Jurnal Solid Tab PARACETAMOL Kel 2 Ganjil

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

“PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL 500 mg DENGAN METODE


GRANULASI BASAH”

Disusun Oleh:

Kelompok 2 Ganjil

1. Aulya Dini Safitri (PO.71.39.1.20.045)


2. Mustaghfiroh Rahmah (PO.71.39.1.20.051)
3. Deswinda Ayu Lestarisa (PO.71.39.1.20.065)
4. Nur Alfiyah Restiayu (PO.71.39.1.20.069)
5. Asi Anisa (PO.71.39.1.20.071)
6. Salsyabila Wonika (PO.71.39.1.20.075)
7. Olla Thiifu Nur’annisa (PO.71.39.1.20.079)

Reguler 2 B

Dosen Pembimbing :
1. Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M. Kes
2. Drs. Sadakata Sinulingga, Apt., M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
I. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan tablet paracetamol
500 mg sebagai zat berkhasiat dengan metode granulasi basah.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan tablet paracetamol

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang paling banyak digunakan.
Sebagian besar tablet dibuat dengan metode kompresi atau pengempaan, yaitu
dengan cara memberi tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Selain dengan metode kompresi, tablet juga dapat dibuat dengan metode
cetak, yaitu dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke
dalam lubang cetakan (Ditjen POM., 1995).

Tablet adalah sediaan farmasi yang padat, berbentuk bundar pipih atau cembung
rangkap.Bentuk ini paling banyak beredar dipasaran bila dibandingkan dengan
bentuk-bentuk obat lainnya. Ini disebabkan karena bentuk “tablet” ini adalah bentuk
obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakainnya.
Untuk pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga diperlukan zat
tambahan/zat pembantu, misalnya talk, amilum, magnesium, stearat dsb
(Widjajanti, 1989).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal. 244).
Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

B. Kriteria Tablet
1. Harus mengandung zat aktif dan nonaktif yang memenuhi persyaratan.
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

C. Keuntungan dan Kerugian Tablet


1. Keuntungan
a. Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
b. Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik
c. Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih
kecil
d. Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
e. Dapat dijadikan produk dengan pelepasan yang bisa diatur
f. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air
g. Merupakan sediaan yang mudah diproduksi masal dengan pengemasan
yang mudah dan murah
h. Dapat disalut untuk melindungi rasa yang tidak enak dari sediaan.

2. Kerugian
a. Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
b. Formulasi tablet cukup rumit
c. Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
d. Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak
enak dari obat

D. Metode Pembuatan Tablet


Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet
ini disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet. Pada
praktikum kali ini digunakan paracetamol sebagai zat aktif, perlu diketahui bahwa
paracetamol memiliki karkteristik kompaktibilitas kurang baik dan sifat alirnya
yang buruk maka untuk memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas tersebut
pembuatan yablet paracetamol menggunanakan metode granulasi basah.
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode
ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas (Lachman
et al, 1994).
a. Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik.
2. Meningkatkan kompresibilitas.
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai.
4. Mengontrol pelepasan.
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
6. Distribusi keseragaman kandungan.
7. Meningkatkan kecepatan disolusi.

b. Kekurangan metode granulasi basah :


1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2. Biaya cukup tinggi.
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.

c. Langkah-langkah dalam metode granulasi basah :


1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan, bahan
pengisi biasanya laktosa, kaolin, manitol, amylum, gula bubuk.

2. Pembuatan granulasi biasa


Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper ke dalam
cetakan mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah
campuran serbuk menjadi granula yang bebas mengalir ke dalam cetakan
disebut granulasi.
3. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul
Umumnya granulasi basah ditekan melalui ayakan no 6 atau 8, lalu
disalurkan kedalam fludbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada
alat yang dibuat berlubang-lubang.
4. Pengeringan
Kebanyakan granul dikeringkan dalam area pengering dengan system
sirkulasi udara dan pengendalian temperatur, pada metode ini granul
dikeringkan pada keadaan tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan udara
yang hangat, pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat granul
diubah menjadi larutan atau suspensis dan disemprotkan, dikeringkan dalam
fluidizedbed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah
mengalir.
5. Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih
kecil dari yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli.
6. Pencampuran bahan pelicin
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelicir kering ditambahkan ke
dalam granul.
7. Pembuatan tablet dengan kompresi
Cara kerjanya memasukkan granul ke dalam ruang cetakan dan dikempa
oleh kedua gerakan punch atas dan die bawah (Ansel, 1989).

E. Masalah dalam Pembuatan Tablet


1. Capping
Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang disebabkan
terlalu banyak tekanan saat pencetakan, adanya udara yang terperangkap saat
granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak fines, pemasangan punch dan
dies yang tidak pas.
2. Lamination
Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi segera setelah
kompresi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya dalah udara yang terjerat
dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi atau overlubrikasi
dengan stearat.
3. Sticking
Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga punch bawah
tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang bersih, tablet
dikompresi pada kelembaban tinggi.
4. Picking
Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang bahan yang dikompresi berminyak/ lengket.
5. Filming
Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu tinggi akan melelehkan bahan
dengan titik lebur rendah seperti lemak/ wax. Bisa juga karena punch
kehilangan pelican. Hal ini dapat diatasi dengan mengencerkan bahan yang
bertitik leleh rendah dengan bahan yang titik lelehnya tinggi sehingga
mengurangi penempelan.
6. Chipping dan Cracking
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak di bagian atas karena
tekanan yang berlebih.
7. Binding
Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.
8. Mottling
Distribusi za warna yang tidak homogeny. Penyebabnya adalah migrasi zat
warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang bawah masih basah).

F. Bahan-bahan Tambahan Tablet


1. Pengisi
Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi
tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah
pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert. Secara farmakologi,
zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari
sedian tablet.

Contoh, interaksi basa atau garam-garam amin dengan laktosa dan alkali basa
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide.

Penggunaan dari pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang
diingankan. Bahan pengisi yang sering digunakan antara lain; laktosa USP,
lactose anhydrous, spray dried lactose. Amylum; maydis, oryzae, meranthae,
solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.

2. Pengikat
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk
meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet
yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk
pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat
dapat dibagi dua:
a. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa
kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
1) Acasia 2-5 %
2) Derivat selulosa 1-5 %
3) Sukrosa 2-25 %
b. Pengikat Basah (Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau
suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:
1) Derivat selulosa 1-5 %
2) Gelatin 1-5 %
3) Pasta amylum 1-5 %
4) Natrium Alginat 2-5 %

3. Penghancur
Zat inert secar farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
a. Amylum/Kanji
b. Mikrokristalin Selulosa
c. Explotab
d. Kombinasi Asam (Tablet Effervesescent)

4. Pelincir
Zat yang memungkinkan aliran bahkan memasuki cetakan tablet dan
mencegah melekat nya bahan pada punch dan die membuat tablet menjadi
bagus dan mengkilap. (Ansel hal 246-247)
a. Talcum
b. PEG
c. Asam Stearat
d. Mg Stearat

5. Pewarna
Pemberi rasa dan pemanis , penggunaan zat warna dan pemanis digunakan
untuk menutupi warna obat yang kurang baik , (dentifikasi hasil produksi dan
membuat suatu produk menjadi lebih menarik). Dibentuknya rasa , agar dapat
mengurangi rasa pahit , khusus yang sulit menelan tablet dan member rasa
untuk tablet kunyah. (Lachman hal 679-704)

III. PREFORMULASI
a. Farmakologi
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik).
Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat impuls/rangsang
nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam dengan cara menghambat
pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.
Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi,
flu dan demam. Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada
radang sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab
peradangan dan pembengkakan sendi.

b. Farmakodinamik
Efek analgesic Paracetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh
karena itu Paracetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.
Paracetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang
lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada obat
ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa.

c. Farmakokinetik
Paracetamol mudah diserap melalui saluran pencernaan. Paracetamol
didistribusikan ke hampir seluruh cairan tubuh melintasi plasenta dan keluar
melalui ASI. Ikatan protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi
terapeutik normal, namun dapat meningkat dengan peningkatan konsentrasi.
Waktu paruh eliminasi dari Paracetamol bervariasi antara satu sampai tiga
jam. Kadar maksimum paracetamol dalam plasma dicapai dalam waktu 30
menit setelah pemberian.
Paracetamol dimetabolisme terutama di hati, dan dieksresikan dalam
urine terutama sebagai glukuronida dan sulfat konjugat. Kurang dari 5%
diekskresikan dan masih dalam bentuk paracetamol. Sebuah metabolit
dihiroksilasi kecil (N-acetyl-p benzokuinoneimine), biasanya diproduksi
dalam jumlah sangat kecil oleh sitrokom P450 isoenzim (terutama CYP2E1
dan CYP3A4) di hati dan ginjal. Hal ini biasanya didetoksifikasi oleh
konjugasi dengan glukation tetapi mungkin menumpuk setelah over dosis
paracetamol dan menyebabkan kerusakan jaringan.

d. Monografi Zat
Paracetamol

Nama : Paracetamol
Nama Lain : Acetaminophen
Nama Kimia : n-acetil-4-aminofenol
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak bau, rasa pahit
(FI ed III hal 32)
Suhu Lebur : 1690 C – 1720 C
pH : 5,3 – 6,5 (Codek hal 988)
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol,
13 bagian aseton, 40 bagian gliserol, 9 bagian propilen
glikol, larut dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas :
 Terhidrolisis pada pH minimal 5-7
 Stabil pada temperatur 450 C (dalam bentuk serbuk)
 Dapat terdegradasi oleh quinominim dan terbentuk
warna pink, cokelat dan hitam
 Relatif stabil terhadap oksidasi
 Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada
suhu 250 C dan kelembaban 90%
 Tablet yang dibuat granulasi basah menggunakan
pasta gelatin tidak dipengaruhi oleh kelembaban
tinggi dibandingkan menggunakan povidon (Codek
hal 988)
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon
dan rayon (Codek hal 988)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya (FI ed IV hal 650)
Maize strach (Exepients, 2009 : 688-695)
Nama : Amylum maydis
Sinonim : pati jagung
Rumus molukul : C6H10O5
Pemerian : Serbuk halus; putih; tidakberbau; tidak berasa
Kelarutan : Praktistidaklarutdalam air dingin dan dala etanoldingin
(96%P). Pati membengkaks eketika dalam air 5-10%

padasuhu 378 . Pati menjadi larut dalam air panas pada suhu

di atas suhu gelatinisasi. Pati parsial larut dalam dimetil


Sulfoksida dan dimetilformamida
Stabilitas : Pati kering stabil jika di lindungi dari kelembaban tinggi.
pati adalah dianggap kimia dan mikrobiologis lembam pada
kondisi penyimpanan normal. Solusi pati atau pastas ecara
fisik tidak stabil dan mudahdi metabolisme oleh
mikroorganisme, mereka karenanya harus baru disiapkan bila
digunakan untuk granulasi basah.
Inkompatibilitas : Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat.
Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan yodium.
Penyimpanan : Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat
yang sejuk, tempat kering.

Gelatin
Nama : Gelatin
Sinonim : Gelatinum
Pemerian : lembaran, kepingan, serbuk atau butiran,
tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau dan rasa
lemah.
Kelarutan : jika direndam dalam air mengembang dan
menjadi lunak, berangsur-angsur menyerap air 5
sampai 10 kali bobotnya, larut dalam air panas dan jika
didinginkan terbentuk gudir, praktis tidak larut dalam
etanol 95% P, dalam kloroform P dan dalam eter P,
larut dalam campuran gliserol P dan air, jika
dipanaskan lebih mudah larut, larut dalam asam asetat
P
Stabilitas : gelatin serbuk stabil di udara, gelatin berair
juga stabil jika disimpan dibawah kondisi dingin dan
steril. Pada suhu 7500 C, larutan gelatin berair dapat
mengalami depolarisasi perlahan dan pengurangan
kekuatan gel
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan asam atau basa,
gelatin juga merupakan protein yang dapat dihidrolisa
oleh sistem proteulitis. Gelatin juga bereaksi dengan
aldehida dan gula aldehida, polimer anion dan kation
elektrolit, ion logam, plastizizier, pengawet dan
surfaktan. Diendapkan oleh alkohol, kloroform, eter,
garam merkuri, dan asam fenat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pengikat

Talcum
Nama : Talk
Sinonim : Talcum Venetum
Nama Kimia : Talk (14807-96-6)
Pemerian : sangat halus, warna putih sampai putih
keabu-abuan, tidak berbau, berkilat mudah melekat
pada kulit dan bebas dari butiran
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut
Stabilitas : talk merupakan bahan yang stabil, dapat
disterilisasi dengan pemanasan sampai 1600 C tidak
kurang dari 1 jam. Dapat juga disterilkan dengan gas
etilen oxide atau gama radiasi
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan kandungan
ammonium kwartener
Penyimpanan : talk harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat dan tempat kering
Kegunaan : Glidan (1,0%-10%)

Magnesium Stearat (Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition


hal 404-407)

Struktur kimia : .
Rumus molekul : C36H70MgO4.
Berat Molekul : 591.24.
Pemerian : Magnesium stearate sangat baik, putih bercahaya,
endapan ataugilingan, serbuk ringan dari bobot jenisbesaryang rendah, dan
rasa yang ciri khas. berminyak untukdisentuhdan mudah menempel pada
kulit.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan
air; sedikit larut dalam benzene panas dan etanol panas (95%).
Suhu lebur : 117-1500C.
Berat Jenis : 0.159g/cm3 .
OTT : Dengan asam kuat, basa, dan garam iron. Hindari
campuran dengan bahan oksidator kuat.Magnesium stearate tidak
bisadigunakan pada produk yang mengandung aspirin, beberapavitamin, dan
kebanyakan garam alkaloidal.
Stabilitas : Magnesium stearate stabil
Kondisi Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik pada
tempat yang sejuk,tempat kering.
Kegunaan : Lubrikan ¼-2%

IV. FORMULA DAN PERHITUNGAN

A. FORMULA ACUAN

(Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Compressed Solid


Products Volume One Second Edition Hal. 184)

B. Formulasi Usulan
FORMULA I
Nama Bahan Jumlah/ tablet
Paracetamol 500 mg
Tepung maizena 44,15
Potassium sorbate 0,84
Povidone (PVP K- 18,00
30)
Aerosil 4,00
Gelatin powder 12,00
Gliserol 4,00
Selulosa powder 30,00
Primojel 12,00
Asam stearat 8,00
Magnesium stearat 2,00
Talkum 5,00
Purified water Qs
(Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Compressed Solid
Products Volume One Second Edition Hal. 184)

A. Perhitungan dan Penimbangan


FORMULA I
a. Perhitungan Bahan
Bobot 1 tablet = 650 mg
Dibuat sebanyak = 100 tab x 650 mg
= 65.000 mg
Dilebihkan 20% = 20/100 x 65.000 = 13.000 mg
= 13.000 + 65.000 = 78.000 mg
Jumlah tab yang dibuat = 78.000/650 = 120 tab
Nama Bahan 1 Tablet 120 Tablet
Paracetamol 500 mg 500 mg x 120 tab = 60.000 mg
Amylum maydis (maizena) 44,15 mg 44,15 mg x 120 tab = 5298 mg
Potassium sorbate 0,84 mg 0,84 mg x 120 tab = 100,8 mg
Povidone (PVP K-30) 18 mg 18 mg x 120 tab = 2160mg
Aerosil 4 mg 4 mg x 120 tab = 480 mg
Gelatin powder 12 mg 12 mg x 120 tab = 1440 mg
Gliserol 4 mg 4 mg x 120 tab = 480 mg
Selulosa powder 30 mg 30 mg x 120 tab = 3600 mg
Primojel 12 mg 12 mg x 120 tab =1440 mg
Asam stearat 8 mg 8 mg x 120 tab = 960 mg
Magnesium stearat 2 mg 2 mg x 120 tab = 240 mg
Talkum 5 mg 5 mg x 120 tab = 600 mg
Purified water Qs Qs

b. Penimbangan Bahan
No Nama Bahan 120 Tab Fungsi
1 Paracetamol 60.000 mg Zat aktif
2 Amylum maydis (maizena) 5.298 mg ~ 5.300 mg Penghancur
3 Potassium sorbate 100,8 mg ~ 100 mg Pengawet
4 Povidone (PVP K-30) 2.160 mg ~ 2.150 mg Pengikat
5 Aerosil 480 mg ~ 500 mg Bahan tambahan
6 Gelatin powder 1.440 mg ~ 1.450 mg Pengikat
7 Gliserol 480 mg ~ 500 mg Pembasah
8 Selulosa powder 3.600 mg Pengisi
9 Primojel 1.440 mg Penghancur
10 Asam stearat 960 mg ~ 950 mg Pelicin
11 Magnesium stearat 240 mg ~ 250 mg Lubrikan
12 Talkum 600 mg Penabur
13 Purified water Qs Pembasah

V. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan

Mortir Paracetamol

Stamper Amylum maydis (maizena)

Ayakan Potassium sorbate

Beaker glass Povidone (PVP K-30)

Batang pengaduk Aerosil

Sudip Gelatin powder

Gelas ukur Gliserol


Erlenmeyer Selulosa powder

Botol tablet + tutup Primojel

Neraca gram Asam stearat

Sendok plastik Magnesium stearat

Kertas perkamen Talkum

Anak timbangan Purified water

VI. CARA KERJA


1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan
3. Masukkan potassium sorbat dan sebagian aerosil 200 kedalam mortir,
tambahkan aquadest secukupnya ad homogen
4. lalu tambahkan povidon, gerus ad homogen dengan kecepatan sedang
5. Tambahkan sisa aerosil gerus ad homogeny (Massa 1)
6. Dibuat larutan pengikat
 Pembuatan pasta gelatin :
 Timbang sebanyak 1450 mg serbuk gelatin
Gelatin = ( 100/5 ) x 1450
= 29.000 – 1450
= 27,550
 Taburkan serbuk gelatin di atas 27,55 ml air dingin
 Tunggu sampai gelatin mengembang
 Panaskan di atas penangas air sampai larut
 Timbang berat pasta gelatin, kekurangan berat ditambah dengan air
panas
7. tambahkan gliserol kedalam massa 1 lalu gerus secara perlahan (massa 1)
8. Di mortir lain gerus acetaminophen dan amylum maydis ad homogen (massa
2)
9. campurkan Massa 1 dan Massa 2, gerus ad homogen ( massa 3 )
10. campurkan larutan pengikat ke dalam massa 3, gerus hingga terbentuk
granul, tambahkan aquadest jika dibutuhkan
11. Keringkan granul pada oven (rak lemari dengan sistem sirkulasi udara
dengan suhu sekitar 600 C) selama 24 jam.
12. Setelah dikeringkan granul diayak dengan ayakan yang mempunyai lubang
lebih kecil yaitu nomor 12-20
13. Tambahkan serbuk selulosa, primojel, asam stearate, ayak dengan ayakan no
35
14. Tambahkan magnesium stearate dan talcum, ayak kembali dengan ayakan no
60
15. Campurkan dengan massa granul kering menggunakan alat pencampur atau
dengan cara pengocokan dengan botol bermulut lebar.
16. Pencetakkan dengan mesin tablet

 Masukkan granul ke dalam ruang cetakan melalui corong (hopper)


 Gerakan mesin cetakan dengan tangan atau menggunakan listrik.
 Ketika cetakan bagian bawah diturunkan kebawah maka akan terisi
granul yang berada pada hopper
 Cetakan ditarik menggeser kelebihan granul dan diratakan
 Cetak bagian atas (punch) akan turun dan mengempa bahan dalam
cetakan membentuk tablet.

VII. EVALUASI

A. Evaluasi Granul
1. Uji Homogenitas
Dilihat secara visual oleh indera penglihatan
2. Kompresibilitas (Voight 1994)
Kompresibilitas adalah kemampuan serbuk untuk tetap kompak dengan
adanya tekanan.Uji kompresibility dilakukan dengan alat yang disebut
bulk density
Rumus :
Persen kompresibility dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
%kompresibilitas = (BJ Mampat – BJ Bulk) x 100 %
BJ Mampat

Syarat % kompresibilitas yang baik adalah 5-15% menurut table berikut :


Tabel . Presentase Komprebilitas Terhadap Sifat Alir Serbuk
% kompresibilitas Sifat Alir
5-15 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup baik
23-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 Sangat buruk sekali

Hasil :
Volume sebelum Volume setelah
Massa
pemampatan pemampatan
10 g

BJ Bulk = =

BJ Mampat = =

% Kompresibilitas =

3. Kecepatan Alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah
serbuk melalui lubang corong yang diukur dalam sejumlah zat yang
mengalir dalam sewaktu-waktu tertentu. Untuk 10 gram serbuk waktu
alirnya tidak boleh lebih dari 1 detik.
Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet. Parameter
yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju
alirnya.
Rumus : Kecepatan alir = w/t
Dimana w = massa serbuk (g)t = waktu (detik)
untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang
dibutuhkan sejumlah serbuk untuk dapat bebas melewati corong (Voight,
1994)
Hasil :
Kecepata W (massa granul) t (waktu)
n 1 2 3 1 2 3
Alir
Rata-rata

Kecepatan Alir = =
Table . Laju Alir Terhadap Sifat Alir
Laju Alir (gr/detik) Sifat Aliran
>10 Bebas mengalir
4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif
(Aulton, 2001)
Cara pengukuran
Alat yang digunakan : Stopwatch,corong
Syarat : tidak boleh >10 detik untuk serbulk sejumlah 10 gram
Prosedur :
1. Serbuk ditimbang 10 gram
2. Serbuk dimasukkan kedalam corong yang bagian bawahnya ditutup lebih
dahulu
3. Setelah seluruh serbuk masuk,siapkan stopwatch lalu buka tutup bagian
bawah corong lalu biarkan serbuk mengalir. Hitung kecepatan alir
menggunkan stopwatch . Waktu alir tidak boleh lebih dari 1 detik.
4. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah serbuk dituang kedalam alat
pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan
kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30 0
menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir dengan bebas, bila sudut lebih besar
dari 400 biasanya daya mengalirnya kurang baik.
Tabel . Hubungan antara Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir
Sudut Henti Sifat Aliran
<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Buruk
( Sumber : United State Pharmacopoeial 32th,2009 )
Rumus : Tan α = h/r
Dimana h : tinggi kerucut
r : jari-jari bidang dasar kerucut
Cara pengukuran
Alat : Kertas millimeter,penggaris
Syarat : sesuai dengan table
Prosedur :
1) Sesaat setelah serbuk di alirkan dari corong, serbuk akan membentukgundukan
berbentuk kerucut pada kertas milimeter
2) Ukur diameter dan tinggi kerucut tersebut dan masukkan kedalamrumus

Hasil :
r (jari-jari bidang dasar
h (tinggi kerucut)
Sudut kerucut)
Diam 1 2 3 1 2 3

Rata-rata

Tan α = =
α =

B. EVALUASI TABLET
1) Pemeriksaan Organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan organeleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan (mengkilap atau
kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajat kecacatan seperti serpihan,
dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan minyak, kotoran). Warna yang
tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai
estetikanya juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidak seragaman
kandungan dan kualitas produk yang buruk.
Hasil :
No Pemeriksaan Organoleptik Hasil

1 Warna

2 Rasa

3 Bau

4 Penampilan

5 Tekstur Permukaan

6 Kerusakan Beberapa Tablet

7 Kontaminasi Benda Asing

2) Keseragaman ukuran (Ansel, 1989)


Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selam percetakan, perubahan
ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran
adalah jangka sorong.
Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut : (Indonesia,
1976:6)
 Diambil 10 tablet
 Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 11/3 tebal tablet.
3) Keseragaman kesediaan
1. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)
Bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk memastikan bahwa
setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syarat keseragam
bobot menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bila bobot rata-rata lebih
kurang 300 mg, jika ditimbang satu persatu tidak lebih dari 2 buah tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak
ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-
ratanya.
Alat yang digunakan : Timbangan

Cara pengukuran : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet . Jika
ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satupun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-rata lebih dari yang ditetapkan kolom B.
BOBOT RATA-RATA PENYIMPANGAN BOBOT RATA-RATA DALAM %
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg - 150 mg 10 % 20 %
151 mg - 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10%

Rumus :
Bobot rata-rata = ∑bobot
Jumlah tablet
Penyimpangan = bobot rata-rata-bobot satu tablet X 100%
Bobot rata-rata

4) Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan
dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker and
Anderson, 1984).
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan
talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).Keseragaman
minimum 4 kg diukur dengan alat Hardness tester.

Caranya :
Ambil masing-masing 6 tablet dari tiap batch , yang kemudian diukur
kekerasanya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Letakkan sebuah tablet
dengan posisi tegak diantara anvit dan punch, lalu tablet dijepit dengan cara
memutar sampai tablet pecah dan retak. Pada saat tersebut angka yang
ditunjukkan oleh jarum adalah kekerasan tablet tersebut.

5) Friabilitas atau kerapuhan tablet (Lachman,1994)


Friabilitas dinyatakan dengan presentase selisih bobot sebelum dan
sesudah pengujian dibagi dengan bobot mula-mula .
Alat yang digunakan : Friabilator
Cara pengukuran :
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari
sebunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator dan diputar sebnayak 100 kali putaran
selama 4 menit , jadi kecepatan putaranya 25 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang kembali
seluruh tablet dengan seksama. Kemudian hitung persentase kehilangan bobot
sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1 %

6) Waktu Hancur
Tidak lebih dari 15 menit untuk tablet biasa dan 60 menit untuk tablet bersalut
gula dan selaput.

Nama alat Disintegration Tester tipe ZT 2-Erweka


Cara kerja :
1. Pengujian waktu menggunakan 6 buah tablet
2. Masukkan tablet pada masing-masing tabung kecil dari keranjang.
3. Masukkan 1 cakram pada tiap-tiap tabung.
4. Gunakan air bersuhu 37 +/- 2 c sebagai media yang ada di penangas air
yang ditermostatisasi.
5. Setelah alat dioperasikan ,keranjang akan bergerak keatas dan kebawah
sebanyak 30 kali dalam semenit.
6. Tablet hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji
merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan waktu yang
ditambah sebanyak 15 menit. Semua tablet harus hancur tidak lebih dari
15 menit untuk tablet tidak bersalut dan untuk tablet bersalut waktunya 60
menit.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirosujanto, Drs. Sunarto. Formularium Nasional, edisi kedua. Jakarta : Depkes RI


Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta : UI-
Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta: Depkes RI.
Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The
Pharmaceutical Press.
Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology Second Edition edited by Dilip M.
Parikh Synthon Pharmaceuticals Inc.Research Triangle Park, North Carolina, U.S.A
K Niazi, Sarfaraz. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations. USA:
Informa Health Care
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey and Marian E. Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Manufacturing Excipients Sixth edition. London: PhP
Direktorat Jenderal POM Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai