0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan10 halaman

27-Article Text-73-1-10-20210629

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 10

JURNAL AL-HISBAH

Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai


Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Pengaruh Pengelolaan Anggaran Terhadap Pengembangan Pariwisata di Dinas


Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai Tahun 2011

Tengku Mahesa Khalid, S.I.P, M.M


Institut Agama Islam Taffaquh Fiddin Dumai
Mahesakhalid@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan anggaran dalam pengembangan


pariwisata di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan olahraga Kota Dumai Tahun 2011.
Teknik analisis data yang di gunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menemukan bahwa pengelolaan anggaran berpengaruh positif dalam pengembangan
pariwisata, terlihat dengan anggaran yang ada namun beberapa objek wisata yang ada tidak
terlihat perbaikan dan perawatannya seperti sarana prasarana di lokasi objek wisata.

Kata Kunci : Pengelolaan Pariwisata, Objek wisata Dumai, Dinas Pariwisata

ABSTRACT

This research aimed to investigate the budgeting management of tourism development in


culture, ,tourism,youth and sport office Dumai in 2011.The analysis technic of this research is
qualitative descriptive. The result of this research found that the budgeting management
positively influence in tourism development, can be seen with the budgeting itself. However,
several of tourism object shows there is no repairing and maintaining for example the tool and
infrastructure at the tourism location.

Keywords: tourism development, Dumai tourism object, tourism office.

1|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Pendahuluan

Reformasi politik yang dilancarkan pada tahun 1998 telah berhasil menumbangkan
rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan dengan pemerintahan yang desentralistik.
Kebebasan demokrasi dalam arti yang sebenarnya dikungkung dan dipasung sekian lama mulai
dihidupkan kembali. Demokrasi dan debirokratisasi mendorong semangat pembangunan terasa
lebih bergairah di berbagai daerah. Pemerintah yang desentralistik menerapakan azaz
demokrasi diikuti oleh pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat kepada daerah-
daerah. Otonomi daerah di implementasikan sejak 1 januari 2001, memperlihatkan
perkembangan yang cukup signifikan di setiap daerah. Daerah-daerah otonom
(kabupaten/kota) diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sesuai aspirasi masyarakat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundanga-undangan
yang berlaku (Adisasmita, 2010).

Otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab disertai dengan kewenangan
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri memerlukan dukungan tersedianya
pendapatan daerah yang memadai. Lahirnya otonomi daerah telah memberikan kewenangan
daerah untuk mengatur dan mengurus sumber-sumber penerimaan daerah yang berasal dari
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan sumber-sumber penerimaan
yang lainnya. Untuk itu kebijakan keuangan daerah diarahakan pada upaya penyesuaiaan
secara terarah dan sistematis untuk menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah.

Kebijakan ini juga diarahkan pada penerapan prinsip-prinsip, norma, asas dan standar
kegiatan peneglolaan, pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang
berasaldari dalam daerah yang bersangkutan harus ditingkatkan seoptimal mungkin dalam
rangka mewujudkan semangat kemandirian lokal. Mandiri dairtikan sebagai semangat dan
tekat yang kuiat untuk membangun daerahnya sendiri dengan tidak semata-mata
menguntungkan pada fasilaitas atau faktor yuang berasal dari luar. Meskipun dimaklumi bahwa
sebagian terbesar daerah otonom, kemampuan PAD nya kecil, sehingga masih diperlukan
bantuan keuangan dario pemerintah pusat. Meskipun tingkat keterhgantungan keuangan daerah
otonom terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi (kuat), namun diharapkan kepada setiap
daerah otonom untuk mengidentifikasi seluruh potensi sumber-sumber PAD yang dimiliki
untuk ditingkatkan secara intensif dan ekstensif disamping peningkatan pengolahan
sumberdaya alam di daerah sebagai hasil pelaksanaan undang-undang nomor 33 tahun 2004.
Meningkatnya penerimaan daerah tersebut akan meningkatkan APBD (Adisasmita, 2010).

Dalam hal ini, masing-masing daerah memilki kebijakan tertentu yang sesuai atau
diselaraskan dengan visi-misi kepala Daerah yang memimpin daerah itu sendiri. Kota Dumai
sebagai pintu gerbang Provinsi Riau yang terletak di pesisir tepi pantai timur sumatera memiliki
potensi pengembangan pariwisata yang memiliki pelabuhan yang berpotensi untuk dikunjungi
2|Al-His bah Vol.2 No.1
JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

oleh para wisatawan asing serta juga bisa dijadikan sebagai portal untuk menuju negara
tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Potensi lain juga seperti wisata alam, budaya dan
belanja. Beberapa daerah yang memiliki potensi wisata di antaranya kawasan hutan senepis di
Kecamatan Sungai Sembilan, hutan wisata di Kecamatan Dumai Barat dan Danau Bunga Tujuh
di Dumai Timur, kawasan pantai Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai dan Tasik
Bunga Tujuh di Kecamatan Dumai Timur, Dumai Kota dan Konservasi Bandar Bakau di
Dumai Selatan. Sebagai gerbang utama untuk memasuki Riau Daratan, beberapa turis sudah
berulang kali mengunjungi Dumai, terutama yang ingin mengunjungi Malaka (malaysia).
Dumai sangat mudah dicapai karena transportasinya yang lancar. Ada beberapa objek wisata
yang menarik dalam perjalanan menuju Dumai, seperti adanya suku terbelakang yang
dinamakan suku Sakai, hutan tropis di sepanjang jalan, dan air sungai yang warnanya unik
seperti warna teh. Selain itu juga dapat dilihat beratus pipa angguk yang mengangkat minyak
dari perut bumi. Untuk itu dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga kota dumai
punya peluang yang memungkinkan untuk mengoptimalkan anggaran yang dialokasikan untuk
mengelola potensi budaya dan pariwisata baik secara kualitas maupun kuantitas.

Sektor pariwisata telah menjadi penggerak utama kemajuan sosio-ekonomi suatu


negara melalui penerimaan devisa, kesempatan berusaha, penciptaan lapangan kerja, dan
pembangunan infrastruktur. Besarnya potensi sektor pariwisata, pemerintah telah menjadikan
pariwisata sebagai prioritas pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah
untuk membangun industry pariwisata melalui pembenahan infrastruktur, promosi dan
peningkatan pelayanan, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, dan peningkatan
keamanan.

Menurut Crouch (2007) dalam artikelnya menjelaskan bahwa untuk mengembangkan


dan membenahi sektor pariwisata ada sepuluh faktor yang paling mempengaruhi daya saing
pariwisata : Fisiografi dan iklim, Budaya dan Sejarah, Superstruktur pariwisata, Bauran
Kegiatan, Kepedulian/Citra, Kegiatan-kegiatan Khusus, Hiburan, Infrastruktur, Akses dan
Penentuan Posisi / Merek. Secara umum, sepuluh faktor tersebut dapat diklasifikasikan sumber
daya utama dan daya tarik (Fisiografi dan iklim, Budaya dan Sejarah,Superstruktur
pariwisata,Bauran Kegiatan, danHiburan); kebijakan destinasi, perencanaan dan pembangunan
(Penentuan Posisi / Merek); kualifikasi dan penguatan faktor penentu (Kepedulian/Citra); dan
faktor pendukung dan sumber daya lain (Infrastruktur dan Akses).

Dalam pengembangan pariwisata, kota dumai memiliki budaya sejak trurun temurun
menjadi kebiasaan masyarakat dumai yang dikemas dalam bentuk kegiatan seperti Festival
Lampu Colok pada tahun 2011 yang diselenggarakan oleh Dinas kebudayaan, pariwisata
pemuda dan olahraga. Acara ini bertujuan memperkuat kebudayaan melayu yang sudah lama
ada di Dumai terus melekat pada masyarakat dumai dan juga dapat menarik perhatian
wisatawan asing untuk berkunjung ke kota dumai.

3|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Menurut Basuki (2007) Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana


secara optimal jika penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan sumber-sumber
penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu pada undang-undang tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang besarnya disesuaikan dan
diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah dan daerah. Semua sumber
keuangan yang melekat pada setiap jurusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan
yang antara lain berupa (Basuki, 2007)
1. kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang
diserahkan.
2. kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah.
3. hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah
dan dana perimbangan lainya.
4. hak untuk mengelola keuangan daerah dan mendapatkan sumber pembiayaan.

Bahwa dalam pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah berdasarkan UU No.32


Tahun 2004 dan UU No.33 Tahun tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah serta peraturan perundang-undangan yang terkait timbul hak dan kewajiban
daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan negara serta merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
Peraturan perundangan-undangan yang terkait dimaksud antara lain UU No.17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara dan UU
No.15 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, dan UU
No.25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. Ide dasar yang
melatarbelakangi ditetapkanya peraturan perundang-undangan tersebut adalah keinginan untuk
mengelola keuangan negara dan daerah secara terintegrasi, efektif dan efisien. Ide tersebut
tentu ingin dilaksanakan melalui tata kelola pemerintah yang baik yang memiliki tiga pilar
utama yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipatif.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu peraturan pelaksanaan pengelolaan


keuangan daerah yang komprehensif dan terpadu dari berbagai undang-undang tersebut diatas
yang bertujuan agar mempermudah dalam pelaksanaan dan tidak menimbulkan multi tafsir
dalam penerapanya. Peraturan dimaksud adalah PP No.58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah yang memuat kebijakan yang terkait dengan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan dan pertangungjawaban keuangan daerah (Adisasmita, 2010).

Dari sudut pandang ekonomi objek-objek wisata yang sudah ada di Kota Dumai sangan
menunjang sebagai sarana yang semestinya memang harus dikelola oleh pemerintah Melalui
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai. bahkan masih banyak
lokasi lokasi yang sebenarkan mememiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata lebih
4|Al-His bah Vol.2 No.1
JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

lanjut. Potensi yang dikelola tersebut akan menjadi sumber-sumber penerimaan yaitu PAD
yang terdiri dari :

(1) Hasil Pajak Daerah


(2) Hasil Retribusi Daerah
(3) Hasil Perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan
(4) PAD lain-lain yang sah

Kajian Teori

Pengelolaan merupakan Istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen secsra etimologi
pengelolaan berasal dari kata “Kelola”dan biasa merujuk pada proses mengurus menangani
sesuatu untuk mencapai tujuan. Prajudi mengatakan bahwa pengelolaan adalah pengendalian
dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu perencana diperlukan untuik
penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu (Adisasmita, 2010).

Menurut Terry (2009) pengelolaan (management) merupakan sebuah proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sejalan dengan Terry, Oey
Liang Lee dalam Suprapto (2009), juga mendefinisikan manajemen sebagai seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan atas human and national
resources (terutama human resources) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih
dahulu.

Menurut Mardiasmo (2007:61), anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja


yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran Financial.

Menurut Bastian (2010:191) anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan


menyangkut perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu
atau periode mendatang.

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan nengara, menyatakan bahwa


anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrument
kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

Menurut Mardiasmo (2009:66) anggaran dibagi menjadi dua yaitu :

5|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

1. Anggaran Operasional (Current Budget)

Anggaran yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan


pemerintah, seperti belanja rutin yaitu pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah. Secara umum Belanja
administrasi umum dan belanja operasional dan pemeliharaan masuk kategori anggaran
operasional.

2. Anggaran modal (Capital Budget)

Anggaran modal menunjukan rancana jangka panjang pembelanjaan atas aktiva tetap seperti
gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. Pada dasarnya pemerintah tidak
menpunyai uang yang dimiliki sendiri sebab seluruhnya milik public.

Penganggaran menurut Mardiasmo (2009:61) adalah proses atau metode untuk


mempersiapak suatu anggaran. Dalam orgnasisasi sector public, penganggaran merupakan
suatu proses politik dan harus diinformasikan kepada public untuk di kritik didiskusikan dan
diberi masukan.

Menurut Kodyat (2001) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Selanjutnya Burkart dan Medlik dalam Bram (2006) menjelaskan pariwisata sebagai suatu
trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar
tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama
tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

Sedangkan Wahab (2003) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja
peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas
lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti
kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang
sebagai industri. Hasil rencana anggaran yang telah disusun secara terpadu diajukan kepada
Rancangan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk dibahas dan disetujui
oleh DPRD, sehingga penetapanya dapat dituangkan di dalam Peraturan Daerah (PERDA)

Pengelolaan Anggaran Daerah

Jumlah Alokasi Anggaran Program dan Kegiatan tahun 2011 berdasarkan urusan SKPD di
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Dumai

Melihat dari jumlah alokasi dan di tiap bidang Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga, besaran anggaran untuk bidang pariwisata lebih kecil dari Bidang Pemuda dan

6|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Olahraga. Dimana bidang bidang pariwisata hanya mendapat 22 % alokasi anggaran berbeda
dengan bidang pemuda dan olahraga yang persentasi alokasi anggaran mencapai 25 %.

Tahun Urusan Jumlah (Rp)


Anggaran
2010 Kebudayaan 472.331.000
Pemuda dan 303.925.000
olahraga
Pariwisata 550.472.000
Sekretariat 1.066.953.405
Sumber : Disbudparpora Dumai
TOTAL 2.078.696.164
Pengembangan alokasi anggaran Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota
Dumai Periode 2010-2011.

No Urusan Jumlah(Rp) Persentase


1. Kebudayaan 756.329.000 22 %
2 Pariwisata 775.103.850 22 %
3 Pemuda dan 865.165.250 25 %
Olahraga
4 Sekretariat 1.006.953.405 31%
Total 3.463.551.505 100 % Sumber : Disbudparpora Dumai

Dari tabel diatas perkembangan alokasi anggaran tahun 2010 untuk bidang pariwisata
mengalami peningkatan, namun anggaran tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari
perkembangan pariwisata anggaran tersebut juga tidak mencukupi pengembangan potensi
pariwisata unggulan.

Pengembangan pariwisata sangat penting terutama bagi negara berkembang karena


industri pariwisata adalah industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, industri yang meningkatkan nilai suatu wilayah
geografis, dan mendorong revitalisasi wilayah geografis yang sudah kehilangan daya tariknya
(Ryan, 1991). Pengembangan pariwisata juga merupakan industri dengan low cost. Industri
pariwisata tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam jangka panjang sebelum
memberikan keuntungan.

7|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Salah satu modal utama dalam pengembangan pariwisata sudah tersedia seperti daya
tarik wisata (sumber daya alam, kebudayaan). Keuntungan yang lain yaitu pengembangan
pariwisata merupakan jalan bagi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Hal ini
dikarenakan karena pariwisata memiliki karakteristik : memberikan peluang bagi penduduk
lokal memasarkan berbagai komiditi dan pelayanan dari konsumen yang datang, membuka
peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh kawasan-
kawasan marginal, membuka peluang bagi usahausaha ekonomi padat karya yang berskala
kecil dan menengah, dan tidak hanya bergantung pada modal akan tetapi akan tetapi tergantung
pada modal budaya dan alam yang merupakan aset yang dimiliki golongan bawah
(Tjokrowinoto,2005).

Disamping itu pembangunan kebudayaan pun tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pariwisata, karena bersama pariwisata, prestasi di bidang kebudayaan akan dapat lebih
menciptakan nilai tambah baik bagi daerah

Kesimpulan

1. Pengelolaan anggaran berpengaruh positif pada pengembangan pariwisata. Terlihat dalam


alokasi anggaran yang tidak focus pada sector pariwisata saja, anggaran juga di alokasikan
untuk sector kebudayaan dan sector pemuda dan olahraga. Dengan mangacu pada prinsip-
prinsip pengelolaan anggaran tetap saja sulit mengembangkan pariwisata yang ada dengan
anggaran yang kecil. Namun dengan memfokuskan pada salah sector yaitu pariwisata
pemerintah seharusnya bisa lebih maksimal

2. Pemerintah Daerah harus bisa menentukan dan menetapkan prioritas anggaran agar sumber
daya yang terbatas dapat memenuhi kebutuhan kewajiban pemerintah.

3. Masih terlihat di lapangan objek-objek wisata unggulan tidak terkelola dengan baik, mulai
dari sarana prasarana.

4. kurangnya promosi dan informasi pariwisata secara offline dan Online, baik untuk
pengunjung domestic maupun mancanegara.

8|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Daftar Pustaka

Adisasmita. Rahardjo, 2010. Pengolahan pendapatan dan anggaran daerah, makasar : Graha
Ilmu.

Antariksa, Basuki.(2011). Peluang dan Tantangan Pengembangan Kepariwisataan Indonesia.


Makalah.

Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah, ( Yogyakarta: Kreasi waczana.2007).

Bram, Made I. 2006. Tesis: Studi Tentang Kebijakan Pengembangan Parawisata Kota Kediri
Provinsi Jawa Timur. Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar

Direktorat Jenderal Anggaran. (2016). Efektivitas alokasi anggaran Kementerian pariwisata


terhadap Kunjungan wisatawan mancanegara Dan wisatawan nusantara. Kajian Di
Bidang Penganggaran

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (2011). Laporan Akuntabilitas Kinerja. Dumai

Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, ( Yogyakarta: ANDI, 2002.)

Mardiasmo., 2009, Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: ANDI

Narbuko , Cholid dan Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian , (jakarta : Bumi Aksara, 2005).

Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung : ITB.

Pendit, Nyoman S, 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.

Ryan, C. (1991). Recreational Tourism: A Social Science Perspective. Routledge.

Sugioyo, Metode, Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,( Bandung: Alfabeta, 2007).

Spillane, James J. (1991).Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta :


Kanisius.

Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Medpress

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Suwarjoko, Warpani & Warpani P. Indira. 2007.

Terry, George R. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Tjokrowinoto,M.2005. Pengurangan Kemiskinan Melalui Pariwisata : Perspektif Kebijakan


Publik. Yogyakarta.

9|Al-His bah Vol.2 No.1


JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com

Yoeti, Oka, A. 2006. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung, Angkasa.

Yoeti, Oka, A. 2008. Perencanaaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta, Pradaya Pratama.

Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta, Pradnya Paramita.

10 | A l - H i s b a h V o l . 2 N o . 1

Anda mungkin juga menyukai