Makalah Akidah Pada Masa Nabi Muhammad Saw
Makalah Akidah Pada Masa Nabi Muhammad Saw
Makalah Akidah Pada Masa Nabi Muhammad Saw
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karna
berkat limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyusun
makalah yang berjudul, “Ilmu Akidah”.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Dosen Asiah, M.Pd,
selaku Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini, yang telah membimbing kami
dalam mengerjakan makalah ini. Dan kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada teman - teman mahasiswa yang sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Kesimpulan................................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana
terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-Quran dan Hadits, tampak amat ideal dan
agung. Sedangkan akal pikiran sebagai alat untuk memahami Al-Quran dan
Hadits. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang
berasal dari Allah SWT. Hal demikian dinyatakan dalam Al-Quran Surah An-
Nisa’ ayat 59 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
(QS. An-Nisa’: 59).
Akidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar
keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sedangkan
akhlak sebagai sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai
agama. Muslim yang baik adalah muslim yang memiliki Akidah yang lurus dan
kuat yang mendorongnya untuk melaksanakan syariat yang hanya ditujukan
kepada Allah sehingga tergambar kesalehan akhlak yang terpuji pada dirinya.
Akidah, syariat dan akhlak dalam Al-Quran disebut iman dan amal shaleh.
Iman menunjukkan makna Akidah, sedangkan amal shaleh menunjukkan
pengertian akhlak.
1
2
disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak
semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Akidah ?
2. Apa saja Ruang Lingkup Akidah ?
3. Apa sajakah dalil-dalil tentang Akidah Islam ?
4. Bagaimana Akidah Pada Masa Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Akidah.
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Akidah.
3. Untuk mengetahui Dalil – dalil tentang Akidah Islam.
4. Untuk mengetahui Akidah Pada Masa Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHSAN
A. Pengertian Akidah
Pengertian Akidah dalam bahasa arab berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-‘ihkaamu yang artinya mengokohkan, dan ar-rabthu buqw-wah yang berarti
mengikat yang kuat. Pengertian Akidah secara istilah adalah iman teguh dan pasti,
yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakitinya.
Pengertian Akidah dalam syara’ yaitu iman kepada allah, para malaikat-nya, para
raulnya, dan hari akhir serta pada qada dan qadar.
Akidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut
pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu
keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh syakwasangka dan tidak dipengaruhi
oleh keragu-raguan.
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy Akidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.1
1
Direktorat KSKK Madrasahm Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI 2020, Akidah Akhlak, Hal 8.
3
4
Jadi Akidah islam adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dangan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadanya,
beriman kapada malaikatnya dan rasul-rasulnya, hari akhir, tardik baik dan buruk
dan mengmani apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip agama, perkara-
perkara yang ghaib.
2
Dr.Muhammad Abdurrahman, M.Ed. Akhlak :Menjadi seorang muslim berakhlak mulia,
(Jaklarta: Rajawali pers, 2016), hal 6-7.
4. Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sama’, yaitu dalil naqli berupa al-qur’an dan as-sunnah,
seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka
dan sebaginya.
Selain ruang lingkup yang di atas Akidah juga bisa mengikuti sistematis
arkanul iman yaitu:
1. Iman keppada Allah SWT.
2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
4. Iman kepad Nabi dan Rasul.
5. Iman kepada hari Akhir.
6. Iman kepada Qada dan Qadar.
Maka, Akidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama
(din) dan diterimanya suatu amal. Akidah Islam juga menuntut hanya nabi
Muhammad saw sebagai satu-satunya panutan di antara semua makhluk yang ada.
Tidak boleh mengikuti selain Rasulullah Muhammad, dan tidak diterima selain
dari beliau. Beliaulah yang telah menyampaikan syari’at Rabbnya. Tidak
diperkenankan mengambil syari’at selain dari beliau (siapapun orangnya), atau
dari agama dan ideologi selain Islam, atau dari para pakar hukum. Seorang
muslim wajib mengikuti dan mengambil hukum hanya dari Rasul saw
berdasarkan firman Allah Swt:
3
Prof.Dr.H.Syarifuddin Ondeng, M.Ag. Akidah Akhlak 2007, Hal 2-3.
َأ
َمْن ُيِطِع الَّر ُس وَل َفَق ْد َطاَع الَّلَه
Artinya: “barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat
kepada Allah.” (QS.An-nisaa:80)
Dan firman-Nya:
َأ
َو ِطيُع وا الَّر ُس وَل َلَع َّلُكْم ُتْر َح ُم وَن
Artinya: “Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.” (QS.An-
Nuur:56)
ُق ْل َأِطيُع وا الَّلَه َو َأِطيُع وا الَّر ُس وَل َف ِإْن َتَو َّلْو ا َف ِإَّنَم ا
َعَلْيِه َم ا ُح ِّم َل َو َعَلْيُكْم َم ا ُح ِّم ْلُتْم َو ِإْن ُتِطيُع وُه َتْه َتُدوا
َو َم ا َعَلى الَّر ُس وِل ِإاَّل اْلَباَل ُغ اْلُم ِبيُن
Artinya: “Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika
kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa
yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu
mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan
(amanat Allah) dengan terang”. (QS.An-Nuur:54)4
Dan ayat-ayat yang masih banyak lagi dari kitabullah Azza wajalla.
Dan telah datang pula perintah dari Allah Azza wajalla untuk mengikuti Rasul-
Nya Shallallahu alaihi wasallam berupa perintah untuk menjadikannya sebagai
suri tauladan dalam banyak tempat (dalam al-qur’an).
4
Al – Qur`an Karim.
Allah Azza wajalla berfirman:
ُق ْل ِإْن ُكْنُتْم ُتِح ُّبوَن الَّلَه َف اَّتِبُع وِني ُيْح ِبْبُكُم الَّلُه َو َيْغ ِف ْر
َلُكْم ُذُنوَبُكْم َو الَّلُه َغُف وٌر َر ِح يٌم
Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Ali Imran:31)
َف آِمُنوا ِبالَّلِه َوَر ُس وِلِه الَّنِبِّي اُأْلِّم ِّي اَّلِذي ُيْؤ ِم ُن ِبالَّلِه
َو َكِلَم اِتِه َو اَّتِبُع وُه َلَع َّلُكْم َتْه َتُدوَن
Artinya: “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi
yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia,
supaya kamu mendapat petunjuk”. (QS.Al-A’raf:158)
Kita tidak boleh membeda-bedakan hukum yang satu dengan hukum yang
lainnya. Seluruh hukum Allah adalah sama dalam hal kewajiban pelaksanaannya.
Oleh karena itu Abubakar dan para sahabat telah memerangi orang-orang yang
tidak mau membayar zakat, karena mereka menolak melaksanakan salah satu
hukum, yaitu hukum zakat. Disamping itu Allah Swt mengancam orang-orang
yang membeda-bedakan antara satu hukum dengan hukum yang lain, atau orang-
orang yang beriman terhadap sebagian dari Kitabullah dan kufur terhadap
sebagian lainnya. Mereka diancam dengan kehinaan di dunia dan siksa yang pedih
di akhirat.5
yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits mutawatir. Meraka telah membahas pula
perkara qadar, qadha dan rizki, ajal, tawakal kepada Allah, serta perkara hidayah
(petunjuk) dan dlalalah (kesesatan).
Rasulullah Saw mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah Swt. dan
Rasul-Nya serta menghindari dari perpecahan yang menyebabkan timbulnya
kelemahan dalam segala bidang sehingga menimbulkan kekacauan. Allah Swt.
berfirman dalam al-Anfal :46,
Ketika Rasulullah Saw., masih hidup seluruh urusan agama Islam baik
pemahaman, pengalaman ajaran Islam dapat langsung diterima dan melihat
contoh Rasulullah Saw.. Apabila ada masalah-masalah urusan agama Islam
bahkan urusan kemasyarakatan para sahabat dapat menanyakan langsung kepada
Rasulullah Saw., sehingga perbedaan pemahaman dan pandangan urusan agama
6
Ibid, Hal. 7
9
Islam tidak terlihat dan terjadi. Para sahabat menerima dan memahami kandungan
al-Quran dan hadis yang berkaitan dengan akidah dan sifat-sifat Allah Swt tanpa
mempersoalkan makna di sebaliknya. Untuk itu, pada zaman Nabi Saw.
kepercayaan umat Islam adalah sangat kukuh dan teguh.
Dalam QS. al-Ikhlas, misalnya, dengan ayat itu sudah cukup kukuh untuk
menjadi pegangan mereka. Untuk itu ilmu Tauhid atau permasalahan akidah
belum timbul secara langsung atau belum muncul sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri. Namun begitu, semenjak zaman nabi perbahasan ilmu tauhid telah
dipelajari terutama sewaktu berdakwah di Mekah. Tauhid merupakan perkara
yang amat ditekankan oleh Nabi Saw.
7
Dr.Muhammad Abdurrahman, M.Ed. Akhlak :Menjadi seorang muslim berakhlak mulia,
(Jaklarta: Rajawali pers, 2016), hal 53
ُه ۖ ي َع َّل َض َل ْعَك ُه َأ
َو َو ِلِه ِب َس ْن َمْنِب ُم َو َر َّب
َأ
ْعَلُم ِباْلُمْه َتِديَن 10
Namun begitu, manusia telah dikurniakan akal pikiran, maka begitu juga
para sahabat ada diantara dan kalangan mereka yang memiliki tabiat suka mencari
tahu dan berfikir yang telah mendorong sesetengah sahabat untuk memikirkan
dzat Allah Swt. Namun begitu, Rasulullah Saw., menengahi mereka berbuat
demikian, sebagaimana sabda yang diriwayatkan daripada Abu Nu’aim. Nabi
Saw. juga telah menengahi dan melarang daripada berbantah dalam masalah
Qadar. Dimana pada suatu ketika Nabi Saw. menemui para sahabat sedang waktu
itu mereka sedang berdebat tentang perkara Qadar.8
Dikatakan akidah di masa Rasul Saw. bersifat integral, karena ajaran itu
berhubungan langsung dengan aspek ibadah dan akhlak. Masalah akidah
dibicarakan selalu dalam konteks ibadah dan akhlak. Begitu pula sebaliknya. Hal
ini telah dipraktikkan oleh Nabi Saw. dan para sahabat sejak periode Mekkah
sampai periode Madinah. Pada masa ini, Tauhid murni Islam adalah suatu tauhid
praktikal (amaliy), yaitu apa yang tersimpan dalam keimanan mereka, itulah yang
tampak pada akhlak tingkah laku mereka yang mulia.
Tauhid ini hanya dapat diambil secara qudwah, yaitu dengan melihat contoh
dari seorang insan yang sudah merealisasikannya, bukan dari sekadar teoriteori
ilmiah. Permasalahan permasalahan tentang akidah dan tauhid selalu terjawab
secara jelas dan terang pada masa itu karena setiap ada perbedaan atau
pertentangan, Rasulullah Saw., selalu turun tangan dan menjelaskannya secara
benar dengan mengikuti pada wahyu.9
Diantara sabda Nabi saw. yang membicarakan masalah akidah sebagai berikut :
9
Yazid bin Abdul Qadir. Syarah Aqidah Ahlus Sunah wal Jama’ah. Pustaka Imam Asy
Syafi’i. Jakarta 2011. Hal. 93
utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik
maupun yang buruk”. Orang tadi berkata, “Engkau benar”.
12
c. Penjelasan tentang ihsan, yaitu manusia beribadah kepada Allah Swt dengan
peribadatan menginginkan dan mencari), seolah-olah ia melihat-Nya. Ia
ingin sampai kepada-Nya. Derajat ihsan inilah yang paling sempurna. Jika
tidak sampai pada keadaan ini, maka kepada derajat kedua, yaitu beribadah
kepada Allah dengan peribadatan ( rasa takut) terhadap siksa-Nya. Karna itu
nabi besabda: “Jika kamu tidak melihatnya, maka ia melihatmu”.
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya filsafat dalam bahasan Akidah tetap bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir
kepada manusia untuk mengenal adanya Allah dengan memperhatikan alam
sebagai bukti hasil perbuatan-Nya Yang Maha Kuasa. Hasil perbuatan Allah itu
serba teratur, cermat dan berhati-hati.
Sumber Akidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Akal pikiran tidaklah
menjadi sumber Akidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang
terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan –
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan Al-Qur’an dan Sunnah.
Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat
terbatas. Sesuatu yang terbatas/akal tidak akan mampu menggapai sesuatu yang
tidak terbatas.
Jadi Akidah berfungsi sebagai ruh dari kehidupan agama, tanpa ruh/Akidah
maka syari’at/jasad kita tidak ada guna apa-apa.
B. Saran
Akidah merupakan hal yang sangat penting namun sering kali diabaikan.
Persoalannya adalah bagaimana kita ber-Akidah yang sesuai dengan Al-Quran
dan Hadist. Karena dewasa ini telah banyak bertebaran Akidah yang
mengatasnamakan islam namun melenceng dari tuntunan yang berlaku.
14
15
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2011. Syarah Akidah Ahlus Sunah wal Jama’ah.
Pustaka Imam Asy Syafi’i. Jakarta.
Rohman, Roli Abdur. 2008. Menjaga Akidah dan Akhlaq 1. Erlangga. Jakarta.