Sop Sarpras
Sop Sarpras
Sop Sarpras
C. Definisi Operasional
Dalam Prosedur Oprasional Standar ini yang dimadsud dengan:
1. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar tempat berolah raga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan tempat berekreasi serta sumber belajar lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi
2. Sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendididkan khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran.
3. Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan atau pengajaran seperti, halaman, kebun, taman sekolah,
jalan menuju sekolah dan lainnya.
4. Pemeliharaan merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar
perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai.
5. Kerusakan adalah tidak berfungsinya sarana dan prasarana akibat:
a) Penyusutan/berkurangnya umur sarana dan atau prasarana.
b) Salah penanganan (beban fungsi yang berlebih, kebakaran, dan sebagainya)
c) Bencana alam.
6. Biaya pemeliharaan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan
perawatan sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan yang
ditentukan oleh sekolah.
Yusuf Abo
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
TENTANG PEMUNGUTAN BIAYA PENDIDIKAN
MTS I’ANATUL MUTA’ALIMIN MANIIS PURWAKARTA
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana dari berbagai
sumber. Penerimaan dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar.
Banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan,
namun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai
persamaan. Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: Anggaran rutin (DIK);
Anggaran pembangunan (DIP); Dana Penunjang Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur; dan
lain-lain yang dianggap sah oleh semua pihak yang terkait.
Partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah sudah menjadi
hal yang umum dibicarakan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Dalam teori
pengembangan sekolah di era desentralisasi, ada tiga segitiga stakeholder yang harus
dibangun, yaitu kerjasama sekolah, orang tua dan masyarakat. Partisipasi masyarakat seakan
menjadi kata kunci untuk memecahkan masalah di sekolah. Pemerintah di negara manapun,
dengan dalih mengembalikan lembaga sekolah kepada pemilik utamanya yaitu masyarakat,
menggembar-gemborkan ide ini. Tapi sebenarnya ada sebuah misi utama dibalik propaganda
ini, yaitu meringankan beban keuangan pemerintah dengan mengajak masyarakat untuk
menyediakan dana lebih dalam pengembangan sekolah.
Saat ini, kegiatan pendidikan sumber pendanaannya diambil dari APBN dan APBD.
Jika dari dua sumber itu masih kurang maka akan dicarikan solusi. Bisa saja dengan melibatkan
peran serta masyarakat, komite, para alumni, dunia usaha, dan sebagainya. “Tentu partisipasi
tersebut harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Prinsipnya
adalah, RAPBS harus disusun berdasarkan analisis kebutuhan bukan keinginan. Kemudian harus
melalui azas musyawarah mufakat. Selain itu harus ada subsidi silang dan dicarikan solusi bagi
peserta didik yang tidak mampu. Yang tak kalah pentingnya adalah, sekolah dilarang
mengeluarkan siswa hanya karena faktor keuangan atau yang bersangkutan dari keluarga
tidak mampu.
Terkait hal tersebut, sejatinya pihak sekolah boleh meminta dukungan materi dari para
orangtua murid. Akan tetapi sifatnya tidak memaksa. Ini untuk menunjang peningkatan mutu
pendidikan dan subsidi bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Mengenai besar
kecilnya, tergantung dari kebutuhan sekolah masing-masing. Karena sekolah diberi
kewenangan untuk menyusun RAPBS sesuai dengan manajemen yang berbasis sekolah.
Administrasi keuangan merupakan tolok ukur tingkat kepercayaan atas
penyelenggaraan kegiatan. Transparansi/keterbukaan dan ketepatan penggunaan anggaran
(akuntabel) sangat terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat. Sedangkan tambahan
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh siswa yang jumlahnya bervariasi belum diatur
secara rinci sehingga perlu “dikawal” agar terhindar dari hal-hal yang “tidak pada tempatnya/
tidak wajar”.
B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301)
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496).
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang SIstem Penjaminan Mutu
Pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang pendidikan menengah kejuruan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
6. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang pengelolaan Pendidikan
7. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah dasar dan
Menengah
D. Definisi Operasional
1. Biaya Pendidikan adalah biaya yang dipakai dalam penyelenggaraan pendidikan yang terdiri
atas biaya investasi, biaya personal dan biaya operasional.
Biaya investasi satuan pendidikan
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya personal meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
2. Orang tua/wali siswa adalah individu orang dewasa yang memiliki hubungan kekerabatan
atau kekeluargaan dan bertanggung jawab penuh terhadap peserta didik
3. Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakanuntukmenyelenggarak
andan mengelola pendidikan.
4. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yangdiperlukan u
ntuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
5. Pemangku kepentingan pendidikan adalah orang, kelompok orang, atau organisasiyang memili
ki kepentingan dan/atau kepedulian terhadap pendidikan.
G. Persetujuan
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah YME dan terimakasih terhadap pihak pihak
yang telah membantu dan bekerjasama dalam penyusunan POS pemungutan biaya
di SMK Negeri 8 Muaro Jambi menetapkan dan memutuskan pemberlakuannya sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 10 Januari 2018
Yusuf Abo