HUBUNGAN ILMU KALAM DAN FILSAFAT Kel 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU KALAM TAUHID

“HUBUNGAN ILMU KALAM DAN FILSAFAT “

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH

ILMU KALAM TAUHID

DOSEN PENGAMPU : Lutfi Zaimuddin, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH

Nama kelompok 4 :

Rafika Dewi ( 21010394 )

Deska Anandita ( 21010398 )

PROGRAM SARJANA EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

TANGGAMUS LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Hubungan Ilmu Kalam Dan Filsafat” dengan baik
dan tepat waktu.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Lutfi Zaimuddin, M.Pd.I. selaku Dosen
mata kuliah Ilmu Kalam Tauhid yang telah memberikan tugas ini. Berkat tugas yang diberikan,
dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca mengenai tentang “Hubungan Ilmu Kalam
Dan Filsafat”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

14 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ILMU KALAM TAUHID .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Definisi Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf ......................................................................... 3

B. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf ..................................................................... 4

C. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf ..................................................................... 5

D. Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf........................................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 9

A. Kesimpulan............................................................................................................................. 9

B. Saran ....................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kalam lahir setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Diawali dengan permasalahan
pengangkatan khalifah yang selanjutnya setelah Rasulullah, hingga membahas soal jabr (takdir)
yang nantinya di namai dengan kaum Jabariyyah dan ikhtiyar (free will) yang nantinya di namai
dengan sebutan kaum Qadariyyah. Akhirnya terpecahlah beberapa aliran yang membahas antara
kedua itu dengan dalilnya masing-masing.
Seiring berjalannya waktu semakin banyaklah sekte-sekte Islam yang mencoba menerangkan
tentang Sifat Tuhan dan apapun yang berehubungan dengan ketuhanan. Namun sekte-sekte ini
mempunyai metodologi yang berbeda, ada yang menggunakan Filsafat secara mendominasi ada
pula yang tidak memberikan kewenangan berfikir dalam mendalami ilmu kalam ini.
Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga
menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis. Hal
demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal dan lebih-lebih lagi pendekatan
fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya. Baik ilmu kalam,filsafat, maupun
tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya
berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya
terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada dasarnya
ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Sementara itu, filsafat adalah
sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan
adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar
mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang
dari Tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
2. Dimanakah titik persamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
3. Dimanakah titik perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?
4. Bagaimana Relevansi atau hubungan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi tentang Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
2. Dapat mengetahui letak kesamaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
3. Dapat mengetahui letak perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
4. Dapat mengetahui kesinambungan atau relevansi antara Ilmu kalam, Filsafat dan
Tasawuf.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf


1. Ilmu Kalam
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah
kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam
Allah, tetapi ada juga sekelompok orang yang mengatakan maksud kalam disini adalah
kata-kata manusia, alasannya karena dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk
mempertahankan persepsi masing-masing, mereka disebut mutakalimin yaitu orang-orang
yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu
Kalam membahas iman dan akidah dari berbagai aspek dan memaparkan alasan-alasan
yang memperkuat pembahasan tersebut. Ilmu kalam ini merupakan studi tentang doktrin
(akidah) dan iman Islam. Secara sederhana Murtadha Muthahhari mendefinisikan bahwa
ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah
pokok Islam. Ilmu kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya
membuktikan keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok
tersebut. karena sebagian besar perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar
seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan, temporalitas) atau qidam (keabadian) firman
atau kalam Allah, maka disiplin yang membahas akidah utama agama Islam pun
mendapat sebutan “ilmu kalam” (secara harfiah, ilmu firman).
2. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia,
philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan
atau kebenaran”. Secara singkat filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of
wisdom) dalam kebenaran suatu ilmu.
Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi
partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda
dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai
oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni
sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam. Tujuan

3
mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Sedangkan
manfaat mempelajarinya ialah:
a. Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam
dan menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan.
b. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan.
3. Tasawuf
Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari
kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu
domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan
diri untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol
kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang berarti suci,
jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan Allah SWT melalui
latihan kerohania yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan
sifat yang kotor sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya.
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Muslim
berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan
rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan
pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara bagaimana bisa
mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya adalah kebahagiaan,
yakni dengan persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang memilukan bagi mereka
bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan telah menjauhi dan tidak mau bicara
dengan mereka. Objek kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upaya-upaya
pendekatan terhadap-Nya.

B. Persamaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu
kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, objek
kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala
sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya

4
pendekatan terhadapnya.Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu membahas masalah
yang berkaitan dengan ketuhanan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha
menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat
dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau
tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha
menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.
Pada intinya bahwa ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf memliki kesamaan dalam segi
bojek kajiannya, yaitu tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Namun dalam
kajian objek tersebut hanya dibedakan dalam penamaannya saja. Ilmu kalam dalam objek
kajiannya dikenal dengan sebutan kajian tentang Tuhan, sedangkan dalam filsafat di kenal
dengan sebutan kajian tentang Wujud dan dalam ilmu tasawuf (irfan) dikenal dengan sebutan
kajian tentang Al-Haq. Akan tetapi pada dasarnya ketiga ilmu tersebut mengkaji kajian
tentang Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.

C. Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf


1. Ilmu Kalam
Setelah membahas tentang persamaan dari ketiga ilmu tersebut, yaitu terdapat persamaan
dalam objek kajiannya, maka akan ditemukan juga titik perbedaannya. Perbedaan di antara
ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya.
Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-
argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat
tampak nilai-nilai apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika
(jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagian ilmuwan bahkan
mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan
ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Meskipun ilmu kalam merupakan sebuah disiplin ilmu yang rasional dan logis, namun kalau
dilihat adari asas-asas yang dipakai dalam argumentasinyaterdiri dari dua bagian,
yaitu; Aqli dan Naqli.

5
Bagian Aqli ini terbangun dengan dasar pemikiran yang rasional murni, itupun kalau ada
relevansinya dengan Naqli. Karena naqli tersebut adalah untuk menjelaskan dan menegaskan
pertimbangan rasional supaya memperkuat argumen-argumennya.
2. Ilmu Filsafat
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran
rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi
secara radikal (mengakar)dan integral(menyeluruh)serta universal (mengalam); tidak merasa
terikatat oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Peranan
filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan
melalui usaha menjelaskan konsep-konsep the gaining of conceptual clarity.

Murthadha muthahari berkata bahwa metode filsafat hanya bertumpu pada silogisme
(qiyas), argumentasi rasional (istidal ‘aqli) dan demonstrasi rasional (burhan ‘aqli).
3. Ilmu Tasawuf
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio. Oleh
sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif atau sangat berbeda. `Sebagai sebuah ilmu
yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat subjektif, yakni sangat berkaitan
dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh bila
dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sulit dibahasan. Pengalaman rasa
lebih muda dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaranya dan mudah
digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable dapat (di interpretasikan
bermacam-macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau
inspirasi yang datang dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan
istilah kebenaran hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek
sendiri. Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah objeknya tidak objektif.

D. Hubungan antara Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf


Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga
ilmu kalam menelan filsafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan
mana Ilmu Tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunanaan

6
semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof.
Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam
kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar
itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam.
Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu pengetahuan
dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan firman tidak
bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-isu penting
dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-masalah
kontemporer.
Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu
sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu
memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa pembahasan tentang
banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal
dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusia-tanpa terikat dengan pendapat yang ada
(pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-
nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam
mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk
menguji objeknya – Allah dan sifat-sifatnya, serta hubungan dengan Allah dengan Alam dan
Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci – menjadikan filsafat sebagai alat
untuk membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali
pembuktiannya dengan argumentasi akal, barulah pembenarannya diberikan oleh wahyu,
sementara ilmu kalam mencari wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian
didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling
melengkapi dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim.
Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk semakin
mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni Tasawuf Amali/Akhlaqi dan
Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-
unsur filsafat dalam ajaran tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa,
ittihad, hulul, wahdat al-wujud).
M.T. Mishbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi yang biasanya
juga disebut dengan irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang

7
ditangkap melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman
inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui keterikatan Allah dan ketaatan
kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa pengetahuan mustahil adanya, dan pengetahuan
ini mesti bersandar pada sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan dan visi irfan memunculkan
masalah-masalah baru untuk diuraikan dan dikupas tuntas oleh filosof, dan memperluas
cakrawala pandang filsafat. Dalam pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-ilmu kefilsafatan,
visi-visi irfan bisa dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional
dalam filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu.
Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan
kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun
menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh
kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-kata
(firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat
berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai
makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran” Samsul
Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad, wawu dan fha)
dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah
karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu
itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran.
Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang
berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran,
baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu
pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu,
tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan
dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena keterbatasannya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.


Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Zahra Pustaka.
Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam, (Terj. Musa Kazim & Saleh
Bagir). Bandung:Mizan.
Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu tinjauan sejarah tentang
hubungan ketinganya). Al-AdYaN. Vol. VII, No. 2. Juli-Desember 2012.

10

Anda mungkin juga menyukai