0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan3 halaman

Resume Kimia Farmasi - Anisya Putri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 3

NAMA : ANISYA PUTRI OKTAVIANI

KELAS : XI FARMASI

HARI, TANGGAL : KAMIS, 31 MARET 2022

MAPEL : KIMIA FARMASI

RESUME FORMULASI DAN EVALUASI KOSMETIK DEKORATIF PERONA PIPI DARI


EKSTRAK ANGKAK (Monascus purpureus) SEBAGAI PEWARNA DENGAN
MENGGUNAKAN LESITIN SEBAGAI PELEMBAB KULIT

I. Pendahuluan
Kosmetik secara luas digunakan untuk kecantikan maupun untuk kesehatan. Salah
satu contoh kosmetika dekoratif adalah perona pipi, fungsinya adalah untuk memberikan
aksen tirus dan lebih segar pada wajah. Warna perona pipi yang digunakan harus disesuaikan,
warna kemerah-merahan atau warna yang digunakan sesuai maksud dan tujuan.
Pewarna alami yang digunakan pada penelitian ini adalah Monascus purpureus yang
merupakan kapang utama pada angkak. Angkak adalah beras yang difermentasi oleh kapang
sehingga penampakannya berwarna merah. Kapang menghasilkan pigmen yang tidak toksik
dan tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh.
Bentuk sediaan produk perona pipi pada penelitian ini dibuat dalam bentuk sediaan
padat atau compact powder. Pemilihan sediaan dalam bentuk compact powder bertujuan agar
pemakaian perona pipi lebih mudah, hasil akhir yang lembut, bebas dari partikel kasar, dan
mudah diaplikasikan. Compact powder adalah sediaan kosmetik dekoratif dan perawatan kulit
yang ditujukan untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit dan noda.

II. Metode penelitian


a. Pembuatan ekstrak
Ekstraksi angkak (Monascus purpureus) dilakukan dengan cara dingin menggunakan
metode maserasi. Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam maserator
kemudian tambahkan etanol 96% sampai simplisia terendam. Maserasi berlangsung
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan.
b. Pembuatan Larutan Induk Ekstrak
Larutan induk ekstrak angkak dibuat pada konsentrasi 1.000 µg/mL dengan
menggunakan etanol dan air sebagai pelarut.
c. Pemeriksaan Kestabilan Zat Warna
Hasil ekstraksi zat warna diperiksa kestabilannya dengan cara :
 Kestabilan Warna Tanpa Pengaruh
Masing-masing sebanyak 5 mL larutan induk diencerkan dengan etanol dan
aquadest dalam labu ukur 50 mL (1000 µg/mL). Kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum
 Kestabilan Warna dengan Pengaruh Suhu
Dilakukan dengan memanaskan masing-masing sebanyak 5 mL sampel
dilarutkan dalam aquadest dan juga etanol dalam labu ukur 50 mL hingga
suhu 40OC-100OC. Kemudian absorbansinya diukur menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang yang telah ditentukan
sebelumnya.
 Kestabilan Warna dengan pH
Dilakukan dengan cara membuat ekstrak zat warna pada pH 4-10. Pada
pengujian optimasi dilakukan dengan penambahan larutan buffer. Masing-
masing sebanyak 5 mL sampel ditambahkan buffer fosfat ini campuran
Na2HPO4 (monosodium) dengan NaH2PO4 (disodium) untuk mendapatkan
pH yang diinginkan. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang yang telah ditentukan
sebelumya
 Kestabilan Warna dengan Pengaruh Kondisi Penyimpanan
Masing-masing sebanyak 5 mL larutan induk dalam aquadest maupun etanol
disimpan pada temperatur kamar 28 °C dan pada temperatur 4 °C (kulkas)
selama 24 jam. Kemudian diencerkan dengan aquadest maupun etanol dalam
labu ukur 50 mL. Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis pada panjang gelombang yang telah ditentukan sebelumnya

d. Evaluasi sediaan
1. Pengamatan Organoleptik
Dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan yang meliputi bentuk,
warna, dan bau pada sediaan perona pipi.
2. Uji Homogenitas
Warna Syarat homogenitas warna yang baik adalah zat warna harus terbagi
rata didalam pembawa serbuk
3. Uji pH
Syarat pH sediaan perona pipi yang baik sesuai dengan pH kulit secara umum
adalah 4,5-7,0.
4. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal
panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan
iritasi pada kulit atau tidak.
5. Uji Keretakan
Sediaan dijatuhkan pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 25
cm. Diamati bentuknya, sediaan yang tidak pecah dinyatakan memenuhi
syarat
6. Uji Kekerasan
Sediaan yang diuji kekerasannya dengan cara menggunakan alat uji
kekerasan (Hardness tester). Ditandai dengan sediaan yang dibuat tidak
mudah retak dan pecah.
7. Uji Kesukaan
Uji Kesukaan juga disebut uji hedonik, dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Rentangan skor penilaian
adalah 4 sampai 1 sebagai berikut :
a. Sangat suka : 4
b. Suka :3
c. Kurang suka : 2
d. Tidak suka :1
8. Uji Kelembaban
Pengujian kelembaban ini dilakukan kepada sukarelawan, uji kelembaban ini
dilakukan untuk mengetahui kelembaban pada kulit. Efektivitas perona pipi
dapat diamati dan dilihat dengan menggunakan kamera foto dan alat skin
moisturizer analysis yaitu dengan cara membandingkan foto kulit sebelum
dan sesudah pemakaian.

Anda mungkin juga menyukai