Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa teori seperti Gujarat, Arab, Persia, dan China. Penyebaran Islam di Jawa banyak dilakukan oleh Walisongo yang terdiri atas sembilan orang tokoh sufi.
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
930 tayangan15 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa teori seperti Gujarat, Arab, Persia, dan China. Penyebaran Islam di Jawa banyak dilakukan oleh Walisongo yang terdiri atas sembilan orang tokoh sufi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa teori seperti Gujarat, Arab, Persia, dan China. Penyebaran Islam di Jawa banyak dilakukan oleh Walisongo yang terdiri atas sembilan orang tokoh sufi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa teori seperti Gujarat, Arab, Persia, dan China. Penyebaran Islam di Jawa banyak dilakukan oleh Walisongo yang terdiri atas sembilan orang tokoh sufi.
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15
PENDALAMAN MATERI
(Lembar Kerja Resume Modul)
1. Judul Modul : Perkembangan Islam di Indonesia
2. Kegiatan Belajar : KB2 (KB 1/2/3/4) 3. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Masuknya Islam di Indonesia. 1. Teori Gujarat (India) : Islam datang ke Indonesia bukan langsung dari Arab melainkan melalui India pada abad ke-13 (Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal). Christian Snouck Hurgronje, menurutnya Islam yang tersebar di Indonesia berasal dari wilayah Malabar dan Coromandel (Daccan), dua kota yang berada di India selatan, setelah Islam berpijak kuat di wilayah tersebut. Dia memiliki 3 alasan : 1) Kurangnya bukti yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama Islam ke Indonesia, 2) Hubungan dagang antara Indonesia-India telah lama terjalin, dan 3) Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan dagang antara Sumatera dan Gujarat. Marrison, melemahkan teori Gujarat, karena meskipun Konsep (Beberapa batu-batu nisan tersebut berasal dari Gujarat atau Bengal, 1 istilah dan definisi) bukan berarti Islam berasal dari sana. Ketika Islamisasi di KB Samudera Pasai yang raja pertamanya wafat 698 H/ 1297 M, Gujarat masih bercorak Hindu. Thomas W. Arnold, juga mengatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara antara lain berasal dari Coromandel dan Malabar bukan dari Gujarat. 2. Teori Arab/ Makkah (Timur Tengah) Teori Timur Tengah yang dipelopori oleh beberapa sejarawan, di antaranya adalah Crawfurd, Keijzer, Naimann, de Hollander, dan juga ada beberapa sejarawan Indonesia seperti Hasjmi, Al-Attas, Buya Hamka, Hoesein Djajadiningrat, dan Mukti Ali. Menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukanlah satu- satunya tempat Islam dibawa ke Nusantara. Islam di Indonesia juga dibawa oleh para pedagang dari Arab pada awal abad ke-7 dan ke- 8 M Buya Hamka (historiografi Indonesia), Islam masuk ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi yang mendasarkan teori pada berita China dari zaman Tang. Catatan Tionghoa, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M di wilayah Sumatera dalam perkembangan perdagangan maritim Kerajaan Sriwijaya. masuknya Islam ke Indonesia melalui dua jalur : 1) Jalur Utara, dengan rute : Arab (Makkah dan Madinah) Damaskus Baghdad Gujarat (pantai Barat India) Sri Lanka Indonesia. 2) Jalur Selatan, dengan rute: Arab (Makkah dan Madinah) Yaman Gujarat (pantai barat India) Sri Lanka Indonesia. 3. Teori Persia Islam yang datang ke Indonesia berasal dari Persia, bukan dari India dan Arab. Ada beberapa alasan untuk Teori Persia 1) Unsur kebudayaan Persia, khususnya Syi’ah di Indonesia. Senada dengan teori dari P.A. Hoesein Djajadiningrat. Seperti : perayaan Tabut, ajaran Syekh Siti Jenar seperti ajaran Sufi al-Hallaj dari Iran Persia. 2) Penggunaan istilah bahasa Persia dalam mengeja huruf Arab, terutama untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajaran Al-Qur’an. - Jabar (Arab-fathah) - Jeer (Arab-Kasroh) - Pees (Arab, dhammah) 3) Peringatan Asyura atau 10 Muharram sebagai salah satu hari yang diperingati oleh kaum Syi’ah. - Di Jawa dan juga di Aceh, peringatan ini ditandai dengan pembuatan bubur Asyura. - Di Minangkabau dan Aceh, bulan Muharram disebut dengan bulan Hasan-Husain. - Di Sumatera Tengah sebelah barat, ada upacara Tabut, yaitu mengarak ‘keranda Husain’ untuk dilemparkan ke dalam sungai atau perairan lainnya Hamka menolak teori ini dengan alasan, bahwa apabila Islam masuk abad ke- 7 M, yang ketika itu kekuasaan dipimpin Khalifah Umayyah (Arab), sedangkan Persia belum menduduki kepemimpinan dunia Islam 4. Teori China H.J. de Graaf, misalnya, telah menyunting beberapa literature Jawa klasik yang memperlihatkan peranan orang-orang China dalam pengembangan Islam di Indonesia. Disebutkan bahwa tokoh-tokoh besar semacam Sunan Ampel (Raden Rahmat/ Bong Swi Hoo) dan Raja Demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan orang-orang keturunan China. Pendapat ini senada dengan pendapat Slamet Mulyana. Denys Lombard (Nusa Jawa: Silang Budaya ) juga telah memperlihatkan besarnya pengaruh China dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, seperti makanan, pakaian, bahasa, seni bangunan, dan sebagainya. Islam datang ke China di Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa kekuasaan Sriwijaya, dan datang ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan raja Arab bernama Ta cheh/ Ta shi ke kerajaan Kalingga yang di perintah oleh Ratu Sima. Agama Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara (jalur): 1) Perdagangan Pada abad ke 7 M sampai abad ke 16 M merupakan tahap awal masuknya agama Islam di Indonesia melalui perdagangan ini. mereka membentuk sebuah pemukiman yang disebut Pekojan. 2) Perkawinan Ketika akan dilangsungkan pernikahan, para wanita pribumi disuruh mengucapkan dua kalimah syahadat sebagai tanda telah menerima Islam sebagai agama dan keyakinannya. 3) Pendidikan Pendidikan tersebut dilaksanakan di pesantren- pesantren yang diampu oleh para kyai. 4) Tasawuf 5) Para tokoh penyebar tasawuf di Indonesia yang terkenal diantaranya Syekh Abdul Shamad, Hamzah Fansuri, dan Nuruddin Ar-Raniri. 6) Kesenian Contoh peninggalan seni tersebut misalnya seni pahat, seni musik, seni sastra, dan juga bangunan-bangunan. Bangunan tempat beribadah masjid kuno di Demak, di Cirebon, di Aceh, dan di Banten. 7) Politik Seperti ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat akan patuh dan mengikutinya. B. Strategi dakwah Islam walisongo Masyarakat Hindu ketika itu membagi kastanya menjadi empat (4) kasta yaitu: kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, dan kasta sudra. Dan kasta Sudra yang paling tertindas. Datangnya Islam mengikis keadaan masyarakat yang berkasta. Penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-15-16 dikenal dengan istilah Walisongo. Penyebaran Islam terutama di Jawa banyak dilakukan oleh para wali. Syekh Yusuf bin Sulaiman berpendapat bahwa Wali ialah orang yang sangat dekat kepada Allah lantaran penuh ketaatannya dan oleh karena itu Allah memberikan kuasa kepadanya dengan Karomah dan penjagaan. Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya “Fathul Bari” mengatakan yang dimaksud Wali adalah orang-orang yang berilmu tentang Allah dan dia terus menerus berada dalam ketaatan kepadaNya dengan mengikhlaskan hati dalam ibadahnya. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu SurabayaGresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. beberapa pendapat mengenai arti Walisongo : 1) Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/ sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. 2) Kedua mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Anggota walisongo : 1. Raden Hasan (Pangeran Bintara); 2. Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); 3. Qasim (Sunan Drajat, putra kedua dari Sunan Ampel); 4. Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); 5. Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); 6. Syekh Suta Maharaja; 7. Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan 8. Raden Mahmud. Peran dan ciri khas masing-masing wali : 1. Maulana Malik Ibrahim sebagai "tabib" bagi kerajaan Hindu Majapahit, 2. Sunan Giri sebagai "Paus dari Timur" 3. Sunan Kalijaga dengan karya seninya yang bernuansa Hindu dan Budha
Sekilas tentang sembilan nama yang dikenal sebagai anggota
Walisongo, diantaranya adalah: 1) Maulana Malik Ibrahim/ Syekh Magribi/ Makdum Ibrahim As-Samarkandy/ Sunan Gresik/ Kakek Bantal. Lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi. Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke- 10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad Saw. Ciri khas dan kegiatan : a. Tabib gratis b. Bercocok tanam c. Membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Wafat : tahun 1419 M. Makamnya terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur 2) Sunan Giri Perjalanan dan Ciri khas : a. Menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat aden Patah belajar. b. Berkelana ke Malaka dan Pasai. c. Membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "Giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri. 3) Sunan Bonang/ Maulana Makdum Ibrahim Ciri khas : a. Ilmu kebathinannya dengan dzikir alif lam mim b. Menciptakan gerakan-gerakan fisik atau jurus yang di ambil dari seni bentuk huruf Hijaiyyah. Sekarang diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud Tenaga dalam Silat Tauhid Indonesia 4) Sunan Ampel/ Raden Rahmat Ciri khas : a. menganut fikih mahzab Hanafi b. Penanaman akidah dan ibadah. Mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). 5) Sunan Drajat/ Syarifuddin Perjalanan dan Ciri khas : a. Berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut kemudian terdampar di Dusun Jelok-pesisir Banjarwati atau Lamongan b. Mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan c. Pengajaran tauhid dan akidah, mengikuti cara ayahnya, langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah "berilah tongkat pada si buta, beri makan pada yang lapar, beri pakaian pada yang telanjang'. d. Banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin e. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga 6) Sunan Muria/ Raden Umar Said Perjalanan dan Ciri khas : a. Seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530) b. Berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. c. Dakwahnya lewat seni dan menciptakan lagu Sinom dan Kinanti. 7) Sunan Gunung Djati/ Syarif Hidayatullah Perjalanan dan Ciri khas : a. Satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan b. Sebagai Cucu Raja Pajajaran, menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. 8) Sunan Kudus/ Ja’far Sadiq Perjalanan dan Ciri khas : a. Berguru pada Sunan Kalijaga. b. Berkelana ke Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul c. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga d. Pendekatan dengan masyarakat memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha e. Memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah f. Sangat toleran pada budaya lokal 9) Sunan Kalijaga/ Raden Mas Syahid a. Ajarannya terkesan sinkretis dengan menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah b. Pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk jadi Raja c. Membangun taman pusat kota berupa Keraton, alun- alun dengan dua beringin serta masjid d. Adipatipati Jawa yang masuk Islam. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede- Yogyakarta) Pendekatan dengan kesenian wayang : Pelopor Pewayangan : Sunan Kalijaga dan Raden Patah 1. Wayang Kulit (Mana yang Kulit) di Jawa Timur 2. Wayang Wong atau Wayang Orang (Mana yang Isi) di Jawa Tengah, 3. Wayang Golek (mana yang harus dicari) di Jawa Barat.
C. Perkembangan Islam di Indonesia.
1. Perkembangan Islam Sebelum Kemerdekaan Sejak kedatangan Belanda pada akhir abad ke- 16 di Indonesia, Belanda senantiasa menghadapi kenyataan bahwa Islam selalu menjadi penghalang cita-citanya. Sampai akhir abad ke-19, Belanda menghadapi pemberontakan-pemberontakan “perang sabil” atas nama Islam, diantaranya : a. Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat, b. Perang Diponegoro (1825-1830) di Jawa Tengah c. yang terlama adalah Perang Aceh dari tahun 1871- 1912. Upaya Belanda menaklukkan agama Islam Indonesia: a. Islam dipelajari secara ilmiah di negeri Belanda dengan diselenggarakannya pendidikan “Indologie” untuk mengenal lebih jauh seluk-beluk pribumi Indonesia, sering disebut dengan istilah “Islam Politiek” Christian Snouck Hurgronje dipandang sebagai peletak dasarnya b. Menghilangkan pengaruh Islam secara cepat melalui proses Kristenisasi, sebab dalam anggapannya banyaknya orang Islam Indonesia yang bersifat sinkretis. c. Menyukseskan kerja para Misionaris Kristen di Indonesia dengan jalan memberi subsidi dan kemudahan-kemudahan beroperasi 2. Perkembangan Islam Setelah Kemerdakaan Sejarah kemunculan Tiga aliran ideologi a. Dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), M. Hatta berhasil meyakinkan bahwa tujuh kata dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya” dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. b. Diadakannya Kementerian Agama yang akan menangani masalah keagamaan. Meskipun Departemen Agama dibentuk, namun hal tersebut tidak meredakan konflik ideologi pada masa setelahnya. c. Setelah dikeluarkannya maklumat tentang diperkenankannya mendirikan partai partai politik, d. Tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali, yaitu; 1) Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) 7 November 1945 lahir sebagai wadah aspirasi umat Islam, 2) Partai Sosialis yang mengkristalkan falsafah hidup Marxis berdiri 17 Desember 1945, 3) Partai Nasional Indonesia yang mewadahi cara hidup nasionalis “sekuler” muncul pada 29 Januari 1946. e. Sejak tahun 1950 sampai 1955 PNI dan Masyumi terlibat perselisihan mengenai peran Islam dan peran komunis f. Tahun 1952 Nahdlatul Ulama (NU) menarik diri dari Masyumi dan menjadi partai politik yang mandiri g. Terjadi pula perselisihan antara kaum tua dan kaum muda dan antara Muhammadiyah dan NU mengenai orientasi keagamaan h. Pemilihan nasional (pemilu) tahun 1955, mengkonsolidasikan bentuk baru ideologi Indonesia dan organisasi sosial. i. Hasil perundangan terakhir Piagam Jakarta terus berlanjut hingga periode pasca kemerdekaan dan menjadi argumen bagi gerakangerakan separatis, seperti Darul Islam di Jawa Barat dari 1948 hingga 1962 dan juga di Sulawesi Selatan dan Aceh. j. Dalam Majelis Konstituante, Karena tidak ada satu pihak pun yang memenuhi 2/3 suara yang dibutuhkan untuk pengesahan, Soekarno akhirnya membubarkan Majelis Konstituante dengan mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Mei 1959. Perkembangan Islam : - Pada masa orde lama (masa berlakunya UUD 1945, Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950) berada pada tingkat pengaktualisasian ajaran agama untuk dijadikan sebuah dasar dalam bernegara. - Pada masa demokrasi terpimpin (1959 - 1966) golongan Islam mendapat tekanan melalui dominasi peranan golongan komunis yang membonceng kepada pemerintah. - Setelah kemerdekaan pada masa orde baru Inilah era dimana kepemimpinan Soeharto sangat kuat dan militeristik. Tiga tulisan tentang Pan-Islamisme di Hindia-Belanda Timur pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, parpol-parpol menjadi tiga partai besar yaitu PPP, Golkar (afisiliasi pemerintah) dan PDI pada tahun 1970-an. Keadaan Islam pada masa orde baru : a. Suara-suara yang ingin menegakkan Syari’at Islam atau Islam sebagai dasar negara nyaris tidak terdengar. b. Tahun 1980-an pemerintah mulai menerapkan mono-loyalitas mengharuskan seluruh organisasi, kepemudaan sampai kemasyarakatan berasaskan Pancasila. Pemerintah mengakomodir kepentingan umat Islam seperti : akomodasi struktural, diberlakukannya Undang-undang Perkawinan tahun 1974, Undang-undang Peradilan Agama tahun 1989, Kompilasi Hukum Islam tahun 1991, diubahnya peraturan tentang seragam sekolah penggunaan tentang jilbab tahun 1991, keputusan bersama di tingkat menteri tentang amil zakat, infak dan sedekah juga tahun 1991, dan lain-lain c. Kelahiran ICMI pada tahun 1990-an, juga bisa dianggap sebagai bibit munculnya kembali cita-cita Islam yang mewarnai kehidupan bernegara. Dipelopori Dr. Ir. B.J. Habibie d. Lahirnya Bank Muamalah e. Masuknya sejumlah tokoh mereka ke senayan, oleh Hefner, seorang antropolog dan indonesianis yang menghijaukan (mengislamkan) senayan Perkembangan Islam pada masa reformasi Politik RUU KUB yang dikhawatirkan banyak pihak akan membuat kemunduran yang berarti, ternyata gagal disahkan Munculnya Peraturan Bersama Menteri Agama nomor 9 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2006 yang merevisi Keppres nomor 1 tahun 1979, tampaknya sudah menjadi masa lalu di tengah reformasi Pada awal reformasi, pada masa pemerintahan, Gus Dur melakukan gerakan yang signifikan untuk mencabut Keppres No. 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat China melalui Keppres No. 6 Tahun 2000 tanggal 17 Januari 2000. Pada masa Gusdur juga, Pemerintah (Kementerian Agama) mengesahkan Deklarasi PBB tentang penghapusan berbagai bentuk intoleransi atau disharmoni dan diskriminasi berdasarkan agama atau kepercayaan (disetujui 25 Nopember 1981) D. Pemikiran tokoh-tokoh Islam di Indonesia. 1. Hasyim Asyari KH. Muhammad Hasyim Asy’ari adalah pendiri pesantren Tebu Ireng, tokoh ulama pendiri organisasi NU. Perjalanannya sebagai berikut : a. Mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya sendiri b. Melanjutkan pendidikannya di berbagai pondok pesantren seperti pesantren Wonokoyo, Siwalan Buduran, Tenggilis, Langitan, Bangkalan, Demangan dan Sidoarjo. c. berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi, d. berguru kepada Syeikh al-Allamah Abdul Hamid al Darustani e. berguru kepada Syaikh Muhammad Syuaib al-Maghribi Karya-karya kiai Hasyim: a. Al-Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al Aqarib wa al-Ikhwan. Berisi tentang tata cara menjalin silaturrahim. Bahaya dan pentingnya interaksi sosial. b. Muqaddimah al-Qanun al-Asasy Li Jam'iyyah Nahdlatul Ulama. Pembukaan undang-undang dasar (landasan pokok) organisasi Nahdatul Ulama. c. Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-A’immah al Arba’ah. Risalah untuk memperkuat pegangan atas madzhab empat. tentang metodologi penggalian hukum (istinbath al-ahkam), metode ijtihad, serta respon atas pendapat Ibn Hazm tentang taqlid. d. Mawaidz. Beberapa nasihat, berisikan fatwa dan peringatan tentang merajalelanya kekufuran, mengajak merujuk kembali kepada Al-Qur’an dan hadis, dan lain sebagainya. e. Arbain Haditsan Tata'allaqu bi Mabadi’ Jam'Iyah Nahdlatul Ulama’. 40 hadis yang terkait dengan dasar- dasar pembentukan Nahdlatul Ulama’. f. Al-Nural-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin. Cahaya yang jelas menerangkan cinta kepada pemimpin para rasul. g. Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna’ al-Maulid bi al Munkarat. Peringatanperingatan wajib bagi penyelenggara kegiatan maulid yang dicampuri dengan kemungkaran. h. Risalah Ahli Sunnah Wal-Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Syarat as-Sa’ah wa Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah. Risalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah berisikan tentang hadis-hadis yang menjelaskan kematian, tanda-tanda hari kiamat, serta menjelaskan sunnah dan bid’ah. i. Ziyadat Ta’liqat a’la Mandzumah as-Syekh ‘Abdullah bin Yasin al-Fasuruani. Catatan seputar nadzam Syeikh Abdullah bin Yasin Pasuruan. Pendapat tentang pendidikan Signifikansi pendidikan menurut KH. Hasyim Asy’ari adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa takwa kepada Allah Swt, dengan benar-benar mengamalkan segala perintah-Nya mampu menegakan keadilan di muka bumi, beramal saleh dan maslahat, pantas menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan lebih tinggi derajatnya dari segala jenis makhluk Allah lainnya. Ada tiga dimensi konsep pendidikan KH. Hasyim Asy’ari, diantaranya dimensi keilmuan, pengamalan dan religius. 1) Dimensi keilmuan, berarti peserta didik diarahkan untuk selalu mengembangkan keilmuannya, tidak saja keilmuan agama melainkan pengetahuan umum. 2) Dimensi pengamalan peserta didik bisa mengaktualisasikan keilmuannya untuk kebaikan bersama dan bertanggung jawab terhadap anugerah keilmuan dari Allah 3) Dimensi religius, adalah hubungan antara Tuhannya tidak sekedar ritual keagamaan melainkan menyandarkan segalanya untuk mencari Ridha Allah 2. Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) Perjalanannya sebagai berikut : a. Belajar di pesantren yang dipimpin oleh ayahnya di kampung Kauman b. Belajar di luar Yogyakarta c. Belajar ilmu fiqih (hukum Islam) dari Kiai Haji Muhammad Saleh, d. Ilmu nahwu (sintaksis bahasa Arab) dari Kiai Haji Muksin, e. Ilmu falak (astronomi) dan geografi dari Kiai Raden Haji Dahlan, f. Qira’ah (seni membaca Al-Qur'an) dari syaikh Amin dan Said Bakri dan g. Ilmu hadis (nilai-nilai dari ketradisian Nabi Muhammad Saw) dari Kiai Mahfudh dan syaikh Khayyat. h. Berumur 15 tahun, Darwis memutuskan untuk menunaikan ibadah haji dan belajar ilmu-ilmu agama i. Sayyid Bakri Syatha sang guru memberikan nama baru untuk Muhammad Darwis yakni Ahmad Dahlan, yang diambil dari nama seorang ulama yang terkenal dari Mazhab Syafi'i di Makkah, yaitu Ahmad bin Zaini Dahlan. j. Pada tahun 1896, ayah Ahmad Dahlan meninggal dunia kemudian jabatan khatib di masjid kesultanan Yogyakarta (Sultan Hamengkubuwono VII) dilanjutkan Ahmad Dahlan. k. Ia lebih dikenal sebagai pelaku dibanding pemikir. Atau kita kenal dengan sebutan “Man of Action” l. Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 23 Februari 1923 di Kauman Yogyakarta m. Presiden Soekarno dalam Surat Keputusan No. 675 tahun 1961, tanggal 27 Desember, menetapkan Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan Nasional
Pendapat tentang pendidikan
Di dalam ajaran Islam, pemeluknya wajib mencari ilmu setinggi mungkin dan dengan ilmu yang dicapainya agar diamalkan dalam bentuk karya nyata. Konsep inilah yang diberikan oleh Ahmad Dahlan di dalam pendidikan Muhammadiyah. 3. Haji Abdul Malik Amrullah (Hamka) Batang, Maninjau (Sumatera Barat) Hamka dikenal sebagai salah satu tokoh organisasi Islam modern Muhammadiyah. Bahkan Hamka bisa disebut sebagai tokoh utama berdirinya organisasi itu di wilayah Sumatera Barat. Perjalanan Hamka : a. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padangpanjang. b. Pada usia 7 tahun, ia kemudian dimasukkan ke sekolah desa dan mengenyam pendidikan di sana selama 3 tahun lamanya. c. Pendidikan formal yang dilaluinya adalah mulai tahun 1916 sampai 1923, ia belajar agama pada lembaga pendidikan Diniyah School di Padangpanjang, serta Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan di Parabek. d. Di antara guru-guru dan teman seperjuangan Hamka antara lain; Haji Rasul (ayahnya), Syeikh Ibrahim Musa, R.M. Soerjopranoto, A.R. Sutan Mansur (dewan penasehat Muhammadiyah 1962-1980), H. Fachrudin (wakil ketua P.B. Muhammadiyah), KH. Mas Mansur, H.O.S. Cokroaminoto (yang mengajarinya tentang peradaban Barat), A. Hasan, M. Natsir, KH. Ahmad Dahlan (pendiri organisasi Muhammadiyah), KH. Ibrahim, KH. Mukhtar Bukhari, dan KH. Abdul Mu'thi. Buku Karya Hamka (lebih dari 100 buku) a. Kenang-Kenangan Hidup, Jilid I, II, III, IV, Cet. 4. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. b. Ayahku; Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Widjaja, 1958. c. Falsafah Hidoep. Djakarta: Poestaka Pandji Masyarakat, 1950. d. Lembaga Hidup, Jakarta: Djaja Murni, 1962. e. Lembaga Budi, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. f. Tasawuf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. g. Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi. Jakarta: Tekad, 1963. Pendapat tentang pendidikan Orientasi pendidikan Hamka tidak hanya mencakup pada pengembangan intelektualitas berpikir tetapi pembentukan akhlak alkarimah dan akal budi peserta didik. Dan melalui pendidikan manusia mampu menciptakan peradaban dan mengenal eksistensi dirinya. 4. Nurcholis Madjid / Cak Nur (Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur) Perjalanan : a. Sekolah Rakyat di Mojoanyar pada pagi hari, sedangkan sore hari ia sekolah di Madrasah Ibtidaiyah di Mojoanyar b. belajar ke Pesantren Darul Ulum di Rejoso, Jombang c. melanjutkan pendidikannya di Kulliyatul Mu'allimin Al- Islamiyah (KMI) Pesantren Darussalam di Gontor Ponorogo d. melanjutkan studi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta e. Mengakhiri studi doktornya (Ph.D) di Universitas Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1984 dengan disertasi tentang Filsafat dan Kalam ibnu Taimiyah (‘Ibn Taymiyya on Kalam and Falsafah: A Problem of Reason and Revelation in Islam) predikat Summa Cum Laude pun diraihnya Karya Tulis : a. Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1984). b. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung, Mizan, 1987). c. Islam Doktrin dan peradaban, Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1992) d. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Karya bersama para pakar Indonesia lainnya), (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1995). e. Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997). f. Masyarakat Religius, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1995). g. Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997). h. Tradisi Islam Peran dan fungsinya dalam pembangunan di Indonesia, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1997). i. Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer, (Jakarta, Yayasan Wakaf Paramadina, 1998). 5. Abdurrahman Wahid/Gus Dur (Jombang) Perjalanan: a. Pada 1957, setelah lulus SMP, ia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo b. Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas Jombang, menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya. c. Pada 1963, Gus Dur menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas al- Azhar, Kairo, Mesir d. melanjutkan belajar di Universitas Baghdad, Irak dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1970 e. pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya, guna belajar di Universitas Leiden f. melanjutkan pendidikan ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1971 g. di Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asy'ari, dan menjadi dekan hingga tahun 1974 h. Pada tahun 1970-an, ia menekuni dunia tulis menulis dan menjadi kolumnis tetap di majalah Tempo, Kompas, Pelita, dan Jurnal Prisma i. menjabat ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) j. Tahun 1989 dan 1994 berturut-turut terpilih sebagai Ketua Umum PBNU k. Menjadi Presiden RI pada bulan Oktober 1999 l. tahun 1982 NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU m. Pada 1983, Soeharto dipilih kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi tunggal n. Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon NU terhadap Pancasila sebagai ideologi tunggal o. Musyawarah Nasional NU 1984, Gus Dur dinominasikan sebagai Ketua Umum PBNU p. terpilih kembali untuk masa jabatan kedua Ketua Umum PBNU pada Musyawarah Nasional 1989 q. Pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide pembentukan partai politik sebagai wadah warga NU menyampaikan aspirasi politiknya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). r. Pada tanggal 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presidennya s. Pada 20 Oktober 1999, Sidang Umum MPR memilih presiden baru. Meskipun suara PDIP yang terbesar, namun karena suasana politik yang berkembang saat itu, mengantarkan Gus Dur terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4. t. Pada 11 Agustus 2006, Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006 u. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena ia dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas. v. memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak- anak yatim-piatu dan fakir miskin. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan Daftar materi pada keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan 2 KB yang sulit melaut adalah kesukaannya. dipahami Apakah ada kesalahan redaksi? Halaman 102
Pada 1963, Gus Dur menerima beasiswa dari Departemen Agama
untuk belajar di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir, namun ia tidak menyelesaikannya karena kekritisan pikirannya. Apa yang menyebabkan tidak lanjut? Halaman 122
Islam bukanlah teroris, Agama yang mengakui Muhammad
sebagai nabi terakhir ini bukanlah seorang teroris. Dalam Islam, melakukan kekerasan adalah yang dilarang. Bahkan sejak dahulu, Nabi Muhammad selalu mengajarkan apa yang namanya Daftar materi yang perdamaian. Sayangnya, sejak ada oknum teroris yang sering mengalami 3 menyatakan dirinya sebagai Islam. Publik dunia jadi memandang miskonsepsi dalam Islam sebagai agama teroris. Agama yang mengajarkan untuk pembelajaran melakukan kejahatan. Padahal teroris tetaplah teroris. Ia tak ada hubungannya dengan Islam. Agama ini adalah agama damai yang tak bisa disamakan dengan segelintir teroris. Apalagi jumlah teroris tak ada 1% dari jumlah total muslim di seluruh dunia.