0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
271 tayangan14 halaman

Materi Optik Geometri

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 14

Lampiran 1: Materi Pembelajaran

PERTEMUAN 1
A. PEMANTULAN CAHAYA
Apabila cahaya mengenai suatu benda atau dinding penghalang, cahaya itu akan dipantulkan. Pemantulan
adalah pengembalian seluruh atau sebagian cahaya apabila mengenai bidang batas. Pemantulan pada
permukaan yang halus disebut pemantulan teratur dan pemantulan pada permukaan kasar disebut pemantulan
difus atau baur. Contoh pemantulan teratur adalah pemantulan yang terjadi pada cermin datar dan cermin
lengkung.

1. Hukum Pemantulan Cahaya


Bunyi hukum pemantulan cahaya dapat dinyatakan :
a. sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
b. sudut datang sama dengan sudut pantul.

Gambar 5.1. Hukum Pemantulan Cahaya

Dari Gambar 5.1. tersebut dapat dijelaskan beberapa konsep terkait dengan hukum pemantulan cahaya
sebagai berikut:
1) Sinar datang adalah sinar yang keluar dari sumber cahaya atau yang datang ke permukaan bidang pantul
2) Garis normal adalah garis yang tegak lurus dengan bidang pantul
3) Sinar pantul adalah sinar yang keluar dari bidang pantul
4) Sudut dating adalah sudut yang dibentuk oleh sinar dating dan garis normal
5) Sudut pantul adalah sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dengan garis normal

2. Bayangan Nyata dan Bayangan Maya

Sinar-sinar pantul atau perpanjangannya akan membentuk bayangan. Ada dua macam bayangan yaitu
bayangan nyata dan bayangan maya.
a. Bayangan nyata adalah bayangan yang tidak dapat dilihat langsung pada cermin, tetapi dapat ditangkap
oleh layar. Dalam proses pemantulan cahaya, bayangan nyata dibentuk oleh pertemuan langsung antara
sinar-sinar pantul di depan cermin. Bayangan nyata disebut juga bayangan riil.
b. Bayangan maya adalah bayangan yang langsung dapat dilihat melalui cermin, tetapi tidak dapat
ditangkap oleh layar. Dalam proses pemantulan cahaya, bayangan maya dibentuk oleh perpanjangan
sinar-sinar pantul (biasanya dilukis dengan garis putus-putus) yang bertemu di belakang cermin.
Bayangan maya disebut juga bayangan virtuil atau semu.
3. Pemantulan Pada Cermin Datar
Cermin datar memiliki permukaan yang halus sebagai pemantulnya dan biasanya terbuat dari kaca. Di
belakang kaca terdapat lapisan tipis yang mengilap sehingga tidak tembus cahaya. Gambar 5.2 berikut
menggambarkan pemantulan cahaya pada cermin datar.

Gambar 5.2 Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar

Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah


a. maya.
b. sama tegak dengan bendanya.
c. sama besar dengan bendanya.
d. Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.

4. Pemantulan Pada Cermin Cekung


Cermin lengkung ada dua jenis yaitu cermin cembung dan cemin cekung. Cermin cekung ialah cermin yang
berbentuk lengkung seperti bagian kulit bola yang dan mengkilap di bagian dalamnya. Cermin cekung
bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen), artinya jika berkas cahaya sejajar melalui suatu permukan
cermin cekung, berkas cahaya tersebut akan dipantulkan melalui satu titik yang sama. Titik berkumpulnya
sinar-sinar pantul disebut titik fokus atau titik api yang terletak di sumbu utama.

Gambar 5.3. Pemantulan pada Cermin Cekung

Untuk memudahkan dalam menentukan letak bayangan dan sifat-sifat bayangan perlu diketahui
pembagian ruang di sekitar cermin cekung dan bagian-bagiannya. Gambar 5.4 berikut menunjukkan
pembagian ruang di sekitar cermin cekung.

Gambar 5.4. Pembagian Ruang pada Cermin Cekung


Bagian-bagian cermin cekung:
a. sumbu utama (garis yang menghubungkan O-F-M),
b. titik pusat kelengkungan cermin (M),
c. titik pusat bidang cermin (O),
d. jari-jari kelengkungan cermin (O-M),
e. titik fokus atau titik api (F),
f. jarak fokus (O-F).

Menurut Dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada cermin cekung dapat diberi nomor-nomor ruang.
a. Ruang 1 : jarak sepanjang O-F,
b. Ruang 2 : jarak sepanjang F-2F
c. Ruang 3 : jarak lebih jauh dari 2F
d. Ruang 4 : jarak dari O masuk ke dalam cermin
Ruang 1 sampai 3 ada di depan cermin cekung (daerah nyata) dan ruang 4 ada di belakang cermin cekung
(daerah maya).

a. Sinar-Sinar Istimewa Pada Cermin Cekung

Ada 3 sinar istimewa pada cermin cerkung yaitu:


1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus

Gambar 5.5 Sinar Istimewa ke-1 Cermin Cekung

2.Sinar datang yang melalui titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama

Gambar 5.6 Sinar Istimewa ke-2 Cermin Cekung

3.Sinar datang yang melalui titik pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui titik itu juga

Gambar 5.7 Sinar Istimewa ke-3 Cermin Cekung


b. Melukis Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung
Melukis pembentukan bayangan pada cermin cekung, dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Lukislah 2 buah sinar istimewa
2) Sinar selalu datang dari depan cermin dan dipantulkan kembali ke depan. Perpanjangan sinar-
sinar di belakang cermin dilukis dengan garis putus-putus.
3) Perpotongan kedua buah sinar pantul yang dilukis pada langkah (1) merupakan letak bayangan.
Jika perpotongan didapat dari sinar pantul terjadi bayangan nyata (sejati) akan tetapi jika
perpotongan di dapat dari perpanjangan sinar pantul, bayangan yang dihasilkan adalah maya
(semu)
Gambar 5.8. berikut merupakan contoh lukisan pembentukan bayangan pada cermin cekung:
(a) Jika benda terletak di ruang 3 cermin cekung, maka menghasilkan bayangan di ruang 2. Sifat-sifat
bayangan yang terbentuk adalah nyata, terbalik, diperkecil.

Gambar 5.8 (a) Benda di Ruang 3 Cermin Cekung


(b) Jika benda berada di ruang 2 cermin cekung, maka menghasilkan bayangan di ruang 3. Sifat-sifat
bayangan yang terbentuk adalah nyata, terbalik, diperbesar.

Gambar 5.8 (b) Benda di Ruang 2 Cermin Cekung


(c) Jika benda berada di ruang 1, maka bayangan yang terbentuk merupakan perpotongan dari
perpanjangan sinar-sinar pantul, sehingga bayangan berada di belakang cermin atau di ruang 4. Sifat-
sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak, diperbesar.

Gambar 5.8 (c) Benda di Ruang 1 Cermin Cekung


Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa antara ruang tempat benda berada dan tempat bayangan
berada bila dijumlah hasilnya adalah 5. Kecuali benda yang berada di titik-titik khusus yaitu titik F dan titik M.
Dengan demikian berlaku:
1) Jumlah ruang benda dan ruang bayangan sama dengan 5
2) Bayangan di depan cermin selalu nyata dan terbalik sedangkan bayangan di belakang cermin selalu maya
dan tegak
3) Jika ruang bayangan lebih besar dari ruang benda, maka bayangan diperbesar
4) Jika ruang bayangan lebih kecil dari ruang benda, maka bayangan diperkecil.
5) Khusus benda yang terletak di titik fokus (F), maka bayangannya terletak di jauh takterhingga, benda
yang terletak dipusat kelengkungan cermin (M) bayangannya berada titik itu juga dengan sifat nyata,
terbalik, dan sama besar.
PERTEMUAN 2

B. PEMBIASAN CAHAYA
Pembiasan cahaya merupakan peristiwa pembelokan gelombang cahaya yang disebabkan adanya perubahan
kecepatan cahaya ketika merambat melalui dua medium yang indeks biasnya atau kerapatannya berbeda.
1. Hukum Pembiasan Cahaya
Hukum pembiasan cahaya ditemukan oleh Whillebrord Snellius (1580 - 1626) sehingga disebut dengan hukum
Snellius seperti pada Gambar berikut, yang menyatakan:
1) sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak pada satu bidang datar
2) jika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium yang lebih rapat maka sinar dibiaskan
mendekati garis normal dan jika sinar datang dari medium yang lebih rapat menuju medium yang lebih rapat
maka sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal

Contoh peristiwa pembiasan cahaya adalah ketika kita melihat dalam kolam yang airnya jernih, dasar
kolam kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya dan ikan yang ada di kolam akan tampak lebih dekat
ke permukaan seperti ilustrasi pada

2. Indeks Bias Medium


Besarnya kerapatan suatu medium dinyatakan dalam indeks bias, artinya semakin besar indeks bias suatu
medium maka medium tersebut semakin rapat. Indeks bias suatu medium atau indeks bias mutlak (n) adalah
perbandingan cepat rambat cahaya dalam hampa udara (c) dengan cepat rambat cahaya dalam medium
tersebut (v)
n=
Dari hukum pembiasan cahaya indeks bias cahaya juga dapat dinyatakan sebagai perbandingan sinus sudut
datang terhadap sinus sudut bias.
n=
Keterangan:
n = indeks bias mutlak medium
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa
v = cepat rambat cahaya dalam medium
i = sudut datang, yaitu sudut sinar datang dengan garis normal
r = sudut bias, yaitu sudut sinar bias dengan garis normal

3. Pembiasan Cahaya pada Lensa Tipis


Pada dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening, seperti air, kaca, lensa, prisma, dan
sejenisnya. Yang akan dibahas dalam bab ini hanya pembiasan pada lensa tipis, yaitu lensa yang ketebalannya
dapat diabaikan terhadap diameter kelengkungannya, terdiri dari lensa cembung (konveks) dan lensa cekung
(konkaf).
Lensa cembung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan bagian tepinya. Gambar
berikut merupakan gambar macam-macam lensa. Ada tiga jenis lensa cembung, yaitu lensa cembung ganda
(bikonveks), lensa cembung datar (plankonveks), dan lensa cembung-cekung (konveks-konkaf). Lensa cekung
merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cekung,
yaitu lensa cekung ganda (bikonkaf), lensa cekung-datar (plankonkaf), dan lensa cekung-cembung (konkaf-
konveks).

Gambar 5.16 Macam-macam Lensa Tipis

a. Sinar–Sinar Istimewa pada Lensa


Sama halnya dengan cermin, ada tiga sinar istimewa pada lensa lembung dan lensa cekung.

No Lensa Cembung Lensa Cekung


1 Sinar datang sejajar sumbu utama Sinar datang sejajar sumbu utama
dibiaskan menuju titik focus dibiaskan seolah-olah berasal dari
titik focus

2 Sinar datang menuju titik fokus Sinar datang seolah-olah menuju


dibiaskan sejajar sumbu utama titik fokus dibiaskan sejajar sumbu
utama

3 Sinar datang melalui titik pusat lensa Sinar datang melalui titik pusat
diteruskan lurus atau tidak dibiaskan lensa diteruskan lurus atau tidak
dibiaskan
b. Melukis Pembentukan Bayangan pada Lensa
Langkah-langkah yang diperlukan mirip dengan langkah-langkah untuk pembentukan bayangan pada
cermin lengkung sebagai berikut:
(1) Lukis dua buah sinar istimewa (menggunakan sinar 1 dan 3).
(2) Sinar datang dari depan lensa, dibiaskan ke belakang lensa. Perpanjangan sinar bias ke depan lensa
digambarkan dengan garis-garis putus.
(3) Perpotongan kedua buah sinar bias yang dilukiskan pada langkah (1) merupakan letak bayangan. Jika
perpotongan didapat dari sinar bias (di belakang lensa) bayangan yang dihasilkan bayangan nyata,
akan tetapi jika perpotongan di dapat dari perpanjangan sinar bias (di depan lensa), bayangan yang
dihasilkan adalah maya.
PERTEMUAN 3

C. HUBUNGAN JARAK BENDA, JARAK BAYANGAN DAN JARAK FOKUS

1. Cermin Cekung dan Cermin Cembung


Persamaan yang menghubungkan antara jarak benda, jarak bayangan dan jarak fokus yang berlaku pada
cermin cembung seperti pada Gambar 5.9 berikut:

Gambar 5.9 Hubungan Jarak Benda, Jarak Bayangan dan Jarak Fokus

Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

= + atau = +

Perbesaran bayangan dapat dinyatakan:

M=

Keterangan :
f = jarak fokus cermin (cm atau m)
s = jarak benda (cm atau m)
s' = jarak bayangan (cm atau m)
R = jari-jari cermin (cm atau m)
M = perbesaran
h' = tinggi bayangan (cm atau m)
h = tinggi benda (cm atau m)

Dalam menggunakan persamaan atau rumus tersebut perlu diperhatikan sebagai berikut:
1) Persamaan berlaku untuk cermin cekung dan cermin cembung
2) Persamaan tersebut hanya berlaku untuk sinar-sinar paraksial yaitu sinar yang dekat dengan
sunbu utama
3) Jarak fokus (f) dan jari-jari kelengkungan cermin (R) bertanda positif (+) untuk cermin cekung dan
bertanda negatif (-) untuk cermin cembung
4) Jarak benda (s) dan jarak bayangan (s') bertanda positif (+) untuk benda dan bayangan nyata dan
bertanda negatif (-) untuk benda dan bayangan maya
5) Bayangan benda selalu bernilai positif, jika ukuran bayangan lebih besar daripada bendanya maka
bayangan diperbesar dan jika ukuran bayangan lebih kecil daripada bendanya maka bayangan
diperkecil.

2. Lensa Tipis
Persamaan yang berlaku pada lensa tipis mirip dengan persamaan yang berlaku pada cermin. Hubungan
jarak benda, jarak bayangan dan panjang fokus lensa secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
= +
Perbesaran bayangan dapat dinyatakan:
M=
Keterangan :
f = jarak fokus lensa (cm atau m)
s = jarak benda (cm atau m)
s' = jarak bayangan (cm atau m)
M = perbesaran
h' = tinggi bayangan (cm atau m)
h = tinggi benda (cm atau m)

Penjanjian tanda untuk lensa cembung dan cekung seperti tampak pada Tabel berikut:

Lambang Nilai Ketentuan


positif benda nyata, di depan lensa
s
negatif benda maya, di belakang lensa
positif bayangan nyata, di belakang lensa
s'
negatif bayangan maya, di depan lensa
positif lensa cembung/konveks/konvergen
f
negatif lensa cekung/konkaf/divergen

c. Kekuatan Lensa
Kekuatan atau daya lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan cahaya. Daya lensa berkaitan dengan sifat
konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif,
semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa
negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan berkas sinar. Oleh
karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus, rumus kekuatan lensa:
1 1
P= dengan satuan = dioptri
f meter
PERTEMUAN 4

D. DISPERSI, INTERFERENSI, DIFRAKSI DAN POLARISASI

Optik merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang cahaya. terutama mengkaji sifat-sifat cahaya,
hakikat, dan pemanfaatannya. Optik terbagi menjadi dua bagian yaitu optik geometri dan optik fisis. Optik geometri
merupakan ilmu yang mempelajari cahaya dengan mengasumsikan bahwa cahaya merupakan partikel (berdasarkan
pendapat Sir Isaac Newton), sehingga cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan. Optik fisis, merupakan ilmu yang
mempelajari cahaya dengan mengasumsikan bahwa cahaya merupakan gelombang (berdasarkan pendapat Christian
Huygens), sehingga cahaya dapat mengalami fenomena seperti gelombang pada umumnya, yaitu: dispersi,
polarisasi, difraksi dan interferensi.

1. DISPERSI CAHAYA
Dispersi adalah peristiwa peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni
(monokromatik). Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas banyak warna
dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu seperti ditunjukkan pada Gambar 5.22. Cahaya-cahaya ini
memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda.
Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya.

Gambar 5.22 Dispersi Cahaya


Contoh peristiwa dispersi pada kehidupan sehari-hari adalah pelangi. Pelangi hanya dapat kita lihat apbila
kita membelakangi matahari dan hujan terjadi di depan kita. Jika seberkas cahaya matahari mengenai titik-titik
air maka titik-titik air ini berfungsi seperti prisma sehinga akan menguraikan sinar matahari menjadi cahaya yang
berwarna-warni.

2. INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya yang koheren; Dua berkas cahaya
disebut koheren jika kedua cahaya itu memiliki beda fase tetap. Hasil interferensi dapat diamati dengan layar
sebagai garis-garis gelap (saling melemahkan) dan garis-garis terang (saling menguatkan). Interferensi destruktif
(saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda fase 180º. Sedangkan interferensi konstruktif
(saling menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol.
Pola interferensi dua cahaya diselidiki oleh Fresnell dan Young. Fresnel melakukan percobaan interferensi
dengan menggunakan rangkaian dua cermin datar untuk menghasilkan dua sumber cahaya koheren dan sebuah
sumber cahaya di depan cermin. Young menggunakan celah ganda untuk menghasilkan dua sumber cahaya
koheren.
1. Percobaan Fresnell
Gambar 5.20 merupakan ilustrasi dari percobaan interferensi yang dilakukan oleh Fresnel. Sumber
cahaya monokromatis S0 ditempatkan di depan dua cermin datar yang dirangkai membentuk sudut tertentu.
Bayangan sumber cahaya S0 oleh kedua cermin, yaitu S1 dan S2 berlaku sebagai pasangan cahaya koheren
yang berinterferensi. Pola interferensi cahaya S1 dan S2 ditangkap oleh layar. Jika terjadi interferensi
konstruktif, pada layar akan terlihat pola terang. Jika terjadi interferensi destruktif, pada kayar akan terlihat
pola gelap
Gambar 5.20 Percobaan Interferensi Fresnel

2. Interferensi Celah Ganda Young


Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya koheren diperoleh dari cahaya monokromatis yang
dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya koheren itu akan bergabung membentuk pola-pola interferensi.
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua penghalang, yang
pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan dua lubang kecil. Dengan cara
tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder) koheren yang monokromatis dari sebuah
sumber cahaya monokromatis seperti yang ditunjukkan Gambar 5.21.

Gambar 5.21 Interferensi Young

Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis terang dan garis-garis
gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang
saling menguatkan atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami
interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum.

3. DIFRAKSI
Pada gerak gelombang, telah diperkenalkan pula bahwa gelombang permukaan air yang melewati sebuah
penghalang berupa sebuah celah sempit akan mengalami lenturan (difraksi). Peristiwa yang sama terjadi jika
cahaya dilewatkan pada sebuah celah yang sempit sehingga gelombang cahaya itu akan mengalami difraksi.
Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah
penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah
selebar 1 cm. Kisi difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya..

Cahaya yang melewati celah sempit


Kita dapat melihat gejala difraksi ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita rapatkan
kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon. Atau dengan melihat melalui kisi
tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.

a. Difraksi Celah Tunggal

Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian Huygens. Menurut Huygens, tiap
bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi
dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi, jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan
4 berbeda fase ½, atau lintasannya sebesar setengah panjang gelombang.

Interferensi celah tunggal


b. Difraksi pada Kisi
Jika semakin banyak celah pada kisi yang memiliki lebar sama, maka semakin tajam pola difraksi dihasilkan pada
layar. Pola difraksi maksimum pada layar akan tampak berupa garis-garis terang atau yang disebut dengan
interferensi maksimum yang dihasilkan oleh dua celah. Jika beda lintasan yang dilewati cahaya datang dari dua
celah yang berdekatan, maka interferensi maksimum terjadi ketika beda lintasan tersebut bernilai 0, λ, 2λ, 3λ, …

4. POLARISASI CAHAYA
Polarisasi cahaya dapat didefinisikan sebagai pengurangan intensitas karena berkurangnya komponen-
komponen gelombang cahaya. Cahaya termasuk gelombang transversal yang memiliki komponen-komponen
yang saling tegak lurus. Komponen-komponen inilah yang dapat hilang saat terjadi polarisasi. Polarisasi cahaya
ini dapat disebabkan oleh beberapa macam diantaranya adalah refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan),
refraksi (pembiasan) dan hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Jika seberkas cahaya dijatuhkan pada permukan bidang batas dua medium, maka sebagian cahaya akan
mengalami pembiasan dan sebagian lagi mengalami pemantulan. Sinar bias dan sinar pantul akan
terpolarisasi sebagian. Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu saat sinar bias dan sinar pantul
membentuk sudut 90° seperti ditunjukkan Gambar berikut
Polarisasi karena Pemantulan

2. Polarisasi karena Penyerapan Selektif


Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat meneruskan
cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain. Cahaya yang
diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.

Polarisasi karena Penyerapan Selektif


Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya dan hanya
melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu
bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi. Polaroid
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar
matahari kacamata sun glasses dan polaroid untuk kamera.

3. Polarisasi karena Pembiasan Ganda


Polarisasi karena pembiasan ganda dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai
indeks bias ganda atau lebih dari satu, Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar
akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai.
Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit, mika, kristal gula, kristal es dan kuarsa, kelajuan
cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias.

Polarisasi karena Pembiasan Ganda


Gambar di atas menunjukkan contoh pembiasan ganda. Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias
ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas tidakterpolarisasi akan
merambat lurus, sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi cahaya akan mengalami polarisasi sehingga
arahnya di belokan.

4. Polarisasi karena Hamburan


Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan memancarkan
kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini
dikenal sebagai fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih
pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada
warna biru yang ada di langit kita.

Polarisasi karena Hamburan


Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer sehingga
mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru memiliki panjang
gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan
warna itulah yang sampai ke mata kita sehingga langittampak biru pada siang hari.

Anda mungkin juga menyukai