Tugas Kelompok 5 Patofisiologi
Tugas Kelompok 5 Patofisiologi
Tugas Kelompok 5 Patofisiologi
OLEH :
KELOMPOK : V (LIMA)
NAMA ANGGOTA:
1.AYU SUNDARI (O1A122201)
2.AUREL WIDYA MEISYAROH (O1A122200)
3.ARINI ANGRENI (O1A122199)
4.DEA PRATIWI (O1A122203)
5.DESWITA PRATIWI (O1A122204)
6.DEVINTHA VIRANI (O1A122205)
7.ANNISA HILMI SALSABILAH (O1A122197)
8.AZZAHRA WULANINGRUM (O1A122202)
9.DIAN MARSALIA (O1A122206)
10.APRILIA QONITA AYU PRADINI (O1A122198)
FAKULTAS FARMASIH
KENDARI
2023
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
1. Metode Morfologi
a. Radiologi
Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk pemeriksaan radiologi. Parenkim paru-paru
yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X. sehingga
parenkim memberikan bayangan yang sangat memancar. Bagian yang lebih padat udara
akan sukar ditembus sinar X, sehingga bayangannya lebih padat. Benda yang lebih padat
akan memberikan kesan berwarna lebih putih daripada bagian yang berbentuk udara jika
dilihat pada lembar hasil radiologi dada.
b. Bronkoskopi
c. Pemeriksaan Biopsi Contoh jaringan untuk pemeriksaan biopsi dapat diperoleh dari
saluran pernapasan bagian atas atau bawah dengan menggunakan teknik endoskopi yang
memakai laringoskop atau bronkoskop. Manfaat biopsi paru-paru terutama berkaitan
dengan penyakit paru-paru yang bersifat menyebar yang tak dapat didiagnosis dengan cara
lain.
d. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab
penyakit pada berbagai pneumonia bakterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi
jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru-paru. Waktu terbaik pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur karena sekresi
abnormal bronkus cenderung berkumpul pada waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru-paru yang menggunakan spirometer akan menghasilkan gambaran fungsi
paru-paru seperti berikut:
a. Volume Alun Napas (Tidal Volume-TV) Volume alun napas yaitu volume udara yang masuk
dan keluar paru-paru pada pernapasan biasa dalam keadaan istirahat (N= + 500 ml).
Volume residu yaitu udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi maksimal
(L= +1200 ml, P=+1100 ml). Jika TV, IRV, ERV, dan RV dijumlahkan akan diperoleh volume
maksimum yang merupakan kapasitas maksimal paru-paru saat berkembang. Jika besar dua
jenis volume atau lebih dijumlahkan dalam satu kesatuan, maka dinamakan kapasitas
pulmonal. Selain itu, terdapat pula yang dinamakan volume kolaps dan volume minimal.
Volume kolaps adalah volume paru-paru jika mengalami kolaps. Volume minimal adalah
volume ketika paru-paru kolaps dan tidak bisa dikeluarkan lagi dengan cara apa pun.
d. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity-IC) Kapasitas inspirasi yaitu jumlah udara yang
dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah akhir ekspirasi secara biasa (IC = IRV + TV),
Kapasitas tersebut menunjukkan banyaknya udara yang dapat dihirup setelah taraf ekspirasi
secara biasa hingga pengembangan paru-paru secara maksimal.
Kapasitas vital yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru-paru selama
satu siklus pernapasan yaitu setelah inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal. (VC IRV+TV+
ERV). Kapasitas tersebut bermakna untuk menggambarkan kemampuan pengembangan
paru-paru dan dada.
g. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space)
Ruang rugi yaitu area di sepanjang saluran napas yang tidak terlibat proses pertukaran gas
(+ 150 ml). Tidal volume pada pria sejumlah 500 ml, maka yang mengalami pertukaran gas
hanya ± 350 ml karena 150 ml berada dalam ruang rugi.
Frekuensi napas yaitu jumlah pernapasan yang dilakukan per menit. Kecepatan pernapasan
dalam keadaan istirahat sekitar 15 kali per menit. Masing-masing volume dan kapasitas
paru-paru memiliki makna yang berbeda untuk menggambarkan kondisi paru-paru
seseorang. Besar volume dan kapasitas paru-paru berubah bila posisi tubuh berganti. Secara
umum, volume dan kapasitas paru-paru akan menurun bila seseorang berbaring dan
meningkat saat berdiri. Penurunan tersebut dikarenakan isi perut menekan ke atas atau ke
diafragma, sedangkan volume darah paru- paru justru meningkat. Oleh karena itu, ruangan
yang dapat diisi oleh udara dalam paru-paru menjadi berkurang.
Sampel darah yang akan dianalisis dengan menggunakan tes ini merupakan darah arteri
yang biasa digunakan yaitu arteri radialis karena mudah diambil.
2. Bronkhitis kronik
Bronkitis kronis adalah peradangan pada saluran bronkus yang umumnya berlangsung
selama 3 bulan atau terjadi beberapa kali dalam 2 tahun. Bronkitis kronis merupakan salah
satu jenis penyakit paru yang termasuk ke dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Bronkitis kronis ditandai dengan batuk yang hampir muncul setiap hari dalam kurun waktu
minimal 3 bulan dalam 1 tahun dan selama 2 tahun berturut-turut. Batuk juga bukan
disebabkan oleh TBC atau penyakit paru-paru lainnya.
Gejala lain dari bronkitis kronis yang umum terjadi meliputi:
Batuk disertai lendir berwarna kuning, hijau, atau putih Napas berbunyi atau
mengi,Nyeri dada,Mudah lelah,Sesak napas,Hidung tersumbat,Sakit kepala
Kuku, bibir, atau kulit berwarna kebiruan Patofisiologi
3. Atelektasis
Atelektasis merupakan salah satu komplikasi dari cerbral palsy, ini dikarenakan anak dengan
kondisi cp hampir semuanya memiliki level aktivitas yang rendah dibandingkan anak anak
biasanya. Jika aktivitas gerak rendah, pada tubuh tidak bergerak secara optimal sangkar
thorax sulit mengembang dan mengempis dengan penuh dan rileks. Selain itu, anak cerebral
palsy juga dapat disebabkan oleh kelainan saat dalam masa kehamilan, adhesif atelektasis,
respiratory distress syndrome pada bayi baru lahir Atelektasis yang terjadi pada anak
cerebral palsy pada karya tulis ilmiah ini diakibatkan oleh radang paru-paru, jika terjadi
penyumbatan dalam salura nafas maka udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran
darah sehingga alveoli menciut dan memadat.
4. Pneumotoraks
F. PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PARU
1. Emboli paru
Emboli paru merupakan salah satu kegawatdaruratan pada bidang kardiovaskular yang
cukup sering terjadi. Emboli paru merupakan peristiwa infark jaringan paru akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis akibat peristiwa emboli. Oklusi pada arteri
pulmonal dapat menimbulkan tanda gejala yang beragam, dari keadaan yang asimptomatik
hingga keadaan yang mengancam nyawa, seperti hipotensi, shok kardiogenik, hingga henti
jantung tiba-tiba.Beberapa penyebab utama dari sebuah kejadian emboli paru merupakan
tromboemboli vena, tetapi penyebab lain seperti emboli udara, emboli lemak, cairan
amnion, fragmen tumor, dan sepsis masih mungkin terjadi.1 Diagnosis dini penting untuk
ditegakkan karena tatalaksana dan intervensi harus segera dilakukan. Bergantung dari gejala
klinisnya, terapi awal bertujuan utama untuk mengembalikan aliran darah pada daerah yang
mengalami oklusi atau untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk. Pencegahan
sekunder memiliki peran sama pentingnya dengan terapi awal, sehingga
angka rekurensi emboli paru dapat menurun.Kebanyakan tanda dan gejala klinis yang
ditampilkan oleh emboli paru bersifat tidak spesifik dan dapat menjadi manifestasi dari
penyakit lainnya, seperti infark miokard dan pneumonia. Emboli paru dapat bersifat
asimptomatik hingga mengancam nyawa dengan tanda dan gejala dispnea berat, sinkop,
dan sianosis. Emboli paru juga dapat disertai dengan tachypnea, takikardia, ronki,
hemoptisis, batuk, dan nyeri pleuritik. Nyeri pleuritik terjadi apabila emboli paru
menyerang arteri pulmonalis bagian distal yang berdekatan dengan pleura.4 Berikut ini
merupakan tanda gejala emboli paru beserta dengan frekuensi terjadinya.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis emboli paru, perlu ditunjang dengan anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan imaging. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dapat
menegakkan diagnosis emboli paru, tetapi dapat dipergunakan untuk menilai kemajuan
terapi dan menilai kemungkinan diagnosis lainnya. Pada emboli paru dapat ditemukan
leukositosis lebih dari 20.000/mm3, hipoksemia akibat shunting dan penurunan ventilasi
dan penurunan tekanan parsial CO2 kurang dari 35 mmHg akibat mekanisme hiperventilasi.
Selain itu dapat ditemukan peningkatan kadar plasma D-dimer akibat proses fibrolisis
endogen yang dilepas di sirkulasi saat ditemukan adanya bekuan.Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas yang tinggi mencapai 94% tetapi spesifitias yang rendah (45%) karena D-dimer
juga dilepaskan pada keadaan lain seperti kanker, inflamasi, infeksi, nekrosis, dan diseksi
aorta. Apabila kadar D-dimer normal, maka diagnosis emboli paru dapat di singkirkan.
2. Edema paru
Edema paru didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi perpindahan cairan dari
vaskular paru ke interstisial dan alveoli paru.
1.Pada edema paru terdapat penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa secara
berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveoli paru. Edema yang terjadi akut dan luas
sering disusul oleh kematian dalam waktu singkat.
2. Edema paru dapat diklasifikasikan
sebagai edema paru kardiogenik dan edema paru non-kardiogenik.Edema paru kardiogenik
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru yang dapat terjadi akibat
perfusi berlebihan baik dari infus darah maupun produk darah dan cairan lainnya,sedangkan
edema paru nonkardiogenik disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler paru antara
lain padapasca transplantasi paru dan reekspansi edema paru, termasuk cedera iskemia
reperfusi-dimediasi.
3. KOR Pulmonale
G. GAGAL NAPAS
1. Gagal napas akut
Patofisiologi gagal napas akut adalah ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi paru yang
menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi karbon dioksida dan gangguan
pembuangan karbon dioksida yang menyebabkan hiperkapnia.
Etiologi gagal napas akut dapat dikelompokkan berdasarkan kategori penyakitnya, sebagian
etiologi dapat menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia sekaligus
2. Etiologi Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus dan
riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penganannya. Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri,virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antaralain Genus streptokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella
dan Corinebacterium. Sedangkan virus penyebab ISPA antaralain golongan
Miksovirus,Adenovirus, Koronavirus, Mikoplasma, Hervesvirus dll. Disamping beberapa
penyebab ISPA secara langsung diatas, ada juga yang bersifat tidak langsung diantaranya
a. Tingkat pendidikan dan pengetahuan Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi
perilaku individu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi kesadaran dan
pemahamannya tentang perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan dan berupaya untuk tetap mempertahankan status kesehatan yg lebih
optimal.
2. ISPB
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (ISPB) merupakan penyakit akut (durasi < 21 hari) dengan
gejala utama berupa batuk, dan disertai minimal satu gejala dari saluran napas bawah
(misal, demam, produksi sputum, sesak napas, mengi atau nyeri dada) dan tidak ada alasan
lain yang menyebabkan gejala-gejala tersebut. Definisi ini mencakup pneumonia, bronkitis
akut, dan eksaserbasi pada penyakit saluran napas infektif.
Patofisiologi infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) diawali dengan masuknya patogen
melalui proses inhalasi, aspirasi, ataupun penyebaran secara hematogen. Patogen akan
berinokulasi dan multiplikasi pada epitel saluran pernapasan kemudian menimbulkan reaksi
inflamasi dan respon sistemik. Reaksi inflamasi pada saluran pernapasan tersebut akan
menimbulkan gejala seperti batuk produktif, sesak, dan perubahan bunyi napas. Respon
sistemik yang paling sering muncul adalah demam.
3. Pneumonia bakterial
Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenal
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.Pneumonia adalah infeksi radang parenkim paru yang disebabkan karena
infeksi mikroorganisme. Infeksi yang didapat dari masyarakat disebut dengan pneumonia
komunitas merupakan infeksi yang paling serius. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia
bakterial tipe tipikal yang terutama mengenal parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal
yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.Pneumonia adalah
infeksi radang parenkim paru yang disebabkan karena infeksi mikroorganisme. Infeksi
yang didapat dari masyarakat disebut dengan pneumonia komunitas merupakan infeksi
yang paling serius.
J. TUBERKULOSIS PARU
TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan
oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit
tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar. Diperkirakan
bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi kuman M. tuberculosis.
Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang sejarahnya dapat di- lacak sampai ribuan
tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian
yang menakutkan. Sampai pada saat Robert Koch menemukan penyebabnya, penyakit ini masih
termasuk penyakit yang mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit yang mematikan ini adalah
"consumption". Gambar 8.6 adalah gambar poster kampanye pemberantasan tuberkulosis di
Amerika Serikat pada tahun 1915. Saat itu, masih dianut paham bahwa penularan TB adalah
melalui kebiasaan meludah di sembarang tempat dan ditularkan melalui debu dan lalat. Hingga
tahun 1960, paham ini masih dianut di Indonesia.
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai
pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
TB ekstra paru, atau TB di luar paru, adalah kondisi di mana infeksi bakteri M. tuberculosis telah
menyebar ke jaringan dan organ tubuh selain paru-paru. Organ yang dapat terinfeksi bakteri
penyebab TBC adalah kelenjar limpa, selaput otak, sendi, ginjal, tulang, kulit, bahkan alat
kelamin.Tanda-tanda dan gejala TBC di luar paru umumnya bervariasi, tergantung organ tubuh
mana yang terdampak. Meski begitu, ciri utama yang biasanya muncul adalah menurunnya
kondisi fisik secara bertahap.
Apa penyebab TB ekstra paru?
Bakteri M. tuberculosis yang berada di dalam paru-paru dapat menyebar secara hematogen
atau limfatik. Maksudnya, bakteri dapat menyebar lewat aliran darah atau pembuluh limfa
(kelenjar getah bening) yang berada di seluruh tubuh.
Namun, infeksi juga bisa saja dapat langsung menyerang organ tubuh tertentu, tanpa perlu
menyasar paru terlebih dulu.