3874 11488 1 PB

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

AGRIVET

VOLUME 26 NO 2, 2020
HALAMAN 34 - 42

RESPONS SEPULUH VARIETAS CABAI TERHADAP PENYAKIT


LAYU FUSARIUM

RESISTANCE OF TEN CHILI VARIETIES AGAINTS FUSARIUM


WILT DISEASES
Ayu Lestiyani1*, Suryanti2, Arif Wibowo3
1Fakultas Pertanian, Universitas Tidar
2,3 Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

*Corresponding author: ayu.lestiyani@untidar.ac.id

ABSTRAK
Kendala utama dalam budidaya cabai salah satunya adalah penyakit layu Fusarium
yang disebabkan oleh Fusarium oxyporum. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
varietas cabai tahan terhadap penyakit layu Fusarium dilakukan dengan mengukur
persentase tanaman sakit dan menentukan kriteria ketahanan. Sepuluh varietas cabai
masing-masing adalah King chili, TM999, Red sable, Hot chili, Big chili, KB-2, Inko99,
KB-1, HP 1072N dan Lado. Penelitian ini menggunakan isolat F. oxysporum dengan no
isolate SMS4 dan umur cabai 1 bulan, pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8
minggu dengan rancangan acak lengkap dan apabila beda nyata dilanjutkan uji DMRT
5%. Hasil uji tingkat ketahanan pada 10 varietas tanaman cabai menunjukkan bahwa
King chili, TM999, Red sable dan Hot chili termasuk sangat rentan, Big chili dan KB-2
rentan; Inko99, KB-1 dan HP 1072N berkriteria moderat; seangkan Lado berkriteria
tahan. Penelitian lebih lanjut yang dilakukan multi lokasi dan dalam beberapa musim
dirasa sangat diperlukan.

Kata kunci: varietas tanaman cabai; Fusarium oxysporum; kriteria ketahanan

ABSTRACT
One of the most important diseases in chili cultivation is fusarium wilt disease caused by
Fusarium oxysporum. This research was conducted to study the resistance of chili
varieties against fusarium wilt disease by measuring the caused by measuring the
percentage of plant disease and then measuring the level of resistance. Resistance
evaluation was conducted on 10 chili’s varieties which King chili, TM999, Red sable, Hot
chili, Big chili, KB-2, Inko99, KB-1, HP 1072N, and Lado. This study used SMS4 isolate
and 1 month of chili age, observation was conducted for 8 weeks. The experiment was
analyzed using Complete Randomized Design and followed by DMRT 5%. The resulting
level of resistance showed that King chili, TM999, Red sable, and Hot chili have high
susceptible levels, Big chili dan KB-2 have susceptible level; Inko99, KB-1 dan HP 1072N
have moderate level; Lado has resistance level. Further research conducted in
multilocation and several seasons is considered necessary.

Keyword: chili varieties, Fusarium oxysporum, level of resistance

34
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum annum L.) memiliki banyak manfaat, karena kandungan
vitamin C, vitamin A, potassium, magnesium, calcium, dan zat besi (Serra et al.,
2002). Cabai dapat dimanfaatkan sebagai sayuran mentah atau sebagai bumbu
masak (Pandey dan Chadha 1996). Sehingga banyak negara di Asia, Amerika
Latin, Afrika, Eropa dan Amerika Utara menjadi produsen terbesar cabai
(Anonim, 2003). Budidaya cabai banyak mengalami kendala, kehilangan
hasilnya dapat mencapai 50%. Salah satu gangguan utama yang sangat
merugikan adalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum. Penyakit ini seringkali menimbukan masalah yang serius karena
dapat mengakibatkan gagal panen (Khan, Bhat, and Srinagar 2018; Wuryani,
Herastuti, and Supriyanto 2014).
F. oxysporum merupakan penyebab layu pada tanaman cabai yang
menyerang tanaman melalui akar dan berkembang dalam pembuluh xilem.
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun tua yang diikuti
dengan daun muda, tulang-tulang daun bagian atas memucat, tangkai daun
terkulai dan tanaman menjadi layu total. Batang tanaman akan membusuk dan
ditemukan warna cokelat berbentuk cincin dari berkas pembuluhnya (Tarigan
dan Wiryanta 2003; Velarde-Félix et al. 2018).
F. oxysporum menyebabkan rebah semai pada persemaian cabai,
sedangkan pada fase dewasa, tanaman akan mengalami layu permanen dan
akhirnya tanaman tidak menghasilkan buah bahkan mati (Cerkauskas 2017;
Lomas-Cano et al. 2016; Pérez-Hernández et al. 2014). Patogen akan
menginfeksi akar muda, kemudian tumbuh, berkembang dan menyebar pada
area akar dan pembuluh batang yang akan menghambat transportasi air dan
nutrisi (Miller et al., 1986). F. oxysporum akan banyak ditemukan pada tanaman
cabai yang tumbuh pada tanah dengan pH rendah berkisar 4,5-6,0 dengan suhu
lingkungan 24-27ºC (Duriat et al. 1996; Soesanto, L., N. Soedarmono et al.
2002).
Penyakit layu Fusarium cukup sulit dikendalikan karena sifat patogen yang
terbawa tanah (soil borne) dan dapat bertahan sangat lama di dalam tanah tanpa
tanaman inang. Sebagai pembanding F. oxysporum f.sp. vanilla, penyebab
penyakit busuk batang pada vanili dapat bertahan dalam tanah sampai lebih dari
4 tahun (Hadisutrisno, 2004). Pengendalian penyakit layu Fusarium dengan
fungisida hanya dapat menekan perkembangan penyakit untuk beberapa bulan
saja. Belum dijumpai pengendalian kimiawi untuk penyakit layu Fusarium cabai
yang efektif, aman dan menguntungkan, bahkan penggunaan bahan kimiawi
seperti fungisida secara terus-menerus akan menyebabkan timbulnya populasi
patogen yang lebih tahan, disamping itu juga akan mencemari lingkungan
(Afriyanto et al. 2009; De Cal et al. 2000; Groenewald 2005; Hanafiah et al. 2005).
Penggunaan benih yang unggul-sehat dan bermutu tinggi menjadi salah satu
cara untuk mendapatkan produksi cabai yang tinggi (Retes-Manjarrez et al.,
2018). Benih yang unggul didapatkan dengan melakukan pemuliaan tanaman.
Indonesia memiliki berbagai macam varietas unggul, namun para produsen
benih belum banyak yang mencantumkan keterangan tahan terhadap layu jamur
(Mangoendidjojo, 2003). Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit layu
Fusarium cabai ditambah belum ditemukannya strategi dan taktik pengendalian
yang memuaskan pengendalian penyakit layu Fusarium dengan benih yang

35
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

unggul dan tahan, merupakan salah satu alternative yang tepat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon ketahanan beberapa varietas cabai terhadap
penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh F. oxysporum.

METODE PENELITIAN
Isolasi dan identifikasi morfologi F. oxysporum
Cabai bergejala layu Fusarium yang diambil dari pertanaman cabai di
Samas, Yogyakarta (113 m dpl) selanjutnya akar dan batangnya dibersihkan dari
tanah. Akar di potong dan pangkal batang cabai didesinfeksi dengan alkohol 70%
kemudian dibelah dan diambil bagian yang terlihat bercak cokelat. Potong
dengan ukuran + 0,5 cm dan ditumbuhkan pada Petridis berdiameter 9 cm yang
telah berisi medium agar kentang (PDA). Pengamatan dilakukan secara
mikroskopik dengan mengamati warna koloni, bentuk dan ukuran makrokonidia
dan mikrokonidia dengan pengambilan sample masing-masing 5, selanjutnya
dibandingkan dengan buku kunci identifikasi Leslie and Summerell (2006).

Uji ketahanan beberapa varietas cabai terhadap F. oxysporum


Sepuluh varietas cabai yaitu masing-masing Red Sabel, TM999, Inko99,
King Chili, KB-1, Lado, HP 1072N, Hot chili, Big chili dan KB-2 digunakan dalam
uji ketahanan beberapa varietas cabai terhadap F. oxysporum. Metode yang
dilakukan menggunakan metode inokulasi yang telah digunakan oleh Lestiyani
(2011). F. oxyporum yang digunakan adalah isolat dengan kode SMS4 yang
menimbulkan 100% tanaman cabai layu pada umur 1 bulan. Setiap pot terdiri
dari 5 tanaman cabai dengan 5 ulangan. Pengamatan dilakukan setiap minggu
selama 8 minggu dengan cara menghitung kejadian penyakit dengan rumus
persentase tanaman sakit.
𝑛
Persentase tanaman sakit = 𝑁 × 100%
Keterangan:
n = jumlah tanaman bergejala
N = jumlah total tanaman
Selanjutnya kriteria ketahanan diukur berdasarkan metode (Shafique et al.
2015), yaitu sangat tahan = 1-20% tanaman sakit, tahan = 21 – 40% tanaman
sakit, moderat = 41 – 60% tanaman sakit, rentan = 61 – 80% tanaman sakit, dan
sangat rentan = 81 – 100% tanaman sakit.

Analisis Statistik
Antar perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) (Steel & Torrie, 1980). Analisis data menggunakan analisis
varian (ANOVA) menggunakan software SAS dan diikuti dengan DMRT untuk
memisahkan antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Isolasi dan identifikasi morfologi F. oxysporum
Pengamatan morfologi dengan melihat kenampakan miselium udara dan
warna koloni. Isolat SMS4 memiliki miselium udara yang tebal dengan koloni
berwarna putih. Pengamatan mikroskopis dari SMS4 memiliki mikrokonidium

36
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

berbentuk oval dan tidak memiliki septa dan makrokonidium ramping dengan 3
septa (Gambar 1). Konidiofor keempat isolat monofialid, tidak membentuk rantai,
tanpa sekat, lurus-lonjong, pendek, dan terikat 3-8 mikrokonidium. Bentuk
makrokonidia merupakan dasar identifikasi yang paling penting dalam taksonomi
Fusarium sedangkan mikrokonidia menempati urutan kedua dalam identifikasi
Fusarium. Isolat HP1K, RS dan SMS1 memiliki makrokonidia yang sedikit
melengkung dan ramping dengan 3 septa. Isolat HP1K memiliki makrokonidia
yang lebih lurus dan memiliki jumlah septa berkisar 3-5. Mikrokonidium keempat
isolate berbentuk oval dan tidak memiliki septa (Gambar 1).

10 µm 10 µm
10 µm

Gambar 1 Karakter morfologi F. oxysporum yang diamati pada pembesaran 100×.


Keterangan a. Koloni SMS4, b. Konidiofor, c. Mikrokonidium SMS4, d. Makrokonidium
SMS4 (Lestiyani 2011)

F. oxysporum memiliki miselium yang mula – mula berwarna putih dengan


miselium udara seperti kapas, kemudian warna akan berubah menjadi salem
atau kuning pucat, dan pada keadaan tertentu berwarna merah muda keunguan
pada medium PDA (Agrios, 2005; Sastrahidayat, 1990). Sedangkan menurut
Leslie dan Summerell, 2006, F. oxysporum selalu memproduksi pigmen
berwarna ungu muda hingga ungu tua pada media agar. Reproduksi aseksual F.
oxysporum adalah dengan mikrokonidia dan makrokonidium yang terletak pada
konidiofor yang tidak bercabang dan memiliki ukuran pendek. Mikrokonidium
berbentuk oval, elips atau berbentuk seperti ginjal dan jumlah septa selalu 0.
Mikrokonidium terbentuk pada false head dengan monofialid yang mempunyai
ukuran pendek (Leslie & Summerell, 2006). Menurut (Agrios, 2005),
mikrokonidium mempunyai satu atau dua sel, terdapat jumlah banyak, dan sering
dihasilkan pada semua kondisi. Tetapi menurut Semangun (2006),
mikrokonidium mempunyai satu sel dengan ukuran 6-15 x 2,5-4 µm. Jenis spora
ini banyak dijumpai di dalam jaringan tanaman terinfeksi.
Sementara itu, makrokonidium umumnya banyak dijumpai di permukaan
tanaman yang mati karena infeksi jamur ini (Agrios, 2005). Secara umum
morfologi makrokonidium mempunyai ukuran dari pendek hingga panjang, lurus
sampai sedikit melengkung, berdinding relatif ramping hingga tipis (Leslie &
Summerell, 2006). Makrokonidium berbentuk lonjong, ujung tajam, mempunyai
3-5 sekat, dan ukuran [(20-27) – (46-60) x (3,5-4,5 (5)] µm (Domsch et al., 1993;
Sari et al., 2018). Sedangkan menurut (Semangun, 2006), makrokonidium
berbentuk sabit, bertangkai kecil, kebanyakan bersel 4, hialin dan berukuran 22-
36 x 4-5 µm.

37
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

Uji ketahanan beberapa varietas cabai terhadap F. oxysporum


Hasil inokulasi tanaman cabai dengan F. oxysporum, menunjukkan bahwa
persentase tanaman sakit tertinggi mencapai 100% pada umur inokulasi 1 bulan
dengan menggunakan isolate SMS4 (Lestiyani, 2011). Perkembangan penyakit
pada setiap varietas sangat bervariasi setiap minggunya. King chili pada minggu
pertama telah menunjukkan persentase penyakit sebesar 40% dan lebih tinggi
dibandingkan kontrol yang hanya 12%. Gejala layu Fusarium di minggu pertama
juga terlihat pada TM999, Red Sabel, KB-1 dan Inko99 dengan masing-masing
persentase tanaman sakit sebesar 28%, 112%, 16%, 8%. Secara keseluruhan
gejala yang ditimbulkan pada minggu pertama dan minggu kedua masih rendah,
kemudian pada minggu ketiga keparahan penyakit mulai meningkat hingga
minggu terakhir. King Chili tetap menunjukkan persentase penyakit tertinggi pada
minggu ketiga yaitu sebesar 88%. Sedangkan varietas Lado menunjukan tingkat
keparahan 4% pada minggu kedua dan 24% pada minggu ketiga hingga minggu
terakhir pengamatan (Gambar 2).

100
Persentase tanaman sakit (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
K1 King TM999 Red Hot Big chili KB-2 Inko99 KB-1 HP Lado K0
Chili Sabel chili 1072N
Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 2. Perkembangan penyakit layu Fusarium pada 10 varietas tanaman cabai


selama 8 minggu. K0=kontrol varietas tahan, K1=kontrol varietas rentang

Pengujian tingkat ketahanan 10 varietas tanaman cabai, dapat


dikelompokan menjadi 4 tingkat ketahanan, yaitu sangat rentan, rentan, moderat
dan tahan. Tingkat ketahanan sangat rentan dimiliki oleh King Chili, TM999, Red
Sabel dan Hot chili. Tingkat ketahanan rentan dimilihi oleh Big Chili dan KB-2.
Tingkat ketahanan moderat dimiliki oleh Inki99, KB-1 dan HP 1072N sedangkan
tahan hanya dimiliki oleh lado. Persentase penyakit tertinggi terdapat pada
varietas King Chili dan TM999 dengan angka 96% dan persentase penyakit
terendah pada varietas Lado dengan angka 24% (Tabel 2).

38
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

Tabel 1. Persentase tanaman sakit pada 10 varietas cabai di


minggu kedelapan
Persentase tanaman Tingkat
Varietas
sakit (%) ketahanan
King Chili 96 a sangat rentan
TM999 96 a sangat rentan
Red Sabel 92 a sangat rentan
Hot chili 72 ab sangat rentan
Big chili 72 ab Rentan
KB-2 68 ab Rentan
Inko99 56 b moderat
KB-1 56 b moderat
HP 1072N 56 b moderat
Lado 24 c Tahan
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%
berdasarkan data yang ditransformasi ke Arc sin √X

Varietas yang memiliki ketahan terhadap serangan F. oxysporum yang


disebabkan oleh faktor genetik atau perbedaan morfologi (Sitompul and Guritno
1995, Taufik 2011). Faktor genetik berpengaruh terhadap ketahanan varietas
karena adanya interaksi inkompatibel antara produk gen tahan tanaman dengan
gen avirulen patogen yang pada akhirnya tanaman menjadi tahan terhadap
patogen. Banyaknya jumlah gen pada variasi ketahanan tanaman antar varietas
menimbulkan variasi ketahanan tanaman (Agrios, 2005).
Apabila dilihat secara genetik, ketahanan tanaman terbagi menjadi dua
yaitu ketahanan vertikal dan ketahanan horizontal. Ketahanan vertikal ditentukan
oleh satu atau sedikit gen yang mengakibatkan ketahanan terhadap ras patogen
tertentu. Sedangkan ketahanan horizontal mengakibatkan tanaman lebih tahan
terhadap semua ras patogen (Semangun 2006). Mekanisme ketahanan terhadap
F. oxysporum melibatkan pembentukan senyawa-senyawa metabolit sekunder
seperti asam salisilat (Hammerschmidt dan Becker 1999; Yu et al. 1997).
Tanaman-tanaman yang tahan terhadap serangan F. oxysporum menunjukkan
kemampuan dalam membentuk struktur tertentu seperti penghambatan
diskolorisasi pada xylem (Agrios, 2005).
Hasil pengamatan besarnya keparahan penyakit dan perkembangan
keparahan penyakit setiap minggu, Lado memiliki reaksi ketahanan tertinggi
sedangkan TM999 dan King Chili paling rentan terhadap F.oxysporum
dibandingkan varietas lain. Lado merupakan cabai keriting hibrida yang cocok
ditanam di dataran rendah sampai tinggi pada segala musim dan tahan terhadap
penyakit yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum (Keputusan
menteri pertanian, 2000). TM999 cocok ditanam di dataran rendah dan memiliki
ketahanan terhadap antraknosa sedangkan King Chili cocok di tanam di dataran
sedang sampai tinggi dan tidak memiliki ketahanan apapun terhadap penyakit
(Keputusan Menteri pertanian, 2006). Faktor interaksi antara patogen, varietas,

39
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

dan kondisi lingkungan yang mendukung bagi perkembangan patogen


merupakan faktor utama timbulnya layu Fusarium (Semangun, 2006). Penetrasi
patogen dilakukan melalui jaringan meristem pada ujung akar, epidermis pada
zona pemanjangan akar atau melalui celah yang terbentuk karena munculnya
akar lateral baru perlu diperhatikan dan harus dihindari (Miller et al. 1986;
Semangun 2006; Velarde-Félix et al. 2018). Hal tersebut menentukan
pengendalian paling efektif terhadap layu Fusarium.

KESIMPULAN
Sepuluh varietas tanaman cabai memiliki kriteria ketahanan berbeda
terhadap penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh F. oxysporum. Varietas
King chili, TM999, Red sable dan Hot chili memiliki kriteria ketahanan sangat
rentan. Varietas Big chili dan KB-2 memiliki kriteria ketahanan rentan. Varietas
Inko99, KB-1 dan HP 1072N memiliki kriteria ketahanan moderat sedangkan
varietas Lado memiliki kriteria ketahanan tahan. Varietas Lado yang termasuk
kriteria tahan dapat diuji-cobakan sambal diuji lebih lanjut bersama varietas yang
memiliki ketahanan moderat dalam sakala multi lolasi dan beberapa musim.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis ucapkan terimakasih kepada Riset Unggulan Nasional (RUSNAS)
untuk penguatan industri nasional petani No. LPPM-UGM/2012/2009 atas izin
dan pembiayaan penelitian ini serta Prof. Dr. Ir. Bambang Hadisutrisno, DAA.
yang telah memotivasi penulis dalam penulisan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, Nurjazuli, & Budiyono. (2009). Keracunan pestisida pada petani


penyemprot cabe di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 8, 10–14.
Agrios, G. . (2005). Plant Pathology (5th ed.). Academic Press.
Anonim. (2003). Major food and agricultural commodities and producers:
Countries by commodity. Food and Agriculture Organization of the United
Nations, Economic and Social Department, Statistics Division.
Cerkauskas, R. F. (2017). Etiology and management of Fusarium crown and root
rot (Fusarium oxysporum) on greenhouse pepper in Ontario, Canada.
Canadian Journal of Plant Pathology, 39(2), 121–132.
https://doi.org/10.1080/07060661.2017.1321044
De Cal, A., Garcia-Lepe, R., & Melgarejo, P. (2000). Induced resistance by
Penicillium oxalicum against Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici:
Histological studies of infected and induced tomato stems. Phytopathology,
90(3), 260–268. https://doi.org/10.1094/PHYTO.2000.90.3.260
Domsch, K. H., Gams, W., & Anderson, T. . (1993). Compendium of Soil Fungi.
IHW-Verlag.
Duriat, A. S., Hadisoeganda, A. W. W., Sotieasso, T. A., & Prabaningrum, L.
(1996). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman

40
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

Sayuran.
Groenewald, S. (2005). Biology, pathogenicity and diversity of Fusarium
oxysporum f.sp. cubense. University of Pretoria.
Hadisutrisno, B. (2004). Taktik dan strategi perlindungan tanaman menghadapi
gangguan penyakit layu Fusarium. Simposium Nasional I.
Hammerschmidt, R., & Becker, A. S. (1999). he Role of Salicylic Acid in Disease
Resistance. In Induced Plant Defences against Pathogens and Herbivores
(pp. 37–54). APS Press.
Hanafiah, A. K., Anas, I., Napoleon, A., & Ghoffar, N. (2005). Biologi Tanah
Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada.
Keputusan menteri pertanian. (2000). Pelepasan cabai keriting hibrida Lado F1
sebagai varietas unggul dengan nama Lado F1.
Khan, K., Bhat, F., & Srinagar, T. (2018). Chilli Wilt Disease: A Serious problem
in Chilli cultivation in India. September.
Leslie, J. F., & Summerell, B. A. (2006). The Fusarium Laboratory Manual.
Blackwell Publishing.
Lestiyani, A. (2011). UJI KETAHANAN 10 VARIETAS CABAI TERHADAP
PENYAKIT LAYU FUSARIUM. Sripsi (unpublished) Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Lomas-Cano, T., Boix-Ruiz, A., de Cara-García, M., Marín-Guirao, J. I., Palmero-
Llamas, D., Camacho-Ferre, F., & Tello-Marquina, J. C. (2016). Etiological
and epidemiological concerns about Pepper root and lower stem rot caused
by Fusarium oxysporum f. sp. radicis-capsici f. sp. nova. Phytoparasitica,
44(3), 283–293. https://doi.org/10.1007/s12600-016-0522-5
Mangoendidjojo. (2003). Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Miller, A., Rowe, R., & Riedel, R. (1986). Fusarium and Verticilliumwilts of tomato,
potato, pepper, and eggplant. ExtentionFactsheet.
Pandey, S. ., & Chadha, A. (1996). Economic Botany. Vikas Publishing House.
Pérez-Hernández, A., Serrano-Alonso, Y., Aguilar-Pérez, M. I., Gómez-Uroz, R.,
& Gómez-Vázquez, J. (2014). Damping-Off and Root Rot of Pepper Caused
by Fusarium Oxysporum in Almería Province, Spain. Plant Disease, 98(8),
1159. https://doi.org/10.1094/PDIS-02-14-0212-PDN
Prajnanta, F. (1999). Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar
Swadaya.
Retes-Manjarrez, J. E., HernÁNdez-Verdugo, S., Pariaud, B., HernÁNdez-
Espinal, L. A., Parra-Terraza, S., Trejo-Saavedra, D. L., Rivera-
Bustamante, R. F., & GarzÓN-Tiznado, J. A. (2018). Resistance to Pepper
huasteco yellow vein virus and its heritability in wild genotypes of Capsicum
annuum. Botanical Sciences, 96(1), 52–62.
https://doi.org/10.17129/botsci.1029
Sari, W., Wiyono, S., Nurmansyah, A., Munif, A., & Poerwanto, R. (2018).
Keanekaragaman dan Patogenisitas Fusarium spp. Asal Beberapa Kultivar
Pisang. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 13(6), 216.
https://doi.org/10.14692/jfi.13.6.216
Sastrahidayat, I. . (1990). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional.
Semangun, H. (2006). Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press.
Serra, I., Yamamoto, M., Calvo, A., Cavada, G., Báez, S., Endoh, K., Watanabe,
H., & Tajima, K. (2002). Association of chili pepper consumption, low

41
AGRIVET Lestiyani et al., 2020

socioeconomic status and longstanding gallstones with gallbladder cancer


in a Chilean population. International Journal of Cancer, 102(4), 407–411.
https://doi.org/10.1002/ijc.10716
Shafique, S., Asif, M., & Shafique, S. (2015). Management of fusarium
oxysporum f. Sp. capsici by leaf extract of eucalyptus citriodora. Pakistan
Journal of Botany, 47(3), 1177–1182.
Sitompul, S., & Guritno, B. (1995). Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press.
Soesanto, L., N. Soedarmono, A. P., Manan, E., Iriani, E., & Pramono, J. (2002).
Kajian Giofitopatologis Penyakit Busuk Rimpang Tanaman Jahe di Wilayah
Jawa Tengah.
http://jateng.litbang.deptan.go.id/eng/index.php?option=com_content&view
=article&id=291&Itemid=72
Steel, R. G. D., & Torrie, J. H. (1980). Principiles and Procedures of Statistics.
McGraw Hill Book Co., Inc.
Tarigan, S., & Wiryanta, W. (2003). Bertanam Cabai Hibrida secara Intensif.
Agromedia Pustaka.
Taufik, M. (2011). Evaluasi ketahanan padi gogo lokal terhadap penyakit blas
(Pyricularia oryzae) di lapang. Agriplus, 21, 68–74.
Velarde-Félix, S., Garzón-Tiznado, J. A., Hernández-Verdugo, S., López-Orona,
C. A., & Retes-Manjarrez, J. E. (2018). Occurrence of Fusarium oxysporum
causing wilt on pepper in Mexico. Canadian Journal of Plant Pathology,
40(2), 238–247. https://doi.org/10.1080/07060661.2017.1420693
Wuryani, S., Herastuti, H., & Supriyanto, D. (2014). Respon kualitas hasil tomat
cherry (Lycopersicum cerasiforme mill.) terhadap penggunaan teknologi
Sonic Bloom dengan berbagai pupuk daun. Agrivet, 18(1), 1–5.
Yu, D., Liu, Y., Fan, B., Klessig, D. F., & Chen, Z. (1997). Is the high basal level
of salicylic acid important for disease resistance in potato? Plant Physiology,
115(2), 343–349. https://doi.org/10.1104/pp.115.2.343

42

Anda mungkin juga menyukai