27-Article Text-73-1-10-20210629
27-Article Text-73-1-10-20210629
27-Article Text-73-1-10-20210629
ABSTRAK
ABSTRACT
Pendahuluan
Reformasi politik yang dilancarkan pada tahun 1998 telah berhasil menumbangkan
rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan dengan pemerintahan yang desentralistik.
Kebebasan demokrasi dalam arti yang sebenarnya dikungkung dan dipasung sekian lama mulai
dihidupkan kembali. Demokrasi dan debirokratisasi mendorong semangat pembangunan terasa
lebih bergairah di berbagai daerah. Pemerintah yang desentralistik menerapakan azaz
demokrasi diikuti oleh pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat kepada daerah-
daerah. Otonomi daerah di implementasikan sejak 1 januari 2001, memperlihatkan
perkembangan yang cukup signifikan di setiap daerah. Daerah-daerah otonom
(kabupaten/kota) diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sesuai aspirasi masyarakat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundanga-undangan
yang berlaku (Adisasmita, 2010).
Otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab disertai dengan kewenangan
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri memerlukan dukungan tersedianya
pendapatan daerah yang memadai. Lahirnya otonomi daerah telah memberikan kewenangan
daerah untuk mengatur dan mengurus sumber-sumber penerimaan daerah yang berasal dari
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan sumber-sumber penerimaan
yang lainnya. Untuk itu kebijakan keuangan daerah diarahakan pada upaya penyesuaiaan
secara terarah dan sistematis untuk menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah.
Kebijakan ini juga diarahkan pada penerapan prinsip-prinsip, norma, asas dan standar
kegiatan peneglolaan, pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah
Pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang
berasaldari dalam daerah yang bersangkutan harus ditingkatkan seoptimal mungkin dalam
rangka mewujudkan semangat kemandirian lokal. Mandiri dairtikan sebagai semangat dan
tekat yang kuiat untuk membangun daerahnya sendiri dengan tidak semata-mata
menguntungkan pada fasilaitas atau faktor yuang berasal dari luar. Meskipun dimaklumi bahwa
sebagian terbesar daerah otonom, kemampuan PAD nya kecil, sehingga masih diperlukan
bantuan keuangan dario pemerintah pusat. Meskipun tingkat keterhgantungan keuangan daerah
otonom terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi (kuat), namun diharapkan kepada setiap
daerah otonom untuk mengidentifikasi seluruh potensi sumber-sumber PAD yang dimiliki
untuk ditingkatkan secara intensif dan ekstensif disamping peningkatan pengolahan
sumberdaya alam di daerah sebagai hasil pelaksanaan undang-undang nomor 33 tahun 2004.
Meningkatnya penerimaan daerah tersebut akan meningkatkan APBD (Adisasmita, 2010).
Dalam hal ini, masing-masing daerah memilki kebijakan tertentu yang sesuai atau
diselaraskan dengan visi-misi kepala Daerah yang memimpin daerah itu sendiri. Kota Dumai
sebagai pintu gerbang Provinsi Riau yang terletak di pesisir tepi pantai timur sumatera memiliki
potensi pengembangan pariwisata yang memiliki pelabuhan yang berpotensi untuk dikunjungi
2|Al-His bah Vol.2 No.1
JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com
oleh para wisatawan asing serta juga bisa dijadikan sebagai portal untuk menuju negara
tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Potensi lain juga seperti wisata alam, budaya dan
belanja. Beberapa daerah yang memiliki potensi wisata di antaranya kawasan hutan senepis di
Kecamatan Sungai Sembilan, hutan wisata di Kecamatan Dumai Barat dan Danau Bunga Tujuh
di Dumai Timur, kawasan pantai Teluk Makmur di Kecamatan Medang Kampai dan Tasik
Bunga Tujuh di Kecamatan Dumai Timur, Dumai Kota dan Konservasi Bandar Bakau di
Dumai Selatan. Sebagai gerbang utama untuk memasuki Riau Daratan, beberapa turis sudah
berulang kali mengunjungi Dumai, terutama yang ingin mengunjungi Malaka (malaysia).
Dumai sangat mudah dicapai karena transportasinya yang lancar. Ada beberapa objek wisata
yang menarik dalam perjalanan menuju Dumai, seperti adanya suku terbelakang yang
dinamakan suku Sakai, hutan tropis di sepanjang jalan, dan air sungai yang warnanya unik
seperti warna teh. Selain itu juga dapat dilihat beratus pipa angguk yang mengangkat minyak
dari perut bumi. Untuk itu dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga kota dumai
punya peluang yang memungkinkan untuk mengoptimalkan anggaran yang dialokasikan untuk
mengelola potensi budaya dan pariwisata baik secara kualitas maupun kuantitas.
Dalam pengembangan pariwisata, kota dumai memiliki budaya sejak trurun temurun
menjadi kebiasaan masyarakat dumai yang dikemas dalam bentuk kegiatan seperti Festival
Lampu Colok pada tahun 2011 yang diselenggarakan oleh Dinas kebudayaan, pariwisata
pemuda dan olahraga. Acara ini bertujuan memperkuat kebudayaan melayu yang sudah lama
ada di Dumai terus melekat pada masyarakat dumai dan juga dapat menarik perhatian
wisatawan asing untuk berkunjung ke kota dumai.
Dari sudut pandang ekonomi objek-objek wisata yang sudah ada di Kota Dumai sangan
menunjang sebagai sarana yang semestinya memang harus dikelola oleh pemerintah Melalui
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Dumai. bahkan masih banyak
lokasi lokasi yang sebenarkan mememiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata lebih
4|Al-His bah Vol.2 No.1
JURNAL AL-HISBAH
Fakultas Ekonomi Islam IAITF Dumai
Jl. Utama Karya II No.3 Bukit Batrem, Dumai Timur, Kota Dumai, Riau
Kode Pos: 28826 E-Mail: ejournaliaitf@gmail.com
lanjut. Potensi yang dikelola tersebut akan menjadi sumber-sumber penerimaan yaitu PAD
yang terdiri dari :
Kajian Teori
Pengelolaan merupakan Istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen secsra etimologi
pengelolaan berasal dari kata “Kelola”dan biasa merujuk pada proses mengurus menangani
sesuatu untuk mencapai tujuan. Prajudi mengatakan bahwa pengelolaan adalah pengendalian
dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu perencana diperlukan untuik
penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu (Adisasmita, 2010).
Menurut Terry (2009) pengelolaan (management) merupakan sebuah proses yang khas,
yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sejalan dengan Terry, Oey
Liang Lee dalam Suprapto (2009), juga mendefinisikan manajemen sebagai seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengontrolan atas human and national
resources (terutama human resources) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih
dahulu.
Anggaran modal menunjukan rancana jangka panjang pembelanjaan atas aktiva tetap seperti
gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. Pada dasarnya pemerintah tidak
menpunyai uang yang dimiliki sendiri sebab seluruhnya milik public.
Menurut Kodyat (2001) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Selanjutnya Burkart dan Medlik dalam Bram (2006) menjelaskan pariwisata sebagai suatu
trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar
tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama
tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Sedangkan Wahab (2003) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja
peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas
lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti
kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang
sebagai industri. Hasil rencana anggaran yang telah disusun secara terpadu diajukan kepada
Rancangan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) untuk dibahas dan disetujui
oleh DPRD, sehingga penetapanya dapat dituangkan di dalam Peraturan Daerah (PERDA)
Jumlah Alokasi Anggaran Program dan Kegiatan tahun 2011 berdasarkan urusan SKPD di
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Dumai
Melihat dari jumlah alokasi dan di tiap bidang Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olahraga, besaran anggaran untuk bidang pariwisata lebih kecil dari Bidang Pemuda dan
Olahraga. Dimana bidang bidang pariwisata hanya mendapat 22 % alokasi anggaran berbeda
dengan bidang pemuda dan olahraga yang persentasi alokasi anggaran mencapai 25 %.
Dari tabel diatas perkembangan alokasi anggaran tahun 2010 untuk bidang pariwisata
mengalami peningkatan, namun anggaran tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari
perkembangan pariwisata anggaran tersebut juga tidak mencukupi pengembangan potensi
pariwisata unggulan.
Salah satu modal utama dalam pengembangan pariwisata sudah tersedia seperti daya
tarik wisata (sumber daya alam, kebudayaan). Keuntungan yang lain yaitu pengembangan
pariwisata merupakan jalan bagi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Hal ini
dikarenakan karena pariwisata memiliki karakteristik : memberikan peluang bagi penduduk
lokal memasarkan berbagai komiditi dan pelayanan dari konsumen yang datang, membuka
peluang bagi upaya untuk mendiversifikasikan ekonomi lokal yang dapat menyentuh kawasan-
kawasan marginal, membuka peluang bagi usahausaha ekonomi padat karya yang berskala
kecil dan menengah, dan tidak hanya bergantung pada modal akan tetapi akan tetapi tergantung
pada modal budaya dan alam yang merupakan aset yang dimiliki golongan bawah
(Tjokrowinoto,2005).
Disamping itu pembangunan kebudayaan pun tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
pariwisata, karena bersama pariwisata, prestasi di bidang kebudayaan akan dapat lebih
menciptakan nilai tambah baik bagi daerah
Kesimpulan
2. Pemerintah Daerah harus bisa menentukan dan menetapkan prioritas anggaran agar sumber
daya yang terbatas dapat memenuhi kebutuhan kewajiban pemerintah.
3. Masih terlihat di lapangan objek-objek wisata unggulan tidak terkelola dengan baik, mulai
dari sarana prasarana.
4. kurangnya promosi dan informasi pariwisata secara offline dan Online, baik untuk
pengunjung domestic maupun mancanegara.
Daftar Pustaka
Adisasmita. Rahardjo, 2010. Pengolahan pendapatan dan anggaran daerah, makasar : Graha
Ilmu.
Bram, Made I. 2006. Tesis: Studi Tentang Kebijakan Pengembangan Parawisata Kota Kediri
Provinsi Jawa Timur. Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (2011). Laporan Akuntabilitas Kinerja. Dumai
Narbuko , Cholid dan Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian , (jakarta : Bumi Aksara, 2005).
Pendit, Nyoman S, 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.PT. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Medpress
Yoeti, Oka, A. 2008. Perencanaaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta, Pradaya Pratama.
10 | A l - H i s b a h V o l . 2 N o . 1