Panduan K3
Panduan K3
Panduan K3
NOMOR :
TANGGAL :
PANDUAN
PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
I. DEFINISI............................................................................................................................................................1
II. RUANG LINGKUP............................................................................................................................................1
III. TATA LAKSANA...........................................................................................................................................1
A. PENETAPAN KEBIJAKAN K3 DI PUSKESMAS....................................................................................1
B. PERENCANAAN K3 DI PUSKESMAS.....................................................................................................4
C. PELAKSANAAN RENCANA K3 DI PUSKESMAS..................................................................................2
D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3 DI PUSKESMAS........................................................3
E. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA K3 DI PUSKESMAS.................................................3
F. PENGENALAN POTENSI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RISIKO K3 DI PUSKESMAS............4
G. PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR..........................................................................................14
H. PENERAPAN PRINSIP ERGONOMI......................................................................................................15
I. PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA.............................................................................................19
J. PEMBERIAN IMUNISASI..........................................................................................................................20
K. PEMBUDAYAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI PUSKESMAS...............................22
L. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS DARI ASPEK K3...........................22
M. PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS DARI ASPEK K3...................................................................28
N. KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI KONDISI DARURAT/BENCANA TERMASUK KEBAKARAN28
O. PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3....................................................................................................30
P. PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK...................................................................................................31
Q. PELAPORAN INSIDEN DAN ATAU PENYAKIT AKIBAT KERJA......................................................31
R. PENANGANAN, KONSELING DAN TINDAK LANJUT PENYAKIT AKIBAT KERJA,
KEKERASAN ATAU CEDERA AKIBAT KERJA.............................................................................................32
IV. DOKUMENTASI..........................................................................................................................................35
I. DEFINISI
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
selanjutnya disebut K3 di Fasyankes adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi sumber daya manusia fasilitas pelayanan kesehatan, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan
kesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan
aktivitas kerja.
Panduan K3 Page 1
Komitmen K3:
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN
………….
Tempat, Tanggal
Kepala UPT.Puskesmas Kecamatan ……
Poster 5 R
ANDA MEMASUKI KAWASAN 5R
Panduan K3 Page 3
a. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data terkait K3 di
Puskesmas.
b. Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan
kepada Pimpinan yang berkaitan dengan K3 di Puskesmas.
c. Menyusun rencana program K3 di Puskesmas.
d. Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan standar
prosedur operasional.
e. Melaksanakan program K3 di Puskesmas.
f. Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disampaikan
kepada seluruh SDM Puskesmas.
g. Membantu pimpinan Puskesmas dalam menyelenggarakan SMK3 di
Puskesmas, promosi, penelitian sederhana, dan pelatihan terkait K3 di
Puskesmas.
h. Melakukan investigasi dalam setiap kejadian penyakit akibat kerja
dan kecelakaan akibat kerja.
i. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru dan
pembangunan gedung, serta pemeliharaannya.
j. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan K3 di Puskesmas.
k. Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan K3 di Puskesmas.
Untuk penanggung jawab K3 di Puskesmas yang bukan dalam bentuk
tim, antara lain memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun rencana program K3 di Puskesmas.
b. Melaksanakan program K3 di Puskesmas.
c. Mengumpulkan, mengolah, menganalisis data terkait K3 di Puskesmas,
dan menginformasikan kepada seluruh SDM Puskesmas.
d. Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan
kepada pimpinan Puskesmas yang berkaitan dengan K3 di Puskesmas.
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan
kegiatan K3 di Puskesmas.
B. PERENCANAAN K3 DI PUSKESMAS
Penyusunan perencanaan K3 di Puskesmas harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan, kondisi yang ada, dan berdasarkan hasil identifikasi
risiko yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyusunan identifikasi risiko, dapat mengacu pada tabel berikut:
Panduan K3 Page 4
Tabel. Identifikasi atau Pemetaan Risiko
Ruang KIA / KB / Suhu Disinfektan Percikan darah dan Posisi tidak natural Stres kerja Tertusuk jarum, tersayat alat
Imunisasi Kelembaban Merkuri cairan tubuh (duh Beban manual (angkat angkut pasien) Shift kerja tajam, terpeleset, tersetrum,
Pencahayaan tubuh) Jam kerja panjang terjatuh, tersandung.
Radiasi alat Virus HIV, hepatitis B
Bakteri
Panduan K3 Page 5
Potensi Untuk Kecelakaan
Ruang Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial
Kerja
jamur
Ruang konseling / Pencahayaan kurang Bahan pengharum ruangan Bakteri Posisi monoton >2 jam Stres Terpeleset, terjatuh,
KIE Suhu / kelembaban Disinfektan Virus Tata letak ruang Hubungan dengan tersandung.
Radiasi komputer Debu Jamur Work station tidak ergonomis klien / pasien
Vektor Hubungan
interpersonal pegawai
Ruang sterilisasi Pencahayaan kurang Klorin Virus Berdiri lama Kerja menoton Kesetrum, tertusuk benda
Suhu panas dari alat strilitator Formaldehyde Bakteri Angkat angkut barang Hubungan antar rekan tajam, terpeleset
Bising dari alat Jamur kerja
Getaran Cairan tubuh
Gelombang elektromagnetik
Laboratorium Suhu dan kelembaban Reagen Bakteri Posisi tidak natural Beban kerja Tertususk jarum, tergores
Getaran Disifektan Virus Posisi statis Shift kerja benda tajam, ledakan bahan
Pencahayaan Media / tutur Jamur kimia, kebakaran, tumpahan
Sinar UV Aerosol Parasit bahan kimia atau spesimen
Limbah infeksius
Percikan
kontaminasi
Ruang tindakan Suhu Disinfektan Cairan tubuh Posisi janggal Shift kerja Tertusuk jarum, tersayat
Kelembaban Alkohol mengandung virus, Berdiri lama Hubungan benda tajam
pencahayaan Kloreti bakteri, jamur. interpersonal
Ruang rongen Radiasi penion Bahan cuci film Bakteri Angkat angkut Hubungan Terpeleset, terjatuh,
Suhu dan kelembaban Virus Posisi kerja tidak natural interpersonal tersandung, tergores,
Pencahayaan kurang Jamur tersetrum, tertimpah barang
Vektor dan binatang
pengganggu
Ruang USG / EKG Radiasi Debu Bakteri Pekerjaan yang monoton Hubungan Tersetrum, tersandung
Gelombang suara Tinta printer Virus interpersonal
Pencahayaan Jamur
Suhu ruang vektor
Farmasi Suhu dan kelembaban Bahan larutan antiseptik Jamur Angkat angkut manual Kerja monoton Terpeleset, terjatuh,
Pencahayaan kurang maupun disinfektan Virus Posisi kerja tidak natural Beban kerja berlebih tersandung, tergores,
Debu vektor Gerakan berulang atau repesitif saat Hubunga dengan klien tersetrum, tertimpah barang
Obat dan bahan lainnya menggerus obat atau pasien
Hubungan dengan
Panduan K3 Page 6
Potensi Untuk Kecelakaan
Ruang Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial
Kerja
rekan kerja
Ruang rawat inap Suhu Disinfektan Virus posisi tidak natural shift kerja Tertusuk benda tajam atau
Kelembaban Obat-obatan Bakteri Angkat angkut pasien, barang beban kerja alat medis, tersandung,
Pencahayaan Debu Jamur (manual handling) hubungan terpeleset, terjatuh,
Parasit interpersonal tersetrum
vektor
Ruang pimpinan / Pencahayaan kurang Bahan kimia pengharum Tungau Duduk terlalu lama >2 jam kurang bergerak Stress Terpeleset, terjatuh,
ruang administrasi / Suhu / kelembaban yang kurang ruangan Legionella pada AC Ruang kerja sempit, tidak sesuai standar Beban kerja berlebih tersandung, tergores,
ruang rapat nyaman Debu Posiusi kerja tidak natural Job desk yang tidak tersetrum, tertimpa barang
Radiasi komputer (untuk monitor Penempatan alat kerja termasuk komputer jelas
jenis tabung / CRT ) tidak ergonomis Hubungan
interpersonal pegawai
Ruang administrasi Kelembaban Debu Jamur Duduk lama >2 jam beban kerja berlebih Terpeleset, terjatuh,
pencahayaan Posisi kerja yang tidak natural kerja monoton tersandung, tergores,
Tata letak komputer Hubungan tersetrum, tertimpa barang
Tata letak ruang interpersonal pegawai
Gudang obat Suhu dan kelembaban Bahan larutan obat Jamur Angklat angkut manual Kerja monoton Terpeleset, terjatuh,
Pencahayaan kurang antiseptik maupun Vektor Posisi kerja tidak natural Beban kerja berlebih tersandung, tergores,
desinfektan (tikus, kecoa) tersetrum, tertimpa barang,
Debu Tungau terbakar
Legionella pada AC
Gudang logistik Suhu dan kelembaban Debu Bakteri, Vektor Angkat angkut manual Hubungan Lantai licin
Pencahayaan kurang Binatang pembawa Postur janggal interpersonal Tabung gas
penyakit
Toilet Kelembaban Bahan kimia Bakteri (E. Coli) Terpeleset, terjatuh
pencahayaan Desinfektan Parasit
Virus
Ruang laundry Suhu Detergen Virus, Bakteri, Jamur manual handling Kerja monoton Terpeleset, tersetrum,
Kelembaban Klorin Bahan linin yang (angkat angkut manual) Beban kerja berlebih tersandung, tersundut
Getaran Disinfektan terkontaminasi pasien Repetitis Hubungan setrika, ledakan gas
Bising Bahan pewangi infeksius Postur janggal / statis interpersonal
Ruang genset Suhu, Kebisingan,Getaran Bahan bakar Tersengat listrik, ledakan,
Gas CO keracunan gas CO
Ruang TPS (Tempat Suhu Gas metana, Bau tajam, Virus Angkat angkut manual (manual handling) Tersayat benda tajam
Penampungan Kelembaban B3 (bohlam pecah, batu Bakteri Tertusuk jarum
Panduan K3 Page 7
Potensi Untuk Kecelakaan
Ruang Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial
Kerja
Sementara limbah) Pencahayaan alami batre bekas, botol tinta, Jamur
pengharum ruangan Vektor
(spray) bekas, dll)
Panduan K3 Page 8
Berdasarkan identifikasi risiko tersebut, selanjutnya Puskesmas
membuat perencanaan K3 di Puskesmas. Contoh penyusunan perencanaan
K3 di Puskesmas dapat melihat tabel berikut:
Panduan K3 Page 3
Evaluasi kegiatan dapat dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun untuk
melihat capaian program berdasarkan rencana kegiatan tahunan. Berdasarkan
hasil pemantauan dan evaluasi, pimpinan Puskesmas bertanggung jawab
menetapkan hasil pemantauan dan evaluasi serta melaksanaan tindakan
perbaikan dari hasil laporan pemantauan dan evaluasi.
Panduan K3 Page 4
b. Penilaian dampak/ akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang
dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
c. Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi.
d.
Contoh yang termasuk kategori risiko tinggi di Puskesmas adalah tertusuk
jarum suntik dan bahaya faktor biologi seperti bakteri, virus, jamur. Ruang risiko
tinggi pada Puskesmas terjadi pada karyawan di ruang poli umum, UGD, dan poli
gigi.
Panduan K3 Page 5
Setelah dilakukan penilaian risiko, perlu dilakukan pengendalian risiko
berdasarkan skala prioritas tingkat risiko sebagaimana tertera pada tabel
berikut.
Tingkat
Deskripsi Pengendalian
Risiko
Risiko Ada kemungkinan rendah bahwa Prioritas 3
rendah cedera atau gangguan kesehatan
minor terjadi saat ini, dengan dampak
kesehatan yang ringan hingga sedang
Risiko Konsekuensi atau keparahan dari Prioritas 2
sedang cedera dan gangguan kesehatan
tergolong kategori serius meskipun
probabilitas kejadiannya rendah
Panduan K3 Page 6
Risiko Kemungkinan besar terjadi gangguan Prioritas 1
tinggi kesehatan dan cedera yang moderate
atau serius atau bahkan kematian.
Panduan K3 Page 7
No. Ruangan Faktor Potensi Bahaya Dampak Probabilitas Tingkat Bahaya
Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
- Posisi kerja
- Cara kerja
7 Gudang obat Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
- Posisi kerja
- Cara kerja
Kimia Gangguan pernapasan, Sering Tinggi
- Debu partikel iritasi, keracunan
- Larutan (obat cair)
- Desinfektan
8 Ruang bersalin Biologi - Tertular penyakit dari Sering Tinggi
- Biologi pasien
- Virus - Terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Kimia Batuk, iritasi, keracunan Sering Tinggi
- Desinfektan
Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
- Posisi kerja
- Cara kerja
Kecelakaan kerja - Hepatitis Sering Tinggi
- Tertusuk jarum - HIV
9 Laboratorium Biologi - Tertular penyakit dari Sering Tinggi
- Biologi pasien
- Virus - Terkena percikan darah,
droplet, cairan tubuh
Kimia Batuk, iritasi, keracunan Sering Tinggi
- Reagen
Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
- Posisi kerja
- Cara kerja
Kecelakaan kerja - Hepatitis Sering Tinggi
- Tertusuk jarum - HIV
10 Ruangan Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
administrasi - Posisi kerja
- Cara kerja
Psikososial Stress kerja Sering Tinggi
- Beban kerja
- Hubungan antar
pegawai
11 Gudang barang / Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
alat kesehatan - Posisi kerja
- Cara kerja
- Cara angkat dan
angkut
Biologi - Gangguan kulit Sering Tinggi
- Jamur - Gangguan pernapasan
- Vektor
Fisik - Gangguan kulit Sering Tinggi
- Suhu panas - Cepat lelah
Kimia Gangguan pernapasan Sering Tinggi
- Debu
12 Dapur Fisik - Gangguan kulit Sering Tinggi
- Suhu panas - Dehidrasi
Kecelakaan kerja - Trauma Sering Tinggi
- Terpeleset - Luka potong
- Terpotong - Luka bakar
- Tersiram minyak
panas
Panduan K3 Page 8
No. Ruangan Faktor Potensi Bahaya Dampak Probabilitas Tingkat Bahaya
Ergonomi Gangguan otot rangka Sering Tinggi
- Posisi kerja
- Cara kerja
2. Pengendalian Risiko K3
Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya
pengendalian potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja. Pengendalian
risiko perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko. Metode
pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian.
Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas
yang paling tinggi hingga rendah, sebagai berikut:
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang menjadi pilihan
pertama untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan bahaya
dari tempat kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk benar-benar
dihilangkan dari tempat kerja.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja
dengan alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah
sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya dampak yang serius.
Contohnya:
a. Mengganti tensi air raksa dengan tensi digital
b. Mengganti kompresor tingkat kebisingan tinggi dengan tipe yang
kebisingan rendah (tipe silent kompresor)
3) Pengendalian Teknik
Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa desain alat
dan/atau tempat kerja. Pengendalian risiko ini memberikan
Panduan K3 Page 9
perlindungan terhadap pekerja termasuk tempat kerjanya. Untuk
mengurangi risiko penularan penyakit infeksi harus dilakukan
penyekatan menggunakan kaca antara petugas loket dengan
pengunjung/pasien. Contoh pengendalian teknik yaitu: untuk meredam
suara pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi seperti:
a. Pada poli gigi khususnya menggunakan unit dental dan kompresor
b. Pada ruang genset
4) Pengendalian Administrasi
Pengendalian administrasi berfungsi untuk membatasi pajanan pada
pekerja. Pengendalian administrasi diimplementasikan bersamaan
dengan pengendalian yang lain sebagai pendukung. Contoh
pengendalian administrasi diantaranya:
a. Pelatihan/sosialisasi/penyuluhan pada SDM Puskesmas
b. Penyusunan prosedur kerja bagi SDM Puskesmas
c. Pengaturan terkait pemeliharaan alat
d. Pengaturan shift kerja
Contoh penggunaan APD dan lokasi penggunaannya dapat melihat tabel berikut:
Tabel. APD dan Lokasi Pemakaian
A
No P Lokasi Pemakaian APD
1 D kepala/
Penutup Laboratorium, ruang sterilisasi, ruang tindakan, ruang KIA,
. Penutup telinga dapur
Khusus penutup telinga: Penggunaan lebih sering jika ada
sumber bising di atas Nilai Ambang Batas (85 dba) seperti di unit
ganset, proses pembangunan, dan lainnya.
2 Kacamata khusus Laboratorium, ruang tindakan dokter gigi, ruang sterilisasi, ruang
. insersi IUD, pertolongan persalinan, ruang pembuatan
kacamata
Panduan K3 Page 10
A
No P Lokasi Pemakaian APD
4 D
Masker Ruang persalinan, ruang tindakan untuk kasus infeksi, balai
. pengobatan, ruang tindakan dokter gigi, balai pengobatan,
laboratorium, loket, ruang rekam medik, ruang farmasi, dapur,
cleaning service, ruang pembuatan kacamata, unit transfusi
darah
6 Sarung tangan Ruang tindakan, ruang KIA, ruang tindakan dokter gigi, ruang
. sterilisasi, laboratorium, dapur, cleaning service, optik, ruang
farmasi, unit tansfusi darah
7 Sepatu boot Tempat pembuangan limbah, ruang laundry, pertolongan
persalinan
8 Jas lab Ruang farmasi, laboratorium
9 Coverall Ruang observasi khusus dalam pelayanan kekarantinaan
kesehatan
Panduan K3 Page 11
Gambar . Penutup Telinga
5) Masker
Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang berfungsi
untuk melindungi pernafasan dari mikrobakterium dan virus yang
ada di udara, dan zat- zat kimia yang digunakan. Bagi SDM
Puskesmas yang menggunakan respirator harus dilatih untuk
menggunakan dan memelihara respirator khusus secara tepat.
SDM Puskesmas harus tahu keterbatasan dan pengujian
kecocokan respirator secara tepat, minimal masker dengan tipe
N95 atau masker yang dapat memproteksi SDM dari paparan
risiko biologi maupun kimia.
Panduan K3 Page 12
Gambar 6. Masker dan respirator
6) Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan bahan karet, kain)
Sarung tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi
tangan dari darah dan cairan tubuh, zat- zat kimia yang
digunakan, dan limbah yang ada.
Gambar . Apron
9) Coverall
Coverall adalah alat yang berfungsi untuk melindungi seluruh
tubuh dari kepala sampai kaki dari penularan melalui percikan
darah ataupun cairan tubuh sangat infeksius yang masuk melalui
mucous membrane atau luka. Penyediaan APD ini diutamakan
pada Puskesmas yang melakukan pelayanan dengan kasus
karantina atau Puskesmas dengan pandemic wabah, radiasi dan
paparan bahan kimia yang sangat toksik
Gambar . Coverall
Panduan K3 Page 14
b. Membersihkan tangan dengan cairan berbahan dasar alkohol atau handrub
Panduan K3 Page 15
4. Dekontaminasi peralatan
Panduan K3 Page 16
memindahkan), contoh kegiatan memindahkan pasien di tempat tidur
sesuai dengan prosedur sebagai berikut:
a. Sesuaikan tinggi tempat tidur dengan pinggang
b. Pastikan tempat tidur/brankar terkunci
c. Badan tidak melintir sebagian dalam menolong, putar badan secara
keseluruhan
d. Tekuk kaki untuk penyesuaian bukan membungkukkan punggung
(tulang punggung posisi netral)
e. Ukur kemampuan untuk menolong, upayakan ada penolong atau
bantuan.
2. Postur Kerja
Postur kerja dalam memberikan asuhan pelayanan di Puskesmas merupakan
salah satu faktor risiko ergonomi yang menyebabkan gangguan kesehatan jika
tidak melakukan proses kerja yang ergonomi. Postur kerja dalam keadaan
duduk harus memperhatikan beberapa hal berikut agar dapat bekerja dengan
nyaman:
a. Pada saat duduk, posisikan siku sama tinggi dengan meja kerja, lengan
bawah horizontal dan lengan atas menggantung bebas.
b. Atur tinggi kursi sehingga kaki Anda bisa diletakkan di atas lantai dengan
posisi datar. Jika diperlukan gunakan footrest terutama bagi SDM yang
bertubuh mungil.
c. Sesuaikan sandaran kursi sehingga punggung bawah Anda ditopang
dengan baik.
d. Atur meja kerja supaya mendapatkan pencahayaan yang sesuai. Hal
ini untuk menghindari silau, pantulan cahaya dan kurangnya pencahayaan
dengan Nilai Ambang Batas peruntukan pekerjaan yang dilakukan.
e. Pastikan ada ruang yang cukup di bawah meja untuk pergerakan kaki.
f. Hindari tekanan berlebihan dari ujung tempat duduk pada bagian
belakang kaki dan lutut.
g. Letakkan semua dokumen dan alat yang diperlukan dalam jangkauan
Anda. Penyangga dokumen (document holder), alat dan bahan dapat
digunakan untuk menghindari pergerakan mata dan leher yang janggal.
Panduan K3 Page 17
c. Postur berdiri sebaiknya tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama
(+<1 jam atau <4 jam sehari) untuk menghindari kerja otot yang statik, jika
prostur kerja dilakukan berdiri sebaiknya sedinamis mungkin.
d. Jaga punggung dalam posisi netral.
e. Jika pekerjaan berdiri dilakukan dalam jangka waktu lama, maka perlu ada
foot step (pijakan kaki) untuk mengistirahatkan salah satu kaki secara
bergantian.
f. Perlu disediakan tempat duduk untuk istirahat sejenak
Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara khusus contoh postur kerja yang
ergonomi bagi bidan atau tenaga kesehatan penolong persalinan yaitu:
a. Posisi penolong berdiri dengan fisiologi
b. Kaki rata dengan lantai
c. Gunakan sepatu tahan slip
d. Atur posisi berdiri dekat dengan proses kelahiran
e. Jika harus menunduk harus kurang 20 o dan dengan kaki menekuk dari
pinggan sampai lutut bukan punggung.
f. Pada proses mengeluarkan bayi atau jahit/hetching menggunakan
bangku untuk footstep
g. Guna bangku khusus/tangga untuk menggapai benda dan alat kerja yang
lebih tinggi.
h. Minta bantuan asisten jika berat bayi atau benda diangkat melebihi standar
i. Lakukan olahraga seperti senam, berenang, joging secara teratur untuk
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan fisik.
4. Shift Kerja
Shift kerja harus memperhatikan durasi kerja yang sesuai dengan peraturan
yaitu 40 jam per minggu, sehingga shift kerja yang disarankan sebaiknya yang
3 shift dengan masing-masing shift 8 jam kerja selama 5 hari kerja per minggu
atau sesuai peraturan yang ada.
Panduan K3 Page 18
5. Durasi Kerja
Durasi kerja untuk setiap karyawan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan antara lain:
a. 7 (tujuh) jam 1 (hari) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (hari) dan
40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu.
b. Jika terdapat kerja lembur harus mendapat persetujuan sumber daya
manusia yang bersangkutan dengan ketentuan waktu kerja lembur paling
banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu.
c. Aktivitas rutin setiap 2 jam kerja sebaiknya diselingi peregangan.
Panduan K3 Page 19
iv. Tangga tidak boleh menjadi area untuk menyimpan barang,
berkumpul, dan segala aktivitas yang dapat menghambat lalu
lalang.
v. Bahaya jatuh dapat dicegah melalui kerumahtanggaan
Puskesmas yang baik, cairan tumpah harus segera dibersihkan
dan potongan benda yang terlepas dan pecahan kaca harus
segera diambil.
vi. Bahaya tersandung dapat diminimalkan dengan segera
mengganti ubin rusak dan karpet usang.
vii. Menggunakan listrik dengan aman.
3. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Persiapan alat dan bahan :
1) Kit Posbindu
2) Kit Pemeriksaan Umum
3) Absensi Pegawai Puskesmas
4) Register Hasil pemeriksaan
5) ATK
2. Petugas yang melaksanakan :
1) Pelaksana K3
2) Pelaksana PTM
Panduan K3 Page 20
3) Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan Umum
4) Pelaksana Laboratorium
5) Pelaksana KIE
3. Langkah-langkah :
a. Pelaksana K3 menyusun jadwal pemeriksaan kesehatan berkala bagi
pegawai puskesmas (minimal 1 tahun sekali) dengan tidak mengganggu
proses pelayanan kepada pasien;
b. Pelaksana K3 menyampaikan rencana jadwal pemeriksaan kesehatan
kepada Pelaksana PTM, pelaksana Pemeriksaan Umum dan
pelaksana laboratorium;
c. Pelaksana K3 menyampaikan jadwal pemeriksaan kesehatan kepada
Kepala Puskesmas;
d. Kepala Puskesmas mengumumkan kepada seluruh pegawai
puskesmas untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan berkala dengan
membawa Kartu BPJS;
e. Pelaksana K3, Pelaksana PTM, Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan
Umum dan Pelaksana Laboratorium mempersiapkan alat pemeriksaan,
absensi petugas, register hasil dan tempat pemeriksaan;
f. Pelaksana K3, Pelaksana PTM, Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan
Umum dan Pelaksana Laboratorium melaksanakan pemeriksaan;
g. Seluruh pegawai melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai jadwal
yang telah diterima;
h. Pelaksana PTM dan Pelaksana Pelayanan Pemeriksaan Umum
menyampaikan hasil pemeriksaan dan mencatatnya ke dalam rekam
medis pegawai dan register pemeriksaan;
i. Bagi pegawai puskesmas yang perlu melakukan pemeriksaan lebih
lanjut ke Fasyankes Tingkat Rujukan, dibuatkan surat rujukan dan
mengorganisir kelengkapan rujukan seperti kartu BPJS yang masih
aktif. Jika pegawai tidak memiliki BPJS, maka diupayakan melalui
program Bantuan Sosial Kabupaten Sumbawa atau program bantuan
lainnya;
j. Jika menemukan pegawai pegawai puskesmas yang dideteksi
mengidap penyakit akibat kerja (kondisi-kondisi umum yang
berhubungan dengan pekerjaan, seperti cedera punggung, atau cedera
yang lebih mendesak) maka dilakukan pengendalian risiko dan KIE;
k. Pelaksana K3 dan dokter pelaksana pelayanan pemeriksaan umum
melaporkan secara umum hasil pemeriksaan kesehatan berkala kepada
Kepala Puskesmas untuk dilakukan pengendalian risiko (diupayakan
untuk tetap menjaga kerahasiaan data terkait kasus-kasus penyakit
tertentu sesuai ketentuan yang berlaku);
l. Pelaksana K3 melakukan evaluasi dan tindak lanjut hasil pemeriksaan
kesehatan berkala.
J. PEMBERIAN IMUNISASI
Pemberian imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit. SDM Puskesmas memiliki risiko tertular penyakit
infeksi seperti Hepatitis, Influenza, Varicella, dan lain lain. Beberapa penyakit
infeksi dapat dicegah dengan imunisasi. SDM Puskesmas harus mendapatkan
imunisasi khususnya pada SDM Puskesmas yang memiliki risiko tinggi.
Panduan K3 Page 21
Pemberian imunisasi diprioritaskan untuk imunisasi Hepatitis B, karena tingginya
risiko penularan Hepatitis B pada SDM Puskesmas.
Imunisasi hepatitis B kepada pegawai puskesmas dapat memberikan keuntungan
baik bagi pegawai maupun instansi puskesmas. Harapannya dengan pemberian
imunisasi ini petugas kesehatan yang memberikan pelayanan dapat bekerja
maksimal, karena pemberian vaksin ini bertujuan untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, agar ketika terjangkit penyakit yang sebenarnya, tubuh sudah
siap menangkalnya sehingga tidak berkembang menjadi penyakit. Dengan
demikian, petugas kesehatan dapat secara maksimal menjaga kesehatan dan
keselamatan pasien serta mewujudkan pelayanan paripurna puskesmas.
1. Sasaran
Sasaran kegiatan pemberian imunisasi Hepatitis B adalah:
a. Tenaga medis (kontak langsung dengan pasien) seperti perawat, bidan,
dokter, perawat gigi, dan dokter gigi, analis.
b. Tenaga lainnya yang diberikan imunisasi Hepatitis B yaitu Pelaksana
Laundry (jika ada), Pelaksana Kesehatan Lingkungan yang mengelola
sampah medis dan Petugas Kebersihan.
c. Pegawai yang memiliki titer anti Hbs <10u/ml dari hasil pemeriksaan
kesehatan berkala (GCU).
3. Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan alat dan bahan :
1) Kit Imunisasi
2) Kit pemeriksaan HbSAg
3) Rekam Medis;
4) Kartu Imunisasi
5) Absensi Pegawai Puskesmas
6) Register Hasil pemeriksaan
7) ATK
b. Petugas yang melaksanakan :
1) Pelaksana K3
2) Pelaksana Imunisasi
3) Pelaksana Laboratorium
c. Langkah-langkah :
1) Pelaksana K3 menyusun jadwal pemberian imunisasi bagi pegawai
puskesmas sesuai Tingkat Risiko Pelayanan yaitu tenaga medis (kontak
langsung dengan pasien) dengan tahapan:
a) Tahap pertama edukasi
Panduan K3 Page 22
b) Tahap kedua adalah screening yaitu mencakup pemeriksaan darah
untuk mengetahui status AntiHbsAg
c) Tahap ketiga adalah vaksinasi yang dilakukan sebanyak tiga kali
yaitu vaksinasi bulan 0, 1 dan 6.
2) Pelaksana K3 menyampaikan rencana jadwal dan jumlah peserta
pemberian imunisasi kepada Pelaksana Imunisasi dan pelaksana
laboratorium;
3) Pelaksana Imunisasi dan pelaksana laboratorium melakukan
pengecekan jumlah vaksin, kartu imunisasi, dan jumlah kebutuhan
pemeriksaan Anti HbsAg;
4) Pelaksana K3 menyampaikan jadwal pemberian imunisasi kepada
Kepala Puskesmas;
5) Kepala Puskesmas mengumumkan kepada pegawai yang menjadi
sasaran pemberian imunisasi untuk mengikuti pemberian imunisasi
dengan membawa Kartu BPJS;
6) Pelaksana K3, Pelaksana Imunisasi dan pelaksana laboratorium
mempersiapkan kit imunisasi, kartu imunisasi, pemeriksaan Anti HbsAg,
absensi petugas, register hasil dan tempat pemberian imunisasi;
7) Pelaksana K3, Pelaksana Imunisasi dan pelaksana laboratorium
memberikan edukasi tentang pentingnya imunisasi;
8) pelaksana laboratorium melanjutkan kegiatan pemeriksaan HBSAg.
9) Bagi yang memiliki hasil laboratorium HbSAg non reaktif (negatif) dan
titer anti Hbs <10u/ml dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala ( GCU)
maka dilanjutkan dengan kegiatan imunisasi;
10)Pelaksana imunisasi mencatat dalam rekam medis pegawai dan
register imunisasi serta kartu imunisasi;
11)Pelaksana K3 melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala
Puskesmas;
12)Pelaksana K3 melakukan evaluasi dan tindak lanjut hasil pemberian
imunisasi.
Panduan K3 Page 23
L. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS DARI ASPEK K3
1. Pengelolaan Sarana dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Memastikan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban
muatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Memastikan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Persyaratan Penempatan APAR:
Jarak tempuh penempatan APAR dari setiap tempat atau titik dalam
bangunan harus tidak lebih dari 25 m.
Mudah terlihat, termasuk instruksi pengoperasiannya dan tanda
identifikasinya.
Mudah dicapai (tidak terhalang oleh peralatan atau material-
material).
APAR diletakkan di atau dekat koridor atau lorong yang menuju exit.
APAR diletakkan dekat dengan area yang berpotensi bahaya
kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak oleh
sambaran api
Tempatkan APAR sesuai dengan karakteristik tempat.
Hindari tempat yang menyebabkan korosif.
Jika di luar ruangan, APAR terlindungi dari kerusakan.
Dalam area khusus, apabila bahan yang disimpan mudah terbakar di
dalam ruangan yang kecil atau tempat tertutup, tempatkan APAR di
luar ruangan.
Kapasitas APAR minimal 2 kg dengan ketentuan sekurang-
kurangnya 1 (satu) buah APAR untuk ruangan tertutup dengan luas
tidak lebih dari 25m2 dan minimal 2 (dua) buah APAR kimia untuk
luas tempat parkir tidak melebihi 270 m2.
Setiap SDM Puskesmas mampu menggunakan APAR sesuai
standar prosedur operasional yang tersedia di tabung APAR dan
melakukan pemantauan kondisi dan masa pakai secara berkala
minimal 2 kali dalam setahun.
Panduan K3 Page 24
Setiap bangunan Puskesmas yang memiliki 2 (dua) lantai atau lebih,
harus memiliki tangga darurat. dengan ketentuan:
a) Tangga darurat/penyelamatan harus dilengkapi dengan pintu
darurat, diutamakan tahan api, dengan arah pembukaan ke arah
tangga dan dapat menutup secara otomatis. Pintu harus dilengkapi
petunjuk “KELUAR” atau “EXIT” dengan warna terang dan terlihat
pada saat gelap.
b) Tangga darurat dan bordes harus memiliki lebar minimal 1,20 m dan
tidak boleh menyempit ke arah bawah.
c) Tangga darurat harus dilengkapi pegangan tangan yang kuat
setinggi 1,10 m dan mempunyai lebar injakan anak tangga minimal
28 cm dan tinggi maksimal anak tangga 15-17 cm.
d) Ketentuan lebih lanjut tentang tangga darurat mengikuti ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
3) Pintu Darurat
Beberapa ketentuan yang perlu dipenuhi untuk pintu darurat, antara lain
sebagai berikut:
a) Setiap bangunan atau gedung yang bertingkat lebih dari 2 (dua)
lantai harus dilengkapi dengan pintu darurat.
b) Lebar pintu darurat minimal 100 cm, membuka ke arah tangga
penyelamatan, kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar
(halaman).
c) Pintu darurat diutamakan harus tahan terhadap api.
d) Ketentuan lebih lanjut tentang pintu darurat mengikuti ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam standar yang dipersyaratkan.
4) Keselamatan Lift
Memastikan setiap lift harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang undangan.
5) Peringatan Bahaya/Sistem Alarm Pada Gedung
Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana
penyelamatan berupa sistem alarm, yang dimaksudkan untuk
memberikan peringatan dini berkaitan dengan bahaya kebakaran,
gempa dan lain- lain. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan sistem
instalasi lift, pressure fan untuk tangga darurat. Persyaratan peringatan
bahaya atau sistem alarm memiliki detektor panas asap dan nyala api
(heat detector). Penempatan dan pemasangan detektor tersebut
mengacu pada peraturan yang berlaku.
6) Proteksi Kebakaran
Proteksi terhadap kebakaran gedung Puskesmas sesuai dengan
peraturan perundangan undangan dan minimal tersedia APAR.
Panduan K3 Page 25
c. Memastikan memantau berfungsinya prasarana yang meliputi instalasi
listrik, sistem pencahayaan dan sistem grounding (sistem pembumian), dan
APAR.
d. Memastikan penghawaan/kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara
tersedia dengan baik, melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau
ventilasi buatan. Dengan persyaratan sebagai berikut:
1) Jumlah bukaan ventilasi alami tidak kurang dari 15% terhadap luas
lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi. Khusus ventilasi dapur
minimal 20% dari luas dapur (asap harus keluar dengan sempurna atau
dengan ada exhaust fan atau peralatan lain). Sedangkan sistem
ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat
tidak memadai.
2) Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga)
elemen dasar, yaitu:
a) Jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk dalam ruang pada
waktu tertentu.
b) Arah umum aliran udara dalam gedung seharusnya dari area bersih
ke area terkontaminasi dan dipastikan terjadi pertukaran antara
udara didalam ruang dengan udara dari luar.
Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik, atau campuran perlu
memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur bangunan, lokasi/letak
bangunan terhadap bangunan lain, cuaca, biaya dan kualitas udara
luar.
Panduan K3 Page 26
Ruang Lux Keterangan
Gudang/ruang penyimpanan 100 Jika ruangan
digunakan bekerja
terus menerus maka
tingkat pencahayaan
minimal 200 lux
Panduan K3 Page 27
e. Memastikan kualitas udara dalam ruang sesuai dengan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
f. Memastikan kondisi kualitas tanah tidak berpotensi sebagai media
penularan penyakit antara lain tanah bekas tempat pembuangan akhir
sampah, tidak terletak di daerah banjir, tidak berada di bantaran
sungai/aliran sungai/longsor dan bekas lokasi pertambangan.
g. Memastikan penerapan prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan
pangan di Puskesmas.
h. Memastikan prasarana untuk mencegah perkembang biakan vektor
penyakit, mengamati dan memeriksa adanya tanda-tanda kehidupan vektor
dan binatang pembawa penyakit, antara lain tempat berkembangbiaknya
jentik, kecoa, nyamuk dan jejak tikus, serta kucing.
1) Sarana dan bangunan di lingkungan kerja Puskesmas harus memenuhi
syarat kesehatan lingkungan serta persyaratan dalam pencegahan
terjadinya kecelakaan.
2) Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum bagi Puskesmas yang
melakukan pemeriksaan spesimen antara lain:
Jas laboratorium sesuai standar,
Sarung tangan,
Masker,
Alas kaki/sepatu tertutup,
Sepatu anti slip harus dipakai di laboratorium, sedangkan sepatu
dengan jempol terbuka dan sandal tidak disarankan untuk dipakai
oleh SDM Puskesmas laboratorium yang bekerja dengan melibatkan
berbagai bahan kimia yang berbahaya. SDM Puskesmas yang
membersihkan tumpahan bahan kimia perlu memakai alas kaki yang
resisten atau kedap bahan kimia. Khusus untuk laboratorium, alas
kaki harus dirancang dengan bahan yang tepat agar bisa sebagai
pelindung yang baik bila diperlukan.
Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air
mengalir
Lemari asam (fume hood) dilengkapi dengan exhaust ventilation
system
Pipetting aid, rubber bulb
Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
Pemancur air (emergency shower)
Kabinet keamanan biologis kelas I, II, atau III (tergantung dari jenis
mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa di laboratorium
Penyediaan eye wash/shower dan body wash diperuntukkan yang
menggunakan bahan kimia atau bahan biologi dengan biosafety
level 2 atau lebih
3) Sarana dan prasarana dalam penyimpanan vaksin menggunakan
sistem rantai dingin (cold chain) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Panduan K3 Page 28
M. PENGELOLAAN PERALATAN MEDIS DARI ASPEK K3
Peralatan medis merupakan peralatan di Puskesmas yang digunakan dalam
memberikan pelayanan kesehatan. Pengelolaan peralatan medis dari aspek
keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya memastikan sistem peralatan
medis aman bagi SDM Puskesmas, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun masyarakat di sekitar lingkungan Puskesmas dari potensi bahaya
peralatan medis baik saat digunakan maupun saat tidak digunakan. Pelaksanaan
kegiatan pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja antara lain:
1. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.
2. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak
digunakan.
3. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
4. Memastikan dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
5. Memastikan dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
6. Memastikan penyimpanan peralatan medis dan penggunanya sesuai standar
prosedur operasional.
7. Dalam pemantauan pelaksanaan kegiatan tersebut di atas menggunakan
daftar ceklis untuk memastikan semuanya dilakukan secara berkala.
Panduan K3 Page 29
keadaan darurat yang mungkin terjadinya adalah gempa bumi, banjir,
kebakaran, peledakan, keracunan, huru hara, dan pandemi.
b. Analisis Risiko Kerentanan Bencana
Analisis risiko kerentanan bencana merupakan penilaian terhadap bencana
yang paling mungkin terjadi. Analisis kerentanan bencana terkait dengan
bencana alam, teknologi, manusia, penyakit/wabah dan hazard material.
c. Pengendalian kondisi darurat atau bencana
1) Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana
2) Menyusun juknis tanggap darurat atau bencana
3) Menyusun standar prosedur operasional tanggap darurat atau bencana
antara lain:
kedaruratan keamanan (penculikan bayi, pencurian, kekerasan pada
petugas kesehatan).
kedaruratan keselamatan (kesetrum, kebakaran, gedung roboh).
tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
kegagalan peralatan medik dan non medik
(kebocoran rontgen, gas meledak, AC sentral).
d. Menyediakan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil
identifikasi, antara lain:
rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat.
jalur evakuasi.
titik kumpul (assembly point).
APAR
e. Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan untuk mendapatkan alat
keadaan darurat oleh petugas/SDM Puskesmas yang berkompeten dan
berwenang.
f. Memasang tanda pintu darurat sesuai dengan standar dan pedoman
teknis.
g. Simulasi kondisi darurat atau bencana
Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa risiko
kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan, antara lain:
penculikan bayi
ancaman bom
tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
gangguan keamanan
Melakukan uji coba (simulasi) kesiapan petugas/SDM Puskesmas yang
bertanggung jawab menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1
tahun sekali pada setiap gedung.
2. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Puskesmas meliputi:
a. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
1) Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di Puskesmas.
2) Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik, dengan
membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait bahaya
kebakaran.
Panduan K3 Page 30
3) Inventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan
aktif.
b. Proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor
panas dan smoke detector
c. Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya a) jalur evakuasi b) pintu
darurat c) tangga darurat d) tempat titik kumpul aman
d. Pengendalian Kebakaran dan Ledakan di Puskesmas
1) Penempatan bahan mudah terbakar aman dari api dan panas.
2) Pengaturan konstruksi gedung mengikuti prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah
terbakar dan gas medis di tempat yang aman.
4) Larangan merokok.
5) Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala.
6) Simulasi kebakaran minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap
gedung.
7) Pemantauan bahaya kebakaran terkait proses pembangunan di
dalam/berdekatan dengan bangunan yang dihuni pasien.
Panduan K3 Page 31
4. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan
keamanan kerja untuk pengelola dan Puskesmas akibat kegagalan
kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 yang dilakukan.
5. Pengelolaan Bahan dan limbah B3 secara teknis di setiap Puskesmas
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Panduan K3 Page 32
maka dapat menggunakan kotak P3K yang terdekat atau meminta bantuan
terdekat.
4. Jika korban tidak sadarkan diri atau tidak bisa bergerak, maka korban tidak
boleh digerakkan atau dipindahkan. Segera berikan pertolongan dengan prinsip
DRABC (Danger, Response, Airway, Breathing, dan Circulation)
5. Pegawai melaporkan kejadian insiden/near-miss tersebut kepada atasannya
langsung untuk kemudian menuliskannya dalam Form pelaporan.
6. Pegawai yang mengalami kecelakaan kerja ataupun menduga terkena penyakit
akibat kerja melakukan pelaporan awal bisa dilakukan secara verbal
menggunakan telepon atau komunikasi langsung tidak lebih dari 1 x 24 jam.
Kecelakaan yang termasuk KTD atau Sero sentinel segera dilaporkan kepada
Tim PMKP kepada Komite Nasional keselamatan pasien.
7. Setelah dilakukan pelaporan awal, pegawai yang mengalami ataupun
Koordinator Pelayanan terkait segera mengisi form pelaporan kepada
Pelaksana K3.
8. Pelaksana K3 berkoordinasi dengan Tim PMKP melakukan penanganan
segera terkait pelaporan dari pegawai bersangkutan/Koordinator Pelayanan
9. Pelaksana K3 bersama Tim PMKP melaporkan kepada Kepala Puskesmas
Langkah-langkah :
1. Pegawai melaporkan setiap kejadian kecelakaan kerja meliputi terpapar
penyakit infeksi (dugaan kontak tanpa APD dan bergejala), kekerasan, atau
cedera akibat kerja (tertusuk jarum, terbakar dan lain-lain) pada Koordinator
Pelayanan terkait untuk diteruskan kepada Pelaksana K3 dan jangan panik.
2. Lakukan penanganan segera dengan rincian sebagai berikut:
a) Terpapar B3
1) Jika bahan kimia asam mengenai mata atau kulit, segera basuh mata
atau kulit pada air yang mengalir setidaknya 20 menit. Segera teriak
memanggil pegawai lainnya untuk mendapatkan perhatian.
2) Jika tubuh terkena percikan bahan kimia, segera buka pakaian kerja
yang digunakan (jas atau luaran), mandi pada shower yang tersedia
secepat mungkin.
3) Jika bahan kimia terhirup, segera bawa korban ke udara terbuka,
biarkan dalam posisi yang aman untuk bernafas.
4) Jika tertelan bahan kimia yang bersifat asam, jangan membujuk korban
untuk muntah, segera hubungi dokter yang ada bila korban merasa
tidak sehat.
5) Pegawai lainnya memberikan susu pada korban, minta dia minum, jika
tidak ada berikan air putih sebanyak mungkin ( 3/4 gelas)
6) Minta korban berkumur dengan susu.
7) Jika bibir dan lidah terbakar cairan asam, basuh dengan air, kumur olesi
dengan 2% larutan sodium bicarbonate. Selalu gunakan pipet untuk
menyedot larutan, jangan pernah memipet dengan mulut.
8) Jika paparan adalah tumpahan bahan kimia yang kritikal (berpotensi
Panduan K3 Page 33
massif)/ zat biologis/ kemoterapi/Radioaktif/Nuklir yang terjadi pada
ruangan atau gedung di area lingkungan Puskesmas maka Ketua Tim
MFK mengumumkan kode orange
b) Bila terluka bakar karena panas.
a) Jika luka bakar ringan: masukkan bagian yang terkena pada air dengan
atau campuran es dan air, berikan mercurokrom atau iodine pada luka
bakar, jika berkembang menjadi infeksi kirim ke dokter.
b) Jika luka bakar serius misal terkena api (terpercik dengan ether yang
terbakar atau cairan yang mudah terbakar lainnya), beritahu dokter yang
ada khususnya jika korban akan dipindahkan, jangan memberikan
perawatan apapun pada luka bakar, tunggu sampai dokter yang
menangani.
c) Terkena pecahan benda tajam
a) Bila terkena glassware atau benda tajam lainnya yang pecah segera
bersihkan luka dengan iodine
b) Jika luka kecil tutup luka dengan plester luka
c) Jika luka berdarah terus, hentikan perdarahan dengan menekan ke
bawah menggunakan kapas steril
d) Rujuk korban ke perawat atau dokter. Jangan memegang pecahan
glassware/benda yang pecah dengan tangan terbuka.
e) Gunakan sikat dan lap untuk membersihkannya.
f) Taruh pecahan glassware pada tempat sampah khusus.
g) Bila benda yang pecah adalah wadah B3 maka serap bahan kimia yang
tumpah menggunakan bahan penyerap zat kimia (mintalah chemizrob
pada petugas laboratorium). Diamkan 30 menit. Bersihkan dan buang
pada tempat sampah khusus untuk bahan kimia.
d) Tertusuk jarum/terpapar cairan tubuh infeksius
a) Penanganan pertama
Bila tertusuk jarum petugas segera membilas dengan air mengalir
dan sabun/cairan antiseptik sampai bersih. Bagian tubuh yang
tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut
Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau
tusukan, petugas mencuci dengan sabun dan air mengalir
Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, petugas meludahkan dan
berkumur-kumur dengan air beberapa kali
Bila terpercik pada mata, petugas mencuci mata dengan air mengalir
(irigasi) dengan posisi kepala miring kearah mata yang terpercik
Bila darah terpercik ke hidung, petugas menghembuskan keluar dan
bersihkan dengan air
b) Petugas ke UGD untuk pemeriksaan lebih lanjut
c) Dokter UGD menentukan status kesehatan pasien sebagai sumber
pajanan terhadap status HIV, HBV dan HCV serta melakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium
jika diperlukan) dan melakukan tindakan sesuai dengan kasus kejadian
misal : perlu di jahit atau di cross incisi dll. Bila status pasien sumber
pajanan bebas HIV, HBV dan HCV dan bukan dalam masa inkubasi,
tidak perlu tindakan khusus untuk petugas. tetapi jika petugas dan
dokter khawatir maka bisa melakukan pemeriksaan lanjutan
d) Petugas yang terkena jarum atau benda tajam segera dilakukan
pemeriksaan
Jika petugas yang terpajan belum pernah vaksin maka dilakukan
Panduan K3 Page 34
pemeriksaan laborat HbsAg kuantitatif dan apabila petugas yang
terpajan sudah pernah mendapatkan vaksin maka dilakukan
pemeriksaan anti Hbs kuantitatif
Jika hasil pemeriksaan laborat HbsAg kuantitatif positip tidak perlu di
vaksinasi, tetapi di berikan therapi/pengobatan
Jika hasil pemeriksaan laborat HbsAg kuantitatif negatif diberikan
vaksinasi.
Evaluasi jangka waktu 3 - 6 bulan kemudian di cek ulang
pemeriksaan laborat HbsAg dan anti HbsAg.
e) Terkena arus listrik/tersetrum (korban memegang elemen listrik dengan
tangan basah)
a) Sebelum melakukan apapun putuskan arus listrik pada panel utama
b) Hubungi dokter yang ada
c) Jika korban sesak nafas, pijat jantung dan berikan nafas buatan
(diupayakan oleh medis yang sama jenis kelamin).
d) Jika berlanjut kepada kebakaran, maka Ketua Tim MFK mengumumkan
kode darurat “Kode merah”
f) Terkena Penyakit akibat kerja termasuk infeksi akibat kerja seperti terkena
TB, Kusta, penyakit kulit, HIV-AIDS dan lain lain
a) Pelaksana K3 mendapatkan dugaan penyakit akibat kerja dari hasil
pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan pegawai, keluhan
kesehatan pegawai yang bersangkutan atau permohonan rekomendasi
dari unit layanannya.
b) Pegawai yang diduga menderita penyakit akibat kerja selanjutnya harus
melakukan pemeriksaan kesehatan khusus sesuai rekomendasi
pelaksana K3
c) Dokter Puskesmas atau dokter K3 melakukan pemeriksaan kesehatan
khusus terhadap pegawai tersebut, menegakkan diagnosis penyakit
akibat kerja setelah berkonsultasi dengan Dokter spesialis yang
berkaitan
d) Penatalaksanaan penyakit akibat kerja dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku
e) Unit kerja terkait berupaya mengurangi paparan pada tenaga kerja yang
bersangkutan dengan memperbaiki kondisi lingkungan kerjanya
f) apabila tindakan untuk mengurangi paparan tersebut tidak mungkin bisa
dilaksanakan maka dilakukan pemindahan pegawai tersebut ke tempat
kerja lain yang risiko paparannya lebih kecil
g) Unit kerja dan pelaksana K3 melakukan pemantauan dan investigasi
yang mendalam tentang terjadinya penyakit akibat kerja tersebut untuk
memperoleh informasi kemungkinan pegawai lain terkena penyakit yang
sama
h) Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut pada pegawai yang mengalami
penyakit akibat kerja dilakukan oleh Unit Kerja atau Pelaksana K3,
kemudian dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
g) Kekerasan terhadap pegawai
a) Pegawai korban kekerasan melakukan koordinasi dengan Pelaksana K3
dan petugas keamanan puskesmas untuk tindak lanjut perlindungan
b) Pelaku kekerasan baik pegawai ataupun pasien dan pengunjung
diamankan, dijauhkan dari korban;
c) Pelaksana K3 melaporkan kepada Kepala Puskesmas
d) Kepala Puskesmas segera menanyakan kepada korban apakah akan
Panduan K3 Page 35
diproses ke polisi atau tidak
e) Jika korban ingin melapor ke Polisi maka korban bersama Kepala
Puskesmas menuju ke Kantor Polisi untuk membuat laporan pengaduan
f) Jika suasana tidak kondusif dan berbahaya bagi sekitar, maka Ketua
Tim MFK mengumumkan kode darurat “Kode abu”
3. Pelaksana K3 bersama Tim PPI melakukan edukasi kepada petugas yang
terpapar
4. Petugas KIE disesuaikan dengan paparan atau penyakit akibat kerja yang
dialami memberikan konseling kepada korban agar membantu proses
pemulihan dan penilaian waktu kembali bekerja.
5. Pelaksana K3 melakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan
Pelaksana K3 melakukan pencatatan dan pelaporan
IV. DOKUMENTASI
Panduan K3 Page 36
LAPORAN SEMESTER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Mengetahui,
Panduan K3 Page 37
( ) ( )
NIP NIP
Panduan K3 Page 38
LAPORAN TAHUNAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Panduan K3 Page 39
5 Pelayanan Kesehatan Kerja dan
Imunisasi
Pemeriksaan kesehatan SDM
Puskesmas
a. Puskesmas melakukan pemeriksaan Ada / Tidak
kesehatan berkala
b. Puskesmas melakukan imunisasi pada Ada / Tidak
SDM Puskesmas yang berisiko
Panduan K3 Page 40
10 Kesiapsiagaan menghadapi kondisi
darurat/bencana
a. SPO Penanganan Kondisi Darurat/ Bencana Ada / Tidak
b. Proteksi kebakaran
c. Aktif (Jumlah APAR dan Alat pemadam Ada / Tidak
lainnya) ………………………..
d. Pasif (pintu dan tangga darurat, jalur
evakuasi) …………………….....
e. Simulasi : Darurat Bencana penggunaan
APAR Ada / Tidak
11 Pelatihan
a. SDM Puskesmas terlatih K3 Ada / Tidak
b. Jumlah SDM Puskesmas yang terlatih …………
K3
Mengetahui,
Pimpinan Puskesmas Ketua/Pengelola K3 Puskesmas
( ) ( )
NIP NIP
Panduan K3 Page 41