LP Keperawatan Anak Gastroenteritis Akut
LP Keperawatan Anak Gastroenteritis Akut
LP Keperawatan Anak Gastroenteritis Akut
GASTROENTERITIS AKUT
Disusun Oleh :
CI LAHAN CI INSTITUSI
(..........................) (..........................)
Resiko defisit
nutrisi
Kemampuan mencerna
dan menyerap menurun
Akumulasi cairan dan
elektrolit di lumen usus
Hiperperistaltik
Mengeluarkan cairan
berlebih
Diare
Dehidrasi Syok
hipovolemik
Feses cair dan
frekuensi BAB Defisit cairan dan
meningkat elektrolit (K) Risiko Hipoksia
Ketidakseimbangan
Elektrolit
Penurunan
Kram abdomen kesadaran
Nyeri Kematian
6. Manifestasi Klinis
Gastroenteritis Akut (GEA) adalah radang lambung dan usus
dengan gejala yang berlangsung kurang dari 14 hari, disertai diare, mual,
dan muntah. gejala gastroenteritis seperti mual, muntah, diare sangat
sering terjadi pada balita dan anak-anak (Urahma et al., 2023). Tanda dan
gejala klinis yang sering terjadi pada anak penderita gastroenteritis antara
lain (Diyono, 2016):
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair.
b. Badan lemas.
c. Dehidrasi: turgor buruk, kulit kering, kadang lidah pecah- pecah.
d. Anoreksia, mual, dan muntah.
e. Berat badan turun.
f. Selaput lendir pucat.
g. Perut nyeri dan tegang.
h. Peristaltik usus meningkat.
i. Anus kadang lecet.
j. Takikardi.
k. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran.
l. Peningkatan serum natrium.
m. Urine pekat.
n. Perilaku tak konsentrasi, mudah terganggu.
o. Demam.
7. Komplikasi
Komplikasi dari gastroenteritis termasuk dehidrasi, hipotensi,
ketidakseimbangan elektrolit, sepsis, respon inflamasi (terutama sendi
dan kulit), gagal ginjal, dan sindrom iritasi usus besar. Komplikasi diare
termasuk potensi disritmia jantung karena kehilangan cairan dan
elektrolit yang signifikan (terutama kehilangan kalium). Keluaran urin <
30 mL per jam dalam waktu 2 sampai 3 jam berturut-turut, otot melemah,
parestesia, anorexia, hipotensi, serta kantuk dengan kadar kalium di
bawah 3,5 mEq/L (3,5 mmol/L) harus dilaporkan. Diare kronis juga
dapat menyebabkan masalah perawatan kulit yang berhubungan dengan
dermatitis iritan, yang dapat dicegah dengan membersihkan dengan lap
basah, mengeringkan kulit, dan kemudian mengoleskan krim (Hartoyo et
al., 2023).
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin & Sari (2011) dalam Arsa et al., (2023),
pemerikaan penunjang pada gastroenteritis diantaranya:
a. Pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui berat jenis plasma dan
adanya kelainan jumlah kadar leukosit.
b. Uji elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfat.
c. Pemeriksaan analisis gas darah untuk mengetahui gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui fungsi
ginjal.
e. Tes enzim untuk menilai keterlibatan rotavirus menggunakan ELISA
(enzyme-linked immunosorbent assay).
f. Pemeriksaan feses untuk mengetahui agen penyebab.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau terapi gastroenteritis terdiri dari rehidrasi,
simtomatik, dan antibiotik (Malisa et al., 2023).
a. Rehidrasi cairan
Penatalaksanaan rehidrasi cairan adalah langkah awal dalam
pemberian terapi khususnya pada pasien gastroenteritis jenis akut.
Mengapa hal ini penting dan utama karena rehidrasi cairan adalah
pengganti cairan tubuh yang telah hilang, dimana rehidrasi cairan ini
dapat dilakukan secara sederhana misalnya rehidrasi oral. Komposisi
hilangnya sejumlah cairan bisa dihitung dengan perhitungan yang
mudah dan sederhana yaitu dengan membandingkan antara berat
badan pasien disaat sebelum diare dengan berat badan pasien saat
terkena diare. Penatalaksanaan hilangnya cairan pada tubuh
difokuskan pada pemenuhan kebutuhan cairan yang hilang
pada penderita GE.
b. Simtomatik
Penatalaksanaan secara simtomatik dalam catatan empiris
memiliki banyak kerugian pertimbangan secara tepat dan optimal
dalam pemberiannya. Konsumsi obat golongan anti muntah
(antiemetik) seperti obat golongan metoklopropamid harus
diperhatikan dengan sangat baik dikarenakan dapat menimbulkan
keadaan konvulsi terutama pada usia remaja dibandingkan dengan
keuntungannya, terlebih jika tanpa perhitungan dan dan anak-anak,
hal ini terjadi dicetuskan oleh proses diluar indikasi penggunaan obat
yang diijinkan. Pada kondisi klinis dimana penyakit pada pasien
digolongkan diare jenis akut ringan dapat dianjurkan pemberian obat
jenis loperamid dengan syarat tidak terjadi kontraindikasi dan durasi
pemberiannya singkat. Golongan GE tingkat berat pemberian
sediaan obat harus dikombinasikan dengan golongan obat yang lain
seperti golongan obat antibiotik dengan syarat obat ini tidak terjadi
alergi saaat sudah dikonsumsi.
c. Antibiotik
Berdasarkan penelitian sebelumnya diare akut akibat infeksi
kemudian diberikan antibiotik secara empiris minim sekali
dilakukan. Hal ini disebabkan karena lebih dari 40% gejala diare bisa
diturunkan intensitasnya walaupun tidak diberikan sediaan obat
golongan antibiotik. Pengobatan diare infeksi dengan golongan
antibiotik sebaiknya dilakukan jika ditemui dalam diare tersebut
tanda dan gejala infeksi seperti adanya peningkatan suhu tubuh
diatas suhu normal, adanya darah pada feses, dan peningkatan
jumlah leukosit pada pemeriksaan darah. Penggunaan antibiotik
diharapkan tujuannya bisa menekan pengeluaran jumlah cairan tubuh
yang keluar bersamaan saat terjadinya diare sehingga keselamatan
nyawa pasien bisa berhasil. Selain itu penggunaan antibiotik ini juga
mencegah penyebaran kuman penyebab diare melalui cairan yang
terkandung pada feses pasien. Penggunaan obat golongan antibiotik
ini harus diupayakan dengan serasional mungkin dan tepat yaitu
apabila sudah didapatkan hasil berupa adanya jenis kuman yang
terkandung pada sediaan kultur darah ataupun kultur pada feses,
serta adanya hasil resistensi jenis antibiotik.
B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN
Aspek legal etik keperawatan adalah aturan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan termasuk
hak dan kewajibannya.
Etik adalah kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan,
sistem nilai, standa perilaku individu dan atau kelompok tentang
penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang
baik, mana yang buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang
merupakan kejahatan, apa yang di kehendaki dan apa yang di tolak.
a. Prinsip etik keperawatan
a) Respect (hak untuk dihormati) perawat harus menghargai hak-hak
pasien/klien
b) Autonomy (hak pasien memilih) hak pasien untuk memilih treatment
terbaik untuk dirinya
c) Beneficience (bertindak untk keuntungan orang lain/pasien) kewajiban
untuk melakukan hal tidak membahakan pasien/oang lain dan secara
aktif bekontribusi bagi kesehatan da kesejahteraan pasiennya.
d) Non maleficience ( Utamakan tidak mencederai orang lain) kewajiban
perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau
cidera.
e) Confidentiality (hak kerahasiaan) mmenghargai kerahasiaan terhadap
semua informasi tentag pasien/klien perawat
f) Justice (keadilan) kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan ang telah di ambil.
g) Veracity (truthfullness & honesty) Kewajiban untuk mengatakan
kebenaran (Siokal, 2019).
C. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.
Catatan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode seperti
observasi (data yang dikumpulkan berasal dari pengamatan), wawancara
(mendapatkan data dari respon pasien melalui tatap muka), konsultasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium ataupun
pemeriksaan tambahan (Hidayat, 2021). Adapun pengkajian keperawatan
gastroenteritis akut pada anak, antara lain (Mujasyaroh, 2019):
a. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang
tua,pekerjaan dan No telpon.
b. Keluhan utama
Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali
dan cair (gastroenteritis tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair
(dehidrasi ringan/sedang), atau Bab > 10 kali (dehidrasi berat).
Apabila gastroenteritis berlangsung < 14 hari maka GE tersebut
adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau
lebih adalah gastroenteritis persisten.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Keadaan umum klien, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan menuru atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
gastroenteritis.
5) Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
gejala dehidrasi
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena gastroenteritis lebih
sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan
campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu
terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik)
karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
gastroenteritis.
3) Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah
gastroenteritis. Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan gastroenteritis.
e. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit gastroenteritis meliputi:
1) Konsumsi makanan penyebab gastroenteritis, pantangan
makanan atau makanan yang tidak biasa dimakannya.
2) Perasaan haus. Pada pasien yang gastroenteritis tanpa dehidrasi
tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang
pasen merasa haus dan ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, sudah malas minum atau tidak mau minum.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
b) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
c) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut
atau tangan menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang dari 2 detik),
berarti gastroenteritis tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor
kembali dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini
berarti gastroenteritis dengan dehidrasi ringa/sedang. Apabila
turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2
detik), ini termasuk gastroenteritis dengan dehidrasi berat.
3) Kepala
Pada klien dewasa tidak di temukan tanda-tanda tapi pada
anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
biasanya ubun-ubun cekung kedalam.
4) Mata.
Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
5) Mulut dan lidah
a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
6) Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising
usus yaitu:
a) Inspeksi: melihat permukaan abdomen simetris atau tidak
dan tanda lain.
b) Auskultasi: Terdengar bising usus meningkat >30 x/ menit.
c) Perkusi: biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
d) Palasi: Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga
terjadi distensi perut
7) Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
8) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
meningkatkan diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan
terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada
klien yang mengalami gastroenteritis, yaitu:
a) Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun
mikroskopi dengan kultur.
b) Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test)
dan lemak.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis
mengenai pengalaman/respons individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang optimal (Ibrahim, 2023). Berikut merupakan
beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada anak dengan
gastroenteritis akut (Tim Pokja S DKI DPP PPNI, 2017).
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2. Resiko deficit nutrisi dibuktikan dengan Factor psikologis
1. Intervensi Keperawatan
Pada tahap ini perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan
pasien. Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan langkah-langkah pemecahan masalah dan
prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan, serta penilaian asuhan keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisis data
dan diagnosa keperawatan (Rahmi, 2019). Intervensi keperawatan untuk diagnosa yang muncul pada anak dengan diagnosa
demam berdarah dengue berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, meliputi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018):
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
No
(SDKI, 2017) (SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
1. Diare (D.0020) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Diare (I.03101)
keperawatan, diharapkan Observasi
eliminasi fekal membaik, kriteria 1) Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi
hasil: gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi,
1) Kontrol pengeluaran feses malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan, pemberian
meningkat botol susu)
2) Keluhan defekasi lama dan 2) Identifikasi Riwayat pemberian makanan
sulit menurun 3) Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras,
3) Mengejan saat defekasi kepucatan pada bayi)
menurun 4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
4) Konsistensi feses membaik feses
5) Frekuensi BAB membaik 5) Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis:
6) Peristaltik usus membaik takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun,
(L.04033) turgor kulit turun, mukosa kulit kering, CRT
melambat, BB menurun)
Diagnosa Tujuan Intervensi
No
(SDKI, 2017) (SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
7) Monitor jumlah dan pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula,
oralit, Pedialyte, renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
2) Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas,
dan mengandung laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis:
loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis:
papaverine, ekstrak belladonna, mebeverine)
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis:
atapugit, smektit, kaolin-pektin)
Diagnosa Tujuan Intervensi
No
(SDKI, 2017) (SLKI, 2019) (SIKI, 2018)
2. Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
(D.0077) asuhan keperawatan 2 x 24 jam Observasi
yang diharapkan Status Nutrisi - Identifikasi status nutrisi
membaik ditandai dengan - Monitor asupan makanan
kriteria hasil : Terapeutik
1. Porsi makanan yang - Lakukan oral hygiene sebelum makan
dihabiskan meningkat - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
2. Frekuensi makan membaik - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
2. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Hariati et al., 2022). Setelah
rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam
menetapkan tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara
mandiri atau kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
3. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dengan kenyataan yang ada pada klien, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Purwoto et al.,
2023). Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu
pernyataan atau keluhan dari pasien, O: Objective yaitu data yang
diobservasi oleh perawat, A: Assassment yaitu kesimpulan dari objektif
dan subjektif, P: Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan analisis (Ariga, 2020)
D. MIND MAPPING
SKEMA MIND-MAPPING DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Inflamasi usus
Diare
Observasi
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Pasang jalur intravena
Edukasi
- Anjurkan makan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
SKEMA MIND-MAPPING DIAGNOSA KEPERAWATAN II
DISTENSI ABDOMEN
ANOREKSIA
- Kenggangan
DS: untuk makan
- Ibu Pasien
- Badan lemas
mengatakan anaknya
enggan untuk makan
DO:
1. Porsi makanan
yang dihabiskan
meningkat
2. Frekuensi makan
membaik
Manajemen nutrisi
Observasi