Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida
Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida
Bab Ii Tinjauan Pustaka: 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
2.1.1 Pengertian Pestisida
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 107 tahun
2014, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan/tanaman pengganggu/gulma.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
6. Memberantas dan mencegah hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan, dan alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air.
Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman, yang dimaksud dengan pestisida adalah zat pengatur dan perangsang
tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus, yang digunakan untuk
melakukan perlindungan tanaman.
Menurut Direktorat Jendral Prasaran dan Sarana Pertanian, Kementrian
Pertanian, pestisida merupakan bahan yang banyak memberikan manfaat sehingga
banyak dibutuhkan masyarakat pada bidang pertanian (pangan, perkebunan,
1
perikanan, peternakan), penyimpanan hasil pertanian, kehutanan (tanaman hutan
dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga, dan penyehatan lingkungan,
pemukiman, bangunan, pengangkutan, dan lain-lain.
2
11. Pedukulisida, berasal dari bahasa latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi
untuk membunuh kutu atau tuma.
12. Piscisida, berasal dari bahasa Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk
membunuh ikan.
13. Rodentisida, berasal dari bahasa Yunani rodere, berarti pengerat, berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat.
14. Termisida, berasal dari bahasa Yunani termes, berarti serangga pelubang
kayu berfungsi untuk membunuh rayap.
Menurut Syakir (2011) , pestisida nabati dilihat dari bagian tumbuhan dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Penghambat nafsu makan (antifeedant)
2. Penolak (repellent)
3. Penarik (atractant)
4. Menghambat perkembangan
5. Pengaruh langsung sebagai racun
6. Mencegah peletakkan telur
3
singkat, dalam beberapa hal, hasilnya dapat dirasakan hanya beberapa menit
setelah aplikasi.
4. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat.
Hal ini sangat diperlukan dalam mengendalikan daerah serangan yang
luas dan harus diselesaikan dalam waktu singkat (misalnya dalam kasus
eksplosif organisme penggangu). Misalkan dengan menggunakan alat
mistblower, power sprayer, bahkan kapal terbang.
5. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka
pendek.
Perhitungan untung rugi secara ekonomi dalam menggunakan
pestisida relatif lebih mudah dilakukan. Makin langka dan mahalnya tenaga
kerja di sektor pertanian berakibat makin mendorong masyarakat petani
untuk menggunakan pestisida.
4
juga dapat berdampak buruk bagi konsumen yang mengkonsumsi produk
tertentu yang mengandung residu pestisida.
5
tinggi. Apabila diberikan dosis yang terlalu tinggi kemungkinan dampak
terjadinya residu yang timbul akan semakin tinggi.
7. Residu penggunaan pestisida khususnya pada tanaman yang dipanen.
Pentingnya residu pestisida bagi kesehatan konsumen disamping
ditentukan oleh besarnya residu juga ditentukan oleh daya racun baik akut
maupun kronik, yang berbeda antara pestisida yang satu dengan yang
lainnya. Penggunaan pestisida dalam bidang pertanian, terutama untuk
perlindungan tanman tidak hanya mengakibatkan residu pada tanaman tetapi
juga pada unsur lingkungan lainnya. Oleh unsur-unsur lingkungan lainnya
terutama air dan angin, residu pestisida yang tertinggal di daerah
penggunaannya dapat menyebar ke daerah lain melalui aliran air dan
hembusan angin. Residu juga sangat berbahaya apabila ditemukan pada
bahan makanan yang terkontaminasi pestisida dengan konsentrasi yang
tinggi.
8. Pencemaran lingkungan
Tercemarnya tanah, air, udara, dan unsur lingkungan lainnya oleh
pestisida, dapat berpengaruh buruk secara langsung terhadap manusia dan
kelestarian lingkungan hidup.
9. Menghambat perdagangan.
Ekspor komoditi tertentu di Indonesia dapat diklaim oleh negara
tertentu apabila residu pestisida melebihi Batas Maksimum Residu (BMR)
yang telah ditetapkan negara pengimpor atau apabila pestisida tersebut
dilarang atau tidak beredar di negara pengimpor.
Studi kasus pernah dilakukan di beberapa negara Asia terhadap pekerja
wanita yang berkerja di perkebunan dan berhubungan langsung dengan pestisida,
seperti para pekerja yang ada di Malaysia. Akibatnya, para pekerja tersebut
mengalami gangguan kesehatan yang kronis dan akut seperti gatal-gatal, sesak
nafas, sakit dada, nyeri otot, mata rabun, pusing, mual, dan sakit kanker
(Soenandar, dkk : 2010).
Penelitian juga dilakukan di Amerika terhadap para pekerja wanita yang
tinggal di daerah yang aplikasi pestisidanyan cukup tinggi. Hailnya, para pekerja
wanita tersebut memiliki resiko dua kali lebih tinggi melahirkan bayi dalam
6
keadaan cacat dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah yang tidak
menggunakan pestisida (Soenandar, dkk : 2010).
Selain dampak residu yang ditimbulkan, salah satu dampak negatif
penggunaan pestisida kimia adalah resistensi hama dan. Resistensi hama akan
mendorong para petani untuk menggunakan konsentrasi atau dosis pestisida kimia
yang lebih tinggi dan berulang-ulang. Semakin tinggi dosis yang digunakan,
semakin tinggi juga dampak residu yang ditimbulkan pada produk pertanian.
Dengan peningkatan jumlah pestisida kimia yang digunakan maka biaya yang
dikeluarkan oleh petani juga otomatis akan naik, mengingat mahalnya harga
pestisida kimia hal ini menjadi dampak buruk penggunaan pestisida kimia.
7
2014). Biopestisida dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu (1) pestisida
biologis merupakan pestisida yang berasal dari mikroorganisme seperti
bakteri pathogen, virus dan jamur, contohnya Bacillus thuringiensis (Bt). (2)
Pestisida botani merupakan pestisida berbahan dasar dari ekstrak tanaman,
contohnya senyawa piretrum yang diambil dari bunga Chrysanthemum. Dan
(3) pestisida mineral merupakan pestisida yang berbahan dasar mineral
anorganik yang terdapat pada kulit bumi, seperti belerang, minyak dan
kapur. Biopestisida lebih aman dibandingkan dengan pestisida sintetis
karena biopestisida mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari
lingkungan dan ekosistem.
3. Biopestisida Organik
Biopestisida organik adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
tumbuhan, hewan dan bahan organik lainnya yang berkhasiat
mengendalikan hama bagi tanaman. Pestisida organik tidak meninggalkan
residu yang berbahaya bagi tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat
dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan sederhana.
Biopestisida organik digolongkan menjadi dua jenis, yaitu biopestisida
nabati dan biopestisida hewani (Nurbaiti, 2012). Sesuai namanya bahan-
bahan pembuatan pestisida nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
mengandung zat anti serangga, sedangkan pestisida hewani berasal dari
hewan. Bahan dan ramuan pestisida hewani tidak sebanyak bahan ramuan
pestisida nabati, hanya urin sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida,
khusunya untuk pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh virus dan
cendawan (Andoko, 2006).
Pestisida organik dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan
penggunaan pestisida ini dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan
menghindari ketergantungan pada pestisida kimia, karena pestisida kimia
menimbulkan beberapa efek yaitu Resisten terhadap serangga, Resurjensi
serangga sasaran, Dapat mengakibatkan Pencemaran lingkungan, Residu
insektisida dan dapat menekan perkembangan musuh alami hama (Metcalf
8
1982). Selain itu, penggunaan pestisida kimiawi yang berlebih akan
berdampak pada terganggunya keseimbangan ekosistem (Fikriz et al, 2015).
2. Hewani
Pestisida hewani dapat dibuat dari bahan rempah dan limbah ternak.
Pada saat ini banyak pengusaha maupun petani memanfaatkan limbah cair
berupa urin sapi sebagai pestisida hewani yang dapat membantu penekanan
9
biaya produksi pada bidang pertanian (Sihombing, 2000). Limbah urin sapi
sangat bermanfaat bagi tanaman, agar dapat digunakan sebagai pestisida
alami maka perlu dilakukan fermentasi terlebih dahulu atau didiamkan
kurang lebih selama 14 hari.
10
Sama halnya seperti pestisida sinteti atau kimia, pestisida nabati juga
memiliki kelemahan dalam penggunaannya, diantaranya adalah :
1. Cepat terurai sehingga aplikasinya harus lebih sering.
2. Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan serangga/memiliki efek
lambat).
3. Kapasitas produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam
jumlah massal (bahan tanaman untuk pestisidan nabati belum banyak
dibudidayakan secara khusus)
4. Ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas
5. Kurang praktis dan tidak tahan disimpan
Meskipun ada beberapa kekurangan dalam penggunaan pestisida nabati,
tetapi pestisida nabati cukup mampu menekan biaya produksi usahatani, karena
biaya produksi yang sangat murah dan proses pembuatannya yang membutuhkan
alat dan bahan yang sederhana.
11
Menurut Fatonah dalam Tasirilotik (2015) penyemprotan pestisida lebih
efektif dilakukan pada daun, saat stomata membuka maksimal, sehingga pestisida
yang terlarut dalam air akan lebih mudah masuk. Pada pagi hari stomata akan
mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan temperatur yang tidak terlalu
tinggi serta kelembaban yang cukup. Sehingga, penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan pada pagi hari saat stomata membuka maksimal agar pestisida dapat
dengan mudah masuk kedalam tanaman melalui stomata. Hal tersebut didukung
oleh Haryanti dan Tetrinica dalam Tasirilotik (2015) pada organ tanaman juga
terdapat stomata yang memungkinkan kandungan yang ada pada pestisida masuk
sehingga serangga yang memakan bagian tanaman akan mati karena masih
terdapat adanya residu pestisida.
Serangga yang telah memakan bagian tanaman yang terkena residu pestisida
juga akan terkena dampaknya. Menurut Djojosumarto (2008) jika serangga makan
makanan yang telah diberi pestisida maka pestisida akan masuk ke dalam organ
pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya
pestisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang
mematikan.
Serangga yang menghirup bahan aktif yang terdapat dalam pestisida juga
dapat mengalami gangguan sistem pernafasan. Menurut Ajad dalam Tasirilotik
(2015) dinding tubuh serangga dapat menyerap pestisida, membran dasar dinding
tubuh bersifat semipermeabel. Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat
masuk melalui sistem pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus
yang melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran trakea dan
pada akhirnya akan masuk ke dalam jaringan
12
Gambar 2.1 Morfologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
13
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L
2.2.4 Ciri Fisik dan Morfologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Tanaman jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukar (semak) besar
dengan tinggi mencapai lima meter. Cabangnya tidak teratur dan batangnya
berkayu berbentuk silindris dan bergetah. Tanaman ini tahan terhadap kekeringan
dan mampu hidup hingga 50 tahun. Daun jarak pagar berbentuk daun tunggal,
berwarna hijau muda sampai hijau tua. Buah terbentuk dalam waktu 90 hari dari
pembungaan sampai matang (Valya , 2007).
Masa berbuah jarak pagar tidak serentak. Dalam satu rangkaian, bisa
terdapat bunga, buah muda, serta buah yang sudah kering. Bijinya berbentuk bulat
lonjong dan berwarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm,
dan berat 0,4-0,6 gram per biji (Valya, 2007).
Menurut Suryono (2006), bagian-bagian tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L) adalah sebagai berikut :
a. Daun
14
Daun jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5.
Daun tersebar disepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun berwarna
hijau dengan bagian bawah lebih pucat dibandingkan dengan permukaan atas.
Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang 5-
15 cm. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing. Tulang daun
berjari dengan jumlah 5-7 tulang daun utama. Daunnya dihubungkan dengan
tangkai daun. Panjang tangkai daun antara 5-15 cm.
15
Gambar 2.3 Bunga Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
c. Buah
Buah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L) berupa buah kotak berbentuk
bulat telur dengan diameter 2-4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1
cm. Buah berwarna hijau ketika muda serta abu-abu kecokelatan atau kehitaman
ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang masing-masing ruang berisi 1
biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan
berwarna coklat kehitaman.
16
Pada daerah dengan suhu rendah (<18ºC) dapat menghambat pertumbuhan,
sedangkan pada suhu tinggi (>35ºC) dapat menyebabkan gugur daun dan bunga
serta buah menjadi kering sehingga produksi akan menurun. Jarak pagar (Jatropa
curcas L) dapat tumpuh pada daerah yang kurang subur tetapi tetapi dengan
drainase baik dan tidak tergenang air serta memiliki pH tanah antara 5,0-6,5.
Dalam perkembangannya jarak pagar (Jatropa curcas L) juga dapat ditemui di
lahan kering dataran rendah beriklim basah sebagai pagar pekarangan rumah atau
kebun (Suryono, 2006).
17
pagar merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup lebih dari 20 tahun apabila
dipelihara dengan baik (Suryono, 2006).
18
Senyawa ini bersifat sebagai penolak serangga (repellent) karena ada
bau menyengat yang tidak disukai oleh serangga sehingga serangga tidak
mau makan. Senyawa ini juga berperan sebagai racun perut yang dapat
mematikan serangga. Senyawa ini akan masuk ke dalam saluran pencernaan
melalui makanan yang mereka makan, kemudian diserap oleh saluran
pencernaan tengah (Junuar, dalam Maruni, M. dkk :2014).Menurut Darwiati
dalam Hanifah (2013), senyawa terpenoid pada tumbuhan berfungsi sebagai
racun serangga, bakteri, dan jamur.
4. Fenol
Senyawa fenol dilaporkan mampu menyebabkan kebocoran nutrien
sel dengan cara merusak ikatan hidrofobik komponen membran sel (seperti
protein dan fosfolipid) serta larutnya komponen-komponen yang berikatan
secara hidrofobik yang berakibat meningkatnya permeabilitas membran
(Windarwati, dalam Maruni dkk:2014).
5. Flavonoid
Senyawa toksik lainnya yang terkandung dalam filtrat daun jarak
pagar yaitu senyawa flavonoid. Senyawa ini bekerja sebagai inhibitor
pernafasan (Agnetha dalam Maruni, M. dkk : 2014)
19
Dalam penelitian Maruni, 2014, filtrat daun jarak pagar positif berpengaruh
terhadap mortalitas keong mas yang merupakan hama tanaman padi.
Diantara beberapa kandungan senyawa aktif yang terdapat di dalam daun
jarak pagar terdapat beberapa senyawa aktif yang memiliki fungsi sebagai
repellent dan antifedent yaitu alkaloid dan flavonoid. Kandungan senyawa
tersebut berkerja sebagai penolak serangga untuk makan, mengurangi nafsu
makan serangga sehingga menyebabkan serangga mati kelaparan dan
menghambat perkembangan serangga (Prijono dalam Afifah, F. dkk : 2014).
20
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alynidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : L. Acuta
21
Gambar Siklus Hidup Walang Sangit Siwi et al., dalam Syaiful dan
Thamrin, 2014
22
Sedangkan residu BPMC dalam tanah sawah terukur berkisar dari 42-406 ppb.
Umumnya residu BPMC yang ditemukan berada di atas batas maksimum residu
(100 ppb), hanya 4 lokasi yang kadarnya di bawah batas maksimum tersebut.
Hasil penelitian kadar residu tertinggi Insektisida yang ditemukan dalam tanah
dan beras adalah sebagai berikut : (Tabel 2.1)
Tabel 2.1 Kadar residu tertinggi Insektisida yang ditemukan dalam Tanah
dan Beras di beberapa daerah Jawa Barat
23
Dampak penggunaan pestisida dengan bahan aktif BPMC yang cukup efektif
terhadap walang sangit dalam penelitian tersebut menunjukkan bahan aktif
tersebut memiliki dampak negatif yaitu munculnya residu yang tidak hanya
terdapat pada beras tetapi juga berdampak juga pada tanah. Residu pestisida yang
ada pada beras akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan yang berbahaya
bagi pengkonsumsi beras tersebut. Residu pestisida yang muncul disebabkan oleh
penggunaan konsentrasi pestisida kimia yang berlebihan oleh petani. Dalam
penggunaan pestisida ini petani cenderung terus menambah dosis atau
konsentrasi. Penambahan konsentrasi yang dilakukan oleh petani disebabkan oleh
resistensi hama, sehingga petani beranggapan bahwa penambahan konsentrasi
pestisida yang dilakukan berulang-ulang akan menghambat pertumbuhan hama
semakin cepat. Anggapan petani tentang penambahan konsentrasi pestisida kimia
tersebut tidak akan mengurangi populasi hama, tetapi akan menambah jumlah
populasi hama karena hama akan menjadi lebih resisten terhadap pestisida kimia
yang diberikan selain itu penggunaan pestisida kimia yang berulang-ulang dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan residu pestisida kimia pada produk
pertanian.
24
melubangi bulir padi pada waktu menghisap tetapi menusuk melalui rongga
diantara lemma dan palea.
Dalam keadaan yang tidak terdapat bulir yang masak susu, walang sangit
masih dapat memakan bulir padi yang mulai mengeras dengan mengeluarkan
enzim yang dapat mencerna karbohidrat (Tjahjono dan Harahap, 1994). Kira-kira
bulan Maret, padi akan berbunga dan mulai masak susu maka walang sangit mulai
berkeliaran di sekitar tanaman padi. Jika panen selesai walang sangit pindah
tempat ke padang rumput untuk mencari makanan (Sribimawati, 1995)
Penyebaran hama walang sangit tidak hanya terbatas di Jawa barat tetapi di
daerah Jawa tengah, Jawa timur, Sumatera, dan Kalimantan. Cara membasmi
walang sangit ini bermacam-macam misalnya ditangkap dengan jaring bambu,
jaring dipasang di tengah sawah di beri getah ada pula yang memancing dengan
cahaya lampu yang dibawahnya dipasang ember berisi air (Sribimawati, 1995).
25
Fase pertumbuhan padi terdiri dari, fase pertumbuhan vegetatif yang
merupakan fase yang menyebabkan terjadinya perbedaan umur panen,
pertumbuhan anakan bertambah cepat tanaman bertambah tinggi dan daun
tumbuh secara regular. Pertumbuhan aktif ditandai dengan pertambahan anakan
yang cepat sampai tercapainya anakan maksimal (Anonim, 2008b).
Fase reproduksi ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas pada
batang yang sebelumnya tertumpuk rapat pada permukaan tanah. Fase ini juga
ditandai dengan kurangnya jumlah anakan, muncul daun bendera, bunting dan
berbunga (Ismunadji dan Manurung, 1998).
Pembungaan adalah stadia keluarnya malai. Dalam suatu rumpun atau suatu
komunitas tanaman, fase pembungaan memerlukan waktu selama 10-40 hari,
karena terdapat perbedaan laju perkembangan antar tanaman maupun antar
anakan. Apabila fase 50 % bunga telah keluar, maka pertanaman diangap dalam
fase berbunga. Pertumbuhan memasuki stadia pemasakan yang terdiri dari masak
susu (masa bertepung), menguning dan masak panen dengan penuaan daun. Suhu
sangat mempengaruhi periode pemasakan (Aak, 1994).
International Rice Research Institut (Institut Penelitian Padi Internasional)
IRRI telah menghasilkan lagi padi jenis baru yaitu IR 23 padi ini dapat dituai
pada umur 120 hari dan lebih tahan terhadap penyakit. Dalam penelitian
selanjutnya menghasilkan peyilangan-peyilangan dengan nama baru dengan nama
IR 26, IR 30, IR 32 dan IR 36 (Sugeng, 2001).
Manfaat padi dalam bentuk beras menyediakan sekitar 21 % dari total kalori
pangan bagi penduduk Dunia, terutama penduduk Asia termasuk Indonesia.
Diperkirakan beras menyumbangkan 60-80 % kalori dan 45-55 % protein dalam
umur rata-rata masyarakat Indonesia. Walaupun demikian penelitian terhadap
struktur, anatomi, komposisi dan sifat beras ternyata relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan serealia lainnya seperti terigu dan jagung (Damardjati,
1998).
26
Dari hasil penelitian Afifah (2014) menunjukkan bahwa kandungan terpenoid
pada tanaman tembakau bersifat sebagai penolak serangga (repellent) karena ada
bau menyengat yang tidak disukai oleh serangga sehingga walang sangit tidak
mau makan, yang berakibat terhadap mortalitas walang sangit.
Hasil penelitian Mario (2008) juga menunjukkan bahwa kandungan alkoloid
dan saponin dari biji jarak pagar berpengaruh terhadap mortalitas kumbang bubuk
(Sitophilus zeamais). Hasil penelitian Hardiansyah(2011) daun tanaman jarak
pagar mengandung senyawa fenol, terpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin.
Senyawa aktif tersebut dapat dijadikan bahan dalam pembuatan pestisida nabati.
Senyawa aktif yang terdapat di dalam daun jarak pagar terdapat beberapa senyawa
aktif yang memiliki fungsi sebagai repellent dan antifeddent yaitu alkaloid dan
flavonoid. Kandungan senyawa tersebut berkerja sebagai penolak serangga untuk
makan, mengurangi nafsu makan serangga sehingga menyebabkan serangga mati
kelaparan dan menghambat perkembangan serangga (Prijono dalam Afifah,dkk :
2014).
27
informasi, atau gambarantentang sebuah perusahaan, instansi, produk, atau jasa,
atau bisa juga berisi sebuah ide dan kegiatan. Dengan brosur konsumen akan lebih
mudah dalam memahami kelebihan produk yang ditawarkan. Untuk itu brosur
dibuat sejelas mungkin tentang produk produk yang akan ditawarkan kepada
konsumen. Beberapa hal berikut yang mempengaruhi kualitas sebuah brosur
diantaranya, yaitu (Ardani,2012) :
1. Teks,pada sebuah brosur, teks merupakan sebuah penjelasan dari apa yang
perlu dijelaskan, brosur yang terlalu banyak teks, akan sulit sampai tepat
sasaran, karena banyak teks menjadikan orang malas untuk membaca dan
hampir-hampir tidak ada sama sekali konten bergambar, hindari design brosur
yang seperti ini.
2. Paragraf, jika semua isi berupa paragraf, tanpa ada tabel, sub-bagian dan lain-
lain, kesannya seperti koran. usahakan brosur tidak monotone, singkat dan
jelas.
3. Font Style, font memang mempunyai daya tarik tersendiri untuk sebagian
pembaca, dengan berbagai style font bisa menarik pembaca untuk
melanjutkan membaca seluruh isi brosur, Maka, yang terbaik adalah
menggunakan font yang sederhana, mungkin sans serif font yang bersih dan
mudah dimengerti bisa jadi andalan.
4. Gambar, seperti yang pada poin satu, terlalu banyak teks menjadikan orang
atau pembaca menjadi malas, karena tidak semua orang senang membaca,
dan begitulah dengan gambar, Jika isi brosur penuh dengan gambar tanpa ada
teks, pembaca bingung akan maksud brosur tersebut. Usahakan seimbang
antara gambar dan teks.
5. Warna, pada pewarnaan, lihat tujuan dan sasaran brosur, jika sasaran brosur
untuk anak-anak atau bidang yang dibahas dalam brosur itu tema anak-anak,
maka baik menggunakan banyak macam warna. Namun, jangan sampai anda
mendesign brosur dengan banyak warna ketika sasaran pada sebuah instansi
atau orang-orang penting. karena kesannya seperti kurang resmi.
28
Menurut Marlia dalam Hidayah (2009), sebagai media pembelajaran
brosur juga mempunyai kelebihan diantaranya adalah :
1. Brosur dapat diproduksi dengan mudah dan murah
2. Bentuknya menarik dan praktis
3. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah minat pembaca untuk
membacanya
4. Brosur dapat dengan mudah diperoleh
Menurut Sofiah, D (2015) kekurangan dari brosur itu sendiri adalah :
1. Sulit untuk memberikan bimbingan kepadapara pembacanya yang mengalami
kesulitan dalam memahami bagian tertentu dari isi yang ada dalam brosur
tersebut.
2. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki
banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban
yang kompleks dan mendalam.
29
Namun, terdapat alternatif lain untuk menangani dampak dari pestisida sintetis
tersebut, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati. Penggunaan pestisida nabati
ini diperoleh dari bagian-bagian tanaman yang memiliki senyawa bioaktif yang
dapat digunakan sebagai pembasmi hama. Bagian tanaman jarak pagar yang dapat
digunakan sebagai pestisida nabati adalah biji jarak pagar yang mengandung
senyawa saponin dan alkaloid. Pada daun jarak pagar, juga mengandung senyawa
saponin dan alkaloid, tetapi selain itu juga mengandung senyawa fenol, terpenoid,
dan flavonoid.
Senyawa saponin dapat menyebabkan hemolisis, merusak membran sel dan
mengganggu metabolisme serangga. Senyawa alkaloid merupakan senyawa
bersifat toksik menyebabkan kelumpuhan dan terhentinya pernafasan serangga.
Flavonoid merupakan racun pernafasan.
Padi
Walang Sangit
(Leptocorisa acuta)
Menyebabkan turunnya
produktivitas tanaman padi
Untuk Alternatif :
Dampak
menanggulangi hama Dengan menggunakan
Penggunaan
tersebut digunakan
Pestisida Kimia : pestisida nabati
pestisida kimia
1. Pencemaran
Lingkungan
Kelebihan Pestisida Nabati :
2. Residu yang 1. Relatif lebih aman pada
berbahaya manusia
bagi mahluk 2. Tidak meninggalkan
hidup resdidu yang berbahaya
bagi mahluk hidup dan
lingkungannya
Jarak Pagar (Jatropha curcas
30
Filtrat Daun Jarak Pagar L)
(Jatropha curcas L)
Biji Jarak Pagar Daun Jarak Pagar
Gambar 2.6 Skema Kerangka Berpikir
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir maka dapat diambil hipotesis pada penelitian
ini adalah ada pengaruh pemberian pestisida nabati filtrat daun jarak pagar
(Jatropha curcas L) terhadap mortalitas walang sangit (Leptocorisa acuta).
31
32