Aswaja 2022
Aswaja 2022
Aswaja 2022
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Matakuliah Aswaja 2
Semester 02 Tahun Akademik 2021/2022
Dosen Pengampu:
Drs. Bahtiyar, M.Pd.I
Oleh:
Aswin Hidayatulloh (21.1.4567)
Kelas: PAI A2
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam
semoga tetap tersanjungkan kepada Rasulullah saw. yang dinantikan syafaatnya min
yaumil haada ila yaumil qiyamah.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Aswaja 2 yang berjudul "Akidah Aswaja An-Nahdliyah”. Selain itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Bahtiyar, M.Pd.I yang telah
memberi tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan juga wawasan sesuai
dengan studi yang kami tekuni.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
disampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca untuk perbaikan dan pengmbangan
pada masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN......................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan.............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Aqidah Asy’ariyah.............................................................. 5
B. Konsep Aqidah Maturidiyah............................................................ 6
C. Spirit Ajaran Asy’ariyah dan Maturidiyah....................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama (NU)' adalah jam'iyah yang didirikan oleh para Kiai
Pengasuh Pesantren. Tujuan didirikannya NU ini diantaranya adalah: a) memelihara,
melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlus Sunnah wa al-
Jama'ah yang menganut pola madzhab empat: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafi'i dan Imam Hambali, b) mempersatukan langkah para ulama dan pengikut-
pengikutnya, dan c) melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mėnciptakan
kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat serta martabat
manusia.
Jadi, Islam Ahlus Sunnah wa al-Jama'ah adalah ajaran (wahyu Allah SWT)
disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada sahabat-sahabat-Nya dan beliau amalkan
serta diamalkan para sahabat. menilai hadits tersebut mengandung Memang ada
kelemahan. Tetapi bila dijadikan pegangan dan pedoman untuk mengukur pandangan
dan perilaku yang dapat dibenarkan ajaran Islam pasti lebih baik dibanding
keterangan para pakar yang belum pasti kekuatan dan kebenarannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini dibahas “Aqidah
Aswaja An-nahdliyah”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Aqidah Asy’ariyah?
2. Bagaimana Konsep Aqidah Maturidiyah?
3. Apa spirit ajaran Asy’ariyah dan Maturidiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Aqidah Asy’ariyah.
2. Untuk mengetahui konsep Aqidah Maturidiyah.
3. Untuk mengetahui spirit ajaran Asy’ariyah dan Maturidiyah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aqidah Asy’ariyah
Aqidah asy'ariyah merupakan Jalan Tengah (tawasuth) diantara kelompok-
kelompok keagamaan yang berkembang pada masa itu. yaitu kelompok Jabariyah dan
qodariyah yang dikembangkan oleh muktazilah. dalam pembicaraan perbuatan manusia,
keduanya saling berseberangan. kelompok Jabariyah berpendapat bahwa seluruh
perbuatan manusia diciptakan oleh Allah dan manusia tidak memiliki peranan apapun.
sedangkan kelompok qodariyah memandang bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh
manusia itu sendiri terlepas dari Allah. dengan begitu, bagi jabariyah kekuasaan Allah
adalah mutlak dan bagi qodariyah kekuasaan Allah terbatas.
Sikap tawassuth ditunjukkan oleh asy'ariyah dengan konsep al-kasb (upaya).
Menurut Asy'ari perbuatan manusia diciptakan oleh Allah, namun manusia memiliki
peranan dalam perbuatannya. Kasb memiliki makna kebersamaan kekuasaan manusia
dengan perbuatan Tuhan. kasb juga memiliki makna keaktifan dan bahwa manusia
bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dengan konsep kasb tersebut, aqidah asy'ariyah menjadikan manusia selalu
berusaha secara kreatif dalam kehidupannya, akan tetapi tidak melupakan bahwa
Tuhanlah yang menentukan semuanya. dalam konteks kehidupan sekarang, aqidah
Syariah paling memungkinkan dijadikan landasan memajukan bangsa. dari persoalan
ekonomi, budaya, kebangsaan sampai memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan
kekinian, seperti HAM, kesehatan, gender, ekonomi daerah dan sebagainya.1
Sikap tawasuth (toleransi) ditunjukkan oleh asy'ariyah dengan antara lain
ditunjukkan dengan konsep kekuasaan mutlak Tuhan. bagi mu'tazilah, Tuhan wajib
berlaku adil dalam memperlakukan makhluk-Nya. Tuhan wajib memasukkan orang baik
ke dalam surga dan memasukkan orang jahat ke dalam neraka. hal ini ditolak oleh
asy'ariyah alasannya, kewajiban berarti telah terjadi pembatasan terhadap kekuasaan
Tuhan, padahal Tuhan memiliki kekuasaan mutlak, tidak ada yang bisa membatasi
kehendak dan kekuasaan Tuhan. meskipun dalam Alquran Allah berjanji akan
memasukkan orang yang baik dalam surga dan orang yang jahat ke dalam neraka, namun
tidak berarti kekuasaan Allah terbatasi. Segala keputusan tetap ada pada kekuasaan
Allah.
1
Tim PWNU JATIM, Aswaja Annahdliyah, (Surabaya:Khalista, 2007), Cet.II, hlm.12
5
Dengan demikian, bagi asy'ariyah rasionalitas tidak ditolak. kerja rasional
dihormati sebagai penerjemahan dan penafsiran Wahyu dalam kerangka untuk
menentukan langkah-langkah ke dalam pelaksanaan sisi kehidupan manusia.
B. Aqidah Maturidiyah
Pada prinsipnya, aqidah Maturidiyah memiliki keselarasan dengan aqidah
Asy'ariyah. itu ditunjukkan oleh cara memahami agama yang tidak secara ekstrem
sebagaimana dalam kelompok mu'tazilah. yang sedikit membedakan keduanya, bahwa
asy'ariyah menggunakan mazhab Imam Syafi'i dan Imam Maliki, sedangkan Maturidiyah
menggunakan mazhab Imam Hanafi. Asy'ariyah berhadapan langsung dengan kelompok
Mu'tazilah, tapi Maturidiyah menghadapi berbagai kelompok yang cukup banyak.
diantara kelompok yang muncul pada waktu itu adalah Mu'tazilah, Mujassimah,
Qaramithah dan Jahmiyah. juga kelompok agama lain seperti Yahudi, Majusi dan
Nasrani.2
Sikap tawasuth yang ditunjukkan oleh maturidiyah adalah upaya perdamaian antara
Al naqli dan 'aqli (nash dan akal). Maturidiyah berpendapat bahwa suatu kesalahan
apabila kita berhenti berbuat pada saat tidak terdapat Nash, sama juga salah apabila kita
larut tidak terkendali dalam menggunakan rasio ('aql) . Menggunakan 'aql sama
pentingnya dengan menggunakan naql. sebab akal yang dimiliki oleh manusia juga
berasal dari Allah, karena itu dalam Alquran Allah memerintahkan umat Islam untuk
menggunakan akal dalam memahami Tanda-tanda (al ayat) kekuasaan Allah yang
terdapat di alam raya dalam Alquran misalnya ada kalimat Liyaumin yatafak-karun,
Liyaumin ya'qilun, liyaumin yatadzakkarun, la'allakum tasykurun, la'allakun tahtadun
dan sebagainya. Artinya bahwa penggunaan akal itu semuanya diperuntukkan agar
manusia memperteguh iman dan taqwanya kepada Allah SWT.
Yang sedikit membedakan dengan asy'ariyah adalah pendapat maturidiyah tentang
posisi akal terhadap Wahyu. menurut maturidiyah Wahyu harus diterima penuh. tetapi
jika terjadi perbedaan antara Wahyu dan akal, maka akal harus berperan
mentakwilkannya. terhadap ayat-ayat tajsim (Allah bertubuh) atau tasbih (Allah berupa
makhluk) harus ditafsirkan dengan arti majazi (kiasan).contoh seperti lafal yadullah yang
arti aslinya tangan Allah ditakwil menjadi kekuasaan Allah. Tentang sifat Allah
maturidiyah dan asy'ariyah sama-sama menerimanya. Namun sifat-sifat itu bukan sesuatu
yang berada di luar zat-Nya. Sifat tidak sama dengan zat, tetapi tidak dari selain Allah.
2
Ibid., P.15
6
Misalnya, Tuhan maha mengetahui bukanlah dengan zat-Nya tetapi dengan pengetahuan
(ilmu)-Nya (ya'lamu bi 'ilmihi).
Dalam persoalan kekuasaan dan kehendak (qudrah dan iradah) Tuhan, maturidiyah
berpendapat bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dibatasi oleh Tuhan sendiri.
jadi tidak mutlak. Meskipun demikian Tuhan tidak dapat dipaksa atau terpaksa berbuat
apa yang dikehendaki-Nya. Misal Allah menjanjikan orang baik masuk surga, orang
jahat masuk neraka, maka Allah akan menepati janji janji tersebut. tapi dalam hal ini,
manusia diberikan kebebasan oleh Allah menggunakan daya untuk memilih antara yang
baik dan yang buruk itulah keadilan Allah. Karena manusia diberi kebebasan untuk
memilih dalam berbuat, Maka menurut maturidiyah perbuatan itu tetap diciptakan oleh
Tuhan. Sehingga perbuatan manusia sebagai perbuatan bersama antara manusia dan
Tuhan. Allah yang mencipta dan manusia meng kasab nya. dengan begitu manusia yang
dikehendaki adalah manusia yang selalu kreatif, tapi kreativitas itu tidak menjadikan
makhluk sombong karena merasa mampu menciptakan dan mewujudkan. tetapi manusia
yang kreatif dan pandai bersyukur. karena kemampuannya melakukan sesuatu tetap
dalam ciptaan Allah.3
C. Spirit Ajaran Asy’ariyah dan Maturidiyah
Munculnya asy'ariyah dan maturidiyah merupakan upaya perdamaian antara
kelompok Jabariyah yang fatalistik dan qodariyah (yang dilanjutkan oleh mu'tazilah)
yang mengagung-agungkan manusia sebagai penentu seluruh kehidupannya. sikap
moderatisme keduanya merupakan ciri utama dari kaum ahlussunnah wal jamaah dalam
beraqidah. sikap tawassuth ini diperlukan dalam rangka untuk merealisasikan Amar
ma'ruf nahi munkar yang selalu mengedepankan kebajikan secara bijak. Yang prinsip
bagi Aswaja adalah berhasilnya nilai-nilai syariat Islam dijadikan oleh masyarakat,
sedang cara yang dilakukan harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat
setempat.
Aswaja menolak ajaran ajaran aqidah yang dimiliki oleh garis keras. seperti
mu'tazilah yang memaksakan ajarannya kepada orang lain dengan cara keras. apabila
orang lain tidak sepaham, dituduh musyrik dan harus di hukum. contoh kasus mihnah.
pada kasus itu, pemaksaan orang-orang mu'tazilah kepada kaum muslimin untuk
mengakui bahwa Alquran itu baru atau hadis. karena itu apabila terdapat kelompok garis
keras seperti FPI, yang suka menyelesaikan persoalan kemungkaran publik dengan
3
Ibid., P.15
7
kekerasan dan pemaksaan bahkan dengan pengrusakan itu bukanlah tabiat kaum Aswaja
an-nahdliyah.
Ajaran Aswaja juga menolak kelompok-kelompok yang menutup diri dari
golongan mayoritas kaum muslimin(Jama'atul muslimin) seperti yang ditunjukkan oleh
kelompok syiah dan khawarij. sekarang terdapat kelompok tertentu, seperti LDII, dan
sebagainya yang selalu menutup diri dari mayoritas umat Islam, itu bukanlah tabi'at
Aswaja an-nahdliyah. sebab kaum Aswaja adalah kaum yang selalu diikuti oleh
mayoritas dan dapat menerima masukan-masukan dari dalam dan luar untuk mencapai
kebaikan yang lebih utama. prinsipnya adalah Al muhafadhotu 'Ala qodimis sholih Wal
akhdzu Bil jadidil ashlah (melestarikan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang
lebih baik).4
Jadi, yang disebut sebagai mazhab Asy’ariyah atau Maturidiyah sebenarnya tak
lain dari metodologi (manhaj) teologis yang basis argumen rasionalnya dibentuk oleh
kedua imam tersebut. Secara ajaran, tak ada yang baru dari mereka berdua sebab
keduanya hanya membela ajaran ulama salaf yang sudah ada sebelum mereka.5
4
Ibid., P.17
5
https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/sebenarnya-tak-ada-mazhab-asyariyah-atau-maturidiyah-gX52W (Diakses
pada 28 Februari 2022, pukul 10.15 WIB).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep Aqidah Asy’ariyah
Aqidah asy'ariyah merupakan Jalan Tengah ( tawasuth) diantara kelompok-
kelompok keagamaan yang berkembang pada masa itu. Sikap tawassuth ditunjukkan
oleh asy'ariyah dengan konsep al-kasb (upaya). Dengan konsep kasb tersebut, aqidah
asy'ariyah menjadikan manusia selalu berusaha secara kreatif dalam kehidupannya,
akan tetapi tidak melupakan bahwa Tuhanlah yang menentukan semuanya.
2. Konsep Aqidah Maturidiyah
Pada prinsipnya, aqidah maturidiyah memiliki keselarasan dengan aqidah
asy'ariyah. itu ditunjukkan oleh cara memahami agama yang tidak secara ekstrem
sebagaimana dalam kelompok mu'tazilah. yang sedikit membedakan keduanya,
bahwa asy'ariyah menggunakan mazhab Imam Syafi'i dan Imam Maliki, sedangkan
maturidiyah menggunakan mazhab Imam Hanafi.
3. Spirit Ajaran Asy’ariyah dan Maturidiyah
Munculnya asy'ariyah dan maturidiyah merupakan upaya perdamaian antara
kelompok Jabariyah yang fatalistik dan qodariyah (yang dilanjutkan oleh mu'tazilah)
yang mengagung-agungkan manusia sebagai penentu seluruh kehidupannya. sikap
moderatisme keduanya merupakan ciri utama dari kaum ahlussunnah wal jamaah
dalam beraqidah.
B. Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, pemakalah berharap kepada teman-teman
mahasiswa atau mahasiswi untuk lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar
memperoleh pengetahuan maupun khazanah yang luas tentang Aswaja khususnya
“Akidah Aswaja An-nahdliyah”. Karena kami merasa bahwa makalah ini kurang
sempurna.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/ilmu-tauhid/sebenarnya-tak-ada-mazhab-asyariyah-atau-maturidiyah-
gX52W (Diakses pada 28 Februari 2022, pukul 10.15 WIB).
10