0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan5 halaman

Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dibawah dua tahun

(Baduta) merupakan suatu periode yang sangat penting dalam kehidupan manusia

serta berpengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Pertumbuhan dan

perkembangan tercepat otak terjadi di usia di bawah lima tahun pertama kehidupan,

Status gizi sangat menentukan perkembangan di kemudian hari (Suryana dkk,

2019).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 masalah gizi pada

anak umur 0-24 bulan di Indonesia yaitu gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Prevalensi gizi buruk 3,8%, gizi kurang 11,4%, gizi lebih 2,7%. Provinsi Bali tahun

2018 prevalensi gizi buruk 1,6%, gizi kurang 11,2%, dan gizi lebih 2,1%

(Riskesdas, 2018). Permasalahan gizi anak di Kabupaten Bangli tahun 2019

prevalensi gizi kurang 4,9%, balita pendek 19, 8% dan balita kurus 3% (Dinkes

Bangli, 2020).

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, adanya

kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi

penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur

di bawah 2 tahun (baduta. Peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak

umur 0-24 bulan dilakukan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam

pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya

perbaikan gizi secara menyeluruh (Sulistyoningsih, 2012).

1
Panduan yang direkomendasikan Word Health Organisation (WHO)

pemberian makanan untuk anak usia dua tahun pertama kehidupan adalah

penerapan praktik pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, tetap memberikan

ASI sampai dengan umur 24 bulan jenis makanan disesuaikan dengan umur dan

pemberian MP ASI mulai enam bulan sampai 24 bulan (Suryana, 2019).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan makanan

peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP–ASI harus

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan

kemampuan pencernaan bayi atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas

dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan

anak yang sangat pesat pada periode ini, semakin meningkat umur bayi /anak

kebutuhan zat gizi semakin bertambah untuk tumbuh kembang anak (Maryunani,

2012).

Periode pemberian MP-ASI pada bayi tergantung sepenuhnya pada

perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu, pengetahuan ibu

sangat berperan dalam pemberian MP-ASI, karena pengetahuan tentang MP-ASI

yang baik berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI akan menyebabkan seorang

ibu mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin

baik pengetahuan gizi ibu maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan

jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh bayinya. Hasil

penelitian Bahri (2011) menyimpulkan bahwa keluarga dengan pengetahuan

tentang MP-ASI yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan

seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak balita karena ketidaktahuan

2
ibunya. Penelitian Darmawan dan Sinta (2015) menyimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan pemberian MP-ASI pada bayi.

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Desa Bayung Cerik kecamatan

Kintamani mendapatkan data jumlah baduta di Bayung Cerik bulan Januari 2021

sebanyak 38 orang dan jumlah balita 102 orang. Permasalahan gizi yang ditemukan

pada Balita di Desa Bayung Cerik berdasarkan data laporan bulan November 2020

yaitu berdasarkan pengukuran berat badan/umur balita gizi kurang sebanyak lima

orang, resiko gizi lebih enam orang. Berdasarkan indikator pengukuran tinggi

badan/umur ditemukan sangat pendek dua orang, pendek 21 orang. Pengukuran

berdasarkan indikator berat badan/tinggi badan ditemukan masalah gizi kurang dua

orang, resiko gizi lebih 14 orang, gizi lebih dua orang. Desa Bayung Cerik belum

memiliki data gambaran tingkat pengetahun ibu tentang pemberian makanan

pendamping ASI dan data gambaran pemberian MP-ASI pada bayi umur bulan

sampai dengan anak umur dua tahun.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran pengetahuan, dan praktik pemberian makanan

pendamping air susu ibu di Desa Bayung Cerik Kecamatan Kintamani Kabupaten

Bangli.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah gambaran

pengetahuan, dan praktik pemberian makanan pendamping air susu ibu pada anak

umur 6 bulan sampai 24 bulan di Desa Bayung Cerik Kecamatan Kintamani

Kabupaten Bangli ?”.

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan

dan praktik pemberian makanan pendamping air susu ibu anak umur 6 bulan

sampai dengan 24 bulan di Desa Bayung Cerik Kecamatan Kintamani Kabupaten

Bangli.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping air

susu ibu di Desa Bayung Cerik Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli

b. Mengidentifikasi praktik pemberian makanan pendamping air susu ibu di Desa

Bayung Cerik Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sumbangan ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

gambaran pengetahuan, dan praktik pemberian makanan pendamping air susu ibu:

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti sendiri

Bagi peneliti mendapat gambaran pengetahuan dan praktik pemberian

makanan pendamping air susu ibu

b. Bagi Puskemas

Bagi Pukesmas Kintamani 1 mendapatkan data tentang gambaran

pengetahuan dan praktik pemberian makanan pendamping air susu ibu yang bisa

4
dianalisa untuk membuat program prioritas di Desa Bayung Cerik Kecamatan

Kintamani Kabupaten Bangli.

c. Bagi instansi pendidikan

Bagi peneliti selanjutnya menambah refrensi untuk melakukan penelitian

yang berhubungan dengan pengetahuan, dan praktik pemberian makanan

pendamping air susu ibu

Anda mungkin juga menyukai