Materi Optik Geometri
Materi Optik Geometri
Materi Optik Geometri
PERTEMUAN 1
A. PEMANTULAN CAHAYA
Apabila cahaya mengenai suatu benda atau dinding penghalang, cahaya itu akan dipantulkan. Pemantulan
adalah pengembalian seluruh atau sebagian cahaya apabila mengenai bidang batas. Pemantulan pada
permukaan yang halus disebut pemantulan teratur dan pemantulan pada permukaan kasar disebut pemantulan
difus atau baur. Contoh pemantulan teratur adalah pemantulan yang terjadi pada cermin datar dan cermin
lengkung.
Dari Gambar 5.1. tersebut dapat dijelaskan beberapa konsep terkait dengan hukum pemantulan cahaya
sebagai berikut:
1) Sinar datang adalah sinar yang keluar dari sumber cahaya atau yang datang ke permukaan bidang pantul
2) Garis normal adalah garis yang tegak lurus dengan bidang pantul
3) Sinar pantul adalah sinar yang keluar dari bidang pantul
4) Sudut dating adalah sudut yang dibentuk oleh sinar dating dan garis normal
5) Sudut pantul adalah sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dengan garis normal
Sinar-sinar pantul atau perpanjangannya akan membentuk bayangan. Ada dua macam bayangan yaitu
bayangan nyata dan bayangan maya.
a. Bayangan nyata adalah bayangan yang tidak dapat dilihat langsung pada cermin, tetapi dapat ditangkap
oleh layar. Dalam proses pemantulan cahaya, bayangan nyata dibentuk oleh pertemuan langsung antara
sinar-sinar pantul di depan cermin. Bayangan nyata disebut juga bayangan riil.
b. Bayangan maya adalah bayangan yang langsung dapat dilihat melalui cermin, tetapi tidak dapat
ditangkap oleh layar. Dalam proses pemantulan cahaya, bayangan maya dibentuk oleh perpanjangan
sinar-sinar pantul (biasanya dilukis dengan garis putus-putus) yang bertemu di belakang cermin.
Bayangan maya disebut juga bayangan virtuil atau semu.
3. Pemantulan Pada Cermin Datar
Cermin datar memiliki permukaan yang halus sebagai pemantulnya dan biasanya terbuat dari kaca. Di
belakang kaca terdapat lapisan tipis yang mengilap sehingga tidak tembus cahaya. Gambar 5.2 berikut
menggambarkan pemantulan cahaya pada cermin datar.
Untuk memudahkan dalam menentukan letak bayangan dan sifat-sifat bayangan perlu diketahui
pembagian ruang di sekitar cermin cekung dan bagian-bagiannya. Gambar 5.4 berikut menunjukkan
pembagian ruang di sekitar cermin cekung.
Menurut Dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat diberi nomor-nomor ruang.
a. Ruang 1 : jarak sepanjang O-F,
b. Ruang 2 : jarak sepanjang F-2F
c. Ruang 3 : jarak lebih jauh dari 2F
d. Ruang 4 : jarak dari O masuk ke dalam cermin
Ruang 1 sampai 3 ada di depan cermin cekung (daerah nyata) dan ruang 4 ada di belakang cermin cekung
(daerah maya).
2.Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama
3.Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik itu juga
B. PEMBIASAN CAHAYA
Pembiasan cahaya merupakan peristiwa pembelokan gelombang cahaya yang disebabkan adanya perubahan
kecepatan cahaya ketika merambat melalui dua medium yang indeks biasnya atau kerapatannya berbeda.
1. Hukum Pembiasan Cahaya
Hukum pembiasan cahaya ditemukan oleh Whillebrord Snellius (1580 - 1626) sehingga disebut dengan hukum
Snellius seperti pada Gambar berikut, yang menyatakan:
1) sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak pada satu bidang datar
2) jika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium yang lebih rapat maka sinar dibiaskan
mendekati garis normal dan jika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang lebih rapat
maka sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal
Contoh peristiwa pembiasan cahaya adalah ketika kita melihat dalam kolam yang airnya jernih, dasar
kolam kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya dan ikan yang ada di kolam akan tampak lebih dekat
ke permukaan seperti ilustrasi pada
3 Sinar datang melalui titik pusat lensa Sinar datang melalui titik pusat
diteruskan lurus atau tidak dibiaskan lensa diteruskan lurus atau tidak
dibiaskan
b. Melukis Pembentukan Bayangan pada Lensa
Langkah-langkah yang diperlukan mirip dengan langkah-langkah untuk pembentukan bayangan pada
cermin lengkung sebagai berikut:
(1) Lukis dua buah sinar istimewa (menggunakan sinar 1 dan 3).
(2) Sinar datang dari depan lensa, dibiaskan ke belakang lensa. Perpanjangan sinar bias ke depan lensa
digambarkan dengan garis-garis putus.
(3) Perpotongan kedua buah sinar bias yang dilukiskan pada langkah (1) merupakan letak bayangan. Jika
perpotongan didapat dari sinar bias (di belakang lensa) bayangan yang dihasilkan bayangan nyata,
akan tetapi jika perpotongan di dapat dari perpanjangan sinar bias (di depan lensa), bayangan yang
dihasilkan adalah maya.
PERTEMUAN 3
Gambar 5.9 Hubungan Jarak Benda, Jarak Bayangan dan Jarak Fokus
= + atau = +
M=
Keterangan :
f = jarak fokus cermin (cm atau m)
s = jarak benda (cm atau m)
s' = jarak bayangan (cm atau m)
R = jari-jari cermin (cm atau m)
M = perbesaran
h' = tinggi bayangan (cm atau m)
h = tinggi benda (cm atau m)
Dalam menggunakan persamaan atau rumus tersebut perlu diperhatikan sebagai berikut:
1) Persamaan berlaku untuk cermin cekung dan cermin cembung
2) Persamaan tersebut hanya berlaku untuk sinar-sinar paraksial yaitu sinar yang dekat dengan
sunbu utama
3) Jarak fokus (f) dan jari-jari kelengkungan cermin (R) bertanda positif (+) untuk cermin cekung dan
bertanda negatif (-) untuk cermin cembung
4) Jarak benda (s) dan jarak bayangan (s') bertanda positif (+) untuk benda dan bayangan nyata dan
bertanda negatif (-) untuk benda dan bayangan maya
5) Bayangan benda selalu bernilai positif, jika ukuran bayangan lebih besar daripada bendanya maka
bayangan diperbesar dan jika ukuran bayangan lebih kecil daripada bendanya maka bayangan
diperkecil.
2. Lensa Tipis
Persamaan yang berlaku pada lensa tipis mirip dengan persamaan yang berlaku pada cermin. Hubungan
jarak benda, jarak bayangan dan panjang fokus lensa secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
= +
Perbesaran bayangan dapat dinyatakan:
M=
Keterangan :
f = jarak fokus lensa (cm atau m)
s = jarak benda (cm atau m)
s' = jarak bayangan (cm atau m)
M = perbesaran
h' = tinggi bayangan (cm atau m)
h = tinggi benda (cm atau m)
Penjanjian tanda untuk lensa cembung dan cekung seperti tampak pada Tabel berikut:
c. Kekuatan Lensa
Kekuatan atau daya lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan cahaya. Daya lensa berkaitan dengan sifat
konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif,
semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa
negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh
karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus, rumus kekuatan lensa:
1 1
P= dengan satuan = dioptri
f meter
PERTEMUAN 4
Optik merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang cahaya. terutama mengkaji sifat-sifat cahaya,
hakikat, dan pemanfaatannya. Optik terbagi menjadi dua bagian yaitu optik geometri dan optik fisis. Optik geometri
merupakan ilmu yang mempelajari cahaya dengan mengasumsikan bahwa cahaya merupakan partikel (berdasarkan
pendapat Sir Isaac Newton), sehingga cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan. Optik fisis, merupakan ilmu yang
mempelajari cahaya dengan mengasumsikan bahwa cahaya merupakan gelombang (berdasarkan pendapat Christian
Huygens), sehingga cahaya dapat mengalami fenomena seperti gelombang pada umumnya, yaitu: dispersi,
polarisasi, difraksi dan interferensi.
1. DISPERSI CAHAYA
Dispersi adalah peristiwa peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni
(monokromatik). Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas banyak warna
dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu seperti ditunjukkan pada Gambar 5.22. Cahaya-cahaya ini
memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda.
Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya.
2. INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya yang koheren; Dua berkas cahaya
disebut koheren jika kedua cahaya itu memiliki beda fase tetap. Hasil interferensi dapat diamati dengan layar
sebagai garis-garis gelap (saling melemahkan) dan garis-garis terang (saling menguatkan). Interferensi destruktif
(saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda fase 180º. Sedangkan interferensi konstruktif
(saling menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol.
Pola interferensi dua cahaya diselidiki oleh Fresnell dan Young. Fresnel melakukan percobaan interferensi
dengan menggunakan rangkaian dua cermin datar untuk menghasilkan dua sumber cahaya koheren dan sebuah
sumber cahaya di depan cermin. Young menggunakan celah ganda untuk menghasilkan dua sumber cahaya
koheren.
1. Percobaan Fresnell
Gambar 5.20 merupakan ilustrasi dari percobaan interferensi yang dilakukan oleh Fresnel. Sumber
cahaya monokromatis S0 ditempatkan di depan dua cermin datar yang dirangkai membentuk sudut tertentu.
Bayangan sumber cahaya S0 oleh kedua cermin, yaitu S1 dan S2 berlaku sebagai pasangan cahaya koheren
yang berinterferensi. Pola interferensi cahaya S1 dan S2 ditangkap oleh layar. Jika terjadi interferensi
konstruktif, pada layar akan terlihat pola terang. Jika terjadi interferensi destruktif, pada kayar akan terlihat
pola gelap
Gambar 5.20 Percobaan Interferensi Fresnel
Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis terang dan garis-garis
gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang
saling menguatkan atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami
interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum.
3. DIFRAKSI
Pada gerak gelombang, telah diperkenalkan pula bahwa gelombang permukaan air yang melewati sebuah
penghalang berupa sebuah celah sempit akan mengalami lenturan (difraksi). Peristiwa yang sama terjadi jika
cahaya dilewatkan pada sebuah celah yang sempit sehingga gelombang cahaya itu akan mengalami difraksi.
Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah
penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah
selebar 1 cm. Kisi difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya..
Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian Huygens. Menurut Huygens, tiap
bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi
dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi, jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan
4 berbeda fase ½, atau lintasannya sebesar setengah panjang gelombang.
4. POLARISASI CAHAYA
Polarisasi cahaya dapat didefinisikan sebagai pengurangan intensitas karena berkurangnya komponen-
komponen gelombang cahaya. Cahaya termasuk gelombang transversal yang memiliki komponen-komponen
yang saling tegak lurus. Komponen-komponen inilah yang dapat hilang saat terjadi polarisasi. Polarisasi cahaya
ini dapat disebabkan oleh beberapa macam diantaranya adalah refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan),
refraksi (pembiasan) dan hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Jika seberkas cahaya dijatuhkan pada permukan bidang batas dua medium, maka sebagian cahaya akan
mengalami pembiasan dan sebagian lagi mengalami pemantulan. Sinar bias dan sinar pantul akan
terpolarisasi sebagian. Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu saat sinar bias dan sinar pantul
membentuk sudut 90° seperti ditunjukkan Gambar berikut
Polarisasi karena Pemantulan