Aditya Restu Prayoga - 2110913210001 - Ergonomi
Aditya Restu Prayoga - 2110913210001 - Ergonomi
Aditya Restu Prayoga - 2110913210001 - Ergonomi
Disusun Oleh:
B. Cakupan Ergonomi
Ergonomic design yang baik meniadakan keterbatasan antara pekerjaan dan
pekerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang kondusif. Meskipun ergonomi
kerja sering kali merujuk kepada aspek fisik, ada cakupan yang lain yaitu kognitif
dan organisasi.
Physical ergonomic
Sesuai namanya, physical ergonomic berkaitan dengan karakteristik
anatomi, antropometri, fisiologi, dan biomekanik manusia yang berhubungan
dengan aktivitas fisik. Biasanya, aspek ini paling banyak diperhatikan di
lingkungan kerja. Ergonomi kerja memang berupaya menyesuaikan kondisi
lingkungan kerja dan tuntutan pekerjaan dengan kemampuan pekerja. Pendekatan
tersebut merupakan penyelesaian untuk berbagai masalah, salah satunya gangguan
musculoskeletal atau gangguan pada otot dan tulang. Intinya, workplace ergonomic
betul-betul fokus pada usaha membangung lingkungan kerja yang lebih baik.
Cognitive ergonomic
Jika physical ergonomic berkonsentrasi pada pencegahan cedera melalui
evaluasi lingkungan kerja, mulai dari postur sampai gerakan repetitif, cognitive
ergonomic terutama dikaitkan dengan fungsi otak. Dalam konteks ini kaitannya
dengan analisis kesalahan, interaksi manusia dengan mesin, beban kerja secara
mental, pengambilan keputusan, tekanan di tempat kerja, serta training karena
berhubungan dengan desain sistem manusia. Karena cognitive ergonomic juga
mempelajari tentang seberapa sesuai kegunaan suatu produk seperti mesin atau
komputer dengan kapabilitas kognitif pengguna, hal ini bisa menjad insight untuk
para desainer untuk memastikan suatu alat memberikan kegunaan optimal.
Organizational ergonomic
Sementara itu, organizational ergonomic fokus kepada sistem
sociotechnical, mencakup struktur organisasi, kebijakan, serta proses. Beberapa
topik yang relevan, seperti komunikasi, desain jam kerja, kerja sama tim,
manajemen sumber daya, dan manajemen kualitas. Aspek ini kadang disebut juga
sebagai macroergonomics. Jika diamati, macroergonomic merupakan wawasan
tentang bagaimana mendesain keseluruhan sistem kerja supaya terbangun iklim
kerja yang efektif dan optimal.
C. Prinsip Ergonomi
Pada dasarnya, prinsip ergonomi memungkinkan kita mendesain lingkungan
kerja sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya cedera. Dengan begitu,
lingkungan bisnis menjadi area yang aman dan sehat bagi para pekerja.
1. Menjaga postur tetap netral
Postur netral merupakan kondisi di mana badan selaras dan seimbang, baik
saat duduk maupun berdiri, meminimalisasi tekanan pada badan dan
memastikan sendi selalu selaras. Dengan begitu, tekanan pada otot, saraf, serta
tulang pun sangat minim sehingga orang yang bersangkutan dapat memiliki
kontrol dan memproduksi kekuatan secara maksimal. Dalam rangka
memastikan bekerja dengan postur netral, kamu juga perlu memastikan segala
sesuatu berada dalam jangkauan. Jadi, kamu dapat menghindari tarikan yang
tidak perlu pada otot ketika berupaya menjangkau sesuatu.
2. Mengurangi kekuatan yang berlebihan
Mengeluarkan kekuatan berlebihan merupakan salah satu faktor risiko dalam
ergonomi. Sayangnya, kadang cukup banyak pekerjaan yang membutuhkan
kekuatan besar sehingga usaha otot meningkat dan dapat meningkatkan
kelelahan serta risiko cedera otot atau tulang. Memang ada banyak keadaan
yang memerlukan kekuatan besar. Namun, ide dari prinsip ergonomi
diharapkan pekerja menyadari hal tersebut dan berupaya menurunkan kekuatan
yang dibutuhkan, misalnya dengan memanfaatkan alat bantu.
3. Hindari gerakan berlebihan
Gerakan repetitif sudah pasti menjadi salah satu faktor risiko utama dalam
ergonomi. Cukup banyak pekerjaan yang gerakannya memang berulang serta
berada dikontrol oleh target produksi per jam atau per hari. Ketika gerakan
repetitif tinggi dikombinasikan dengan kekuatan berlebihan dan postur yang
tidak netral, maka ada potensi besar sekali untuk terjadinya musculoskeletal
injury. Karena itu, bila memungkinkan gerakan berlebihan perlu dikurangi.
Sebagai catatan, suatu gerakan masuk ke dalam kategori repetisi tinggi bila
berulang dalam rentang 30 detik. Apabila gerakan tersebut tidak dapat
dikurangi, perlu dipastikan tidak ada kekuatan berlebihan ataupun postur tidak
netral selama mengerjakannya. Cara lainnya untuk menekan potensi cedera,
menerapkan rotasi dan memberikan stretch break bagi pekerja.
4. Memberi ruang untuk peregangan
Sistem muskuloskeletal merujuk kepada sistem gerak manusia. Sesuai
namanya, sistem tersebut didesain untuk bergerak. Sebab itu, bekerja dalam
jangka waktu panjang dengan keadaan statis akan menyebabkan tubuh
kelelahan. Inilah yang dikenal dengan static load. Misalnya, harus berdiri di
posisi yang sama selama delapan jam atau menulis dengan pensil selama 60
menit. Contoh lain yang mungkin sangat relevan dengan situasi kerja saat ini
yaitu mengetik selama berjam-jam tanpa jeda. Bila melakukan hal tersebut,
akan mengalami static load. Selama beberapa waktu awal, mungkin aktivitas
tersebut terasa biasa saja. Akan tetapi, terus-menerus melakukan aktivitas yang
sama akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan kelelahan. Sehubungan dengan
itu, pekerja perlu melakukan peregangan. Lakukan peregangan untuk area
pundak dan punggung, kaki, bahkan pergelangan tangan serta jari.