LP&LK KMB-TB PARU (Ruth Tiar Nauli S)
LP&LK KMB-TB PARU (Ruth Tiar Nauli S)
LP&LK KMB-TB PARU (Ruth Tiar Nauli S)
DISUSUN OLEH:
2. Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari
penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian,
penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis
sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit tuberculosis. Droplet yang
mengandung basil tuberculosis yang 11 dihasilkan dari batuk dapat melayang
di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar
matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-
bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan
masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan.
Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada
predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil
tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan
reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi,
yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah
kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage
adalah membunuh kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofage
lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan
meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka kuman
tersebut akan bersarang di dalam jaringan paruparu dengan membentuk
tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan
bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul
perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut
dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah,
maka klien akan batuk darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2018).
1. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada,
malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru
dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik (Padila,2016).
1. Gejala sistemik yaitu :
a. Demam Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga
timbul gejala demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara
ke paru dan menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri,
maka terjadi 8 peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga
suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.
b. Malaise Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan,
pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah.
2. Gejala respiratorik yaitu :
a. Batuk Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih
dari 3 minggu (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
b. Batuk darah Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi
akibat dari pecahnya pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi,
berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
yang banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
c. Sesak nafas Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas
ditemukan jika penyakit berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas
atau karena adanya hal lain seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013). d. Nyeri dada 9 Gejala nyeri dada dapat
bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan berada pada tempat patologi yang
terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung.
Bersifat pluritik apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis
yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer & Bare,2017).
1. Pathway TB
2. Patofisiologi
Menurut Darliana (2011), Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB
paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil
TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan melayang-layang di udara.
Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Saat Mikrobacterium Tuberkulosa
berhasil menginfeksi paruparu maka dengan segera akan tumbuh koloni
bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui serangkaian reaksi
imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri
TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelanbanyakbakteri; limpospesifik-
tuberkulosis melisis (menghancurkan) 12 basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, yang
menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu
setelah pemajanan. Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan
gumpalan basil yang masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan
-jaringan fibrosa, bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon
dan menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman,
tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajaman dan infeksi awal,
individu dapat mengalami penyakit aktif karna gangguan atau respon yang
inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi
ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah
melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi
tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel
yang menyerang membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.
3. Klasifikasi
1. TB Paru BTA positif
Apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (sewaktu
pagi sewaktu) hasilnya positif, disertai pemeriksaan radiologi paru
meninjukkan TB aktif.
2. TB Paru BTA negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif .
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2016), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan
kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
pernafasan.
6. Penatalaksanaa medis
a. Promotif , terbagi antara lain :
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan Isoniazid
c. Penatalaksanaan Medis
a. Jangka pendek
2. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3
bulan
b. Jangka panjang
Rivampicin, Etambutol.
kombinasi obat :
1. Rifampicin
2. Isoniazid
3. Ethambutol
4. Pyridoxi
DI SUSUN OLEH :
Nama : Ruth
Tiar Nauli Tempat Praktik :
RS IMC Bintaro
Tanggal Pengkajian : Senin, 25 Juli 2022
D. Riwayat Keluarga
Genogram :
E. Kondisi Lingkungan
Klien mengatakan rumahnya dekat dengan jalan raya, bising kendaraan dan ventilasi
udara kurang. Di rumahnya tidak ada yang merokok kecuali klien. Di rumah sakit klien
mengatakan lingkungannya nyaman dan pencahayaan ruangan cukup, hanya saja tidak
dapat tidur karena sesak nafas dan batuk serta cemas akan penyakitnya.
G. Pengkajian fisik
1. Kesadaran: CM kualitatif: Lemah GCS: E5M5V4
2. Tanda-tanda vital:
TD : 132/75 mmHg
Nadi : 92 x/mnt
Suhu : 36,3°C
RR : 26 x/mnt
3. Kepala dan leher: Kepala bulat, tidak ada lesi, tidak ada benjolan di daerah leher.
4. Rambut: Beruban, ikal, tidak ada kebotakan, tidak ada rambut rontok.
8. Dada
a) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi: tidak tampak lesi dan iktus kordis
Palpasi: teraba kuat, dan irama teratur
Perkusi: terdapat suara pekak
Auskulasi: terdengar suara BJ1 dan BJ2 dengan irama reguler
b) Sistem Pernapasan
Inspeksi: terdapat usaha bantu nafas, terpasang O2 nasal kanul 5 lpm
Palpasi: Ekspansi paru simetris, teraba taktil premitus
Perkusi: terdapat suara redup
Auskultasi: terdengar saura ronkhi dan wheezing
c) Aksila
Palpasi: tidak ada benjolan, denyut teraba, ekspansi paru tidak simetris
d) Abdomen
Inspeksi: bentuk buncit, tidak ada lesi, tidak ada asites, warna coklat
Auskultasi: bising usus (+) : 20 x/mnt
Palpasi: tidak ada benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan, teraba hepar
Perkusi: terdapat bunyi tympani
e) Genitalia
Inspeksi: tidak ada masalah
Palpasi: -
f) Ekstremitas
Inspeksi: terdapat Riwayat fraktur dekstra di kaki kiri, asimetris, warna sawo
matang
55
Palpasi: kekuatan otot :
54
H. Data Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15,3 g/dL 13,0 – 16,0
Leukosit 8,0 10^3/ul 5,0 – 10,0
Hematrokit 44,5 % 45 – 55
Trombosit 327 10^3/ul 150 – 400
Eritrosit 5,0 10^6/ul 4,5 – 5,5
Laju Endap Darah
Basofil 0,4 % 0,0 – 1,0
Eusinofil 2,9 % 1,0 – 3,0
Neutrofil 50,3 % 50,0 – 70,0
Limfosit 28,9 % 20,0 – 40,0
Monosit 17,2 % 2,0 – 8,0
Elektrolit
Natrium (Na) 135 mmol/dL 135 – 145
Kalium (K) 4,71 mmol/dL 3,5 – 5,5
Klorida (Cl) 106 mmol/dL 100 – 106
Analisa Gas Darah (arteri)
PH 7,52 - 7,38 – 7,42
PO2 90,7 mmHg 80 – 100
PCO2 29,1 mmHg 35 – 45
HCO3 24,3 mEq/L 22 – 26
BE 1,3 - -2 s/d +2
Saturasi 94 % > 95
MASALAH
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF ETIOLOGI
KEPERAWATAN
Pasien mengeluh Pasien tampak Bersihan jalan nafas Akumulasi secret
sesak nafas semakin sesak nafas dan tidak efektif yang berlebih
parah seminggu di bantu alat
kebelakang ini pernapasan
Pasien mengeluh Pasien tampak
batuk berdahak batuk berdahak
Terdengar suara
ronkhi
Adanya sputum
Pasien mengatakan Rr 26 x per menit Pola nafas tidak Penurunan
sesak sejak satu Pasien terpasang efektif ekspansi paru
minggu yang lalu O2 5 lpm
SpO2 92%
Pasien tampak
sesak
Pasien mengatakan Pasien tampak Gangguan pola tidur Kurangnya kontrol
tidak dapat tidur cemas dan tidur (akibat sesak
dengan pulas karena gelisah nafas dan batuk)
selalu memikirkan Pasien tampak
penyakitnya kantuk saat siang
Pasien mengeluh hari
masih merasa sesak
Didadanya
Pasien mengatakan Pasien tampak Nyeri akut Agen Pencedera
nyeri saat batuk meringis fisiologis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Defisit Resiko terjadinya penularan b.d kurang pengetahuan keluarga tentang cara
penularan tb paru.
RENCANA PERAWATAN
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu(dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke 3
Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan dokter
pemberian terapi OAT
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pengaturan posisi
efektif berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Penurunan selama 2 x 24 jam - Monitor status oksigen
ekspansi paru masalah pola nafas tidak sebelum dan sesudah
efektif teratasi dengan mengubah posisi
kriteria hasil :
- Pola nafas teratur Terapeutik
- Tidak adanya - Atur posisi untuk
penggunaan otot mengurangi sesak nafas
bantu nafas (semi fowler)
- Tidak adanya
cuping hidung Edukasi
- Frekuensi nafas - Informasikan saat akan
normal dilakukan perubahan posisi
- Kedalaman nafas - Ajarkan cara menggunakan
normal postur tubuh yang baik
selama melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi
Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalamab, dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor adanya produksi
sputum berlebih
- Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Batasi aktivitas pasien yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2 x berat diluar latihan
kurangnya kontrol 24 jam di harapkan pergerakan (ROM)
tidur kebutuhan istirahat dan 2. Latih dan anjurkan pasien
tidur terpenuhi dengan untuk relaksasi (posisi tidur
keriteria hasil : terlentang)
- Pasien mengatakan 3. Ciptakan lingkungan yang
tidur nya puas nyaman dan tenang
- Jumlah jam tidur menjelang dan selama pasien
pasien normal 6-7 tidur
jam
- Pasien tidak
mengeluh sesak dan
Batuk
4. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
Definisi : kecukupan Definisi : mengajarkan
informasi kognitif yang mengelola factor risiko
berkaitan dengan topik penyakit dan perilaku hidup
tertentu. bersih dan sehat.
Setelah dilakukan Observasi :
Tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
2x24 jam diharpakan kemampuan informasi
nyeri dapat berkurang - Identifikasi factor-faktor
dengan hasil : perilaku hidup bersih dan
- Perilaku sesuai sehat
enjuran meningkat Terapeutik :
- Verbalisasi minat - Sediakan materi dan media
dalam belajar Pendidikan
meningkat - Jadwalkan Pendidikan
- Kemampuan Kesehatan sesuai
menjelaskan kesepakatan
pengetahuan tentang - Berikan kesempatan untuk
suatu topik bertanya
meningkat Edukasi :
- Kemampuan - Jelaskan factor risiko yang
menggambarkan dapat mempengaruhi
pengalaman Kesehatan
sebelumnya yang - Ajarkan perilaku hidup
sesuai topik bersih sehat
meningkat - Ajarkan strategi yang dapat
- Perilaku sesuai digunakan untuk
dengan pengetahuan meningkatan perilaku hidup
- Pertanyaan tentang bersih dan sehat.
masalah yang di -
hadapi menurun
- Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
- Perilaku membaik
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
O:
- TTV
TD : 119/78 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,1 oC
SpO2 : 98%
- Pasien tampak mampu
melakukan baktuk efektif
- Suara nafas Ronkhi
berkurang
A : Masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
A : Masalah keperawatan
teratasi Sebagian
P : Intervensi dipertahankan
O:
- Pasien tampak lemas
dan Lelah
- Jam tidur pasien selama
sehari masih kurang dari
normal
- Pasien tampak kantuk
A : Masalah keperawatan
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S:
- Pasien mengatakan
sudah mulai bisa tidur
karena sesak dan batuk
sudah berkurang
- Pasien mengatakan jam
tidur nya bertambah
O:
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak bisa tidur
nyenyak saat siang dan
malam hari
- Jumlah jam tidur pasien
meningkat
A : Masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
Defisit pengetahuan - Mengkaji pengetahuan keluarga S :
tentang cara penularan dan - Keluarga pasien
pencegahan penyakit TB paru. mengatakan takut
- Memberikan leaflef tentang TB kaluarga anggota yang
paru. lain tertular
- Mendiskusikan dengan - Pasien khawatir dengan
keluarga dengan menggunakan penyakit yang diderita
leaflet tentang proses penularan O:
penyakit TB - TTV : 120/80 n: 100 S:
- Mendiskusikan dengan 36 RR: 25 SpO2 : 97%
keluarga tentang cara - Keluarga pasien
pencegahan penyakit TB. mengerti denga napa
yang dijelaskan tentang
penyakit dan apa
akibatnya pada keluarga
yang lain.
- Keluarga tampak
memahami
A:
- Masalah resiko
terjadinya penularan
teratasi Sebagian
P:
- Intervasi dilanjutkan