidak ada protein
terdenaturasi yang terlihat di bagian antarmuka (Walker dan Rapley, 2000; Rice).
3) Pengumpulan DNA
Preparasi DNA yang sudah bebas protein dicampur dengan dua volume
etanol absolut, dan DNA dibiarkan mengendap dalam freezer. Setelah sentrifugasi,
pelet DNA dilarutkan dalam buffer yang mengandung EDTA untuk menonaktifkan
setiap DNases yang ada. Larutan ini dapat disimpan pada suhu 4 °C paling lama
selama sebulan. Larutan DNA dapat disimpan dalam keadaan beku, meskipun
pembekuan dan pencairan berulang cenderung merusak molekul DNA (Walker dan
Rapley, 2000).
Sel
Lisis Sel
Fisika/Kimia/Enzim
Lisat
Bebas Lipid
Bebas Protein
+ RNase
Bebas RNA
DNA Murni
Salah satu metode tradisional yang efektif dan relatif murah untuk purifikasi
Jumlah fenol-kloroform yang ditambahkan umumnya satu kali volume larutan yang
akan dipurifikasi. Metode ini sangat bermanfaat untuk aplikasi PCR karena dapat
Metode ini akan menghasilkan lapisan air yang mengandung asam nukleat, lapisan
antara fenol dan air yang berisi protein penghambat yang mengalami presipitasi dan
dapat bersatu sehingga akan terbentuk dua fase yakni fase air (fase aqueous) dan fase
bawah fase air. Kedua fase kemudian dicampur dengan cara vorteks. Pencampuran
akan membuat fenol merangsek ke dalam lapisan air dan membentuk emulsi droplet.
DNA tetap berada di air. Kedua fase kemudian dapat dipisahkan dengan baik dengan
sentrifugasi. Fase atas yang berisi DNA akan dapat dengan mudah diambil dengan
Air adalah pelarut yang sangat polar, sedangkan fenol bersifat kurang polar
dibandingkan dengan air. DNA adalah molekul polar yang disebabkan oleh adanya
gugus-gugus fosfat dalam kerangkanya. Hal ini membuat DNA sangat larut dalam air
dan kurang larut dalam fenol. Ketika isolat DNA yang larut dalam air dicampurkan
dengan fenol, DNA tidak akan larut dalam fenol, namun tetap berada dalam fase air
(Davis, 2012).
Protein memiliki sifat yang berbeda dari DNA. Protein adalah polimer rantai
panjang polipeptida yang tersusun atas berbagai macam asam amino. Asam amino
ada yang bersifat polar (seperti glutamat, lisin dan histidin) karena memiliki residu
yang bermuatan, dan ada juga asam amino yang non polar (seperti fenilalanin, leusin
dan triptofan) akibat residunya yang tak bermuatan. Dalam lingkungan berpelarut air,
rantai polipeptida melipat sedemikian rupa sehingga residu-residu asam amino yang
kurang polar daripada air akan berada di sisi dalam protein (jauh dari air), sedangkan
rantai samping asam amino yang polar akan tertata pada sisi luar protein, berikatan
dengan air. Dengan kata lain residu-residu asam amino yang polar bersifat hidrofilik
(suka air), dan yang non polar bersifat hidrofobik (takut air). Maka, ketika
dicampurkan dengan fenol, protein terekspos dengan pelarut yang kurang polar,
sehingga pola pelipatannya protein berubah. Pada dasarnya dalam kondisi tersebut
residu-residu asam amino dari protein akan bertukar tempat. Residu yang kurang
polar yang tadinya tersembunyi di sisi dalam protein ketika berada dalam pelarut air,
kini mendesak menuju ke sisi luar untuk berinteraksi dengan pelarut fenol.
Sebaliknya, residu-residu asam amino yang polar akan terselip ke sisi dalam protein,
berlindung dari fenol. Dalam waktu singkat, protein mengalami denaturasi akibat
perubahan pola pelipatannya. Residu non polar yang kini berada di sisi luar protein
yang terdenaturasi membuat protein tersebut lebih larut di dalam fenol daripada di
dalam air. Hal inilah yang mendasari proses pemisahan DNA dari protein dalam
metode ekstraksi fenol. Protein akan terpisah di fase fenol, sedangkan molekul DNA
memisahkan DNA dari larutan dengan cara presipitasi etanol/ isopropanol. Prosedur
etanol umumnya dapat dibantu dengan penambahan garam. Setelah perlakuan itu,
DNA akan terpresipitasi dan dapat dipeletkan dengan sentrifugasi. Selanjutnya pelet
DNA dicuci dengan etanol 70%. Kemudian pelet dikeringkan dan setelah itu
atom oksigennya, dan muatan positif parsial di sekitar atom hidrogennya. Oleh
karena itu DNA yang bermuatan negatif dapat berinteraksi dengan molekul air, dan
larut di dalamnya. Garam berfungsi untuk menetralkan muatan pada kerangka gula
fosfat. Kation monovalen dalam hal ini ion (Na+) sodium akan menetralkan muatan
negatif pada gugus fosfat (PO43-) DNA, sehingga membuat molekulnya kurang larut
dalam air. Dengan adanya kation monovalen seperti Na +, dan pada suhu -20 °C,
pelarut organik berbahaya, relatif memakan waktu, dan fenol atau kloroform residual
Isopropanol kurang volatil daripada etanol sehingga butuh waktu lebih lama untuk
diuapkan. Selain itu, beberapa garam kurang larut dalam isopropanol (dibandingkan
dengan dalam etanol) dan akan lebih cenderung terpresipitasi bersama dengan DNA.
Oleh karena itu, pencucian ekstra dengan etanol 70% perlu dilakukan untuk
volume yang dibutuhkan untuk presipitasi DNA hanya setengah dari jumlah volume
etanol.
Secara umum metode ekraksi DNA dengan ekstraksi Organik dapat di lihat
Metode ini banyak digunakan dalam kit saat ini. DNA mengadsorpsi secara
dielusi dalam buffer garam rendah atau buffer elusi. Garam chaotropik dimasukkan
untuk membantu denaturasi protein dan ekstraksi DNA. Metode ini dapat
dikombinasikan dengan kolom spin dan microchip, hemat biaya, memiliki prosedur
yang lebih sederhana dan lebih cepat daripada ekstraksi organik, dan cocok untuk
otomatisasi.
Cara lain pemanfaatan silika dalam proses ekstraksi asam nukleat adalah
dengan melakukan perubahan kimia pada matriks silika sehingga akan secara
spesifik berikatan dengan protein atau polisakarida. Ekstraksi asam nukleat berbasis
silika ini telah menjadi dasar metode ekstraksi asam nukleat kit komersial. Matriks
silika dalam kit komersial tersebut dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti
filter (spin column), gel (glassmilk, silica gel), suspensi (celite, plain-coarse silicate),
silika dari kontaminasi lemak, karbohidrat dan protein melalui langkah pembilasan
yang multipel. Metode ini juga mendasari pembuatan alat ekstraksi asam nukleat.
DNA/RNA
Gambar 9. DNA berikatan dengan silica akibat adanya konsentrasi garam
yang tinggi
Genomic DNA mini Kits dari invitrogen. PureLinkTM Genomic DNA mini Kits
adalah paket ekstraksi DNA yang terdiri atas lysis buffer, digestion buffer, wash
buffer 1, wash buffer 2, elution buffer, Rnase, proteinase K. Kit PureLink Genomic
DNA menggunakan kolom yang prinsip kerjanya didasarkan pada ikatan selektif
DNA pada membran berbahan silika dan garam chaotropic sehingga dapat mengikat
dan melepaskan DNA lebih efisien. Lysis buffer pada kit ini telah dioptimasi untuk
protein.
Pemurnian DNA dengan silika menjadi bahan alternatif dalam metode isolasi
DNA yang efisien dan efektif. Prinsip silika adalah pengikatan molekul air oleh
denaturan dan interaksi hidrogen dengan permukaan silika. Silika berperan sebagai
pengikat DNA sehingga pengotor dan protein yang ada di dalam sampel tidak dapat
terikat. Pengotor dan protein yang ada di dalam sampel dapat dihilangkan dengan
kapsul lemak dan merusak integritas sel, denaturasi protein dan menginaktivasi
nuklease. GuSCN dengan molaritas di atas 4 M dapat mempresipitasi DNA dan RNA
berberat molekular tinggi. Dalam lingkungan yang tinggi garam chaotropic ini
senyawa silika dapat berikatan secara spesifik dengan molekul DNA dan RNA,
sedangkan lemak dan protein kontaminan hanya mempunyai afinitas yang moderat
terhadap silika sehingga dapat dicuci bersih darinya. Absorbsi asam nukleat pada
matriks silika meningkat pada pH asam dan konsentrasi garam yang tinggi, sehingga
larutan bufer yang mengandung pH yang tinggi dan konsentrasi garam yang rendah
Metode alternatif yang berbasis matriks silika antara lain teknik hibridisasi
fragmen asam nukleat yang menggunakan probe yang didesain spesifik yang melekat
pada matriks solid atau bead magnetik. Kelemahan umum dari teknik penangkapan
seperti ini adalah selama proses pelekatan dan cuci-lepas, dapat terjadi fragmentasi
pengikat DNA atau kelompok fungsional yang berinteraksi spesifik dengan DNA.
terkontaminasi lainnya, dicuci dan akhirnya DNA yang dimurnikan dielusi dengan
menggunakan ekstraksi etanol. Cara ini cepat dan bisa otomatis. Namun, bisa lebih
Metode ini didasarkan pada interaksi spesifik antara fosfat bermuatan negatif
dari asam nukleat dan molekul permukaan bermuatan positif pada substrat. DNA
sedang, dan DNA yang dimurnikan dielusi dengan menggunakan buffer garam
tinggi. Teknologi ini lebih umum digunakan pada peralatan isolasi plasmid.
DNA juga dapat diisolasi dari organela spesifik atau partikel virus. Untuk
ekstraksi DNA semacam ini sebaiknya dilakukan isolasi organela target atau virus
tersebut terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi DNA-nya karena isolasi DNA
target dari campuran DNA (DNA total) relatif sulit. Jika dibutuhkan isolat DNA
dengan kemurnian yang tinggi, DNA dapat dimurnikan dengan density gradient
cesium klorida (CsCl). Sel dilisis menggunakan deterjen, dan lisatnya diendapkan
dengan alkohol. DNA resuspended dicampur dengan CsCl dan etidium bromida dan
tidak sesuai untuk penggunaan rutin. Metode ini menggunakan bahan kimia beracun
2.1.6 Salting-Out
potassium asetat atau amonium asetat. Endapan dipisahkan dengan sentrifugasi, dan
kontaminan lainnya dengan menggunakan metode ini mungkin tidak efisien, dan
diperlukan sebelum DNA dapat digunakan dalam aplikasi downstream. Hasil dan
gel agarose. Material elektroforesis gel yang sering digunakan untuk DNA adalah
fragmen DNA. Metode paling mudah dan paling sering digunakan adalah dengan gel
agarose horisontal. Teknik ini sangat sederhana, tidak memakan banyak waktu, dan
dapat menghasilkan fragmen DNA yang tidak dapat dipisahkan secara adekuat
dengan prosedur lain seperti density gradient centrifugation. Gel agarose merupakan
turunan polisakarida yang di dapat dari alga merah. Gel agarose dapat digunakan
untuk memisahkan molekul yang berukuran lebih dari 100 bp (base pairs). Untuk
resolusi yang lebih tinggi atau untuk separasi yang lebih efektif dari molekul DNA
merupakan fasa diam dalam pemisahan fragmen DNA dan muatan listrik sebagai
fasa geraknya.
biasanya berukuran kurang dari 100 bp. Gel ini biasanya menggunakan akrilamid
berkonsentrasi rendah (<6%) dan mengandung agen denaturing non-ionik (urea 6M).
akurat.
DNA merupakan molekul yang bersifat asam, sehingga akan bergerak dari
kutub negatif (katoda) ke kutub positif (anoda). Pergerakan DNA di dalam gel
tergantung pada berat/ukuran molekul DNA, bentuk konformasi DNA, konsentrasi
agarosa, tegangan listrik yang digunakan dan kekuatan bufer elektroforesis. Jenis
DNA. Bufer TAE (Tris-Acetate-EDTA) akan menghasilkan resolusi yang lebih baik
untuk fragmen DNA yang berukuran lebih dari 4 kb, sedangkan bufer TBE (Tris-
Borate-EDTA) akan menghasilkan resolusi yang lebih baik untuk fragmen DNA
berukuran 0,1–3 kb. Hasil dari elektroforesis dapat diamati dengan sinar ultraviolet,
yang nantinya akan tampak seperti pita-pita pada gel. Pita-pita tersebut adalah
Secara kasar gambaran yang diperoleh dari elektroforesis pada gel agarose
tersebut juga dapat digunakan untuk menaksir konsentrasi isolat DNA kita. Cara
yang lebih akurat untuk mengetahui konsentrasi dan kemurnian DNA yang diperoleh
koefisien absorbsi 0,027, DNA untai ganda 0,02 dan RNA 0,025 g per-ml per-cm
pada panjang gelombang 260 nm. Rasio absorbsi 260/280 nm dapat digunakan untuk
maksimum pada 280 nm). Sampel DNA yang murni memiliki rasio 260/280 nm
sebesar 1,8-1,9, sedangkan sampel RNA yang murni 1,9-2,0. Jika rasio tersebut di
bawah 1,8 berarti ada ketidakmurnian yang signifikan yang masih tertinggal di dalam
sampel. Saat ini sudah banyak dijual alat spektrofotometer otomatik yang secara
otomatis mengkalkulasi rasio 260/280 nm dan kuantitas asam nukleat. Yang perlu
nukleat sampel. Yang digunakan sebagai blank adalah pelarut yang digunakan untuk
komponen komponen sel lain. Sumber DNA bisa dari tanaman, kultur
mikroorganise, atau sel manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan detergen
protease (yang berfungsi mendegradasi protein) dan RNase (yang berfungsi untuk
dengan etanol dan bisa dilarutkan lagi dengan air (Ahmad, 2014).
DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen, sehingga
DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid mempunyai
ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk memisahkan DNA
plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dengan prosedur di atas.
Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan detergen. Proses ini membebaskan
DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein dan komponen lain. DNA kromosom
dan protein diendapkan dengan penambahan potasium. Kompleks DNA, protein, dan
potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Supernatan yang
mengandung DNA plasmid, RNA dan protein yang tersisa dipisahkan. Kemudian
ditambahkan RNase dan protease untuk mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya
2014).
BAB III
KESIMPULAN
Langkah utama dalam isolasi DNA dimulai dari lisis sel untuk memperoleh
lisat, pemisahan DNA terlarut dari puing-puing sel dan bahan lain yang tidak larut
serta pemurnian DNA yang diingikan dari protein terlarut dan asam nukleat lainnya.
Terdapat beberapa metode yang tersedia untuk memurnikan DNA plasmid, meliputi;
ekstraksi organik, membran silika, pemisahan magnetik, penukar ion, salting-out dan
Nasir, M., 2002, Bioteknologi: Potensi dan Keberhasilannya dalam Bidang Pertanian, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rice, G., DNA Extraction. Educational Resources, Microbial Life, Montana State
University,
Tistama, R., Widyastuti, U. dan Suharsono, 2013, Isolasi dan Karakterisasi Gen Sitrat
Sintase Bakteri Pseudomonas aeruginosa dari Filosfer Hevea brasiliensis Muell. Arg,
Jurnal Penelitian Karet, 31(2): 127-138.
Walker, J.M. dan Rapley, R., 2000, Molecular Biology and Biotechnology, Fourth Edition,
The Royal Society of Chemistry, Cambridge.
Yuwono, T., 2008, Bioteknologi Pertanian, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
http://bitesizebio.com/384/the-basics-how-phenol-extraction-works/
https://info.gbiosciences.com/blog/bid/172096/dna-purification-why-should-you-purify-
your-dna-samples
https://www.labome.com/method/DNA-Extraction-and-Purification.html
https://worldwide.promega.com/resources/product-guides-and-selectors/protocols-and-
applications-guide/dna-purification/
https://www.hielscher.com/id/ultrasonic-lysis-cell-disruption-extraction.htm