LP Thypoid - Docx Rauf
LP Thypoid - Docx Rauf
LP Thypoid - Docx Rauf
THYPOID
Disusun oleh
NIM : PB1801036
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
THYPOID
A. PENGERTIAN
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan
Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta : Media Aesculapius.).
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat
endemic yang termasuk dalam penyakit menular ( Cahyono,2010). Sedangkan menurut
Elsevier 2013, demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi.
Jadi, demam thypoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram
negative (bakteri salmonella thypi) yang merupakan sistem pertahan tubuh dan masuk melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella
thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut getar, tidak berspora, dan
mempunyai tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut. Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada
suhu 15-41 oc (optimum 37oc) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang
terkontaminasi, fomitus dan lain sebagainya.
Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa salmonella parathypi A,B,
dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan berbagai
cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah :
1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi
2. Makanan mentah atau belum masak
3. Kurangnya sanitasi dan higienitas
4. Daya tahan tubuh yang menurus
C. PATHWAY
Salmonella typhosa
Saluran pencernaan
1. Demam
pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
menurun pada pagi hari dan mreningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
( ragaden). lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujungnya dan tepinya
kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan Limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gesilah (kecuali penyakit berat dan terhambat mensapatkan
pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dari
kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan
pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setalah suhu badan
normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadinya karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun obat zat anti.
Komplikasi
D. PATOFISIOLOGI
Bakteri salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh
melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri
yang mati. keadaan-keadaan seperti alkorhidiria,gastrektomi, pengobatan dengan antagonis
reseptor histamine H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan
mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus,
bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi sel mukosa dan menembus
dinding usus, tepatnya di ileum dan jejunum. sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus
halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang melewati sirkulai
sistemik sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. salmonella thypi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuclear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesentrika,
hati dan limfe (Soedarmo,Suwarmo S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics.
Jakarta : IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan
oleh jumlah dan virulansi kuman serta respon imun pejamu maka salmonella thypi akan keluar
dari habitnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini
organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh salmonella
thypi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan peyer’s patch dari
ileum terminal. Kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah dan
penyebaran retrograde dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang
dinding usus atau dikeluarkan oleh tinja. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam thypoid
tidak jelas, hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi
penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella thypi menstimulasi
magrofag di dalam hati, limpa, folikel, limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika
untuk memproduksi sitokinin dan zat-zat lain. Produk dari magrofag inilah yang dapat
menimbulkan nekrosis sel, sistem vascular tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang
belakang, kelainan pada darah dan menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,Suwarmo S
Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia
dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
G. PENATALAKSANAAN
A. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol
B. Keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi
perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi
f. Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari
(Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah III. Jakarta: EGC).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun –turun,
nyeri perut,pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke dalam tubuh.
Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2 Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi
urin tidak mengalami gangguan,hanya warna kuning kecoklatan. Klien dengan
demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dn merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit pada
anaknya.
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit
dan klien harus bed rest total.
g. Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-400C, muka kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
3. Sistem respirasi
5. Sistem intugumen
kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.
6. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor(khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik meningkat.
7.Sistem muskuluskeletal
8.Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan hati dan limpa membesar dengan konsistensi lunak serti
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltic usus meningkat.
2. Diagnosa keperawatan
2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
dan muntah.
3. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya b/d kurangya informasi.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal,turgor kulit kembali membaik.
Nic : Fever treatment
a. Monitor suhu
2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual
muntah.
Kriteria hasil : Peningkatan berat badan, tidak ada penurunan berat badan yang
berarti
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di
butuhkan.
Nutrition monitoring
Kriteria hasil :
a.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan.
b. Pasien dan eluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh
perawat/tim kesehatan lainnya.
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi fisiologi, dan dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat.
f. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.
Kriteria hasil :
i. Tingkatkan istirahat.
j. kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.
5. Kurang volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah atau pengeluaran yang
berlebihan,diare,demam (suhu tubuh meningkat).
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal, HT
normal.
e. monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat total dan pembatasan
karena pengobatan
2. Kaji kebutuhan klien untuk personal hygiene, berpakaian, mandi, cuci rambut,
toilething, makan.
1. Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing.
2. Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI,
Jakart.
6. Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.
7. Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI).