3874 11488 1 PB
3874 11488 1 PB
3874 11488 1 PB
VOLUME 26 NO 2, 2020
HALAMAN 34 - 42
ABSTRAK
Kendala utama dalam budidaya cabai salah satunya adalah penyakit layu Fusarium
yang disebabkan oleh Fusarium oxyporum. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
varietas cabai tahan terhadap penyakit layu Fusarium dilakukan dengan mengukur
persentase tanaman sakit dan menentukan kriteria ketahanan. Sepuluh varietas cabai
masing-masing adalah King chili, TM999, Red sable, Hot chili, Big chili, KB-2, Inko99,
KB-1, HP 1072N dan Lado. Penelitian ini menggunakan isolat F. oxysporum dengan no
isolate SMS4 dan umur cabai 1 bulan, pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8
minggu dengan rancangan acak lengkap dan apabila beda nyata dilanjutkan uji DMRT
5%. Hasil uji tingkat ketahanan pada 10 varietas tanaman cabai menunjukkan bahwa
King chili, TM999, Red sable dan Hot chili termasuk sangat rentan, Big chili dan KB-2
rentan; Inko99, KB-1 dan HP 1072N berkriteria moderat; seangkan Lado berkriteria
tahan. Penelitian lebih lanjut yang dilakukan multi lokasi dan dalam beberapa musim
dirasa sangat diperlukan.
ABSTRACT
One of the most important diseases in chili cultivation is fusarium wilt disease caused by
Fusarium oxysporum. This research was conducted to study the resistance of chili
varieties against fusarium wilt disease by measuring the caused by measuring the
percentage of plant disease and then measuring the level of resistance. Resistance
evaluation was conducted on 10 chili’s varieties which King chili, TM999, Red sable, Hot
chili, Big chili, KB-2, Inko99, KB-1, HP 1072N, and Lado. This study used SMS4 isolate
and 1 month of chili age, observation was conducted for 8 weeks. The experiment was
analyzed using Complete Randomized Design and followed by DMRT 5%. The resulting
level of resistance showed that King chili, TM999, Red sable, and Hot chili have high
susceptible levels, Big chili dan KB-2 have susceptible level; Inko99, KB-1 dan HP 1072N
have moderate level; Lado has resistance level. Further research conducted in
multilocation and several seasons is considered necessary.
34
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum annum L.) memiliki banyak manfaat, karena kandungan
vitamin C, vitamin A, potassium, magnesium, calcium, dan zat besi (Serra et al.,
2002). Cabai dapat dimanfaatkan sebagai sayuran mentah atau sebagai bumbu
masak (Pandey dan Chadha 1996). Sehingga banyak negara di Asia, Amerika
Latin, Afrika, Eropa dan Amerika Utara menjadi produsen terbesar cabai
(Anonim, 2003). Budidaya cabai banyak mengalami kendala, kehilangan
hasilnya dapat mencapai 50%. Salah satu gangguan utama yang sangat
merugikan adalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum. Penyakit ini seringkali menimbukan masalah yang serius karena
dapat mengakibatkan gagal panen (Khan, Bhat, and Srinagar 2018; Wuryani,
Herastuti, and Supriyanto 2014).
F. oxysporum merupakan penyebab layu pada tanaman cabai yang
menyerang tanaman melalui akar dan berkembang dalam pembuluh xilem.
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun tua yang diikuti
dengan daun muda, tulang-tulang daun bagian atas memucat, tangkai daun
terkulai dan tanaman menjadi layu total. Batang tanaman akan membusuk dan
ditemukan warna cokelat berbentuk cincin dari berkas pembuluhnya (Tarigan
dan Wiryanta 2003; Velarde-Félix et al. 2018).
F. oxysporum menyebabkan rebah semai pada persemaian cabai,
sedangkan pada fase dewasa, tanaman akan mengalami layu permanen dan
akhirnya tanaman tidak menghasilkan buah bahkan mati (Cerkauskas 2017;
Lomas-Cano et al. 2016; Pérez-Hernández et al. 2014). Patogen akan
menginfeksi akar muda, kemudian tumbuh, berkembang dan menyebar pada
area akar dan pembuluh batang yang akan menghambat transportasi air dan
nutrisi (Miller et al., 1986). F. oxysporum akan banyak ditemukan pada tanaman
cabai yang tumbuh pada tanah dengan pH rendah berkisar 4,5-6,0 dengan suhu
lingkungan 24-27ºC (Duriat et al. 1996; Soesanto, L., N. Soedarmono et al.
2002).
Penyakit layu Fusarium cukup sulit dikendalikan karena sifat patogen yang
terbawa tanah (soil borne) dan dapat bertahan sangat lama di dalam tanah tanpa
tanaman inang. Sebagai pembanding F. oxysporum f.sp. vanilla, penyebab
penyakit busuk batang pada vanili dapat bertahan dalam tanah sampai lebih dari
4 tahun (Hadisutrisno, 2004). Pengendalian penyakit layu Fusarium dengan
fungisida hanya dapat menekan perkembangan penyakit untuk beberapa bulan
saja. Belum dijumpai pengendalian kimiawi untuk penyakit layu Fusarium cabai
yang efektif, aman dan menguntungkan, bahkan penggunaan bahan kimiawi
seperti fungisida secara terus-menerus akan menyebabkan timbulnya populasi
patogen yang lebih tahan, disamping itu juga akan mencemari lingkungan
(Afriyanto et al. 2009; De Cal et al. 2000; Groenewald 2005; Hanafiah et al. 2005).
Penggunaan benih yang unggul-sehat dan bermutu tinggi menjadi salah satu
cara untuk mendapatkan produksi cabai yang tinggi (Retes-Manjarrez et al.,
2018). Benih yang unggul didapatkan dengan melakukan pemuliaan tanaman.
Indonesia memiliki berbagai macam varietas unggul, namun para produsen
benih belum banyak yang mencantumkan keterangan tahan terhadap layu jamur
(Mangoendidjojo, 2003). Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit layu
Fusarium cabai ditambah belum ditemukannya strategi dan taktik pengendalian
yang memuaskan pengendalian penyakit layu Fusarium dengan benih yang
35
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
unggul dan tahan, merupakan salah satu alternative yang tepat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon ketahanan beberapa varietas cabai terhadap
penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh F. oxysporum.
METODE PENELITIAN
Isolasi dan identifikasi morfologi F. oxysporum
Cabai bergejala layu Fusarium yang diambil dari pertanaman cabai di
Samas, Yogyakarta (113 m dpl) selanjutnya akar dan batangnya dibersihkan dari
tanah. Akar di potong dan pangkal batang cabai didesinfeksi dengan alkohol 70%
kemudian dibelah dan diambil bagian yang terlihat bercak cokelat. Potong
dengan ukuran + 0,5 cm dan ditumbuhkan pada Petridis berdiameter 9 cm yang
telah berisi medium agar kentang (PDA). Pengamatan dilakukan secara
mikroskopik dengan mengamati warna koloni, bentuk dan ukuran makrokonidia
dan mikrokonidia dengan pengambilan sample masing-masing 5, selanjutnya
dibandingkan dengan buku kunci identifikasi Leslie and Summerell (2006).
Analisis Statistik
Antar perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) (Steel & Torrie, 1980). Analisis data menggunakan analisis
varian (ANOVA) menggunakan software SAS dan diikuti dengan DMRT untuk
memisahkan antar perlakuan.
36
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
berbentuk oval dan tidak memiliki septa dan makrokonidium ramping dengan 3
septa (Gambar 1). Konidiofor keempat isolat monofialid, tidak membentuk rantai,
tanpa sekat, lurus-lonjong, pendek, dan terikat 3-8 mikrokonidium. Bentuk
makrokonidia merupakan dasar identifikasi yang paling penting dalam taksonomi
Fusarium sedangkan mikrokonidia menempati urutan kedua dalam identifikasi
Fusarium. Isolat HP1K, RS dan SMS1 memiliki makrokonidia yang sedikit
melengkung dan ramping dengan 3 septa. Isolat HP1K memiliki makrokonidia
yang lebih lurus dan memiliki jumlah septa berkisar 3-5. Mikrokonidium keempat
isolate berbentuk oval dan tidak memiliki septa (Gambar 1).
10 µm 10 µm
10 µm
37
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
100
Persentase tanaman sakit (%)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
K1 King TM999 Red Hot Big chili KB-2 Inko99 KB-1 HP Lado K0
Chili Sabel chili 1072N
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
38
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
39
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
KESIMPULAN
Sepuluh varietas tanaman cabai memiliki kriteria ketahanan berbeda
terhadap penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh F. oxysporum. Varietas
King chili, TM999, Red sable dan Hot chili memiliki kriteria ketahanan sangat
rentan. Varietas Big chili dan KB-2 memiliki kriteria ketahanan rentan. Varietas
Inko99, KB-1 dan HP 1072N memiliki kriteria ketahanan moderat sedangkan
varietas Lado memiliki kriteria ketahanan tahan. Varietas Lado yang termasuk
kriteria tahan dapat diuji-cobakan sambal diuji lebih lanjut bersama varietas yang
memiliki ketahanan moderat dalam sakala multi lolasi dan beberapa musim.
DAFTAR PUSTAKA
40
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
Sayuran.
Groenewald, S. (2005). Biology, pathogenicity and diversity of Fusarium
oxysporum f.sp. cubense. University of Pretoria.
Hadisutrisno, B. (2004). Taktik dan strategi perlindungan tanaman menghadapi
gangguan penyakit layu Fusarium. Simposium Nasional I.
Hammerschmidt, R., & Becker, A. S. (1999). he Role of Salicylic Acid in Disease
Resistance. In Induced Plant Defences against Pathogens and Herbivores
(pp. 37–54). APS Press.
Hanafiah, A. K., Anas, I., Napoleon, A., & Ghoffar, N. (2005). Biologi Tanah
Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada.
Keputusan menteri pertanian. (2000). Pelepasan cabai keriting hibrida Lado F1
sebagai varietas unggul dengan nama Lado F1.
Khan, K., Bhat, F., & Srinagar, T. (2018). Chilli Wilt Disease: A Serious problem
in Chilli cultivation in India. September.
Leslie, J. F., & Summerell, B. A. (2006). The Fusarium Laboratory Manual.
Blackwell Publishing.
Lestiyani, A. (2011). UJI KETAHANAN 10 VARIETAS CABAI TERHADAP
PENYAKIT LAYU FUSARIUM. Sripsi (unpublished) Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Lomas-Cano, T., Boix-Ruiz, A., de Cara-García, M., Marín-Guirao, J. I., Palmero-
Llamas, D., Camacho-Ferre, F., & Tello-Marquina, J. C. (2016). Etiological
and epidemiological concerns about Pepper root and lower stem rot caused
by Fusarium oxysporum f. sp. radicis-capsici f. sp. nova. Phytoparasitica,
44(3), 283–293. https://doi.org/10.1007/s12600-016-0522-5
Mangoendidjojo. (2003). Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Miller, A., Rowe, R., & Riedel, R. (1986). Fusarium and Verticilliumwilts of tomato,
potato, pepper, and eggplant. ExtentionFactsheet.
Pandey, S. ., & Chadha, A. (1996). Economic Botany. Vikas Publishing House.
Pérez-Hernández, A., Serrano-Alonso, Y., Aguilar-Pérez, M. I., Gómez-Uroz, R.,
& Gómez-Vázquez, J. (2014). Damping-Off and Root Rot of Pepper Caused
by Fusarium Oxysporum in Almería Province, Spain. Plant Disease, 98(8),
1159. https://doi.org/10.1094/PDIS-02-14-0212-PDN
Prajnanta, F. (1999). Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar
Swadaya.
Retes-Manjarrez, J. E., HernÁNdez-Verdugo, S., Pariaud, B., HernÁNdez-
Espinal, L. A., Parra-Terraza, S., Trejo-Saavedra, D. L., Rivera-
Bustamante, R. F., & GarzÓN-Tiznado, J. A. (2018). Resistance to Pepper
huasteco yellow vein virus and its heritability in wild genotypes of Capsicum
annuum. Botanical Sciences, 96(1), 52–62.
https://doi.org/10.17129/botsci.1029
Sari, W., Wiyono, S., Nurmansyah, A., Munif, A., & Poerwanto, R. (2018).
Keanekaragaman dan Patogenisitas Fusarium spp. Asal Beberapa Kultivar
Pisang. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 13(6), 216.
https://doi.org/10.14692/jfi.13.6.216
Sastrahidayat, I. . (1990). Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional.
Semangun, H. (2006). Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. UGM Press.
Serra, I., Yamamoto, M., Calvo, A., Cavada, G., Báez, S., Endoh, K., Watanabe,
H., & Tajima, K. (2002). Association of chili pepper consumption, low
41
AGRIVET Lestiyani et al., 2020
42