0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan12 halaman

Artikel - Masayu Nawira Haifa - 5 KD

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 12

FORMULASI DAN EVALUASI KOSMETIK DEKORATIF PERONA PIPI

DARI EKSTRAK ANGKAK (Monascus purpureus) SEBAGAI PEWARNA


DENGAN MENGGUNAKAN LESITIN SEBAGAI PELEMBAB KULIT

Masayu Nawira Haifa*1


DIII Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30139 Fax:
+62711355918
e-mail : nawira77@gmail.com

ABSTRAK

Perona pipi merupakan salah satu contoh kosmetik dekoratif fungsinya adalah
untuk memberikan aksen tirus dan lebih segar pada wajah. Pewarna alami yang
digunakan pada penelitian ini adalah angkak yang merupakan hasil fermentasi dari
kapang (Monascus purpureus). Selain digunakan sebagai kosmetik, angkak juga bisa
digunakan sebagai pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembuatan perona pipi dari ekstrak angkak (Monascus purpureus) dalam bentuk compact
powder dengan menggunakan lesitin sebagai pelembab. Ekstraksi dilakukan dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Lesitin sebagai pelembab dalam
formula perona pipi yang divariasikan dengan konsentrasi F0 0%, F1 1%, FII 2%, FIII
3% dan diperoleh formula terbaik yaitu pada formula II dengan konsentrasi lesitin 2%
dengan hasil uji stabilitas sediaan, uji organoleptik, uji homogenitas warna, uji pH, uji
iritasi, uji keretakan, uji kekerasan, uji kesukaan, dan uji kelembaban. Hasil kelembaban
sediaan perona pipi selama 2 minggu menunjukkan bahwa formula II adalah formula
terbaik dengan hasil 42,3%. Hasil pengamatan sediaan perona pipi compact powder yang
didapat memenuhi persyaratan yang berlaku dengan menggunakan lesitin dalam formula
perona pipi sebagai pelembab.
Kata kunci: Angkak, perona pipi, lesitin, compact powder

FORMULATION AND EVALUATION OF BLUSHER FROM Monascus


purpureus EXTRACTS AS COLORING AGENT USING LECITHIN AS A SKIN
MOSITURIZER

ABSTRACT

Blusher is one example of decorative cosmetics function is to provide acute and


fresh on the face. Natural dyes were used in this study is a red yeast rice (Monascus
purpureus). Where angkak addition to use as cosmetics can also be used as a treatment.
This study aims to determine the process of making a blusher from the extract of red yeast
rice (Monascus purpureus) in the form of compact powder, using lecithin as a
moisturizer. Extraction is done by maceration method using ethanol 96%. Lecithin as a
moisturizer in a formula blusher varied with concentration F0 0%, F1 1%, FII 2%, FIII
3% and obtained the best formula II with a concentration of lecithin is 2% with the results
of stability test preparation, organoleptic test, test color homogeneity, pH test, irritation
test, cracking test, hardness test, hedonic test, and humidity test, results humidity blusher

1
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi
dosage for 2 weeks showed that the formula 2 is the best formula with the results.
Observations blusher compact powder preparations obtained meet the various
requirements applicable to the use of lecithin in blusher as a moisturizing formula.
Key words: Red yeast rice, blusher, lecithin, compact powder
Bentuk sediaan produk perona pipi
PENDAHULUAN pada penelitian ini dibuat dalam bentuk
Kosmetik telah menjadi bagian sediaan padat atau compact powder.
kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Pemilihan sediaan dalam bentuk compact
Kosmetik berasal dari kata Yunani powder bertujuan agar pemakaian perona
“kosmein” artinya berhias. Kosmetik pipi lebih mudah, hasil akhir yang lembut,
secara luas digunakan untuk kecantikan bebas dari partikel kasar, dan mudah
maupun untuk kesehatan (Polii et al., diaplikasikan. Compact powder adalah
2013). sediaan kosmetik dekoratif dan perawatan
Salah satu contoh kosmetika kulit yang ditujukan untuk
dekoratif adalah perona pipi, fungsinya menyembunyikan kekurangan pada kulit
adalah untuk memberikan aksen tirus dan dan noda (Justitia, 2014).
lebih segar pada wajah. Gradasi warna Lesitin merupakan agent emulsifier
perona pipi tersedia dalam berbagai yang berasal dari kuning telur, dimana bisa
pilihan warna yaitu merah, merah muda, memperendah tegangan antara lemak dan
jingga, juga kecoklatan. Warna perona air, tetapi mampu menjaga kestabilan
pipi yang digunakan harus disesuaikan, emulsi dalam sediaan (Hartomo &
warna kemerah-merahan atau warna yang Widiatmoko, 1993).
digunakan sesuai maksud dan tujuan. Jika
digunakan secara benar, maka hal tersebut METODE PENELITIAN Alat
dapat menonjolkan kelebihan dan Alat-alat yang digunakan dalam
mengurangi kekurangan bentuk dan kulit penelitian ini meliputi timbangan analitik,
wajah (Tranggono & Fatimah, 2007). mesh 60 dan 100, alat-alat gelas, alat
Pewarna alami yang digunakan pada maserasi, mortir dan stemper.
penelitian ini adalah Monascus purpureus
yang merupakan kapang utama pada Bahan
angkak. Angkak adalah beras yang Bahan yang digunakan pada
difermentasi oleh kapang sehingga penelitian ini adalah talkum (Brataco),
penampakannya berwarna merah. Angkak ekstrak angkak, lesitin (Merck), seng
sudah sejak lama digunakan sebagai bahan stearat (Brataco), sodium lauril sarkosinat
bumbu, pewarna, dan obat karena (Brataco), titanium dioksida (Brataco),
mengandung bahan bioaktif berkhasiat. lanolin (Brataco), setil alkohol (Brataco),
Kapang menghasilkan pigmen yang tidak gliserin (Brataco), DMDM hydantoin
toksik dan tidak mengganggu sistem (Brataco), paraffin liquid (Brataco), oleum
kekebalan tubuh (Yuliana et al., 2017). rosae (Brataco).
Perona pipi bertujuan untuk
memerahkan pipi, sehingga penggunanya Pembuatan Ekstrak
tampak lebih cantik dan segar. Ekstraksi angkak (Monascus
Kadangkadang dipakai langsung, tetapi purpureus) dilakukan dengan cara dingin
lebih sering sebagai foundation. Perona menggunakan metode maserasi. Ekstraksi
pipi ini dipasarkan dalam bentuk Loose dilakukan dengan cara merendam serbuk
atau compact powder, fat-based make-up, dalam maserator kemudian tambahkan
emulsi cair atau krim, jernih, dan gel etanol 96% sampai simplisia terendam.
(Tranggono & Fatimah, 2007). Maserasi berlangsung selama 24 jam

2
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

sambil sesekali dilakukan pengadukan. Kestabilan Warna dengan pH


Maserat dikeluarkan dari maserator, Pemeriksaan kestabilan zat warna
kemudian residu direndam lagi beberapa terhadap perubahan pH dilakukan dengan
kali sampai maserat tidak lagi berwarna. cara membuat ekstrak zat warna pada pH
Setelah itu, maserat yang dihasilkan 4-10. Pada pengujian optimasi dilakukan
diuapkan dengan menggunakan rotary dengan penambahan larutan buffer.
evavorator sampai terbentuk ekstrak Masing-masing sebanyak 5 mL sampel
kental (Harborne et al., 2006). ditambahkan buffer fosfat ini campuran
Na2HPO4 (monosodium) dengan
Pembuatan Larutan Induk Ekstrak NaH2PO4 (disodium) untuk mendapatkan
Larutan induk ekstrak angkak dibuat pH yang diinginkan. Kemudian diukur
pada konsentrasi 1.000 µg/mL dengan absorbansinya menggunakan
menggunakan etanol dan air sebagai spektrofotometri UV-Vis pada panjang
pelarut (Woo, 2011). gelombang yang telah ditentukan
sebelumya (Woo, 2011).
Pemeriksaan Kestabilan Zat Warna
Hasil ekstraksi zat warna diperiksa Kestabilan Warna dengan Pengaruh
kestabilannya dengan cara : Kondisi Penyimpanan
Masing-masing sebanyak 5 mL
Kestabilan Warna Tanpa Pengaruh larutan induk dalam aquadest maupun
Masing-masing sebanyak 5 mL etanol disimpan pada temperatur kamar 28
°
larutan induk diencerkan dengan etanol C dan pada temperatur 4 °C (kulkas)
dan aquadest dalam labu ukur 50 mL selama 24 jam. Kemudian diencerkan
(1000 µg/mL). Kemudian diukur dengan aquadest maupun etanol dalam
absorbansinya menggunakan labu ukur 50 mL. Absorbansi diukur
spektrofotometri UV-Vis pada panjang dengan menggunakan spektrofotometri
gelombang maksimum (Woo, 2011). UV-Vis pada panjang gelombang yang
telah ditentukan sebelumnya (Woo,
Kestabilan Warna dengan Pengaruh 2011).
Suhu
Pemeriksaan kestabilan zat warna Evaluasi Sediaan
terhadap perubahan suhu dilakukan 1. Pengamatan Organoleptik
dengan memanaskan masing-masing Dilakukan dengan mengamati
sebanyak 5 mL sampel dilarutkan dalam perubahan-perubahan yang meliputi
aquadest dan juga etanol dalam labu ukur bentuk, warna, dan bau pada sediaan
50 mL hingga suhu 40OC-100 OC. perona pipi (Septiani et al., 2012). 2. Uji
Kemudian absorbansinya diukur Homogenitas Warna Syarat homogenitas
menggunakan spektrofotometri UV-Vis warna yang baik adalah zat warna harus
pada panjang gelombang yang telah terbagi rata didalam pembawa serbuk
ditentukan sebelumnya (Woo, dkk., (Sagarin & Strianse, 1972).
2011). 3. Uji pH
Syarat pH sediaan perona pipi yang
baik sesuai dengan pH kulit secara

3
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

umum adalah 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, a. Sangat suka :4


1997). b. Suka :3
4. Uji Iritasi c. Kurang suka :2
Uji iritasi dilakukan dengan cara d. Tidak suka :1
mengoleskan sediaan uji pada kulit 8. Uji Kelembaban Pengujian kelembaban
normal panel manusia untuk ini dilakukan kepada sukarelawan, uji
mengetahui apakah sediaan tersebut kelembaban ini dilakukan untuk
dapat menimbulkan iritasi pada kulit mengetahui kelembaban pada kulit.
atau tidak (Tranggono & Fatimah, Pada pengujian ini didapat sukarelawan
2007). 12 orang dengan masing-masing
5. Uji Keretakan jumlah 3 orang untuk masing-masing
Sediaan dijatuhkan pada permukaan formula F0, FI, FII, dan FIII. Penelitian
kayu beberapa kali pada ketinggian 25 perona pipi dilakukan selama 2 minggu
cm. Diamati bentuknya, sediaan yang dengan waktu pengamatan hari ke 2, 4,
tidak pecah dinyatakan memenuhi 6, 8, 10, dan 12. Efektivitas perona pipi
syarat (Butler, 2000). dapat diamati dan dilihat dengan
6. Uji Kekerasan menggunakan kamera foto dan alat skin
Sediaan yang diuji kekerasannya moisturizer analysis yaitu dengan cara
dengan cara menggunakan alat uji membandingkan foto kulit sebelum dan
kekerasan (Hardness tester). Ditandai sesudah pemakaian setelah 2 minggu
dengan sediaan yang dibuat tidak mudah (Trookman et al., 2009).
retak dan pecah (Butler, 2000). 7. Uji
Kesukaan HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Kesukaan juga disebut uji hedonik, Kestabilan Zat Warna
dilakukan untuk mengetahui tingkat Tanpa Pengaruh
kesukaan panelis terhadap sediaan Hasil kestabilan warna
yang dibuat (Butler, 2000). Rentangan ekstrak tanpa pengaruh suhu dan pH dapat
skor penilaian adalah 4 sampai 1 dilihat pada Gambar 1.
sebagai berikut :

Gambar 1. Kurva panjang gelombang ekstrak Angkak (Monascus purpureus)


terhadap absorbansi

4
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

Hasil Uji Stabilitas Terhadap Suhu


Hasil kestabilan warna ekstrak dengan pengaruh suhu seperti pada Gambar 2.

Stabilitas suhu Suhu 100oC

1.000
Suhu 90oC
0.800
Suhu 80oC
0.600
Suhu 70oC
0.400
Suhu 60oC
0.200
Suhu 50oC
0.000
400 450 500 550 600 650 700 750 800 Suhu 40oC
Panjang gelombang (nm)

Gambar 2. Kurva hubungan panjang gelombang terhadap absorbansi


dengan variasi suhu

Hasil Uji Stabilitas Warna Ekstrak Terhadap pH


Hasil uji stabilitas warna ekstrak terhadap pH terdapat pada Gambar 3.
0.700 Ekstrak
0.600 pH 10

0.500 pH 9
0.435 pH 8
0.400
pH 7
0.300
pH 6
0.200
pH 5
0.100 pH 4
0.000
400 450 500 550 600 650 700 750 800
Panjang gelombang (nm)

Gambar 3. Kurva panjang gelombang ekstrak Angkak (Monascus purpureus)


semua pH
ekstrak angkak dimasukan kedalam mortir
Tahapan Pembuatan Sediaan Perona yang lain dan digerus sambil tambahkan
Pipi Compact Powder Formula talkum sedikit demi sedikit sampai
ditampilkan pada Tabel 1. Sebagian homogen dan dicampurkan kedalam
talkum dicampur dengan natrium lauril campuran diatas, kemudian gerus lagi
sarkosinat, titanium dioksida, sing stearat hingga homogen (massa 1).
dicampur hingga homogen, kemudian

5
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Kemudian paraffin liquid, lanolin, powder. Masukan dalam wadah perona


setil alkohol, gliserin dilebur diatas pipi dan lakukan evaluasi.
penangas air sampai campuran bahan
tersebut mencair (massa 2). Kemudian
ditambahkan lesitin, DMDM Hydantoin,
BHT, dan oleum rosae hingga homogen
(massa 3) campurkan massa 1, massa 2
dan massa 3 digerus sampai diperoleh
massa yang homogen dan diayak dengan
menggunakan pengayak mesh 60, lalu
dikeringkan dalam lemari pengering ± 20
menit pada suhu ± 500C. Kemudian diayak
dengan pengayak no 100. Dikempa
dengan menggunakan pencetak compact
sehingga didapat basis yang memenuhi

Tabel 1. Rancangan Pembuatan Formula Perona Pipi

Bahan Fungsi 0 (%) I (%) b/b II (%) b/b III (%)


b/b b/b
Ekstrak angkak Zat aktif 15,00% 15,00% 15,00% 15,00%
Natrium Surfaktan 0,75 0,75 0,75 0,75
lauril
sarkosinat
Titanium dioksida Pigmen putih 7,50 7,50 7,50 7,50

Zink stearat Penstabil warna 11,25 11,25 11,25 11,25


Paraffin liquid Zat tambahan 2,30 2,30 2,30 2,30
Lanolin Pengemulsi 1,00 1,00 1,00 1,00
Setil alkohol Pengemulsi 0,75 0,75 0,75 0,75
Lesitin Pelembab 0,00% 1,00% 2,00% 3,00%
DMDM Pengawet 0,50 0,50 0,50 0,50
Hydantoin
Oleum rosae Pewangi 0,12 0,12 0,12 0,12
BHT Antioksidan 0,02 0,02 0,02 0,02
Talkum ad Bahan pengisi 100 100 100 100
Hasil Optimasi Pembuatan Sediaan syarat. Kemudian untuk meningkatkan
Perona Pipi gradasi warna dengan meningkatkan
Pada pembuatan perona pipi konsentrasi ekstrak angkak (Monascus
dilakukan optimasi basis perona pipi purpureus) sehingga gradasi warna akan
dengan tujuan untuk memperoleh basis lebih terlihat. Adanya penambahan lesitin
yang diinginkan mengenai jumlah yang bertujuan untuk melembabkan kulit,
konsentrasi fase minyak yaitu paraffin sehingga disamping menambahkan basis
liquid, lanolin, setil alkohol, dan gliserin warna yang bagus perona pipi yang dibuat

6
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai


pelembab kulit. Hasil optimasi bahan Evaluasi Sediaan Perona Pipi Hasil Uji
pewarna alami ekstrak angkak (Monascus Organoleptik
purpureus) pembuatan perona pipi didapat Pengujian ini dilakukan dengan
hasil yaitu dengan konsentrasi yang mengamati perubahan-perubahan yang
digunakan sebanyak 15%. meliputi bentuk, warna dan bau pada
sediaan perona pipi pengamatan dilakukan
Stabilitas Sediaan selama 4 minggu (Septiani et
Hasil uji stabilitas cycling test
sediaan terdapat pada Tabel 2.
al., 2012). Hasil uji organoleptik pada 4 organoleptik ini dapat dapat dikatakan minggu
tidak terjadi perubahan warna sediaan stabil.
sediaan, bentuk, dan bau. Pada uji

Tabel 2. Hasil Uji Stabilitas Cycling Test Sediaan

Lama Pengamatan (hari)


Pengamatan Sediaan
1 5 10 15 20 25 30
0 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Bentuk 2 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah


0 Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
1
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
2 Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
Warna Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
3
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda

Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau


0 Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
1
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
2 Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
Bau Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
3
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Perubahan Warna Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
0
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
1
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
2
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda

7
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah


3
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Keterangan:
Sediaan 0 : Formula dengan konsentrasi pelembab 0%
Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pelembab 1%
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pelembab 2%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pelembab 3%

F0 F1 F2 F3

Gambar 4. Hasil stabilitas sediaan perona pipi

Evaluasi Sediaan Perona Pipi Hasil Uji


Organoleptik
Pengujian ini dilakukan dengan
mengamati perubahan-perubahan yang
meliputi bentuk, warna dan bau pada
sediaan perona pipi pengamatan

8
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

dilakukan selama 4 minggu (Septiani et organoleptik ini dapat dapat dikatakan


al., 2012). Hasil uji organoleptik pada 4 sediaan stabil (Tabel 3).
minggu tidak terjadi perubahan warna
sediaan, bentuk, dan bau. Pada uji
Homogenitas Uji pH

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik

Lama Pengamatan (hari)


Pengamatan Sediaan
1 5 10 15 20 25 30
0 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Bentuk 2 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah


0 Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
1
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
2 Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
Warna Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah
3
Muda Muda Muda Muda Muda Muda Muda

Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau


0 Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
2
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
3 Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
Bau Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau Bau Bau Bau Bau Bau Bau
4
Khas Khas Khas Khas Khas Khas Khas

Pengujian homogenitas penting Pengujian pH dilakukan untuk


dilakukan untuk mengetahui apakah mengetahui apakah pH sediaan perona
sediaan perona pipi yang dihasilkan telah pipi telah memenuhi persyaratan atau
memenuhi persyaratan estetika atau tidak. tidak. Hasil uji pH formula 0 yang tanpa
Syarat homogenitas warna yang baik menggunakan lesitin menghasilkan pH 6,
adalah zat warna harus terbagi rata formula I menggunakan lesitin dengan
didalam pembawa serbuk (Sagarin & konsentrasi 1% menghasilkan pH 7,
Strianse, 1972). Sediaan bisa dikatakan formula II menggunakan lesitin dengan
homogen bila tidak terdapat konsentrasi 2% menghasilkan pH 7,
partikelpartikel kasar atau ketidak formula III menggunakan lesitin dengan
homogenan. Hasil uji homogenitas perona konsentrasi 3% menghasilkan pH 7. Hasil
pipi tersebut homogen tidak ada gumpalan uji menunjukkan bahwa dengan
dan sesuai syarat homogenitas. penambahan beberapa konsentrasi lesitin
dapat mempengaruhi pH yang

9
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

menunjukkan pH netral. Hasil uji ini Perona pipi dimaksudkan untuk


sesuai dengan syarat pH kulit secara meronakan pipi dalam bentuk compact
umum adalah 4,5-7,0 (Wasitaatmadja, powder oleh karena itu dibuat lebih padat
1997). dibanding perona pipi bentuk lainnya.
Kekerasannya yang baik adalah 1 kg
Uji Iritasi sampai 10 kg. Pada semua formula hasil
Pengujian ini dilakukan untuk yang didapat memenuhi syarat semua
memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu karena sediaannya dalam rentang yang
bahan dilakukan terhadap sukarelawan baik.
selama 10 menit dipunggung tangan. Kulit
dikatakan teriritasi apabila terjadi Tabel 4. Hasil Uji Kekerasan
kemerahan atau bengkak. Hasil yang
didapat pada sediaan perona pipi formula Formula Kekerasan Rata-rata±SD
0, I, II, dan III tidak menimbulkan (Kg)
kemerahan,gatal-gatal pada kulit. F0 3,00
3,00 3±0,00
Uji Keretakan 3,00
Keretakan perona pipi menunjukkan F1 2,00
ketahanan perona pipi terhadap jatuhnya 2,00 2±0,00
sediaan atau adanya goncangan. Pada uji 2,00
keretakan sediaan dijatuhkan pada F2 3,00
permukaan kayu beberapa kali pada 3,00 3±0,00
ketinggian 25 cm kemudian diamati 3,00
bentuknya, sediaan yang tidak pecah F3 3,00
dinyatakan memenuhi syarat (Butler, 3,00 3±0,00
2000). 3,00
Dari hasil pemeriksaan keretakan
perona pipi menunjukkan hasil uji pada
formula 0, I, II, dan III kepadatannya lulus Uji Kesukaan
uji dan bentuknya tidak pecah dinyatakan Uji kesukaan juga disebut uji
memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan hedonik, diketahui untuk mengetahui
adanya penambahan bahan pengikat pada tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan
tiap-tiap formula yang nilai keretakannya yang dibuat (Butler, 2000). Pada uji ini
tidak ada. Hasil uji keretakan dapat dilihat dilakukan pada 30 panelis secara visual,
pada lampiran data yang diperoleh dari lembar penilaian
(kuesioner) ditabulasi dan ditentukan nilai
Uji Kekerasan kesukaannya untuk setiap sediaan
Pada penelitian perona pipi ini uji menunjukkan hasil dari keempat formula
kekerasan sangat penting adanya, selain perona pipi yang paling disukai oleh
digunakan untuk menilai ketahanan panelis adalah formula II dengan
perona pipi dengan cara menggunakan alat konsentrasi lesitin 2%.
uji kekerasan (Hardnes tester) ditandai
dengan sediaan yang dibuat tidak mudah
retak remuk dan pecah (Butler, 2000).

10
Formula dan Evaluasi... (Yuliana A., dkk)

Uji Kelembaban Sediaan Perona Pipi kamera foto 12 mega pixel. Alat yang
Pengujian kelembaban ini dilakukan digunakan pada uji kelembaban ini skin
kepada sukarelawan, uji kelembaban ini moisturizer analysis. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui kelembaban kelembaban ini diamati dan dilihat dengan
pada kulit. Pada pengujian ini didapat cara membandingkan kulit pipi sebelum
sukarelawan 12 orang dengan masing- dan sesudah pemakaian perona pipi dalam
masing jumlah 3 orang untuk masing- waktu 2 minggu.
masing formula F0, FI, FII, dan FIII. Hasil yang didapat pada uji
Penelitian perona pipi dilakukan selama 2 kelembaban ini menunjukkan bahwa
minggu dengan waktu pengamatan hari ke setelah pemakaian perona pipi selama 2
2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Kemudian setelah minggu menghasilkan perubahan pada
didapat hasilnya di foto menggunakan kulit pipi menjadi tidak kering atau lebih
baik dari sebelumnya.

45.00
40.00
35.00
30.00 Formula 0
25.00
20.00 Formula 1
15.00
10.00 Formula 2
5.00
Formula 3
0.00
0 2 4 6 8

10 12 14
Waktu

Gambar 5. Grafik hubungan waktu dengan hasil kelembaban

Kesimpulan a. Ekstrak angkak (Monascus


Berdasarkan hasil penelitian dapat purpureus) yang digunakan sebagai
disimpulkan bahwa : pewarna alami untuk sediaan kosmetik

11
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

perona pipi memiliki kestabilan pada Justitia, M. 2014. Formulasi Sediaan


pH 5 dan suhu 100OC. Bedak Kompak Menggunakan Sari
b. Dari hasil keempat formula yang Wortel (Daunus Carota L.) Sebagai
divarariasikan lesitin sebagai Pewarna. Universitas Sumatera
pelembab dengan konsentrasi berbeda, Utara.
diperoleh formula terbaik yaitu pada Polii, B., Palandeng, H., & Porong, V.
formula II dengan konsentrasi lesitin 2013. Analisis Kandungan Merkuri
2% dengan hasil uji kesukaan, uji pada Kosmetik Pemutih Wajah yang
kelembaban, uji stabilitas, dan uji dijual Pedagang Kaki
Lima.
homogenitas menunjukan hasil yang
Universitas Sam Ratulangi.
stabil.
Sagarin, B., & Strianse, G. J. 1972.
c. Dari hasil ekstrak angkak (Monascus
Cosmetic: Science and Technology.
purpureus) pada perona pipi compact
John Wiley & Sons, Inc.
powder menghasilkan warna merah
Septiani, S., Wathoni, N., & Soraya, R.
muda.
2012. Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji
Melinjo (Gnetum gnemon Linn).
Saran Universitas Padjajaran.
Disarankan untuk penelitian lebih Tranggono, R. I., & Fatimah, L. 2007.
lanjut sebagai berikut : Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT.
a. Untuk menentukan ekstrak kental Gramedia Pustaka Utama.
angkak (Monascus purpureus) Trookman, N. S., Rizer, R. L., Ford, R.,
dilakukan dengan cara freeze dryer. Ho, E., & Gotz, V. 2009. Immediate
b. Untuk pencetakan perona pipi and Long-term Clinical Benefits of a
dilakukan dengan alat pencetak perona Topical Treatment for Facial Lines
pipi yang sesuai. and Wrinkles. The Journal of
Untuk fase minyak dalam formula Clinical and Aesthetic Dermatology,
perona pipi ini diperkecil jumlah 2(3), 38–43.
konsentrasinya karena mempengaruhi Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun
kestabilan warna dan pencetakan yang Ilmu Kosmetik Medik. UI Press.
dihasilkan. Woo, K. K. 2011. Stability of The
SprayDried Pigment of Red Dragon
DAFTAR PUSTAKA Fruit. [Hylocereus polyrhizus
Butler, H. 2000. Poucher Perfumes. (Weber)
Cosmetics and Soaps (Edisi 10). Britton and Rose] as a Function of
Academic Publishers. Organic Acid Additives and Strorage
Harborne, J. B., Padmawinata, K., & Conditions. Philippines Agricultural
Soediro, I. 2006. Metode Fitokimia Scientist, 94(3), 264–269.
Penuntun Cara Modern Yuliana, A., Singgih, M., Julianti, E., &
Menganalisis Tumbuhan. ITB Blanc, P. J. 2017. Derivates of
Bandung. Azaphilone Monascus Pigments.
Hartomo, A. J., & Widiatmoko, M. C. Biocatalysis and Agricultural
1993. Emulsi dan Pangan Instran Biotechnology, 9(1), 183–194.
Berlesitin. Andi Offset.

12

Anda mungkin juga menyukai