10 - Pebi Kusuma Dewi - 19016039 - Makalah Kelompok 4
10 - Pebi Kusuma Dewi - 19016039 - Makalah Kelompok 4
10 - Pebi Kusuma Dewi - 19016039 - Makalah Kelompok 4
Oleh Kelompok 4:
Aprilia Rosa (19016071)
Pebi Kusuma Dewi (19016039)
Resti Fauzi (19016043)
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Konteks, teks, dan
inferensi wacana”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai bantuan dari beberapa pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami meminta pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara lisan ataupun tertulis. Berbeda dengan itu, bahasa Indonesia adalah alat komunikasi
paling penting untuk mempersatukan seluruh elemen bangsa. Sebagai warga negara haruslah
mengetahui apa yang ada dalam bahasa Indonesia sendiri. Pemakaian bahasa yang baik harus
selalu diimplementasikan dalam pemakaian bahasa sehari, baik dalam formal maupun
nonformal.
Pada dasarnya para filosuf dan linguist mempersoalkan wacana yang berkaitan dengan
pemahaman tindakan manusia yang dilakukan dengan (verbal) dan bukan bahasa (non
verbal). Lahirlah teori tentang wacana yang merupakan unsur kebahasaan yang paling
kompleks dan lengkap. Bahasa digunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan dalam
kehidupan bermasyarakat, bahasa itu bermacam-macam dari segi atau pandangan yang
berbeda. Namun, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat
pragmatis. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tindak tutur manusia dan makna
yang didalamnya berkiatan dengan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis.
Secara kuantitatif jumlah tenaga guru telah cukup memadai, tetapi mutu serta Wacana
dapat dilihat dari berbagai segi dalam buku kajian wacana Mulyana (2005: 2 -7) yaitu aspek
sintaksis dalam wacana, kohesi dan koherensi kewacanaan, fungsi konteks dalam wacana,
hubungan antar kalimat dalam satuan wacana, dan jenisnya. Wacana juga memiliki dua unsur
pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal
berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan
hal-hal di luar wacana itu sendiri salah satunya inferensi. Kedua unsur tersebut membentuk
satu kepaduan dalam struktur yang utuh.
Unsur internal wacana meliputi kata dan kalimat, teks dan konteks, sedangkan unsur
eksternal wacana meliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks wacana.
Inferensi secara leksikal berarti kesimpulan (Mulyana, 2005:19). Istilah itu dalam bidang
wacana berarti sebagai proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang
secara harfiah tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara atau
penulis. Pembaca harus dapat mengambil pengertian pemahaman suatu makna tertentu.
Dengan kata lain, pembaca harus mampu mengambil kesimpulan sendiri, meskipun makna
itu tidak terungkap secara eksplisit.
Penerapan kajian wacana dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dengan
menganalisis penggunaan bahasa, baik secara lisan maupun tertulis yang berbentuk ujaran.
Kajian wacana tentang inferensi berkaitan erat dengan bahasa. Oleh karena itu, setiap
manusia harus memiliki maksud, makna, dan fungsi yang akan dituturkan kepada lawan
bicaranya tidak hanya mengerti yang diucapkan oleh si penutur tetapi juga konteks ujaran
yang digunakan tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan konteks?
2. Apa yang dimaksud dengan teks?
3. Apa yang dimaksud dengan inferensi wacana?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang metode
penelitian kuantitatif. Adapun tujuan penulisan, sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan tentang konteks?
2. Untuk menjelaskan tentang teks?
3. Untuk menjelaskan tentang inferensi wacana?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konteks
1. Pengertian Konteks
Konteks adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara
eksternal melingkuppi sebuah wacana (Sumarlam, dkk. 2008: 47). Sejalan dengan
pendapat Halliday dan Hasan (1992) mengatakan bahwa konteks wacana adalah teks
yang menyertai teks lain. Teks itu meliputi tidak hanya dilisankan dan dituliskan, tetapi
termasuk kejadian yang nonverbal lainnya keseluruhan lingkungan teks tersebut.
Konteks merupakan salah satu unsur eksternal dari wacana, yaitu implikatur,
presuposisi, referensi, dan inferensi. Brown dan Yule (1983) mengatakan bahwa konteks
adalah lingkungan (environment) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa digunakan.
Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks. Sependapat dengan Guy
Cook (dalan Sumarlam, 2008) menyatakan bahwa konteks memasukan situasi dan hal
yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam
bahasa, situasi dimana teks diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya.
Menurut Mulyana (2005: 71), konteks adalah situasi atau latar terjadinya suatu
komunikasi. Konteks juga dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu
pembicaraan dan dialog. Dalam hal ini, konteks pemakaian bahasa dibedakan menjadi
empat bagian, yaitu konteks fisik, konteks epistemis, konteks linguistik, dan konteks
sosial.(Djajasudarma, 2010: 35). Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan
bergantung pada konteks yang melatarbelakangi pristiwa tuturan itu. memahami sebuah
wavana (naskah atau teks) tidak dapat terlepas dari konteksnya. Menurut Sumarlan, dkk
(2008:47) konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang
secara eksternal melingkupi sebuah wacana.
Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi
wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana, jenis
kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dalam banyak hal menggambarkan
wacana (Misalnya seseorang berbicara dengan pandangan tertentu karena ia
berpendidikan atau seseorang yang sudah dewasa). Kedua, setting sosial, tertentu (tempat,
waktu, posisi pembicara dan pendengar dan lingkungan fisik adalah konteks yang
berguna untuk mengerti suatu wacana), Misalnya berbicara di ruang kelas berbeda
dengan berbicara di pasar karena situasi sosial dan aturan yang melingkupinya berbeda.
Wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konteks
bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut ko-teks, sedangkan konteks luar
bahasa (extra linguistic context) disebut dengan konteks situasi dan konteks budaya atau
konteks saja. Konteks bahasa atau ko-teks disebut dengan istilah “konteks internal
wacana” (internal-discourse context) atau disingkat “konteks internal”; sedangkan segala
sesuatu yang melingkupi wacana, baik konteks situasi maupun konteks budaya disebut
3
“konteks eksternal wacana” (external-discourse context) atau disingkat “konteks
eksternal”. (Malinowski dalam Sumarlam, dkk. 2008: 47).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa konteks adalah
Sesuatu yang berada di luar teks, yang mendandung makna dan tujuan yang melatari
terjadinya tuturan seseorang kepada orang lain.
2. Jenis-jenis Konteks
Shobur (2006: 57) menyatakan bahwa pada dasarnya, konteks pemakaian bahasa
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu konteks fisik, konteks epistemis, konteks
linguistik, dan konteks sosial.
a. Konteks fisik (physical Context), konteks yang meliputi tempat terjadinya pemakaian
bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu,
dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu.
b. Konteks epistemis (epistemic contect) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama
diketahui oleh pembicara maupun pendengar. Artinya bagaimana pengetahuan tersebut
menunjukkan penggunaan bahasa dan interprestasi tuturannya.
c. Konteks linguistik (linguistic context), konteks yang terdiri atas kalimat-kalimat atau
tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa
komunikasi.
d. Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi
hubungan antara pembicara (penutur). Konteks sosial mengacu kepada segala sesuatu di
luar yang tertulis atau terucap, yang mendampingi bahasa atau teks dalam peristiwa
pemakai bahasa atau interaksi sosial.
B. Teks
1. Pengertian Teks
Menurut Kridalaksana (2011), teks adalah suatu ujaran yang dihasilkan
berdasarkan tindak tutur berupa kalimat, kata dan lainnya dalam satuan bahasa lengkap
yang sifatnya abstrak. Teks dapat diwujudkan dalam percakapan. Oleh sebaba itu, teks
merupakan kesatuan bahasa yang memiliki kesatuan bentuk lisan dan tulisan dari
penyampaian pesan kepada penerima pesan. Komunikasi lisan ataupun tulisan
hendaknya dapat dimenegrti oleh penerima pesan, agar pesan yang disampaikan tidak
mengalami kesalahpahaman. Teks juga diartikan sebagai bahasa yang sedang
melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi.
Teks dapat diartikan sebagai wacana lisan. Namun, teks dan wacana sering
dianggap sama. Teks merupakan perwujudan dari wacana. Disisi lain tidak semua teks
mengandung wacana, akan tetapi setiap wacana pasti merupakan sebuah teks. Ada juga
yang beranggapan bahwa kata wacana dan teks merupakan istilah yang berbeda.
Menurut Stubbs (dalam Nababan, 1987) mengakatan bahwa teks dan wacana
merupakan tuturan dua hal yang berbeda. Teks merupakan suatu tuturan yang monolog
non-interaktif, sedangkan wacana merupakan tuturan yang bersifat interaktif. Dalam
4
teks selalu terkandung unsur tekstur dan struktur. Dengan demikian, perbedaan antara
teks dan wacana terletak pada segi pemakaiannya saja.
Teks adalah bentuk bahasa yang sistematis dan disampaikan dengan lisan
maupun tertulis. Teks merupakan konstruksi bahasa dari satuan kata hingga wacana.
Senada dengan pendapat Cook dalam Goziyah (2018:1) juga berpendapat bahwa teks
adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas,
tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra
dan sebagainya. Teks merupakan seperangkat unit bahasa baik lisan maupun tulisan,
dengan ukuran tertentu, makna tertentu, serta tujuan tertentu Zainurrahman (dalam
Rahmawati, 2016: 49).
Teks bersifat sistematis dan memiliki struktur teratur dengan elemen-elemen
yang apabila terjadi perubahan pada salah satu elemen maka akan berdampak sistemik.
Teks dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau wacana, yang memiliki karakteristik
tertentu yang secara konvensional diterima, dan secara kognitif dipahami yang
kemudian karakteristik teks itu sendiri disebut tekstur (texture). Menurut Nunan (1993:
6), istilah teks dan wacana dapat saling bertukar, segingga definisi keduanya bisa sama.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
teks adalah satu kesatuan bahasa yang berupa kumpulan kalimat-kalimat secara tertulis
maupun berupa ujaran-ujaran atau dalam bentuk lisan. Sebuah kalimat merupakan
kumpulan beberapa kata-kata dan kata merupakan kumpulan suku kata serta kata
merupakan kumpulan dari beberapa huruf yang tersusun sesuai dengan kaidah dari
suatu bahasa untuk menyampaikan pesan tertentu.
Didalam sebuah teks dibutuhkan penekanan pada makna (lebih jauh dari
interpretasi dengan kemampuan integratif, yaitu inderawi, daya pikir, dan akal budi).
Artinya, setelah mendapat sebuah teks yang telah ada dan telah mendapat sebuah
gambaran tentang teori yang akan dipakai untuk membedah masalah, maka langkah
selanjutnya adalah memadukan kedua hal tersebut menjadi satu kesatuan
2. Jenis-jenis Teks
Ada tiga macam jenis teks, yaitu, teks naratif, teks deskriptif, dan teks argumentatif.
a. Teks Naratif
Berdasarkan bentuk naratif, teks terbagi atas lima macam, sebagai berikut.
1) Teks naratif, teks yang bertujuan untuk memikat atau menghibur pembaca atau
pendengar melalui cerita.
2) Teks recount, teks yang bertujuan untuk menceritakan kejadian atau
serangkaian kejadian yang terjadi dimasa lampau.
3) Teks spoof, teks yang bertujuan untuk menceritakan peristiwa dengan cara
melibatkan humor, serta untuk menghivur pembaca atau pendengar.
4) Teks anekdot, teks yang bertujuan untuk berbagi sesame pengalaman yang tidak
biasa atau kecelakaan yang menggelitik.
5
5) Teks news item , teks yang bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca
ataau pendengar tentang even-even yang dianggap penting dan layak dijadiikan
berita.
b. Teks Deskriptif
Berdasarkan bentuk deskriptif, teks terbagi atas tiga macam, sebagai berikut:
1) Teks deskriptif, teks yang bertujuan untuk menjelaskan seseorang, tempat atau
benda secara detail.
2) Teks report, teks yang bertujuan untuk mempresentasikan informasi tentang
sesuatu apa adamya. Informasi ini merupakan hasil dari pengamatan dan
analisis yang sistematik.
3) Teks explanation, teks yang bertujuan untuk menjelaskan proses terciptanya
sesuatu yang terjadi secara alamiah, atau proses bekerjanya fenomena alam
maupun sosial.
c. Teks Argumentatif
Berdasarkan bentuk argumentatif, teks terbagi atas empat macam, sebagai berikut.
1) Teks eksposisi analitik, teks yang bertujuan ntuk mengungkapkan pada
pembaca bahwa suatu hal adalah hal yang penting.
2) Teks eksposisi hortatorik, teks yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca
bahwa sesuatu harus atau tidak harus dilakukan.
3) Teks diskusi, teks yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan opini
terhadap sebuah isu melalui dua kaca mata yang berimbang (pro isu dan kontra
isu).
4) Teks argumentatif, teks yang bertujuan untuk menyajikan masalah yang
kontrradiktif, artinya masalah tersebut didiskusikan melalui dua kaca mata yang
berbeda (pro dan kontra).
C. Inferensi Wacana
1. Pengertian Inferensi (inference)
Inferensi atau inference secara leksikal berarti kesimpulan (Echols dan Hassan
dalam Surana, 2017: 238). Dalam bidang wacana, istilah inferensi adalah sebuah proses
yang harus dilakukan pembaca atau pendengar untuk memahami makna yang secara harfiah
tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan pembicara atau penulis. Inferensi
merupakan salah satu unsur-unsur eksternal wacana, selain presuposisi dan implikatur.
Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Inferensi merupakan proses
penarikan simpulan yang digunakan pendengar terhada ujaran yang disampaikan penutur
yang simpulan tersebut ditentukan oleh situasi dan konteks.
Menurut Yani (2021: 129), inferensi dalam wacana memiliki definisi usaha,
tidakan, atau proses untuk mendapatkan kesimpulan dari informasi yang telah diketahui
berdasarkan bukti secara langsung. Inferensi dinilai penting untuk dikaji karena untuk
memahami sebuah konteks pendengar atau pembaca tidak langsung dapat memahami begitu
6
saja, karena dalam inferensi juga harus memahami kalimat dan frasa. Karena kata dan frasa
merupakan struktur yang membangun kalimat. Menurut Fatimah (1994:43) inferensi terjadi
bila proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna
yang secra “harfiah” tidak terdapat pada wacana yang diungkapkan oleh pembicara atau
penulis. Pembaca atau pendengar dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud)
pembicara atau penulis.
Dalam wacana lisan yang bersifat dialogis (percakapan), makna-makna ujaran
tidak hanya ditentukan oleh aspek-aspek formal bahasa (kalimat), melainkan juga oleh
konteks situasional. Gumperz (dalam Lubis, 1993:68) mengemukakan bahwa inferensi
percakapan adalah proses interprestasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Dengan
cara itu pula pendengar dapat memberikan responnya. Di samping aspek konteks
situasional, aspek-aspek sosio-kultural juga menjadi faktor penting dalam memahami
wacana inferen.
Selain itu, inferensi sangat diperlukan untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif terhadap alur percakapan yang terkait akan tetapi kurang jelas hubungannya.
Proses inferensi inilah yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk
mendapatkan kesimpulan yang jelas dan memiliki sifat yang mutlak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat sisimpulkan bahwa inferensi adalah
proses yang harus dilakukan pembaca atau pendengar untuk memahami makna yang secara
harfiah tidak terdapat didalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis.
Dengan kata lain, pembaca harus harus mampu mengambil pengertian, pemahaman, dan
penafsiran suatu makna tertentu dan harus sesuai dengan pemahaman penulis atau
pembicara (mengambil kesimpulan sendiri).
2. Jenis-jenis Inferensi Wacana
Inferensi wacana adalah kesimpulan proses yang harus dilakukan oleh komunikan
untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang
diungkapkan oleh komunikator (Sumarlam, 2003: 51).
Ada tujuh jenis inferensi wacana, sebagai berikut.
1) Inferensi Wacana Politis
Inferensi wacana politis berhubungan dengan masalah politik. Selain itu, wacana
politis merupakan wacana yang berkaitan dengan ketatanegaraan, segala urusan dan
tindakan mengenai pemerintahkan Negara, serta cara bertindak (dalam menghadapi atau
menangani suatu masalah).
Contoh :
SBY prihatin banyak permasalahan di pilkada.
2) Inferensi Wacana Sosial
Inferensi wacana sosial berhubungan dengan kehidupan sosial dan kehidupan
sehari-hari dalam bermasyarakat.
Contoh :
a) Suhu di Indonesia akan lebih panas satu derajat.
7
b) Jakarta bebas banjir butuh waktu 25 tahun.
3) Inferensi Wacana Ekonomi
Inferensi wacana ekonomi agar berkaitan dengan masalah ekonomi. Banyak
istilah yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi.
Contoh :
Pemerintahan buy back SUN (Surat Utang Negara) Rp 1 triliyun.
4) Inferensi Wacana Budaya
Inferensi wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan dan adat serta
kesenian. Istilah-istilah dalam bidang budaya sangat beragam
Contoh :
Gebyar dalang lintas generasi 2010 masuk Museum Rekor Dunia.
5) Inferensi Wacana Militer
Inferensi wacana militer adalah wacana yang hanya digunakan dan
dikembangkan di dunia militer. Instansi militer dikenal sangat suka menciptkana istilah-
istilah khusus yang hanya dikenal oleh kalangan militer. Istilah dalam dunia militer
misalnya, operasi militer, desersi (lari meninggalkan dinas ketentaraan), intelijen (orang
yang bertugas mencari atau mengamati seseorang, dinas rahasia), apel pagi, sumpah
prajurit, dan sebagainya.
Istilah-istilah dalam dunia militer juga banyak yang diakronimkan, seperti:
koramil (komando rayon militer), capratar (calon prajurit taruna), dephankam
(departemen pertahanan dan keamanan), mayjen (mayor jenderal), letjen (letnan
jenderal), dan masih banyak yang lainnya (Mulyana, 2005: 61).
6) Inferensi Wacana Hukum dan Kriminalitas
Inferensi hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-undang, peraturan,
dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Kriminalitas adalah hal
yang bersifat criminal, perbuatan yang melanggar hukum pidana, atau kejahatan.
Walaupun keduanya berbeda tetapi menjadi satu kesatuan.
Comtoh :
Vonis hakim lebih ringan
7) Inferensi Wacana Olahraga dan Kesehatan
Inferensi wacana adalh inferensi bidang olahraga dan kesehatan bisa dibedakan
meskipun keduanya berkaitan dan munhkin memiliki timbale balik.
Contoh :
Bambang dijual ke PSMS Medan.
3. Contoh Inferensi Wacana
Inferensi adalah proses yang dilakukan oleh pembaca (pendengar) melalui apa yang
ditulis (diucapkan) sampai pada apa yang diinginkan penulis (pembicara).
Perhatikan contoh berikut ini.
“Panas juga dengan jendela-jendela tertutup begini”
8
Pada ujaran “panas juga dengan jendela-jendela tertutup begini” memiliki arti
bahwa, ketika pendengar menerima konteks tertentu, ia harus mengambil kesimpulan
bahwa pembicara bermaksud menyampaikan “tolong bukakan jendela-jendelanya”. Jadi,
dalam ujaran di atas, untuk memahamai sesuatu harus diperlukan proses tambahan untuk
memahami permintaan tak langsung serta dengan menggunakan penafsiran-penafsiran
bersifat interferensial.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
sebuah wacana sangat diperlukan teks, konteks, dan inferensi. Unsur internal wacana
meliputi kata dan kalimat, teks dan konteks, sedangkan unsur eksternal wacana meliputi
implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks wacana.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan bergantung pada konteks yang
melatarbelakangi pristiwa tuturan itu. memahami sebuah wavana (naskah atau teks) tidak
dapat terlepas dari konteksnya. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh
terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi
wacana, jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dalam banyak hal
menggambarkan wacana. Kedua, setting sosial, tertentu (tempat, waktu, posisi pembicara
dan pendengar dan lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu
wacana). Konteks juga memiliki tujuh unsur yaitu Penutur dan Pendengar, Topik
Pembicaraan, Latar Peristiwa, Penghubung, Kode, Bentuk Pesan, dan Peristiwa Tutur.
Konteks memiliki peranan penting dalam memberi bantuan untuk menafsirkan suatu wacana
terutama dalam komunikasi.
Salah satu unsur internal wacana adalah teks. teks adalah suatu ujaran yang dihasilkan
berdasarkan tindak tutur berupa kalimat, kata dan lainnya dalam satuan bahasa lengkap yang
sifatnya abstrak. Didalam sebuah teks dibutuhkan penekanan pada makna (lebih jauh dari
interpretasi dengan kemampuan integratif, yaitu inderawi, daya pikir, dan akal budi). Teks
juga tedapat jenisnya yiatu teks naratif, teks deskriptif, dan teks argumentatif.
Inferensi adalah proses yang harus dilakukan pembaca atau pendengar untuk
memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat didalam wacana yang diungkapkan
oleh pembicara atau penulis. Dengan kata lain, pembaca harus harus mampu mengambil
pengertian, pemahaman, dan penafsiran suatu makna tertentu dan harus sesuai dengan
pemahaman penulis atau pembicara (mengambil kesimpulan sendiri).
B. Saran
Setelah mempelajari mengenai unsur-unsur wacana yang terdiri atas teks, konteks, dan
inferensi wacana diatas, kami sebagai penulis mengharapkan pembaca makalah ini dapat
menjadikan makalah ini sebagai salah satu acuan dalam mengembangkan pemahamannya
mengenai teks, konteks, dan inferensi wacana. Jika dari pembaca masih menemukan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami dari penulis akan memperbaiki lagi demi
kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Goziyah. (2018). Studi Wacana Bahasa Indonesia: Kajian Wacana Kritis. Tangerang:
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Halliday, M. A. K dan Hassan, R. (1992). Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa
dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan oleh Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahmawati, I. Y. (2016). Analisis Teks dan Konteks pada Kolol Opini Latihan Bersama
Al Komando Kompas. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. IV, No. I,
(Online), (http://journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/article/viewFile/53/50, diakses 11
Maret 2022).
Sumarlam. (2003). Teori dan Praktek Analisis Wacana Surakarta: Pustaka Cakra.
Sumarlam. (2008). Teori Dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
T, Fatimah Djajasudarma. 1994. Wacana Pemahaman dan Hubungan Antar unsur. Bandung:
PT. Eresco
Yani, N, dkk. (2021). Inferensi pada Wacana Rubrik Opini Koran Jawa Pos Edisi Desember
2020 Maret 2021. Jurnal Kependidikan, Pembelajaran, dan Pengembangan, Vol. III, No.
II, 129-134 (Online),
(https://ejournal.billfath.ac.id/index.php/karangan/article/view/146/130, diakses 11 Maret
2022).
11