Modul Praktikum Kimia Dasar D1P3TIK
Modul Praktikum Kimia Dasar D1P3TIK
Modul Praktikum Kimia Dasar D1P3TIK
Program D1 P3TIK
FAKULTAS TEKNIK
2021
Modul Praktikum
Kimia Dasar
Program D1 P3TIK
Tim Penyusun
i
TATA TERTIB YANG HARUS DIPATUHI OLEH PESERTA
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
1. Setiap peserta harus hadir tepat waktu. Apabila seorang peserta terlambat lebih
dari 10 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
2. Selama mengikuti praktikum, perserta wajib memakai jas praktikum (berwarna
putih lengan panjang) yang bersih dan bersepatu tertutup (bukan sepatu sandal)
3. Setiap kelompok wajib membawa alat kebersihan yaitu serbet kain yang bersih,
sabun cair pencuci dalam botol kecil, dan sikat tabung. Semua alat tersebut
dimasukkan ke dalam tas atau kotak kecil.
4. Setiap peserta wajib membawa masker.
5. Setiap peserta wajib membuat jurnal sebelum pelaksanaan praktikum dengan
format yang telah ditentukan.
6. Setiap peserta wajib mengikuti tes pendahuluan yang dipandu asisten selama
kurang lebih 15 menit. 7. Untuk pelaksanaan praktikum, peserta perwakilan
kelompok meminjam alat dari petugas laboratorium dengan mengisi formulir
peminjaman alat.
7. Peserta wajib melaksanakan praktikum dengan tertib serta dengan tetap
menjaga kebersihan meja kerja dan ruangan laboratorium.
8. Selama pelaksanaan praktikum peserta praktikum wajib bersikap sopan dan
tidak membuat kegaduhan atau bermain-main..
9. Dilarang makan, minum, dan merokok di area laboratorium.
10. Kembalikan botol-botol reagen yang telah dipergunakan ke tempat semula
dengan tutup botol jangan sampai tertukar.
11. Setiap kelompok wajib mengembalikan set alat dengan lengkap dan bersih yang
telah digunakan kepada petugas laboratorium
12. Setiap selesai melaksanakan praktikum wajib meninggalkan meja dalam
keadaan bersih dan rapi seperti semula
13. Bagi peserta yang tidak mengikuti praktikum sebanyak 2 (dua ) kali dinyatakan
gugur dan mendapat nilai E.
14. Peserta diwajibkan praktikum sesuai jadwal dan tidak diperkenankan
INHAL/menyisip. 3
15. Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur lebih lanjut oleh
pimpinan laboratorium dengan pengumuman tersendiri.
ii
Kasus Alat Hilang/Rusak /Pecah
iii
PENDAHULUAN
1. Tabung reaksi: terbuat dari kaca dapat dipanaskan, dipakai untuk mereaksikan
zat-zat kimia dalam jumlah sedikit.
2. Penjepit: terbuat dari kayu atau kawat untuk memegang tabung reaksi pada
pemanasan.
3. Pengaduk gelas: terbuat dari kaca untuk mengadduk suatu campuran atau
larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga
untuk menolong pada waktu menuangkan cairan.
4. Corong: terbuat dari kaca untuk membantu memasukan cairan ke dalam tempat
yang bermulut sempit seperti botol, labu ukur, buret dan lain-lain.
5. Gelas arloji terbuat dari gelas untuk menimbang zat berbentuk kristal.
6. Gelas ukur untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
memiliki skala dengan bermacam-macam ukuran. Jangan
dipanaskan/digunakan untuk mengukur larutan/pelarut panas.
7. Gelas piala dinamakan juga gelas beker. Digunakan sebagai tempat larutan,
dapat digunakan untuk memanaskan larutan atau menguapkan solvent. Bukan
alat ukur yang tepat skala hanya perkiraan saja.
8. Erlenmeyer: digunakan untuk titrasi dapat juga digunakan untuk memanaskan.
Bukan alat ukur yang tepat skala hanya perkiraan saja.
9. Labu ukur: digunakan untuk membuat atau mengencerkan larutan dengan
konsentrasi tertentu. Memiliki ukuran bermacam-macam. Jangan digunakan
untuk pemanasan.
10. Pipet:
1. Pipet gondok: dibagian tengah dari pipet ini ada yang membesar (gondok)
dengan ujung runcing. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu dengan tepat. Memiliki ketelitian lebih tinggi dari gelas ukur. Tersedia
dalam berbagai ukuran.6
2. Pipet ukur/pipet volume: pipet lurus berskala digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari gelas.
3. Pipet pasteur (pipet tetes) 11. Pro pipet: dapat terbuat dari karet bulb atau plastik
digunakan pada saat menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.
iv
11. Buret: terbuat dari gelas berskala dan memiliki keran. Digunakan untuk tempat
larutan titrant.
12. Lumpang dan mortar: terbuat dari porselen digunakan untuk menggerus tablet
atau gumpalan benda padat.
13. Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan serbuk saat penimbangan.
14. Bunsen digunakan untuk pemanasan dengan berbahan bakar spirtus
1. Pengenalan suatu gas berbau Gas amonia merupakan contoh gas berbau khas.
Gas ini dapat dibuat dengan mereaksikan ammonium klorida dengan larutan
NaOH dan dipanaskan dalam tabung reaksi. Cara membaui yang benar adalah
dengan mengipas-ngipas tangan di atas mulut tabung dan hidung kita pada
jarak yang tidak terlalu dekat. Jangan sekali-kali membaui gas berbahaya.
2. Pemanasan Letakan bunsen menyala di tempat yang jauh dari reagen-reagen
kimia atau dekat dengan sumber listrik. Cara pemanasan larutan dalam tabung
reaksi adalah, tabung reaksi dijepit dengan penjepit kayu kemudian dimiringkan
sekitar 30o dan arahkan ke tempat kosong dan digoyang-goyangkan. Pemanasan
larutan dalam gelas beker atau erlenmeyer harus menggunakan kaki tiga dan
kawat kasa.
3. Pengenceran dengan labu ukur Untuk membuat larutan standar sering kali
dilakukan dengan mengencerkan larutan stok yang sudah tersedia. Misalnya
membuat HCl 0,1 M dari HCl 0,2 M. Tentukan terlebih dahulu volume larutan
yang akan dibuat kemudian hitung banyaknya larutan yang lebih pekat untuk
diencerkan. Perhitungan dapat menggunakan rumus pengenceran M1V1 = M2V2.
Cara kerja:
Ambil sejumlah larutan stok yang akan diencerkan dengan menggunakan pipet
gondok/pipet ukur. Perhatikan meniskus harus tepat menyinggung garis pada
pipet gondok Masukan HCl tersebut ke dalam labu ukur dan encerkan sampai
tanda batas. Penambahan aquades harus perlahan-lahan sedikit-demi sedikit
setelah mendekati garis batas pada leher labu gunakan pipet paster untuk
menambahkan aquades secara tetes demi tetes hingga tepat pada garis batas
tersebut. Perhatikan meniskus tepat menyinggung garis batas. Tutup gelas ukur
dan kocok larutan di dalamnya hingga homogen.
v
4. Titrasi Cara mengisi buret dengan larutan Cucilah buret dengan larutan pencuci.
Bilaslah dengan larutan standar yang akan dipakai, misalnya larutan standar
NaOH 0,1 M. Isilah buret dengan larutan standar sampai skala nol gunakan
corong untuk memudahkan memasukan larutan standar ke dalam buret.
Pastikan tidak ada gelembung udara/ruang kosong pada bagian bawah keran
buret. Caranya dengan mengalirkan sedikit larutan dalam buret dan
menampungnya dalam gelas beker. Larutan standar dapat ditambahkan lagi ke
dalam buret hingga skala nol. Cara menyiapkan sampel yang akan dititrasi
Pipetlah larutan yang akan dititrasi/sampel ke dalam erlenmeyer kemudian
tambahkan indikator yang sesuai, biasanya diulang 3 kali. Cara mentitrasi
Arahkan mulut erlenmeyer berisi sampel tepat di bawah keran buret. Bukalah
keran buret, hingga larutan keluar dari mulut buret secara tetes demi tetes, saat
titrasi erlenmeyer digoyang-goyangkan secara perlahan-lahan. Titrasi dihentikan
tepat ketika terjadi perubahan warna. Misalnya untuk titrasi asam dengan basa
menggunakan indikator PP titrasi dihentikan ketika terbentuk warna merah
sangat muda dan tidak hilang dengan penggoyangan lagi (atau konstan kira-kira
selama 1 menit). Catatlah volume titran.
5. Pengenceran H2SO4 pekat Untuk zat-zat yang menunjukkan reaksi eksotermis
pada pengenceran seperti H2SO4 pekat, maka pengenceran dilakukan dengan
jalan menuangkan H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam pelarut air.
6. Penyaringan Menyaring adalah cara untuk memisahkan antara endapan dari
suatu larutan. Misalnya menyaring endapan PbSO4 dari larutannya. Ambil
kertas saring berbentuk lingkaran dan lipat menjadi ¼ lingkaran, berikut lipat
lagi dan 2 – 3 kali lipatan. Masukan kertas asring yang sudah dilipat pada corong
dan basahi sedikit dengan air suling hingga melekat pada dinding gelasnya.
Pasanglah corong yang berkertas saring itu di atas erlenmeyer untuk
menampung filtrat/cairan cucian. Tuangkan larutan yang akan disaring ke
dalam corong yang sudah berkertas saring tadi. Penuangan dibantu dengan
memakai gelas pengaduk yaitu dengan memegangnya tepat pada mulut tabung
reaksi/gelas piala yang digunakan. Hal ini dilakukan agar tidak ada cairan yang
jatuh diluar kertas saring. Penuangan harus hati-hati dan sedikit demi sedikit.
vi
7. Menuangkan reagen dari botol bahan Penuangan harus-hati-hati dan sedikit
demi sedikit. Etiket botol harus menghadap tangan untuk menghindari etiket
terkena cairan. Tutup botol diletakan dalam keadaan terbalik dan segera ditutup
kembali jika sudah selesai. Jangan sampai botol reagen yang satu tertukar
dengan botol reagen yang lain.
vii
DAFTAR ISI
viii
ix
Percobaan 1: REAKSI ASAM BASA STOIKIOMETRIS
1
menghasilkan garam terhidrolisis sempurna. Pada titrasi basa terdapat asam bebas,
sebagai hasil akhir diperoleh garam asetat
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) CH3COONa (aq) + H2O
Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan
garam yang terhidrolisa sebagian dalam larutan sebagai berikut:
Dapat dilihat bahwa hidrolisa adalah merupakan reaksi kebalikan dari reaksi
netralisasinya. Oleh karena itu reaksi asam asetat dan NaOH merupakan reaksi
setimbang. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat atau sebaliknya akan
menghasilkan garam tak terhidrolisa. Pada titrasi asam kuat seperti HCl dengan
NaOH akan menghasilkan garam netral yang tidak terhidrolisis
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Indikator Menurut GN Lewis, indikator dapat digunakan untuk menentukan titik
ekivalen reaksi asam dan basa. Indikator untuk reaksi ini dinamakan indikator pH
karena mengalami perubahan warna sesuai dengan pHnya. Suatu indikator pH
memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu.oleh karena itu,
setiap perubahan reaksi harus diketahui pHnya untuk dapat memilih indikator
yang sesuai dengan melihat grafik mL pereaksi versus pH.
2
1.3.2 Bahan
1. Larutan NaOH 0,1 M
2. H2C2O4 0,1 M
3. Indikator phenolptalein (PP)
4. Indikator metil red (MR)
5. Indikator metil oranye (MO)
6. Aquades
7. Sampel cuka
1. Siapkan tiga buah erlenmeyer 100 mL bersih dan beri label 1, 2, dan 3.
2. Pipet sebanyak 1 mL sampel cuka ke dalam labu ukur 100 mL dan encerkan
sampai batas.
3. Pipet cuplikan larutan pada langkah 2 sebanyak 25 mL dan masukkan ke
dalam masing-masing erlenmeyer
4. Tambahkan masing-masing 25 mL air suling ke dalam erlenmeyer tersebut
5. Tambahkan indikator PP ke dalam erlenmeyer 1, indikator MO ke dalam
erlenmeyer 2 dan indikator MR ke dalam erlenmeyer 3.
6. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M hingga perubahan warna konstan selama
kurang lebih 1 menit
7. Ukur pH masing-masing larutan saat titik ekivalen
8. Catat volume titran
3
Lembar Data Percobaan 1: REAKSI ASAM BASA STOIKIOMETRIS
Perhitungan
2 xM H 2C 2O 4 .VH 2C 2O 4
MNaOH =
VNaOH
4
B. Penentuan asam asetat dalam sampel cuka
V sampel cuka = 1 mL
BJ sampel cuka = dianggap 1 g/mL
5
Percobaan 2: LAJU REAKSI
3.1 Tujuan Percobaan
Kinetika kimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari
bagaimana suatu reaksi berlangsung. Dalam kinetika kimia dibicarakan tentang
laju reaksi dan mekanisme reaksi. Pengertian laju reaksi digunakan untuk
menerangkan seberapa cepat reaksi berlangsung, sedangkan mekanisme reaksi
dipakai untuk menerangkan melalui langkah-langkah manakah suatu pereaksi
berubah menjadi hasil reaksi. Laju reaksi suatu reaksi kimia biasanya
didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi zat yang ikut serta dalam reaksi
tersebut persatuan waktu. Misalnya untuk reaksi
A+BP
Persamaan ini menunjukkan bahwa laju reaksi suatu reaksi kimia adalah
berbanding terbalik terhadap waktu dan sebanding dengan konsentrasi. Dari
berbagai hasil percobaan ternyata bahwa laju reaksi tidak selalu merupakan
fungsi linier dari konsentrasi zat pereaksi. Untuk reaksi di atas dapat dinyatakan
secara empiris dalam persamaan berikut:
r = k [A]p [B]q
secara kinetika kimia, p dan q dikenal sebagai orde reaksi sedangkan p+q
merupakan orde reaksi total reaksi tersebut.
r = k [A]p .c
6
Jika dibuat logaritmanya adalah
Cara lain penetuan orde reaksi adalah dengan mengalurkan laju reaksi
dengan [konsentrasi]n dan berbanding terbalik dengan t.
r α [C]n
r α 1/t
dimana
C = konsentrasi
n = orde reaksi
t = waktu
[C]n α 1/t
Jika dibuat kurva [C]n versus 1/t akan diperoleh garis lurus.
Dengan demikian tingkat reaksi suatu reaksi kimia dapat ditentukan dengan
membuat grafik [C]n vs 1/t.
7
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
1. Erlenmeyer 50 mL
2. Buret 50 mL
3. Corong gelas
4. Stopwatch
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Gelas beker
8. Gelas ukur
9. Pengaduk
10. Penangas air
11. Termometer
3.3.2 Bahan
8
3. Isilah 5 tabung reaksi, masing-masing dengan 5 ml Na2S2O3 0,2 M dimulai dari
tabung reaksi 1 kemudian letakkan di rak secara berurutan.
4. Isikan pada tabung pertama 5 ml H2SO4 0,2 M dan aduklah dengan baik sampai
timbul kekeruhan (tanda X tidak terlihat dari pengamatan depan)
5. Catat waktu terbentuknya kekeruhan.
6. Ulangi percobaan di atas untuk tabung reaksi berikutnya dengan konsentrasi
H2SO4 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1M
7. Buatlah kurva antara 1/t terhadap konsentrasi H2SO4.
9
C. Hubungan antara kecepatan reaksi dengan suhu
1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih, beri label 1 dan 2.
2. Ke dalam tabung reaksi 1 dimasukkan 4 tetes larutan H2C2O4 dan 2 tetes
H2SO4 0,6 M. Tambahkan 1 tetes KMnO4 dan catat waktu mulai dari saat
penambahan KMnO4 sampai warna KMnO4 hilang
3. Tambahkan lagi 1 tetes KMnO4, catat waktu yang diperlukan untuk
hilangnya warna KMnO4. Lakukan seterusnya sampai penambahan KMnO4
berturut-turut sebanyak 12 tetes.
4. Ke dalam tabung yang kedua masukkan 4 tetes H2C2O4, 2 tetes H2SO4 0,6 M
dan 1 tetes MnSO4 0,18 M, tambahkan pula 1 tetes KMnO4 dan catat waktu
mulai dari penambahan KMnO4 hingga warna KMnO4 hilang
5. Buat grafik dengan mengalurkan tetes KMnO4 dengan waktu dalam detik
10
Lembar Data Percobaan 2: LAJU REAKSI
11
12
Percobaan 3: ENERGI REAKSI ASAM BASA
3.1 Tujuan Percobaan
Salah satu sifat karakteristik suatu reaksi kimia adalah perubahan panas
yang selalu menyertai reaksi tersebut. Studi tentang perubahan panas semacam
ini dinamakan termokimia. Apabila dua macam zat direaksikan pada volume
tetap, maka energi internal zat tersebut akan mengalami perubahan. Besarnya
perubahan energi ini didefinisikan sebagai selisih antara energi internal hasil
reaksi denagn energi internal zat pereaksi.
ΔE = Ehasil – Epereaksi
Berdasarkan pada perubahan energi internal (ΔE) yang menyertai suatu reaksi
dapat dibedakan adanya dua macam reaksi yaitu reaksi endotermis dan reaksi
eksotermis. Suatu reaksi dinamakan reaksi endotermis apabila reaksi tersebut
disertai dengan penyerapan panas, sehingga energi internal hasil reaksi akan
lebih besar dari pada energi internal pereaksi atau ΔE adalah positif. Sebaliknya
suatu reaksi eksotermis akan disertai dengan pelepasan panas dan ditandai oleh
ΔE negatif.
ΔH = H hasil – H pereaksi
13
CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2 (aq) - 15.300 kal.mol-1
Karena proses ini berlangsung pada tekanan tetap, maka perubahan entalpi yang
terjadi selama berlangsungnya proses tersebut akan sama dengan jumlah panas
yang diserap atau dilepaskan
14
karena proses I adalah proses adiabatis maka qI=0 sehingga jumlah panas yang
diserap atau dilepaskan selama proses II berlangsung dapat dihitung dari:
0 = qII + qIII
Dalam hal ini qIII adalah jumlah panas total yang diserap atau dilepaskan oleh
kalorimeter ke dalam larutan
qIII = Ctotal x ΔT
dengan
Ctotal=(Clarutan+Ckalorimeter)
Sehingga
qIII = (Clarutan+Ckalorimeter)x ΔT
dimana:
oleh karena itu perubahan entalpi yang ditimbulkan oleh reaksi adalah
Dengan
Selanjutnya perubahan entalpi reaksi per mol dapat dihitung dengan rumus:
15
Tabel 3.1 kapasitas panas dan berat jenis berbagai larutan
Dalam percobaan ini akan diukur entalpi reaksi asam kuat dengan basa kuat.
Reaksi asam kuat dengan basa kuat merupakan reaksi eksotermis yang
menghasilkan air dan panas sebagai produk. Entalpi (panas) netralisasi ΔHn
dapat ditentukan dengan mengasumsikan panas jenis larutan asam dan basa
sama dengan air dan mengukur perubahan temperature ΔT ketika dua larutan
dicampurkan
ΔHn umumnya dinyatakan dalam satuan kJ/mol air yang terbentuk dari reaksi.
3.3.1 Alat
3.3.2 Bahan
1. Aquades
2. Larutan HCl 1,1 M
16
3. Larutan H2SO4 1,1 M
4. NaOH 1,0 M
1. Siapkan 110 mL HCl 1,1 M, 110 mL H2SO4 1,1 M dan 210 mL NaOH 1,0 M dari
larutan stok 1.
2. Ukurlah sebanyak 50 mL HCl 1,1 M dalam gelas ukur dan catatlah
temperaturnya setiap 5 detik selama 1 menit.
3. Masukkan 50 mL larutan NaOH 1,0 M ke dalam calorimeter. Catat temperatur
setiap 5 detik selama 1 menit dan konsentrasi larutan NaOH
4. Tambahkan asam dengan cepat secara hati-hati ke dalam kalorimeter yang berisi
larutan basa, tutup kembali kalorimeter dan aduk. Catat temperature setiap 5
detik selama 1 menit kemudian setiap 15 detik selama 5 menit
5. Plot temperature (sumbu y) terhadap waktu (sumbu x). Tentukan temperature
maksimum.
17
Lembar Data Percobaan 3: ENERGI REAKSI KIMIA
18
19
Percobaan 4: KESETIMBANGAN KIMIA
4.1 Tujuan Percobaan
Sebagian besar reaksi kimia merupakan reaksi reversibel yaitu reaksi ke arah
produk dan ke arah reaktan berlangsung secara simultan
20
Jika konsentrasi salah satu spesies dari suatu sistem kesetimbangan diubah,
maka kesetimbangan akan terganggu dan terjadi pergeseran baik ke arah maju
ataupun ke arah balik. Prinsip LeChateliers menyatakan ”Jika suatu tekanan
diterapkan pada sistem yang berada dalam kesetimbangan, maka sistem (reaksi)
akan bergeser ke arah tertentu untuk mengimbangi tekanan tersebut hingga
diraih kesetimbangan yang baru”. Contoh dalam kesetimbangan reaksi berikut.
Apa yang akan terjadi, jika ke dalam reaksi kesetimbangan di atas ditambahkan
senyawa A? Penambahan senyawa A dapat meningkatkan konsentrasinya
sehingga mengganggu kesetimbangan. Reaksi akan bergeser ke arah produk
untuk mengimbanginya hingga dicapai kesetimbangan baru. Dengan prinsip
yang sama dapat diprediksikan geseran kesetimbangan jika pada sistem di atas
ditambahkan senyawa C. Bukti geseran kesetimbangan dapat diamati di
laboratorium dengan mudah pada reaksi yang disertai perubahan warna atau
fasa seperti pengendapan atau pelarutan. Dalam percobaan ini akan diamati
secara kualitatif efek perubahan konsentrasi salah satu zat dalam kesetimbangan
kimia dan mengaitkan hasil pengamatan dengan prinsip LeChatelier.
4.3.1 Alat
4.3.2 Bahan
1. Larutan Fe(NO3)3 1 M
2. Larutan Fe(NO3)3 0,1 M
3. Larutan KSCN 0,1 M
4. Larutan NaOH 10%
5. Larutan NaOH 1 M
6. Larutan CH3COOH 0,1 M
21
7. Indikator metil oranye
8. Garam natrium asetat
9. Larutan amonia 0,1 M
10. Indikator fenolftalein
11. Garam amonium klorida
12. Larutan seng klorida 1 M
13. Larutan jenuh NaCl
14. HCl pekat
15. Aquades
1. Tuangkan 5-10 tetes besi(III) nitrat 0,1 M, Fe(NO3)3 dan 5-10 tetes kalium tiosianat
0,1 M KSCN ke dalam gelas beker 100 mL. Tambahkan 10 mL akuades untuk
mengurangi intensitas warna merah.
2. Siapkan tiga buah tabung reaksi yang bersih dan beri label 1, 2, dan 3.
3. Masukan 2 mL larutan ini masing-masing ke dalam ketiga tabung reaksi tersebut
4. Ke dalam tabung reaksi 1, tambahkan 10 tetes larutan besi(III) nitrat 1,0 M
5. Ke dalam tabung reaksi 2, tambahkan 10 tetes kalium tiosianat 0,1 M.
6. Ke dalam tabung reaksi ketiga, tambahkan 4 sampai 5 tetes larutan NaOH 10%
7. Amati, catat dan jelaskan perubahan yang terjadi pada setiap tabung reaksi!
1. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih dan beri label 1 dan 2.
2. Ke dalam tabung reaksi 1, tuangkan 10 – 15 tetes asam asetat 0,1 M, CH3COOH
dan tambahkan 1 – 2 tetes indikator metil oranye. Tambahkan sedikit kristal
natrium asetat ke dalam larutan dan aduk perlahan hingga larut.
3. Ke dalam tabung reaksi 2, tuangkan 10 – 15 tetes asam asetat 0,1 M, CH3COOH
dan tambahkan 1 – 2 tetes indikator metil oranye. Tambahkan beberapa tetes
NaOH 1 M.
4. Amati, catat, dan jelaskan perubahan yang terjadi
22
C. Kesetimbangan ionisasi larutan amonia
1. Tuangkan 10-15 tetes larutan jenuh NaCl ke dalam tabung reaksi tambahkan 2
tetes HCl pekat
2. Amati, catat, dan jelaskan perubahan yang terjadi
23
Lembar Data Percobaan 4: KESETIMBANGAN KIMIA
2 KSCN 0,1 M
Kesetimbangan
3 NaOH 10%
besi(III)
tiosianat
1 Kristal
CH3COONa
Ionisasi asam 2 NaOH 1 M
aseta
1 Garam NH4Cl
Ionisasi larutan
2 ZnCl2 1 M
amonia
24
25
DAFTAR PUSTAKA
26