Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Stress Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau
Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Stress Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau
Hubungan Beban Kerja Perawat Dengan Stress Perawat Di Ruang Rawat Inap Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau
PROVINSI RIAU
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
RIZKA ANGGRAINI
NIM.19031003
FAKULTAS KESEHATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah organisasi kesehatan yang padat akan sumber daya manusia dan ilmu
pengetahuan. Rumah sakit juga merupakan bagian yang penting dalam pengembangan sistem
kesehatan, dan juga berperan dalam mendukung penyediaan layanan kesehatan bagi
masyarakat (WHO, 2022). Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, 2020).
Pelayanan keperawatan kesehatan pada Rumah Sakit atau Puskesmas merupakan salah satu
pelayanan yang sangat penting dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada penerapan
asuhan keperawatan secara professional sesuai standar keperawatan sangat tergantung pada
bagaimana kinerja perawat di Rumah Sakit atau Puskesmas dalam menerapkan standar
asuhan keperawatan (Kumajas et al., 2020). Menurut World Health Organization (WHO)
yang bekerjasama dengan International Counsil of Nurses (ICN) dan Nursing Now,
menyatakan bahwa saat ini jumlah tenaga perawat secara global berjumlah 27,9 juta, dimana
19,3 juta perawat adalah perawat profesional (WHO, 2020).
Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang bertanggung jawab untuk
memelihara dan meningkatkan mutu pelayanankesehatan. Perawat, disisi lain, rentan
terhadap stres sebagai akibat dari beban kerja mereka yang berat. Ketegangan fisik dan
mental adalah bagian daribeban kerja. Gangguan dapat terjadi sebagai akibat dari beban kerja
yang berlebihan atau kemampuan fisik yang tidak memadai. Secara individu atau kombinasi,
tanggung jawab tambahan ini dapat menyebabkan gangguan atau stress kerja pada perawat
(Djatmiko,2018). Dampak yang mengacuh kepada beban kerja perawat terhadap keselamatan
pasien, kepuasan pelanggan, dan kinerja perawat. Pada kinerja perawat ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perawat salah satunya beban kerja yang sangat tinggi.
Beban kerja merupakan tingginya volume pekerjaan yang diberikan atau dibebankan kepada
tenaga pekerja berupa beban kerja yang dirasakan secara fisik maupun mental yang menjadi
tanggung jawabnya (Mahawati et al., 2021). Menurut penelitian Mahawati, (2021) Salah satu
faktor beban kerja yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Pada faktor eksternal merupakan
beban kerja yang dipengaruhi dari luar tubuh pekerjaan diantaranya, tugas-tugas bersifat fisik
seperti tempat kerja, ketersediaan alat dan sarana kerja, tingkat kesulitan pekerjaan, lama
waktu kerja,dan kebutuhan tenaga keperawatan yang beum memadai. Faktor internal
merupakan beban kerja yang berasal dari dalam tubuh. Faktor melipiti jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan. (Chintya, 2018).
Beban kerja pada perawat rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tinggi sebanyak
57,4% dan beban kerja pada perawat rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
rendah sebanyak 42,6%. Tingkat stres pada perawat rawat inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan stress sedang sebanyak 59,3%, dan tingkat stress pada perawat rawat inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan stress ringan sebanyak 40,7%.
Stres kerja adalah tidak adanya kecocokan diantara tuntutan, kemampuan, dan keterampilan
yang ingin dipenuhi oleh individu dalam lingkungan kerjanya. Stres kerja dapat berpengaruh
pada penurunan produktivitas kerja perawat dalam melaksanankan tugas keperawatan apabila
stres kerja ini tidak dilakukan pengendalian. Stres kerja juga dapat mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seseorang, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
konflik, ketidakpastian, hubungan dengan pihak manajemen, komunikasi yang kurang efektif
termasuk juga tekanan dari tugas atau beban kerja perawat dan kondisi kerja perawat
(Wijono, 2018). WHO memprediksi stres kerja akan menjadi ancaman utama kesehatan
manusia menjelang tahun 2020.
Stress pada perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tuntutan kerja yang tinggi,
jumlah pasien yang tidak menentu, keluhan dan kondisi pasien yang bervariasi serta aktivitas
di luar jam rumah sakit. Hal ini menyebabkan beberapa perawat mengalami kurang tidur,
tidak dapat mengontrol emosi dan tidak dapat berkonsentrasi yang membuat keluhan pada
beban kerja dari perawat semakin bertambah. Semakin bertambahnya beban kerja dari
perawat, maka semakin bertambah juga tingkat stress pada perawat. Perawat dituntut untuk
harus berkonsentrasi dan bertindak cepat dalam melayani pasien. Terlebih lagi perawat yang
mendapatkan shift malam memiliki kekurangan waktu untuk tidur yang menyebabkan
mereka sering merasakan kaku pada leher, sakit kepala dan lelah pada mata(Pongantung et
al., 2019).Stres yang dialami perawat merupakan stres yang didapat atau dialami ditempat
kerja yang termasuk kedalam stres kerja. (Budiyanto, A.J.M. Rattu, 2019)
Stress yang berlebih dapat menunjukkan gejala atau bahkan ketidakefektifan perawat dalam
melakukan tindakannya seagai pekerja di rumah sakit, untuk itu perlu adanya dukungan
terhadap perawat yang menjalankan pekerjaannya di rumah sakit dimana iya bekerja (Safitri,
2019). Selain itu salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan
management stress dengan baik, tidak membebani diri sendiri dan bersikap optimis akan
kemampuan yang dimiliki, misalkan dengan cara alternative dengan cara memecakan
masalah (Problem Focused Coping) atau pengendalian respon emosi (Rahmawati,
2021).Fenomena stres kerja sudah menjadi masalah didunia. Hal ini bisa dilihat dari kejadian
stres di Inggris terhitung ada 385.000 kasus, di Wales 11.000 sampai 26.000 kasus (Heath
and Safety Executive, 2019).
Beban kerja merupakan tingginya volume pekerjaan yang diberikan atau dibebankan
kepada tenaga pekerja berupa beban kerja yang dirasakan secara fisik maupun mental
yang menjadi tanggung jawabanya. Hal ini menyebabkan beberapa perawat mengalami
kurang tidur, tidak dapat mengontrol emosi dan tidak dapat berkonsentrasi yang
membuat keluhan pada beban kerja dari perawat semakin bertambah. Semakin
bertambahnya beban kerja dari perawat, maka semakin bertambah juga tingkat stress
pada perawat. Terlebih lagi perawat yang mendapatkan shift malam memiliki
kekurangan waktu untuk tidur. Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka
peneliti merumuskan masalah penelitian ini yaitu “Apakah ada Hubungan Beban Kerja
dengan tingkat Stress Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau?”.
Adapun tujuan umum untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat stress perawat
di ruang rawata inap kelas III RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
1.3.2.1 Idenfikasi beban kerja perawat di ruang rawata inap RSUD Arifin Achamad
1.3.2.1 Identifikasi tingkat stres perawata di ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad
1.3.2.3 Identifikasi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, dan
pengalaman pelatihan).
1.3.2.4 Identifikasi hubungan beban kerja perawat terhadap sift (pagi, sore, dan malam)
terhdap tingkat stress di ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad.
Peneliti dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian
Peneliti dapat memberikan sumber informasi dan bahan pertimbangan di dalam mengatasi
permasalahan yang timbul dalam hal mengatasi beban kerja dan tingkat stress kerja perawat.
Sebagai gambaran terkait hubungan beban kerja perawat diruangan, sehingga dapat
mengantisipasi terjadinya stress pada perawat
BAB 2
TUJUAN KEPUTAKAAN
Beban kerja adalah tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat saat
menjalankan tugasnya di Puskesmas atau tempat kerjanya seperti bekerja lebih dari jam yang
ditentukan, mengerjakan tugas lain selain tugas pokok keperawatan atau perawat merangkap
beberapa tugas, dan rasio perawat dengan pasien yang tidak seimbang. Beban kerja adalah
suatu kondisi yang membebani tenaga kerja, baik secara fisik maupun non fisik dalam
menyelesaikan pekerjaan. Kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang
tidak mendukung secara fisik atau non fisik (Fahrepi, 2019). Fahrepi, R. (2019). Stres Kerja
Perawat (Penyebab dan Indikasinya). Ponorogo Jawa Timur Indonesia: WADE GROUP.
Beban kerja merupakan banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga
kesehatan profesional dalam 1(satu) tahun di fasilitas pelayanan kesehatan. Semua kegiatan
menjadi beban unit kerja dalam periode tertentu. Beban kerja meliputi kegiatan pokok yang
dilaksanakan yaitu, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan
pokok dan standar beban kerja per tahun. Standar beban kerja adalah waktu kerja tersedia
dibagi dengan rata-rata waktu per kegiatan pokok. Kegiatan pokok merupakan kumpulan
berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar prosedur operasional (SPO)
untuk menghasilkan pelayanan yang dilaksanakan oleh Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan dengan kompetensi tertentu (siswati 2018). Siswati (2018). "Manajemen Unit
Kerja II Perencanaan SDM Unit Kerja RMIK." Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Menurut Tarwaka (2004) dalam Affandi, Rozi dan Sunarsi (2018) terdapat dua faktor
eksternal dan internal yang dapat memberikan pengaruh terhadap beban kerja yaitu :
Menurut Cain (2007) dalam Mahawati, et al (2021) pengukuran beban kerja terdiri dari tiga
kategori pengukuran yaitu:
1. Pengukuran subjektif
Pengukuran secara subjektif merupakan suatu pengukuran yang dilakukan
berdasarkan hasil penilaian dan pelaporan yang dilakukan oleh pekerja itu sendiri atas
beban kerja yang dialami oleh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pengukuran dengan kategori ini pada umumnya dengan menggunakan skala
pengukuran atau rating scale.
2. Pengukuran kinerja
Pengukuran berdasarkan kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
pengamatan terhadap tenaga pekerja berdasarkan aspek perilaku atau kegiatan yang
dilakukan. Pengukuran yang berdasarkan waktu merupakan salah satu jenis
pengukuran kinerja, metode pengukuran ini merupakan metode yang digunakan
dalam mengukur lamanya waktu pekerja dalam menyelesaian suatu pekerjaan,
berdasarkan kondisi pekerjaan yang ditentukan dan dalam tempo waktu yang
diberikan.
3. Pengukuran fisiologis
Pengukuran fisiologis merupakan pengukuran yang dilakukan dengan mengukur
tingkat beban kerja dengan melakukan pengukuran pada respon fisiologis pekerja
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran fisiologis yang biasanya dilakukan
yaitu pengukuran berdasarkan refleks pupil, pergerakan mata, dan aktivitas otot, serta
respon-respon tubuh lainnya atas dampak yang diakibatkan oleh beban kerja yang
dirasakan pada saat bekerja. Menurut Supinganto, et al (2020) pengukuran beban
kerja juga dapat dilakukan dengan pengukuran objektif. Pengukuran objektif
merupakan pengukuran yang bertujuan mengetahui banyaknya tenaga keperawatan
menggunakan waktu kerja dalam melaksanakan aktivitasnya baik dalam
melaksanakan tugas pokok perawat maupun tugas penunjang atau kepentingan
lainnya. Menurut Mahawati, et al (2021) pengukuran dengan waktu merupakan
pengukuran yang dapat digunakan dalam memperoleh ukuran beban kerja yang
berlaku dalam sistem kerja. Metode tersebut merupakan metode ilmiah yang
digunakan dalam penelitian, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Mulyani (2021) manfaat pengukuran beban kerja yaitu sebagai berikut: