Final Version

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH WADATUL ULUM

ULUL ALBAB :
PROFIL KARAKATER LULUSAN UIN SUMATERA UTARA

Disusun oleh Kelompok 7 :


1. MUHAMMAD HUSAINI ( 0301223085 )
2. NUR FADILAH DALIMUNTHE ( 0301221024 )
3. NURMALA BR SARAGIH ( 0301223108 )

DOSEN PENGAMPU:
DR. MUHAMMAD AL FARABI M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TERBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2022 - 2023
MUQADDIMAH

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga
makalah yang berjudul "Islam Sebagai Paradigma Keilmuan Dan Reintegrasi Wahdatul Ulum "
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam marilah kita hadiahkan kepada junjunggan kita yakni Nabi besar
Muhammad Saw yang telah menerima wahyu dari Allah Swt, berupa Al-Qur’an dan
mengajarkan kepada umatnya agar menjadi pedoman hidup bagi manusia.

Dalam pembuatan makalah ini kami sudah berusaha menyusun semaksimal mungkin
yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengucapkan beribu maaf dan
terima kasih kepada semua pihak terutama kepada Bapak Dr. Muhammad Al Farabi M. Ag
selaku dosen pada mata kuliah Wahdatul Ulum yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini.

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memudahkan pembaca dalam


memahaminya dan semoga bisa menambah pengetahuan maupun wawasan bagi pembaca
makalah ini. Maka dari itu besar harapan kami sudilah kiranya pembaca memberikan kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

~2
~
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulul Albab.........................................................................................................2


B. Karakter Ulul Albab...........................................................................................................4
C. Penerapan Fungsi Ulul Albab di Zaman Sekarang............................................................9

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan.....................................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................................13

Daftar Pustaka...............................................................................................................................15

~3
~
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam diri manusia terdapat dua daya sekaligus, yaitu daya fikir yang berpusat dikepala dan
daya rasa (qalbu) yang berpusat di dada. Untuk mengembangkan daya ini telah disusun
sedemikian rupa oleh islam, misalnya untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan dengan
cara beribadah seperti sholat, zakat, puasa, haji dan lain lain serta untuk mempertajam daya fikir
diperlukan arahan ayat kauniyah.

Sejalan dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh manusia yang dirahmati sang
khaliq tersebut, maka manusia harus bisa memposisikan diri sebagai makhluk yang tidak hanya
memikirkan atau peduli terhadap dirinya sendiri, tetapi mestinya harus peduli dan peka terhadap
keberadaan sekelilingnya.
Sehingga potensi fikir dan dzikir senantiasa menyelimuti aktivitasnya sehari-hari, sebagai
manusia tidak hanya sebagai makhluk Allah yang paling sempurna tetapi juga sebagai
keharusan untuk menuju insan kamil (Manusia yang sempurna dari segi wujud dan
pengetahuannya) yang didalam Al-Qur’an sering sering disebut dengan istilah ulul albab

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ulul albab

2.Mengenal karakter ulul albab dalam kehidupan

3.Apa saja fungsi ulul albab didalam kehidupan

C.TUJUAN

1. Mengetahui ciptaan Allah SWT

2. Memahami lebih dalam karakter ulul albab dalam kehidpan

3. Mengenal cara-cara penerapan ulul albab dalam kehidupan


BAB II
PEMBAHASAN

~1~
A. Pengertian Ulul Albab

Istilah “UlulAlbâb” diambil secara langsung darifirman Allah Swt., dalam al-Qur’an:

ِ َ‫ت ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب‬


‫ب‬ ِ َ‫ف ٱلَّي ِْل َوٱلنَّه‬
ٍ َ‫ار َل َءا ٰي‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ ‫ِإ َّن فِى َخ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫ُون فِى َخ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ت‬ َ ‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًما َوقُعُو ًدا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكر‬ َ ‫ين يَ ْذ ُكر‬
َ ‫ٱلَّ ِذ‬
ِ َّ‫اب ٱلن‬
‫ار‬ َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬ َ َ‫ت ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًل ُسب ٰ َْحن‬
َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْق‬ ِ ْ‫َوٱَأْلر‬
Artinya:

Dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang sungguh merupakan
tanda- tanda bagi orang yang Ulul Albab. Orang yang mengingat (berzikir) kepada Allah: ketika
berdiri, duduk, dan berbaring kesamping dan merenungkan penciptaan langit dan bumi: Tuhan,
tiada sia- sia Engkau ciptakan semua ini! Maha suci Engkau! Selamatkan kami dari azab neraka.
(QS. [3]: Ali ‘Imran: 190-191).

Berdasarkan firman Allah Swt. Diatas, mereka yang disebut Manusia Uull
Albab senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi, mengobservasi, memikirkan,
menghayati, mengintrospeksikan adanya sesuatu yang telah diciptakan oleh sang Khaliq yaitu
Allah Swt. Manusia Ulul Albab tersebut senantiasa terpikirkan dalam mindsetnya bahwa semua
yang ada di alam semesta ini yang telah diciptakan oleh Allah Swt, tidak ada satupun yang
sia-sia. Semua makhluk yang Allah Swt. Ciptakan meskinya dan pastinya ada kemanfaatan dan
kemaslahatan. Mereka yang menggunakan akal sebagai perenungan menuju kemanfaatan dan
kemaslahatan adalah Manusia “Ulul Albab”.

Lebih lanjut lagi ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa ciri-ciri manusia Ulul Albab, yaitu:
mereka yang senantiasa yang mengingat dan melibatkan Allah Swt. dalam kondisi apapun
seperti keadaan berdiri, duduk, berbaring yang senantiasa mengingat Allah Swt. Dengan
demikian, jika manusia dalam aktivitas kehidupan sehari--harinya senantiasa mengingat dan
melibatkan Allah Swt, merekalah sejatinya figure manusia UlulAlbab.

Kata Ulul Albâb terdiri dari kata ulû(‫ )أولو‬dan al-albâb(‫)األلباب‬. Kata ulû(‫ )أولو‬adalah bentuk
jamak yang berarti ashâb (pemilik). Kata ulû dalam penggunaannya dijadikan frase dengan
isim zhâhir (kata benda selain kata ganti) yang berarti pemilik.
~2~
Mufradnya adalah kata Al-Lubb (‫ )للُّبا‬yang berarti inti dari segala sesuatu. Kata Ulul
Albâb disebutkan oleh Allah Swt. sebanyak 16 kali dalam Al-Qur’an

Ibnu Katsir menyebut Ulul Albâb sebagai orang yang memiliki akal yang sempurna dan
cerdas, yang digunakan untuk mengetahui, merenungi, meneliti sesuatu dengan hakikatnya agar
diketahui keagungannya.1

Abu Hayan Al-Andalûsi menyebut Ulul Albâb adalah orang yang mengetahui akibat apa
yang telah dilakukannya dan mengetahui sesuatu sehingga menimbulkan rasa takut kepada
Allah.2

Imam As-Sa’di, mengartikan Ulul Albâb sebagai orang yang berakal, yang
memanfaatkan akal mereka untuk merenungkan dan meneliti kekuasaan Allah, bukan hanya
melihat dengan mata tanpa ada pengaruh dan manfaatnya.3

As-Sya’râwi menyebut Ulul Albâb adalah orang yang memikirkan ciptaan Allah, langit,
dan bumi. Mereka diberi petunjuk dengan fithrah mereka bahwa alam yang teratur dan
sempurna ini pasti ada Penciptanya.4

Syaikh Hasan Al-Qami membedakan antara makna kata akal dengan dengan lubb. Akal
menurutnya adalah ketika awal berfikir. Sedangkan lubb adalah hasil dari kesempurnaan
berfikir.5

Dari berbagai pengertian yang dikedepankan para ulama tersebut dapat ditarik benang
merah yang menghubungkannya bahwa Ulul Albâb adalah orang yang memiliki akal yang
sempurna, bersih, dan konsisten (ashâb al-‘uqûl al-salîmah). Untuk mengetahui, meneliti, dan
merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, sehingga mereka menjadi orang-
orang (masyarakat) terpelajar (Learning Society) yang terus menerus mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia, dan dipersembahkan sebagai
ibadah kepada Allah Swt.

1
IbnuKasir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhtm, Juz 4, hlm.157.
2
Abu Hayan al Andalusi, Tafsir al-Bahru al-Muhith, Juz 1, hlm.447.
3
Imam as-Sa’di, Tafsir as-Sa’di, Juz 1, hlm.190.

~3~
Imam al-Sya’rawi, Tafsir as-Sya’rawi, hlm. 175.
4

Syaikh Hasan al-Qami, Gharaib Al-Qur’an, Juz 2, hlm.328.


5

~4~
B. Karakter Ulul Albab

1. Berilmu dan memiliki kesungguhan dalam mengembangkannya.

Memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi atau Ulul Ilmi dan kesungguhannya dalam
mengembangkannya sebagaimana firman Allah subhanahuwata’ala :

‫ْط ۚ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َح ِكي ُم‬ ۟ ُ‫َش ِه َد ٱهَّلل ُ َأنَّ ۥهُ ٓاَل ٰلَهَ اَّل هُ َو َو ْٱلم ٰلَِٓئ َكةُ َوُأ ۟ول‬
ِ ‫وا ْٱل ِع ْل ِم قَٓاِئ ۢ ًما بِ ْٱلقِس‬ َ ‫ِإ ِإ‬

“Allah menyatakan bahwasanya tiada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan dia tegak
dalam keadilan titik para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga mengatakan yang
demikian itu) Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan dia, yang maha perkasa lagi
maha bijaksana”. (QS. Ali Imran (3):18)

Kepemilikan ilmu di sini bukan berarti pencipta karena pemilik dan pencipta ilmu adalah
Allah subhanahuwata'ala pemilik ilmu disini dimaksudkan sebagai penekun, pemangku dan
yang bertanggung jawab serta mengembangkannya bukan hanya menimbanya atau
mempelajarinya tapi kita memiliki kewajiban untuk mengembangkannya menjadi sesuatu hal
yang lebih berguna. Kepemilikan ilmu itu betapa pun dangkal dan dalamnya dimungkinkan
karena mereka telah belajar dan menuntut ilmu kepada para ulama, cendekiawan, dan para ahli.

Ulul Albab dirancang dan diharapkan memiliki ilmu yang tinggi dan kesungguhan dalam
mengembangkannya terutama dalam bidang ilmu yang ditekuninya kecerdasan ini muncul dari
keyakinan bahwa orang yang memiliki iman dan ilmu pengetahuan lah berada pada tempat dan
martabat yang tinggi dan dari orang yang memiliki ilmu pengetahuan lah diharapkan akan
muncul ketakwaan.

Karakter ini menjadi hal utama bagi Ulul Albab selain itu kedalaman ilmu dan keluasan
wawasan, serta kesungguhan dalam mengembangkannya menjadi kan mereka melakukan
pencaharian terhadap berbagai teori dan formula juga terus melakukan penelitian terhadap ayat-
ayat kawniyah dengan begitu akan dapat memberi kontribusi yang nyata bagi bangsa peradaban
dan kemanusiaan.

~5~
2. Istiqomah dalam penegakan sikap ilmiah serta konsisten dalam penerapannya.

Istiqomah adalah karakter yang mendapat stimulasinya dalam Alquran surah Ali ‘Imran atau
(3) ayat:18 stimulasinya dari ayat Al-qur’an Ali 'Imran (3):7 yang artinya

“dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: kami beriman dengannya. Semua itu
datang dari Tuhan kami dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan Ulul Albab” (QS.
Ali ‘Imran (3):7).

lalu perlunya konsistensi dalam penerapan ilmu atau aksiologinya yang terbaik diperoleh
dari petunjuk Allah di (QS. Az-Zumar(39):18) yang artinya
“yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah UlulAlbab.”

Adapun Istiqomah ini adalah untuk penegakan kekonsistenan dalam penerapan ilmu bukan
hanya sekedar mengetahui, atau memahaminya, tapi juga menerapkannya dengan cara terus-
menerus mengembangkannya, dan ini adalah karakter yang dimiliki Ulul Albab untuk menjaga
kekonsistenannya dalam bertakwa dan mendalami ilmunya.

3. Memiliki visi keseimbangan antara pikir dan zikir.

UlulAlbab adalah para sarjana yang menyeimbangkan pikir dan zikir dalam kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, dalam mengambil keputusan ilmiah, dan
bertindak. (QS. Ali ‘Imran (3):191). Pada saat yang sama semua kegiatan dan hasil penemuan
ilmiah senantiasa dipersembahkan sebagai ketundukan dan pengabdiannya kepada Allah.
Keseimbangan pikir dan zikir dalam kegiatan ilmiah diyakini sebagai prasyarat bagi
diterimanya kearifan kecerdasan, dan keilmuan dari pemberi ilmu dan mahaguruan semesta yaitu
Allah subhanahu wata'ala sebagaimana Firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 269 yang
artinya
“Allah menganugerahkan Al hikmah (kepahaman yang dalam) kepada siapa yang dia
kehendaki titik dan barang siapa yang dianggahi Al hikmah itu ia benar-benar telah
dianugerahkan karunia yang banyak dan hanya Ulul Albab-lah yang dapat mengambil pelajaran
dari (firman Allah)”
Maka Ulul Albab haruslah menjaga keseimbangan antara pikiran dan zikir dan dengan
demikian itu merupakan salah satu karakter yang sangat menonjol karena dengan begitu mereka
bisa memiliki kepahaman yang dalam dikarenakan Allah menganugerahinya dan melebihkan
nikmatnya kepada Ulul Albab untuk memahami pelajaran yang mna tidak semua orang paham.
~6~
4. Mampu melakukan pendekatan integral- transdisipliner.

Salah satu karakter Ulul Albab adalah melakukan pendekatan integral, tidak saja melakukan
pendekatan dengan menggunakan satu disiplin ilmu atau ilmu yang ditekuninya, tetapi
melibatkan tinjauan berbagai bidang ilmu yang terkait dengan topik tema yang sedang diteliti
atau dibahas serta menghilangkan tapal batas ilmu-ilmu tersebut namun tetap mengutamakan
tinjauan bidangnya, yang dirumuskan sebagai pendekatan transdisipliner.

Maka maknanya seorang Ulul Albab harus bisa melibatkan tinjauan bidang lain dengan
mengutamakan bidangnya sendiri untuk melakukan pendekatan trandisipliner tersebut terkait
penelitian atau yang dibahas.

Seperti yang disebut Al-Qusyairi, Ulul Albab dengan menggunakan Transvision dapat
melakukan pendekatan trandisipliner, sehingga pembahasan penjelasan, dan penerapan ilmunya
bersifat komprehensif, holistik, kuat, dan memiliki manfaat yang tinggi bagi kemanusiaan dan
peradaban sehingga ia tidak hanya memahami ilmu tersebut dalam satu bidang, tetapi bisa
mengaitkannya dengan bidang-bidang yang lain.

5. Memiliki etos dinamis dan berkarakter pengabdi.

Karakter Ulul Albab yang satu ini mengambil visi dinamis dari ajaran Islam semua proses
pembelajaran merupakan upaya menginternalisasi sikap dinamis yang kemudian mendorong etos
kerja dan inovasi, sikap ini diharapkan akan membuat mereka menjadi Pioneer dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan dinamisator bagi masyarakat dalam melakukan perubahan
ke arah yang lebih baik.

Karakter pengabdi ini bersifat vertikalatau dinamakan demikian karena mereka


mendedikasikan ilmunya sebagai pengabdian dan ibadah kepada Allah sebab orang yang
berilmu sejatinya takut kepada Allah. Karakter pengabdi juga bersifat horizontal karena ilmu
yang dimilikinya tidak berhenti pada ontologi dan epistemologi tetapi juga aksiologi.

Diterapkan bagi kemaslahatan umat manusia dan pengembangan peradaban bukan hanya
untuk kepentingan pribadi namun juga untuk kemaslahatan bersama dengan demikian Hal ini
dapat mendorong, membantu, dan menuntun masyarakat agar dapat lebih maju.

~7~
6. Bertakwa, berwatak prophetic (kenabian) dan berakhlak mulia.

Memiliki karakter demikian sebab salah satu makna genetik Ulul Ilmi yang merupakan salah
satu karakter Ulul Albab itu adalah Al-Anbiya’ orang yang berkarakter kenabian.

Maknanya bahwa Ulul Albab adalah manusia yang bertakwa sebagaimana firman Allah
subhanahuwata’ala, (QS. At-Thalaq (65):10) yang artinya:

“bertakwalah kepada Allah hai Ulul Albab yang beriman. Sesungguhnya Allah telah
menurunkan peringatan kepadamu.”

Maka selain berilmu juga Istiqomah mereka juga memiliki ketaatan yang kuat kepada Allah
subhanahuwata'ala karakter kenabian ini adalah karakter sebagai penggerak perubahan yang
revolusioner dinamis atau pendorong untuk maju, memiliki semangat keteladanan atau uswah,
dan pengajak kepada kebenaran, pada saat yang sama watak prophetic juga selalu menghadirkan
kedamaian dan harmoni di tengah kehidupan.

Maka dengan demikian salah satu karakter Ulul Albab adalah berakhlak mulia dan
kedalaman spiritual sebab posisinya sebagai ilmuwan atau ulama telah mengantarkannya
menjadi pewaris nabi sementara poros dari misi Rasulullah adalah penegakan akhlakul karimah
dan keluhuran budi pekerti.

Namun ilmu sepatutnya lah kepada kemuliaan akhlak sementara penegakan akhlak tidak
terbatas pada sopan santun dirinya secara personal melainkan adanya upaya kolektif untuk
menciptakan moralitas sosial, hal itu menjadi penting karena bangsa di mana mereka hidup dan
mendedikasikan ilmunya adalah bangsa yang memuliakan adab dan martabat dalam hal ini
sebagaimana tesis yang pernah dikedepankan oleh Muhammad Arkoun bahwa islam itu adalah
akhlak dan politik.

Dengan demikian akhlakul karimah juga tidak dapat dipisahkan dari kedalaman spiritual,
sebab kedekatan kepada Allah dan kekuatan rohani Allah yang membuatnya dapat menampilkan
keluhuran budi pekerti.

7. Bersikap wasathiyah dan memiliki wawasan kebangsaan.

Memiliki Wasathiyah, memiliki wawasan-wawasan kebangsaan yaitu selalu berusaha untuk


menjadi yang terbaik dan bertindak sebagai peneliti sosial untuk selanjutnya dengan pengamatan

~8~
dan penelitian mereka memberi pendapat dan keputusan secara adil dan objektif, yaitu tidak
memihak pada siapapun namun memberikan keputusan yang sesuai.

Oleh karenanya sepatutnya mereka juga mencintai negerinya serta berjuang secara
maksimal untuk membangun bangsanya melalui inovasi keilmuan dan akselerasi penerapannya
demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Dengan demikian mereka dapat membantu
masyarakat untuk lebih maju untuk kemakmuran bersama.

8. Bervisi hadhari (pengembangan peradaban)

Makna dari karakter ini yaitu memiliki rasa tanggung jawab untuk ikut serta dalam
membangun peradaban dunia, dia merasa bahwasanya hal ini memiliki tanggung jawab yang
penting bagi dirinya agar dia bisa membangun peradaban yang kelak dapat memajukan
bangsanya serta kemakmuran bangsa itu sendiri.

Mereka mengutamakan dedikasi keilmuannya untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa


juga memiliki tanggung jawab untuk memajukan peradaban umat manusia, dengan begitu akan
lahirlah kemajuan peradaban yang lebih baik.

9. Merasa (bahagia) happiness/contented/sa’adah dengan ilmu dan pekerjaannya.

Salah satu karakter Ulul Albab adalah merasa bahagia dengan ilmu dan pekerjaannya, hal ini
merupakan konsekuensi dari ilmu keislaman yang dimilikinya dikatakan demikian karena Islam
dan ilmu pengetahuan Islam menjadi pelajarinya sepatutnya mengantarkan mereka kepada
kebahagiaan.

Karena salah satu diantaranya adalah makna genetik Islam itu sendiri yakni kedamaian dan
sentosa, sehingga para peneku ilmu-ilmu keislaman dan pengetahuan Islam walaupun susah
apapun mereka menuntut ilmu tersebut, sepatutnya mereka memiliki kebahagiaan dengan ilmu
yang di mereka dapatkan dengan usaha mereka.

Karena apa yang mereka pelajari tidak sebatas pada persoalan material tetapi juga spiritual
bukan hanya dunia tetapi juga menembus batas keduniaan hingga Ma'rifat Alma'ad (di
seberang

~9~
kematian), problema eskatologis, sehingga harapannya terhadap teleos(tujuan jangka panjang)
yang amat indah membuatnya selalu dan berbahagia.
Karena sejatinya dengan ilmu yang mereka miliki membuat mereka dekat dengan Allah dan
rasulnya sehingga memunculkan ketenangan dan kebahagiaan. Dan mereka senantiasa menjadi
pelipur lara bagi masyarakat dan umat karena harapan dan optimisme yang mereka miliki dan
kembangkan dapat memotivasi masyarakat untuk bersifat optimis dan riang gembira melakukan
kerja serta memperjuangkan masa depan yang lebih baik.6

C. Penerapan Fungsi Ulul Albab di Zaman Sekarang

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ulul Albab adalah cendekiawan muslim
yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Mengerahkan secara optimal semua potensi intelektual yang dimiliki untuk mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan serta beijtihad dalam rangka memahami ayat-ayat
Alah SWT baik yang qauliyah maupun yang kauniyah.
b. Mampu menjadikan ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai alat untuk mencari karunia
sebanyak-banyaknya (khairan katsiran) dari Allah SWT untuk kebaikan umat manusia,
bukan untuk menimbulkan kerusakan dan kebinasaan.
c. Bersedia menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dalam rangka
memimbing, membina dan memimpin masyarakat.
d. Menyadari bahwa sekalipun orang-orang yang berilmu pengetahuan tidak sama dengan
yang tidak berilmu pengetahuan, tapi derajat kemuliaan seorang cendekiawan tidak
hanya ditentukan oleh ketinggian ilmu pengetahuannya semata, tetapi —dan lebih utama
lagi ditentukan oleh sejauh mana kedekatan (taqarrub) nya dengan Allah SWT. Oleh
sebab itu cendekiawan muslim harus senantiasa berzikir kepada Allah SWT di mana saja
berada dan dalam kondisi bagaimana pun. Baik zikir hati, lisan, maupun amal perbuatan.

(6) Harahap,Syahrin dkk.Wahdatul’Ulum paradigm pengembangan keilmuan dan karakter lulusan Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara 2019 Medan IAIN press

~ 10 ~
e. Mempunyai sikap furqan, yaitu mampu membedakan antara yang hak dan yang batil;
selalu konsekuen mengikuti dan membela yang hak serta menjauhi dan menentang yang
batil, serta bersedia berkorban dan menentang arus dalam mempertahankan yang hak dan
menentang yang batil tersebut.
f. Memiliki iman yang kuat dan akhlaq yang mulia yang tercermin antara lain dalam
beberapa sikap berikut :
Mengakui kekuasaan Allah SWT, tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah
SWT, selalu mengikuti hidayah-Nya, senantiasa ikhlas dalam setiap amalannya,
cenderung menjauhkan diri dari perilaku menyimpang dan kembali kepada prilaku yang
mendapat keridhaanAllah SWT, senantiasa menyadari kekhilafan, tabah dan dapat
belajar dari segala macam cobaan.(7)

Apabila diterapkan di zaman sekarang, tentu sangat luar biasa kalau ditemukan figur
muslim seperti ini. Meskipun tidak mustahil ditemukan, namun perlu usaha sungguh-sungguh,
mengerahkan segenap jiwa, raga , spiritual, intelektual dan emosional.

Ada empat kata kunci yang menjadi esensi profil ulul albab menurut Al-Qur’an Al-Karim,
yaitu zikir, tazakkur, tafakkur dan taqwa. Bahkan khusus tazakkur (kemampuan dan kesedian
ny untuk mendapatkan pelajaran) disebut oleh Al-Qur’an 9 tempat dari keseluruhan ayat-ayat
tentang Ulul Albab di atas. Hal itu menunjukkan bahwa ulul albab memang diingatkanuntuk
lebih waspada dan hati-hati dengan ilmu dan tugas yang dipikulkan dipundaknya. (7)

(7) Yunahar Ilyas, Ulul Albab, Suara Muhammadiyah Edisi 2 Tahun 2002

~ 11 ~
Karakter Alumni

Kesembilan karakter yang dimiliki alumnus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan tersebut menjadikan mereka sebagai kaum terpelajar yang memiliki integritas yang
tinggi.

Dengan memiliki karakter sebagaimana dikemukakan di atas diharapkan dapat


meningkatkan integritas alumnus Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan sebagai
ulama yang cendekiawan dan cendekiawan yang ulama, serta menjadi kaum terpelajar dengan
kapasitas yang utuh, yang terhindar dari dikotomi keilmuan dan split personality (keterpecahan
pribadi) serta selalu tepat dalam bersikap dan bertindak. Dari output, Ulul Albâb dengan profil
dan karakter seperti dikemukakan di atas, maka outcome-nya akan dirasakan oleh umat, bangsa,
dan peradaban umat manusia. Diantaranya:

Pertama, alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara dapat menciptakan
lapangan kerja dan mengisi lapangan kerja yang tersedia dalam berbagai sektor.

Kedua, Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Medan dapat mengisi
lapangan bisnis dan entrepreneurship yang bernuansa religi, halal, dan islami.

Ketiga, Terwujudnya masyarakat Indonesia yang lebih religius sebagaimana


diamanahkan falsafah negara, Pancasila.

Keempat, terwujudnya pendidikan dan ilmu yang integratif di semua sektor dan level,
yang pada gilirannya dapat memberi kontribusi penting bagi pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya.

Kelima, terwujudnya masyarakat Indonesia yang modern, maju, terpelajar, berintegritas dan
berkarakter.

Keenam, Munculnya generasi milenial yang memiliki karakter mandiri dan akhlak yang
mulia, serta memiliki kompetensi dan daya saing.

Ketujuh, terciptanya masyarakat yang taat hukum serta mengurangi keterlibatan


masyarakat dalam tindakan korupsi, narkoba, prostitusi, dan lain-lain.

Kedelapan, Rasa kebahagiaan dan kedamaian masyarakat Indonesia yang semakin


meningkat.

~ 12 ~
Kesembilan, semakin banyak referensi dan khazanah Islam yang mendorong dimisme
umat dan sikap wasathiyah masyarakat, sehingga Indonesia dapat memainkan peranan yang
lebih penting dalam perkembangan peradaban dunia.

Contoh ulul albab antara lain sebagai berikut:

Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu: Sifat ini dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan rajin belajar dan membaca buku-buku pengetahuan. Belajar
bukan hanya bertujuan untuk mencapai hasil akademik yang baik, namun supaya kita dapat
memahami alam semesta dan mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan.

Mampu memisahkan yang baik dan yang buruk: Dengan ilmu kita dapat mengetahui mana
yang baik mana yang buruk sebelum membuat keputusan. Dengan ilmu seseorang dapat
membuat keputusan yang bermanfaat dan tidak merugikan.

Kritis dalam mendengarkan pembicaraan, pandai menimbang-nimbang ucapan, teori,


proposisi, dalil, atau argumentasi: Dengan ilmu yang kita miliki, kita dapat memberikan
pandangan kita terhadap suatu opini atau teori dengan dasar yang jelas.

Bersedia mendakwahkan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat: Seseorang yang


berilmu harus menyebarkan kembali ilmu yang dimilikinya untuk masyarakat, supaya ilmu
itu dapat terasa manfaatnya. Selain itu ilmu juga termasuk sebagai salah satu amal jariyah.

~ 13 ~
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Ulu Al-Albāb adalah pemikir, intelektual yang memiliki ketajaman analisis terhadap gejala
dan proses alamiah dengan metode ilmiah induktif dan deduktif, serta intelektual yang
membangun kepribadiannya dengan dzikir dalam keadaan dan situasi apapun. Ulu Al-Albāb
adalah intelektual muslim yang tangguh, yang tidak hanya memiliki ketajaman analisis obyektif,
tetapi juga subyektif.

Selain itu juga, Ulu Al-Albāb ialah sosok yang memiliki akal yang murni danjernih serta
mata hati yang tajam dalam menagkap fenomena yang dihadapi, memanfaatkan kalbu untuk
berdzikir kepada Allah dan memanfaatkan akal (fikiran) untuk mengungkap alam semesta, giat
melakukan penelitian dan kajian untuk kemaslahatan hidup, selalu sadar akan kehadiran Tuhan,
lebih mementingkan kualitas hidup, mampu memilih jalan yang benar dan diridhai Allah serta
bersikap terbuka dan tetap memperjuangkan kebenaran, mampu dan bersedia mengajar,
mendidik orang lain berdasarkan ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara yang benar dan baik.

Ulul Albab adalah pendidikan yang membimbing, membina, mengarahkan fitrah manusia
yang memiliki potensi dan kompetensi untuk dapat diaktualisasikan dalam kehidupan. Karena
banyak siswa/peserta didik yang memiliki latar belakang pendidikan islam tapi dia tidak mampu
mengaktualisasikannya dalam kehidupan ini baik secara individu maupun kelompok.

B. SARAN

Pada masa sekarang inilah harus ada pembenahan peristilahan baru Islam dan dibudayakan
menjadi budaya bangsa. Khususnya bangsa kita yang mayoritas muslim ini jangan hendaknya
istilah-istilah dari khazanah Islam digeser sehingga seolah merupakan istilah asing di kalangan
umat Islam sendiri.

Salah satu diantaranya adalah mencetak kader-kader umat yang mampu berbuat bagi
kepentingan Islam dalam kehidupan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan penanganan yang

~ 14 ~
serius, perencanaan yang matang dan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Ini dapat
dilakukan melalui pembelajaran karakter di pendidikan formal ataupun non formal. Dengan
melalui kaderisasi itulah diharapkan bermunculan sosok Ulu Al-Albāb yang pada masa sekarang
ini sangat dibutuhkan untuk membangun karakter bangsa

~ 15 ~
DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap Syahrin, dkk. 2019. Wahdatul ‘UlumParadigma Integrasi Keilmuan dan


KarakterLulusan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Medan:
Kencana.
2. IbnuKasir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhtm.
3. Abu Hayan al Andalusi, Tafsir al-Bahru al-Muhith.
4. Imam as-Sa’di, Tafsir as-Sa’di.
5. Imam al-Sya’rawi, Tafsir as-Sya’rawi.
6. Syaikh Hasan al-Qami, Gharaib Al-Qur’an.
7. Yunahar Ilyas, Ulul Albab, Suara Muhammadiyah Edisi 2 Tahun 2002
8. http://wahdatululum.uinsu.ac.id/artikel/27/C.%20Integritas%20Alumni
9. https://m.kumparan.com/amp/berita-update/arti-ulil-albab-dan-contohnya-dalam-
kehidupan-1wsXqJ5iM6D

~ 16 ~

Anda mungkin juga menyukai