Pemetaan Jaringan Irigasi
Pemetaan Jaringan Irigasi
Pemetaan Jaringan Irigasi
ISBN 978-602-6428-73-8
ABSTRACT
Information is a basic need in today's era of globalization, especially for organizations, as well as groups of
farmers who need information on irrigation areas. With this information it is possible to anticipate all possibilities
that occur as a result of the rapid and complex changes so that agricultural production of an agricultural area can
be done in a sustainable manner by maintaining environmental conditions. The main purpose of this research is
to know the condition of Tukad Saba irrigation network in terms of network location and distribution, and to know
the function of Tukad/Saba River irrigation network especially in terms of optimization of water utilization in main
irrigation channel (primary channel), division irrigation channel (secondary channel) and drainage channel,
location / location of water gate on main channel, dividing channel and drainage channel and irrigated irrigated
rice field area Tukad Saba. This research was conducted by taking the location of this research by taking the
location of Tukad / Saba River Irrigation Area has the length of main river that is 36,023 km, with 141,701 Km 2 of
watershed area, in this river there are 11 irrigation weirs with irrigated land area 3,768 ha. This study is planned to
be conducted over 2 years (2018 to 2019), with time allocation for 2018 as the second year starting from March
2018 to October 2018. This research is a quantitative descriptive research in the form of tabulation and map
analysis through Geographic Information System. The research method used is field observation by observing the
parameters studied, primary and secondary data collection on the irrigation system reviewed include literature
review, and interview.
Keywords: Mapping, Irrigation Network, River / Tukad Saba, Geographic Information System.
ABSTRAK
Informasi merupakan kebutuhan dasar di era globalisasi sekarang ini terutama bagi organisasi, begitu juga
halnya dengan kelompok petani yang memerlukan informasi daerah irigasi. Dengan informasi ini memungkinkan
untuk dilakukannya antisipasi atas segala kemungkinan yang terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan yang
cepat dan kompleks sehingga produksi pertanian suatu daerah pertanian dapat dilakukan secara berkelanjutan
dengan mempertahankan kondisi lingkungan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui kondisi
jaringan irigasi Tukad Saba ditinjau dari letak dan sebaran jaringan, serta untuk mengetahui fungsi jaringan irigasi
Tukad/Sungai Saba terutama ditinjau dari optimalisasi pemanfaatan air di jaringan saluran irigasi utama (saluran
primer), saluran irigasi pembagi (saluran sekunder) dan saluran pembuang, letak/lokasi pintu air pada saluran
utama, saluran pembagi dan saluran pembuang serta areal persawahan yang dialiri irigasi Tukad Saba.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi pada Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi pada
Daerah Irigasi Tukad/Sungai Saba memiliki panjang sungai utama yaitu 36,023 km, dengan luas DAS 141,701
Km2, di sungai ini terdapat 11 bendung irigasi dengan luas lahan irigasi 3.768 ha. Penelitian ini direncanakan
untuk dilakukan dalam kurun waktu keseluruhan selama 2 tahun (2018 s/d 2019), dengan alokasi waktu untuk
tahun 2018 sebagai tahun kedua yaitu dimulai dari bulan Maret 2018 sampai dengan bulan Oktober 2018.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dalam bentuk tabulasi dan analisis peta melalui
Sistem Informasi Geografis. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi lapangan dengan
mengamati parameter yang diteliti, pengumpulan data primer dan sekunder pada sistem irigasi yang ditinjau
meliputi kajian pustaka, dan wawancara.
Kata kunci: Pemetaan, Jaringan Irigasi, Sungai/Tukad Saba, Sistem Informasi Geografis.
1. Pendahuluan
Pengairan yang baik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil panen gabah yang
bermutu dan berkualitas baik. Irigasi merupakan salah satu program perintah untuk memudahkan
petani dalam pengadaan sumber air untuk pertanian. Berdasarkan PP No. 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi pasal 1 nomor 12, untuk mencapai irigasi yang baik diperlukan sarana dan prasarana
penunjang seperti jaringan irigasi berupa saluran, bangunan utama, dan bangunan pelengkap
merupakan satu kesatuan yang berfungsi sebagai penyedian, pembagian, pemberian,
penggunaandan pembuangannya termasuk kegiatan membuka pintu bangunan irigasi, menyusun
rencana tata nama, menyusun sistem golongan, menyusun rencana, melaksanakan kalibrasi
pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi. Prasarana sumberdaya air
adalah bangunan air beserta bangunan lain yangmenunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air,
baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu dari prasarana tersebut didalamnya termasuk
bangunan irigasi. Secara garis besar jaringan irigasi mencakup 5 macam bangunan irigasi yaitu :
(i)Bangunan pengambilan (intake), (ii) Bangunan pembawa (saluran), (iii) Bangunan bagi dan sadap,
(iv) Bangunan pengaturan dan pengukuuran debit, (v) Bangunan pelindung dan pelengkap.
Operasi dan pemeliharaan (O & P) jaringan irigasi sangat diperlukan agar irigasi dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Salah satu bentuk O&P adalah peta jaringan irigasi. Tetapi kenyataannya
masih terdapat permasalahan peta jaringan irigasi seperti :
a. Data jaringan irigasi pada saat ini kurang up to date.
b. Penyebaran data pada umumnya tidak tersimpan dalam satu unit atau instansi tertentu. Sehingga
untuk suatu keperluan pengembangan daerah irigasi ke depan harus mengumpulkan data
tersebut pada masing – masing lokasi antar instansi dengan beragam prosedur sehingga usaha
tersebut kurang efisien dalam waktu.
c. Penyimpanan data pada instansi sering sulit dalam pencarian dan pelacakannya. Hal ini masih
kurangnya data khususnya peta jaringan irigasi dalam format digital. Sehingga data sering hilang
atau hasil data yangdiharapkan menjadi tidak lengkap.
d. Satuan ukuran data baik data kualitatif maupun data peta umumnya berbeda. Sebagai contoh
ukuran panjang ada yang menggunakan milimeter, centimeter, meter, atau kilometer.
e. Peta yang masih dalam bentuk kertas kurang terawat secara fisik. Sehingga kurang menarik
dipandang karena kumal, sobek, termakan rayap dll. Padahal nilai dari sebuah data tidak dapat
diukur nilainya.
Kabupaten Buleleng merupakan salah satu Kabupaten yang sebagian wilayahnya merupakan
persawahan masyarakat. Dalam pemenuhan pengairan untuk persawahan mereka mengandalkan
pengairan irigasi yang bersumber dari Sungai/Tukad sebagai penyedia air utamanya. Dinas PU
pengairan mengatur secara aktif sistem pengairan tersebut ke areal persawahan di beberapa wilayah
dalam Kabupaten Buleleng. Sungai yang mengalir di Kabupaten Buleleng berjumlah 88 sungai yang
sebagian besar mengalirkan air ke arah Utara pulau Bali, dari 88 sungai yang mengalir di Kabupaten
Buleleng hanya 14 sungai yang airnya potensial sebagai air baku, dari beberapa sungai potensial
yang mengalir di Buleleng salah satunya adalah Sungai Saba dan merupakan sungai yang melintasi
dua kabupaten yaitu Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng dengan jenis sungai periodik
(airnya banyak pada musim hujan dan sedikit pada musim kemarau). Sungai Saba memiliki panjang
sungai utama yaitu 36,023 km, dengan luas DAS 141,701 Km 2, di sungai ini terdapat 11 bendung
irigasi dengan luas lahan irigasi 3.768 Ha, saat ini sudah dibangun Bendungan Titab untuk dapat
menampung air guna menguranggi permasalahan yang berkaitan dengan air di wilayah sekitarnya.
Pengelolaan sumber air di muara Sungai Saba perlu dikelola dengan baik agar dapat
mendukung ketersediaan air baku di Kabupaten Buleleng. Berdasarkan persoalan tersebut, maka
dalam pengelolaan irigasi yang baik diperlukan data atau peta yang memberikan informasi kawasan
tersebut secara akurat, terkini dan mudah diakses. Pemetaan mengenai pengairan irigasi Tukad Saba
ini dilakukan dengan pertimbangan karena belum adanya media informasi komputasi berbasis Sistem
Informasi Geografis yang dapat kita manfaatkan untuk kegiatan penyampaian informasi mengenai
pengairan irigasi untuk pertanian.
2. Metode
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi pada Daerah Irigasi Tukad Saba yang masih
termasuk ke dalam Satuan Wilayah Sungai (Sub SWS) Bali Penida yakni Tukad/Sungai Saba dengan
luas daerah aliran sungai di lokasi bendungan adalah sebesar 69,54 km2 dengan panjang sungai 25
km. Secara administratif termasuk di 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Busungbiu,
Kecamatan Seririt, dan Kecamatan Gerokgak. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian,
antara lain: (1) lokasi penelitian merupakan salah satu lokasi kawasan strategis di Kabupaten
Buleleng yang telah mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan diikutsertakannya ke dalam
program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tahun
2011-2025; (2) lokasi penelitian memiliki cakupan area dampak yang cukup luas, yaitu 3 kecamatan,
sehingga kajian kondisi dan fungsi daerah irigasi turut diperlukan guna menunjang keberlanjutan
pemanfaatan air irigasi ini di kemudian hari.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif yang
digunakan adalah prosentase dalam bentuk tabulasi dan analisis peta. Metode penelitian yang
digunakan adalah observasi lapangan dengan mengamati parameter yang diteliti, pengumpulan
data primer dan sekunder pada sistem irigasi yang ditinjau meliputi kajian pustaka, wawancara
dengan pihak Dinas terkait seperti Dinas Pengairan setempat di lokasi pekerjaan.
Subjek pada penelitian ini adalah Daerah Irigasi Tukad Saba; sedangkan objek pada
penelitian ini adalah Kondisi dan Fungsi Jaringan Irigasi.Jenis data yang akan digunakan adalah data
sekunder yang bersumber dari dokumen resmi dari instansi terkait dan data primer hasil wawancara
dan pengukuran lapangan.Data primer diperoleh dari hasil Penelusuran jaringan irigasi di lapangan
menggunakan GPS, serta wawancara dengan petani (P3A) setempat.Sistem Informasi Geografis
(Geographic Information System/GIS) atau disebut juga dengan SIG merupakan sistem informasi
berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis
(Aronoff, 1989). Pengolahan data dalam pengerjaan pembuatan Pemetaan Jaringan Irigasi berbasis
SIG (Sistem Informasi Geografis) yang meliputi:
a. Pengelolaan Data Spasial
SIG membutuhkan masukan data yang bersifat spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data
tersebut antara lain adalah :
1. Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah, peta lahan baku, peta persebaran vegetasi,
dsb.).
2. Data dari sistem Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara,dsb.)
3. Data hasil pengukuran lapangan. Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas
administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas daerah irigasi, dsb.
4. Data GPS.
b. Pengolahan Data Hasil Wawancara
Data hasil wawancara Daerah Irigasi dan diformulasikan dalam tabel data (database) yang dapat
diintegrasikan dengan peta sebagai data atribut melalui editing dan analisis data.
Tabel 1. Luas dan Panjang Saluran Irigasi/Subak di Daerah Irigasi (DI)Tukad Saba
Daerah Luas (Ha) Panjang Saluran (m)
No. Subak
Irigasi Baku Fungsional Primer Sekunder
1 Bengkel Bengkel, Kekeran 331 236 2.534 6.224
2 Pelapuan Pelapuan 157 218 2.879 2.637
3 Banyuatis Kayuputih, Banyuatis 178 118 890 599
4 Pinjinan Pinjinan 64,15 64,15 2.390 1.460
5 Busungbiu- Tunju Atas Uma Desa, Tunju 255,93 161 12.194 4.029
Tunju Bawah
6 Kedis Kedis, Timbul 120,92 100 2.623,30 4.864,10
7 Gebang Gebang 65 47 1.801,20 -
8 Batu Batu Megaang 22 20 500 1.074,60
Megaang
9 Titab Titab 25 22 2.466 -
10 Asah Uma Asah Uma 22 11 1.206 -
11 Dukuh Dukuh
Sudah Menjadi Genagan Waduk Titab
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 1 di atas, kondisi jaringan irigasi Tukad Saba ditinjau dari
letak dan sebaran jaringan dapat digolongkan dalam kondisi baik. Hal ini ini dilihat dari perimbangan
luas baku dan luas fungsional masing-masing daerah irigasi di dalamnya yang tidak terpaut jauh.
Hanya 1 daerah irigasi (DI) yang sudah berfungsi, yaitu DI Dukuh dikarenakan telah menjadi
genangan waduk Titab. Pemeliharaan saluran irigasi tersier yang mejadi kewenangan pemerintah
daerah kabupaten juga tidak kalah penting untuk menunjang keberlangsungan operasional jaringan
irigasi. Oktavianti, dkk (2014) juga mengemukakan bahwa, pemeliharaan saluran irigasi tersier yang
lebih baik ditujukan agar saluran-saluran irigasi ynag tersebar dapat memenuhikondisi layanan sesuai
yang direncanakan.
4. Simpulan
Kondisi Daerah Irigasi Tukad Saba tergolong baik dengan fungsi jaringan irigasi primer dan
sekunder masih terkelola dengan baik. Namun pada jaringan irigasi tersier dan kuarter beberapa tidak
lagi difungsikan dengan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan dan
permukiman di sepanjang daerah irigasi Tukad Saba.
Daftar Rujukan
Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information System; A Management Perspective, Ottawa. WDL,
Publications.
Oktavianti, Subari, Elma Yulius. 2014. Pemetaan Daerah Irigasi Daerah Jawa Barat Berbasis Sistem
Informasi Geografis.Jurnal BENTANG Vol 2 Nomor 1 Januari 2014.