Skripsi Mayang Fixx
Skripsi Mayang Fixx
Skripsi Mayang Fixx
Disusun Oleh :
DEWI MAYANG SARI
NIM : 213001070094
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kebidanan
DISUSUN OLEH :
DEWI MAYANG SARI
NIM : 213001070094
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Tugas Akhir : Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan
Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir Tahun 2023
Nama : Dewi Mayang Sari
NIM : 213001070094
Tanggal Sidang : 24 Februari 2023
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan pada ujian
Sidang Skripsi
Mengetahui
Ketua Program Studi SI Kebidanan
ii
NIDN : 1009059001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tugas Akhir : Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan
Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir Tahun 2023
Nama : Dewi Mayang Sari
NIM : 213001070094
Tanggal Sidang : 24 Februari 2023
Mengesahkan
Pembimbing
Penguji I Penguji II
Mengetahui
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Dewi Mayang Sari
Tempat / Tgl Lahir : Tugumulyo / 17 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak : Pertama dari dua bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. M. N. Jaya Putra, M. Si
Ibu : Mulyati, S. Pd
Suami : Victor Nicolas, S. Kep, Ners
Anak : 1. Naila Azqila Nafasya
2. Zeline Zakeisha Rafania
Alamat : Jl. Depati Hanafiah RT 003 RW 001, Kel. Bayung Lencir
Indah, Kec. Bayung Lencir, Kab. Musi Banyuasin,
Prov. Sumatera Selatan
Status : Menikah
No HP : 0853-6767-3747
Email : dewimayangs068@gmail.com
v
RIWAYAT PENDIDIKAN
FORMAL
Tahun 1997-1998: TK Islam Noor Salam Palembang.
Tahun 1998-2004: SD Negeri 1 B. Srikaton, Kab. Musi Rawas.
Tahun 2004-2007: SMP Negeri 1 B. Srikaton, Kab. Musi Rawas.
Tahun 2007-2010: SMA Negeri Tugumulyo, Kab. Musi Rawas.
Tahun 2010-2013: Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
Tahun 2021-2023: S1 Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi.
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di Jambi
Pada Tanggal 24 Februari 2023
Yang Menyatakan,
vii
ABSTRAK
Ruptur perineum merupakan masalah yang cukup besar dialami oleh ibu
melahirkan, bahkan World Health Organization (WHO) menyebutkan hampir
90% proses persalinan normal mengalami robekan perineum, terutama terjadi
pada ibu primigravida. Robekan yang terjadi pada perineum dapat menyebabkan
rangsangan tingkat nyeri yang berbeda-beda tergantung dari luas robekan dan
beberapa faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture
perineum spontan pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, dimana semua objek penelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir dan telah
dilaksanakan pada bulan Januari s/d Februari tahun 2023. Populasi penelitian ini
adalah seluruh ibu post partum bersalin di RSUD Bayung Lencir bulan Januari s/d
Februari tahun 2023 dan sampel diambil menggunakan teknik Total Sampling
sebanyak 9 orang. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Lembar Observasi
Visual Analog Scale. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan
bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat nyeri
pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan ruptur perineum spontan
pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023, dengan
nilai p-value 0,140.
Diharapkan petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai nyeri pada ibu post partum, dan hendaknya melakukan pemeriksaan dan
sosialisasi berkala terkait ketertiban pengisian dokumentasi pasien terutama pada
pengkajian nyerinya, agar dapat diketahui tingkat nyeri pasien.
viii
ABSTRACT
Perineal rupture is quite a big problem for mothers who give birth, even
the World Health Organization (WHO) states that almost 90% of normal births
experience perineal tears, especially in primigravida mothers. Tears that occur in
the perineum can cause stimulation of different levels of pain depending on the
extent of the tear and several other factors. This study aims to determine
differences in pain levels in post partum mothers who underwent episiotomy with
spontaneous perineal rupture in primigravidas in the Delivery Room of Bayung
Lencir Hospital.
This research is an analytical research with a cross sectional approach, in
which all research objects are carried out at the same time. This research was
conducted in the Delivery Room of Bayung Lencir Hospital and was carried out
from January to February 2023. The population of this study was all post partum
mothers who gave birth at Bayung Lencir Hospital from January to February
2023 and samples were taken using the Total Sampling technique. . The
instrument in this study used a Visual Analog Scale Observation Sheet. Data
processing was carried out by univariate and bivariate analysis.
The results showed that there was no difference in the level of pain in post
partum mothers who had an episiotomy with spontaneous perineal rupture in
primigravidas in the Delivery Room of Bayung Lencir Hospital in 2023, with a p-
value of 0.140.
It is hoped that health workers will provide health education about pain in
post partum mothers, and should carry out periodic checks and socialization
regarding the order in filling out patient documentation, especially in assessing
pain, so that the patient's pain level can be known.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyajikan Skripsi yang berjudul
“Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi
Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir Tahun 2023”.
Dalam pembahasan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Bapak Seno Aji S.Pd., M.Eng., Prac, selaku rektor Universitas Adiwangsa
Jambi.
2. Bapak DRS. H. Syaiful Amri, S.Kom., M.M selaku Wakil Rektor I
Universitas Adiwangsa Jambi.
3. Ibu Subang Aini Nasution. SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi.
4. Ibu Diane Marlin, S.ST, M.Keb, selaku ketua Program Studi SI Kebidanan
Universitas Adiwangsa Jambi yang telah membantu selama perkuliahan.
5. Bapak dr. Ismail Usman, M.Ked (OG)., SpOG, selaku pembimbing yang telah
banyak memberi arahan, bimbingan, dorongan dalam penyusunan Skripsi ini
6. Dosen Prodi SI Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi yang telah banyak
memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Orang tua, ayah (Drs. M. N. Jaya Putra, M. Si), ibu (Mulyati, S. Pd) serta
keluarga besar penulis yang sangat penulis cintai, terima kasih atas do’a
dorongan semangat, pengorbanan dan kepercayaan yang telah di berikan
selama ini.
8. Suami, Victor Nicolas, S. Kep, Ners (ayah), anak - anak, Naila Azqila Nafasya
(ayuk nai) dan Zeline Zakeisha Rafania (cece) yang penulis sangat cintai,
terima kasih sayang atas dukungan dan semangat dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
x
9. Teman-teman seperjuangan (Dewi Setiawati, S. Keb, Esti Purnamayanti, S.
Keb, Maya Fitri Yanti, S. Keb, Lola Pitaloka, S. Keb, Silvia Oktaviani, S.
Keb) dan seluruh teman - teman di grup Kito- Kito Unaja dalam suka maupun
duka atas semua dukungan dan kebersamaannya selama ini.
10. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Skripsi ini.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun dalam rangka perbaikan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu kebidanan dan untuk semua
pihak yang memerlukannya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ....................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4
xii
4.3. Hasil Penelitian ................................................................................... 29
4.4. Pembahasan......................................................................................... 31
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 36
5.2. Saran ................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR BAGAN
Nomor Halaman
2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 20
3.1. Kerangka Konsep ..................................................................................... 21
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Karakteristik Nyeri .................................................................................... 19
3.1 Definisi Operasional................................................................................... 23
4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir........................................................................................... 27
4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir ............................................................................... 28
4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir .......................................................................................... 28
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum
Yang Dilakukan Episiotomi dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023 ....... 29
4.5. Uji Normalitas .......................................................................................... 30
4.6. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida ........ 30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
muncul dalam penelitian ini adalah “Adakah Perbedaan Tingkat Nyeri Pada
Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum
3
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida
di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir tahun 2023.
2. Diketahuinya gambaran tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan rupture perineum spontan pada primigravida di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
3. Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada
primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi RSUD Bayung Lencir
Hasil penelitian dapat menjadi masukan data atau informasi bagi ibu
post partum dapat mengetahui tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
1.4.2. Bagi Insititusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan sumbangan ilmu di bidang penelitian
tentang tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi
dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang akan
melakukan penelitian lebih mendalam tentang tingkat nyeri pada ibu post
4
2.1. Episiotomi
2.1.1. Pengertian Episiotomi
Episotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum
rektovaginal, otot- otot dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan
perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran.
Waktu yang tepat untuk melakukan tindakan ini saat puncak his dan
mengejan, perineum sudah menipis, lingkaran kepala perineum sekitar 5
cm (Santi, 2019).
2.1.2. Jenis Episiotomi
Untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi
pada perineum pada saat kepala tampak dari luar dan mulai meregangkan
perineum. Jenis-jenis insisi perineum ada 3 yaitu :
1. Insisi medial
Insisi medial yang di buat pada bidang anatomis dan cukup
nyaman. Terdapat lebih sedikit perdarahan dan mudah untuk
diperbaiki. Akan tetapi, aksesnya terbatas dan insisi memberikan
resiko perluasan ke rektum, sehingga insisi ini hanya digunakan untuk
individu sehingga yang berpengalaman. Keuntungan dari episiotomi
medialis ini adalah perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih
sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung
pembuluh darah. Sayatan simetris dan anatomis sehingga penjaitan
kembali mudah dan peyembuhan lebih memuaskan. Kerugian dari
episiotomi medialis ini dapat terjadi rupture perineum tingkat II
inkomplet (laserasi muskulus spingter ani) atau komplet (laserasi di
dinding rektum).
5
6
2. Insisi lateral
Sayatan disini dilakuakan kearah lateral mulai kira-kira 3 jam
atau 9 jam menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang
tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi.
Luka sayatan dapat melebar kearah dimana terdapat pembuluh darah
pudental interna, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
3. Insisi mediolateral
Insisi ini aman, mudah untuk dilakukan sehingga paling sering
digunakan. Guntingan harus dimulai pada titik tengah lipatan kulit
tipis di belakang vulva dan diarahkan ke tuborsitas iskial ke bantalan
iskioerkta.
4. Insisi berbentuk J
Jenis insisi ini memiliki keuntungan insisi medial dan
memberikan akses yang lebih baik daripada pendekatan mediolateral.
Insisi lateral dibuat tangensial ke arah bagian anus berwarna coklat.
2.1.3. Alasan Dilakukan Episotomi
Episiotomi diperlukan jika :
1. Perineum tidak bisa meregang secara perlahan, latihan pernafasan dan
pemijatan akan membantu.
2. Kepala bayi mungkin terlalu besar untuk lubang vagina
3. Ibu tidak dapat mengontrol keinginan mengejan sehingga ibu berhenti
mengejan ketika justru diperlukan secara bertahap dan halus.
Episiotomi akan cepat mengeluarkan bayi, jika sang ibu mengalami
kesulitan untuk mengontrol keinginan mengejan pada tahap kedua.
4. Bayi tertekan.
5. Persalinan dilakukan dengan forsep (ekstraksi bayi pada kepalanya
dari jalan kelahiran).
6. Bayi sungsang
7
2.3. Nyeri
1. Pengertian
Smeltzer dan Bare (2002) dalam buku Judha (2017)
mendefinisikan nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan
potensial. Nyeri sangat menganggu dan menyulitkan lebih banyak orang –
orang dibanding suatu penyakit manapun.
2. Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap syimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (Nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic) ,
dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah , nyeri
yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda . Nosireceptor kutaneus
berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit
(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
10
h. Pola Koping
Pola koping adaptif akan seringkali bergantung mengatasi nyeri
dan sebaliknya pola koping yang maladiptive akan menyulitkan
seseorang mengatasi nyeri.
i. Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan.
7. Nyeri Perineum Pascasalin
Nyeri perineum (perineal pain) didefinisikan sebagai nyeri yang
terjadi pada badan perineum (perineal body), daerah otot dan jaringan
fibrosa yang menyebar dari simpisis pubis sampai ke coccygis oleh karena
adanya robekan yang terjadi baik di sengaja maupun yang rupture spontan.
Kondisi nyeri ini dirasakan ibu berbeda dengan nyeri lainnya.
Nyeri perineum cenderung lebih jelas dirasakan oleh ibu dan bukan seperti
rasa nyeri dialami saat berhubungan (intercourse). Nyeri perineum akan
dirasakan setelah persalinan sampai beberapa hari pascasalin. Nyeri ini
berbeda dengan dispareunia yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman yang
terjadi selama hubungan seksual (sexual intercourse), termasuk nyeri saat
penetrasi. Dispareunia dapat dikategorikan menjadi dyspareunia superfisial
dan dalam.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
17
tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri. Beberapa skala atau pengukuran nyeri, yaitu:
Tabel 2.1
Karakteristik Nyeri
Skala Karakteristik Nyeri
0 Tidak nyeri
1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam
3 Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian
4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan
pekerjaan, masih dapat dikalahkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, tapi
masih bisa bekerja
7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselangi istirahat/tidur,
masih bisa bekerja/berfungsi dengan sedikit usaha
8 Beberapa aktifitas fisik terbatas, kamu bisa membaca dan
berbicara dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala
pening.
9 Tidak bisa bicara, menangis, mengerang, dan merintih tak
dapat dikendalikan, penurunan kesadaran, mengigau
10 Tidak sadarkan diri/pingsan
Bagan 2.1
Kerangka teori
Tidak Nafsu
Ada indikasi Makan
episiotomi Nyeri : Sulit Tidur
Ringan Gangguan bonding
Sedang ibu dan bayi
Berat Stress
Rupture Perineum
Depresi
Derajat I, II, III, IV
21
22
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Defenisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Tingkat Ketidaknyaman Wawancara Lembar 0 Nyeri berat : Nominal
nyeri ibu ibu post partum Observasi jika skala
post partum yang dilakukan Visual nyeri 7-10
akibat Perobekan secara Analog 1 Nyeri Sedang
episiotomi sengaja Scale : jika skala
menggunakan nyeri 4-6
gunting di 2 Nyeri Ringan
perineum antara : jika skala
lubang vagina dan nyeri 1-3
anus 3 Tidak Nyeri
: jika skala
nyeri 0
3.6. Hipotesis
Ho:
24
Tidak adanya perbedaan antara tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida di
ruang bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
3.7. Pengumpulan Data
3.7.1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer data yang didapat dari wawancara. Dalam
melakukan wawancara peneliti dibantu oleh enumerator sebanyak 1
orang, sebelumnya peneliti melakukan persamaaan persepsi dengan
enumerator menyepakati kontrak waktu penelitian dan isi kuesioner
tidak boleh diisikan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang didapatkan dari
ruang bersalin RSUD Bayung Lencir.
3.7.2. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data
primer. Menurut Saryono (2018), data primer disebut juga dengan data
tangan pertama. Pengumpulan data yang dikumpulkan langsung dari
sumbernya. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
perbedaan antara tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida di ruang
bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
27
28
Shapiro-Wilka
Uji Normalitas
Statistic df Sig.
Episiotomi ,754 3 ,167
Rupture Spontan ,866 6 ,212
4.4. Pembahasan
4.4.1. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian mengenai “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu
Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum
Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir
Tahun 2023”, memiliki keterbatasan selama penelitian yaitu waktu
yang tersedia dan jumlah pasien yang bersalin. Peneliti mendapatkan
ibu bersalin dengan komplikasi, maka peneliti mengganti sampel
tersebut dengan sampel yang baru sesuai dengan kriteria inklusi pada
penelitian ini. Pada penelitian ini juga masih sulit untuk mendaapatkan
sampel penelitian dikarenakan rata-rata pasien yang melakukan
persalinan dengan tindakan seksio sesaria sehingga responden
memiliki keterbatasan dalam mendapatkan sampel penelitian.
4.4.2. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun
2023
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa nilai sig.
0,140 lebih besar dari 0,05 maka artinya H0 diterima, dan secara
otomatis Hi yang ditolak. Jadi kesimpulannya adalah hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada
ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum
spontan pada primigravida di ruang bersalin RSUD Bayung Lencir
tahun 2023.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat prawirohardjo (2008)
bahwa episiotomi dapat memberikan rasa ketidaknyamanan (nyeri)
pada ibu post partum serta ibu primipara akan lebih sulit mengontrol
nyerinya dikarenakan bagi ibu primipara merupakan pengalaman
pertama dalam melahirkan.
Penelitian ini didukung oleh Penelitian Utami (2015)
mengenai “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
32
antara kelompok 20-35 tahun dengan nilai p 0,017 yang artinya ada
perubahan signifkan.
Judha (2012) menuliskan dalam bukunya usia merupakan
variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri, perbedaan
kelompok usia mempengaruhi bagaimana mereka bereaksi terhadap
nyeri. Faktor risiko nyeri adalah tingkat elastisitas jaringan lunak pada
organ kewanitaan. Jaringan yang kurang elastis berpotensi mudah
mengalami robekan. Elastisitas jaringan lunak berbanding terbalik
dengan umur yaitu semakin bertambah umur maka elastisitas semakin
menurun.
Berdasarkan karakteristik pendidikan ibu post partum dengan
episiotomi mayoritas pendidikan SMU dengan tingkat nyeri berat
sebanyak 46, 7% dan nyeri sedang sebanyak 53,3%. Berbeda dengan
pendidikan ibu post partum dengan rupture spontan mayoritas SMP
dengan mayoritas mempunyai tingkat nyeri ringan sebanyak 60,0%
dan nyeri berat sebanyak 13,3 %. Hasil penelitian ini didukung
penelitian Maryuni (2020) mengenai Hubungan Karakteristik Ibu
Bersalin dengan Nyeri Persalinan di Puskesmas Kecamatan
Jatinegara, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan
nyeri persalinan pada ibu bersalin fase aktif di Puskesmas Kecamatan
Jatinegara dengan p-value 0,0031.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah intensitas
nyeri, karena dengan pendidikan yang semakin tinggi seseorang dapat
mengantisipasi rasa nyeri agar nyeri tersebut tidak terlalu berlebihan.
Seseorang dengan pendidikan yang semakin tinggi dapat
menyampaikan dan menangkap suatu informasi yang diperlukan
untuk suatu kehidupan dengan baik. Ibu yang mempunyai pendidikan
tinggi, mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang
kesehatan, lebih aktif dalam menentukan sikap, lebih mandiri dalam
mengambil tindakan perawatan. Sedangkan ibu yang berpendidikan
rendah akan berdampak terhadap rendahnya pengetahuan ibu untuk
34
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Perbedaan
Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan
Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir Tahun 2023”, maka dapat disimpulkan yaitu :
1. Sebanyak 3 responden (100,0%) mengalami nyeri berat pada ibu post
partum yang dilakukan episiotomi pada primigravida.
2. Sebanyak 6 responden (100%) mengalami nyeri berat pada ibu post
partum dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
3. Tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023, dengan nilai p-value 0,140.
5.2. Saran
1. Bagi RSUD Bayung Lencir
Diharapkan petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai nyeri pada ibu post partum, menjelaskan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan
baik dan dapat menjadi masukan data atau informasi bagi ibu post partum
dapat mengetahui tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat menambah referensi bacaan seperti buku Teori
Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan, Buku Ilmu Kebidanan, Buku
Anatomi Fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan dan
kebidanan Edisi 4, Buku Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, dan Buku
Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai dasar untuk lebih memahami tentang nyeri pada
36
37
Dewi, Retna Kumala, 2017. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum
Yang Mengalami Ruptur Spontan Dengan Yang Dilakukan Episiotomi Di
Rsud Panembahan Senopati Bantul.
Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes
RI.
Santi, Tri, 2019. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Mengalami Episiotomi Dengan Ruptur Perineum Spontan Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.
Sayiner, 2019. The effect of post partum perineal trauma on the frequencies
perineal pain, urinary incontinence anddyspareunia.The Internet Journal
of Epidemiology. Vol 8 Number 1.
Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa S-1
Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi mengadakan Penelitian tentang :
“Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023”.
Untuk tujuan tersebut, saya mohon kesediaan Ibu untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan, untuk dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi
peneliti. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas Ibu.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini sangat kami hargai dan atas
partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
( )
LEMBAR OBSERVASI
A. IDENTITIAS PASIEN
Nama :...............................................
Usia :...............................................
Pendidikan :...............................................
Pekerjaan :...............................................
Jumlah Anak :...............................................
Keterangan :
0 =Tidak ada keluhan nyeri
1-3 =Ada rasa nyeri, mulai terasa dan masih dapat ditahan
4-6 =Ada rasa nyeri, terasa mengganggu dengan usaha yang cukup kuat
untuk menahannya.
7-10 =Ada nyeri, terasa sangat mengganggu/ tidak tertahankan sehingga
harus meringis, menjerit bahkan berteriak.
Intensitas nyeri =
HALAMAN KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI S1 KEBIDANAN
Diketahui
Ka. Prodi S1 Kebidanan