Laporan ADHF
Laporan ADHF
Laporan ADHF
DI POLIKLINIK P.DALAM
OLEH :
WINDA
(PO7120120002)
2021/2022
A. Definisi
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal jantung akut yang
didefinisikan sebagai serangan yang cepat (rapid onset) dari gejala-gejala atau tanda-
tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Disfungsi ini dapat berupa disfungsi sistolik
maupun diastolik, abnormalitas irama jantung, atau ketidakseimbangan preload dan
afterload. ADHF dapat merupakan serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya,
atau merupakan dekompensasi dari gagal jantung kronik (chronic heart failure) yang telah
dialami sebelumnya. ADHF muncul bila cardiac output tidak dapat memenuhi keutuhan
metabolisme tubuh (Putra, 2012).
Gagal jantung merupakan gejala – gejala dimana pasien memenuhi ciri berikut:
gejala – gejala gagal jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat
melakukan aktifitas, dan kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti kongestif
pulmonal atau pembengkakan tungkai (Crouch MA, DiDomenico RJ, Rodgers Jo E,
2006).
Penyakit gagal jantung yaitu jantung tidak mampu memompa pasokan darah,
untuk mempertahankan sirkulasi adekuat sesuai kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup, dimana gejalanya seperti nafas sesak selama istirahat, beraktifitas dan
kelelahan, edema pulmonal kardiogenik dengan akumulasi cairan yang cepat pada paru
dan pembengkakan pada tungkai (Arif Muttaqin, 2009). Jadi ADHF adalah gagal jantung
akut yang gagal memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh serta tidak
dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan serangannya dirasakan secara cepat.
Menurut Hanafiah (2006), faktor resiko tinggi tekena penyakit ADHF yaitu
Kerusakan
pertukaran gas
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung kongestif dengan sasaran :
1. Untuk menurunkan kerja jantung
2. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3. Untuk menurunkan retensi garam dan air.
a. TirahBaring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler
melalui induksi diuresis berbaring.
b. Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.
c. Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu
pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi
edema.
d. Revaskularisasi coroner
e. Transplantasi jantung
f. Kardoimioplasti
Penatalaksanan untuk kasus ADHF menurut Hanafiah (2006):
1. Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah :
a. Mendukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan- bahan
farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik , diet
dan istirahat.
d. Menghilangkan faktor pencetus ( anemia, aritmia, atau masalah medis lainnya)
e. Menghilangkan penyakit yang mendasarinya baik secara medis maupun bedah.
2. Penatalaksanaan sesuai klasifikasi gagal jantung adalah sebagai berikut :
a. FC I : Non farmakologi
b. FC II & III : Diuretik, digitalis, ACE inhibitor, vasodilator, kombinasi diuretik,
digitalis.
c. FC IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor seumur hidup.
3. Terapi non farmakologis meliputi :
a. Diet rendah garam ( pembatasan natrium )
b. Pembatasan cairan
c. Mengurangi berat badan
d. Menghindari alkohol
e. Manajemen stress
f. Pengaturan aktivitas fisik
4. Terapi farmakologis meliputi :
a. Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Misal : digoxin.
b. Diuretik, untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta
mengurangi edema paru. Misal : furosemide ( lasix ).
c. Vasodilator, untuk mengurangi impedansi ( tekanan ) terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Misal : natrium nitropusida, nitrogliserin.
d. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor ( ACE inhibitor ) adalah agen yang
menghambat pembentukan angiotensin II sehingga menurunkan tekanan darah.
Obat ini juga menurunkan beban awal ( preload ) dan beban akhir ( afterload ).
Misal : captopril, quinapril, ramipril, enalapril, fosinopril,dll.
e. Inotropik ( Dopamin dan Dobutamin )
- Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah , curah jantung dan
produksi urine pada syok kardiogenik.
- Dobutamin menstimulasi adrenoreseptor di jantung sehingga meningkatkan
kontraktilitas dan juga menyebabkan vasodilatasi sehingga mengakibatkan
penurunan tekanan darah. Dopamin dan dobutamin sering digunakan bersamaan.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk kasus ADHF menurut Hanafiah (2006):
1) Laboratorium :
a. Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
b. Elektrolit : K, Na, Cl, Mg.
c. Enzim jantung (CK-MB, Troponin, LDH).
d. Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, kreatinin, urin lengkap, SGOT, SGPT.
e. Gula darah
f. Kolesterol, trigliserida
g. Analisa gas darah
2) Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
a. Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
b. Pembesaran jantung (LVH : Left Ventricular Hyperthropy)
c. Aritmia
d. Perikarditis
3) Foto rontgen thoraks, untuk melihat adanya :
a. Edema alveolar
b. Edema interstitials
c. Efusi pleura
d. Pelebaran vena pulmonalis
e. Pembesaran jantung
f. Echocardiogram menggambarkan ruang-ruang dan katup jantung
g. Radionuklir
h. Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
i. Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard.
4) Pemantauan hemodinamika (Kateterisasi Arterial Pulmonal Multilumen) bertujuan
untuk:
a. Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
b. Mengetahui saturasi oksigen di ruang-ruang jantung
c. Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
d. Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat reccurent.
e. Mengetahui beratnya lesi katup jantung
f. Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
g. Agiografi ventrikel kiri
h. Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri coroner)
5) Echocardiogram, menggambarkan ruang-ruang dan katup jantung.
H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya benda
asing, adanya suara nafas tambahan.
b. Breathing
Frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas
tambahan.
c. Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan.
pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas/istirahat
- Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
- Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas.
b. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung,
bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak
kaki, abdomen.
- Tanda : TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan), Tekanan Nadi ; mungkin
sempit, Irama Jantung ; Disritmia, Frekuensi jantung ; Takikardia , Nadi apical ;
PMI mungkin menyebar dan merubah, posisi secara inferior ke kiri, Bunyi
jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat, terjadi, S1 dan S2 mungkin
melemah, Murmur sistolik dan diastolic, Warna ; kebiruan, pucat abu-abu,
sianotik, Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian, kapiler lambat,
Hepar ; pembesaran/dapat teraba, Bunyi napas ; krekels, ronkhi, Edema ;
mungkin dependen, umum atau pitting , khususnya pada ekstremitas.
c. Integritas ego
- Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
- Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan
mudah tersinggung.
d. Eliminasi
- Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
e. Nutrisi
- Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak,
diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
- Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta
edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f. Higiene
- Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
- Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
- Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
- Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit
pada otot.
- Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
i. Pernapasan
- Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan.
- Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j. Interaksi sosial
- Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropic
2. Bersihan jalan tidak efektig b.d penurunan reflek batuk, penumpukan secret.
J. Perencanaan Keperawatan
No Dx Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. 1. Penurunan curah Setelah diberikan 1. auskultasi 1. biasanya terjadi
jantung b.d asuhan nadi apical, kaji takikardi (meskipun
perubahan keperawatan frekuensi dan pada saat istirahat)
kontraktilitas selama 1 x 24 jam irama jantung. untuk
miokardial/perub diharapkan tanda 2. catat bunyi mengkompensasi
ahan inotropic vital dalam batas jantung penurunan
yang dapat 3. kaji kulit kontraktilitas
diterima terhadap pucat ventrikel
(distrimia sianosis 2. S1 dan S2
terkontrol atau 4. berikan mungkin lemah
hilang) dan bebas oksigen karena menurunnya
gejala gagal tambahan kerja pompa, irama
jantung. Dengan dengan kanula gallop umum (S3 dan
kriteria hasil : nasal/masker S4) dihasilkan
1.tanda vital dan obat sesuai sebagai aliran darah
dalam rentang, indikasi ke serambi yang
normal (tekanan (kolaborasi) distensi. Murmur
darah, 5. berikan obat dapat menunjjukan
nadi,respirasi) TD sesuai indikasi : inkompetensi/stenosis
: 120/80 MmHg, diuretic, katup.
N : 60-100 vasodilator, 3. pucat menunjukan
x/menit, RR: 16- antikoagulan menurunnya perfusi
24 x/menit perifer sekunder
2. dapat terhadap tidak
mentoleransi adekuatnya curah
aktivitas, tidak jantung,
ada kelelahan. vasokonstriksi dan
3. tidak ada anemia. Sianosis
edema paru, dapat terjadi sebagai
perifer, dan tidak refraktori GJK. Area
ada ansietas yang sakit sering
berwarna biru atau
belang karena
peningkatan kongesti
vena.
4. meningkatkan
sediaan oksigen
untuk kebutuhan
miokard untuk
melawan efek
hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat
digunakan untuk
meningkatkan
volume sekuncup,
memperbaiki
kontraktilitas dan
menurunkan
kongesti.
5. tipe dan dosis
diuretic tergantung
pada derajat gagal
dan status fungsi
ginjal. Penurunan
preload paling
banyak digunakan
dalam mengobati
pasien dengan curah
jantung relative
normal ditambah
dengan gejala
kongesti. Diuretic
mempengaruhi
reabsorpsi natrium
dan air vasodilator
digunakan untuk
meningkatkan curah
jantung, menurunkan
volume sirkulasi dan
tahanan vaskuler
sistemik, juga kerja
ventrikel.
Antikagulan
digunakan untuk
mencegah
pembentukan
thrombus/emboli
pada adanya faktor
risiko seperti statis
vena, tirah baring,
disitmia jantung.
2. Kelebihan volume Setelah diberikan 1.pantau 1.pengeluaran urine
cairan berhubungan asuhan pengeluaran mungkin sedikit dan
dengan menurunnya laju keperawatan 2 x urine, catat pekat karena
filtrasi glomerulus 24 jam jumlah dan penurunan perfusi
(menurunnya curah diharapkan warna saat hari ginjal. Posisi
jantung) / meningkatnya keseimbangan dimana diuresia terlentang membantu
produksi ADH dan volume cairan terjadi. diuresis sehingga
retensi natrium/air dapat 2. pantau/hitung pengeluaran urine
dipertahankan. keseimbangan dapat ditingkatkan
Dengan kriteria pemasukan dan selama tirah baring.
hasil : pengeluaran 2. terapi diuretic
1.bunyi nafas selama 24 jam. dapat disebabkan
bersih, tidak ada 3. pertahankan oleh kehilangan
dyspnea dan duduk atau tirah cairan tiba-
ortopneu baring dengan tiba/berlebihan
2. terbebas dari posisi (hipovolemia)
distensi vena semifowler meskipun
jugularis, reflek selama fase akut edema/asites masih
hepatojugular 4. pemberian ada.
3. tekanan obat sesuai 3. posisi tersebut
venasentral, indikasi meningkatkan filtrasi
tekanan kapiler (kolaborasi) : ginjal dan
paru, output diuretic, tiazid menurunkan produksi
jantung dan vital 5. konsultasi ADH sehingga
sign dalam batas dengan ahli diet meningkatkan
normal TD : diuresis.
120/80 MmHg, 4. diuretic
N : 60-100 meningkatkan laju
x/menit, RR : 16- aliran urine dan dapat
24 x/menit menghambat
reabsorpsi
natrium/klorrida pada
tubulus ginjal. Tiazid
meningkatkan
diuresis tanpa
kehilangan kalium
berlebihan.
5. perlu memberikan
diet yang dapat
diterima klien yang
memenuhi kebutuhan
kalori dalam
pembatasan natrium.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/367835235/Laporan-pendahuluan-ADHF
https://id.scribd.com/document/465548900/LAPORAN-PENDAHULUAN-ADHF-docx