052 Priya Kepakisan Kasus Lanjut
052 Priya Kepakisan Kasus Lanjut
052 Priya Kepakisan Kasus Lanjut
Oleh :
NIM.P07131220052
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan
di RSUD Klungkung ini dengan judul “Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2 + Neoplasma Ganas Payudara + Pneumonia + Efusi Pleura +
Pulmonary Candidiasis + Leukositosis + Hipokalemia Ringan Di Ruangan Kusamba
Rsud Kabupaten Klungkung ”
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. dr. Christian, MMRS, MH, Sp.GK.AIFO.K selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD
Kabupaten Klungkung
2. Ir. Dr. I Putu Suiraoka,SST.M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Denpasar
3. Kadek Andi Artawan,S.Tr.Gz selaku Clinical Intructur Asuhan Gizi Klinik di
RSUD Kabupaten Klungkung
4. Ibu Ni Wayan Mirharti, S.Tr.Gz selaku pembimbing kasus lanjut di RSUD
Kabupaten Klungkung
5. Bapak Dr. I Wayan Juni Arsana, SST.M.Fis selaku dosen pembimbing
Penulis menyadari bahwa laporan praktek kerja lapangan ini masih jauh dar
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengharapkan
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2 + NEOPLASMA
GANAS PAYUDARA + PNEUMONIA + EFUSI PLEURA +
PULMONARY CANDIDIASIS + LEUKOSITOSIS +
HIPOKALEMIA RINGAN
DI RUANGAN KUSAMBA RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
Mengetahui,
Ketua Jurusan Gizi
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
Diabetes melitus tipe 2 disebut juga dengan DM tidak tergantung insulin (Non
sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin yang sering disebut
Prevalensi DM tahun 2017 sebesar 8,8% (total penduduk dunia usia 20-79
tahun : 4,84 miliar jiwa) diprediksi meningkat hingga 9,9% total (total penduduk
dunia usia 20-79 tahun : 4,84 miliar jiwa) tahun 2045. Indonesia menempati urutan
nomor 6 setelah Cina, India, USA, Brazil, Mexico pada tahun 2017. Jumlah
Penderita DM di Indonesia juga terbilang tinggi, dilihat dari laporan IDF bahwa
jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta jiwa pada tahun 2017 dan diperkirakan
akan meningkat pada tahun 2045 sebanyak 16,7 juta jiwa (International Diabetes
Federation, 2018).
2018). Dalam hal ini manajemen diri menjadi sangat penting dalam pengobatan
diabetes mellitus. Perawatan diri adalah salah satu manajemen diri diabetes
dan yang paling sering menyerang kaum wanita. Tumor payudara terdiri dari
tumor ganas (kanker payudara) dan tumor jinak yaitu salah satunya fibroadenoma
sering terjadi pada remaja dan wanita berusia dibawah 30 tahun (Sari, Indrawati,
demikian tumor payudara cukup sering terjadi dan merupakan salah satu faktor
risiko dari kanker payudara, dimana tumor dapat meningkatkan risiko kanker
sebesar 16,6 per 100.000 wanita (Globocan, International Agency For Research
melitus tipe 2 dan tumor payudara dengan salah satunya adalah memberikan
pelayana gizi berupa proses asuhan gizi terstandar. Rumah Sakit Umum Daerah
peayan gizi pada pasien dengan komplikasi, maka dengan itu Rumah Sakit Umum
bagi mahasiswa jurusan gizi dalam memberikan pelayan gizi yaitu berupa proses
asuhan gizi terstandar untuk pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor Ganas
Payudara.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
pada pasien komplikasi dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor
2. Tujuan khusus
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi
insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas
pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita
2. Patogenesis
Patogenesis diabetes melitus yaitu terjadinya resitensi insulin pada sel otor dan
hati, serta kegagalan sel beta pankreas yang disebut sebagai patofisiologi kerusakan
3. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup
jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari
makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang
Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang
akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi
(Antari, 2017).
Pada tahap awal Diabetes Melitus Tipe 2 biasanya tidak menunjukkan gejala
a. Meningkatnya rasa haus karena air dan elektrolit dalam tubuh berkurang
(polidipsia)
(polifagia),
c. Kondisi urin yang mengandung glukosa biasanya terjadi ketika kadar glukosa
Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2 ini difaktori oleh beberapa faktor resiko yaitu
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang besar dalam meningkatnya
resiko diabetes mellitus, Obesitas dan peningkatan berat badan pada orang dewasa
dianggap menjadi salah satu faktor risiko yang paling penting untuk diabetes
5. Diagnosis
kadar glukosa darah dan HbAic. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.
Tabel 1.
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dL 2 jam setelah Tes Toleransi Oral
Pemeriksaan glukos aplas sewaktu ≥200 mg/dL dengan keluhan klasi atau krisis
hiperglikemia
antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <140
mg/dL
setelah TTGO antara 140-199 mg/dL dan glukosa plasma puasa <100 mg/dL
Pengaturan makanan untuk pasien diabtes melitus hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pasien DM perlu diberikan
jumlah kandungan kalori terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
a. Karbohidrat
selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan
kalori sehari
b. Lemak
c. Protein
menjadi 0.8g/kg BB perbhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65%
• Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak,
d. Natrium
e. Serat
dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Jumlah konsumsi serat
Bahan makanan yang dianjurkan yaitu karbohidrat kompleks seperti nasi, roti
mengandung tinggi lemak seperti daging rendah lemak, ikan, ayam tanpa kulit,
tidak dianjurkan jeroan atau otak, pada lemak dianjurkan untuk ditumis, dibakar
buah.
1. Definisi
tubuh yang berdifat jinak dan ganas. Kanker payudara merupakan tumor ganas
payudara yang berasal dari jeringan payudara dan jaringan penunjang lainnya.
Tumor ganas payudara adalah penyebab kemiatian paling umum pada wanita
akibat kanker. Benjolan pada payudara merupakan indikasi adanya jenis tumor
2. Gejala
Terjadinya FAM di pengaruh hormone yang ada pada manusia. Hal ini bisa
diketahui berdasarkan ukuran dari fibroadenoma yang dapat berubah pada masa
menstruasi atau pada kehamilan seseorang. Hormon yang sedang bekerja adalah
(FAM).
3. Penatalaksanaan
diagnose yang lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Berikut dalah
a. Pembedahan
putingareola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
onkologi.
b. Terapi sistemik
Kemoterapi yaitu dapat berupa obat tunggal atau gabungan beberapa kombinasi
sebanyak 6-8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek
2) Terapi Target yaitu terapi yang hanya diberikn dirumah sakit tipe A/B dan
positif.
c. Radioterapi
tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan
paliatif.
samping lainnya yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan kita dalam jangka
mengalami reaksi Maillard membentuk HAA. Lebih dari dua lusin HAA telah
yang telah dikenal terlibat sebagai agen penyebab kanker payudara, paru-paru
toksisitas saraf, reproduksi dan perkembangan serta toksisitas akut atau kronis
pada jaringan lain. PAH secara terus-menerus akan diproduksi dan dilepaskan
ke atmosfer dari alam dan sebagian besar dari sumber antropogenik. PAH
organik (pembakaran yang tidak sempurna pada batu bara, minyak, gas, kayu,
Asosiasi lain dicatat, tetapi perkiraan tidak signifikan secara statistik. Ini
termasuk asupan daging sapi / domba / babi asap pradiagnosis tinggi dan
peningkatan semua penyebab (HR = 1,17, 95% CI = 0,99 hingga 1,38, Ptrend
= 0,10) dan kanker payudara spesifik (HR = 1,23, 95% CI = 0,95 hingga 1,60,
panggang dan asap yang tinggi setelah diagnosis, semua penyebab risiko
kematian meningkat 31% (HR = 1,31, 95% CI = 0,96 hingga 1,78). Selanjutnya,
mortalitas spesifik kanker payudara menurun di antara wanita dengan asupan
unggas asap / ikan sebelum dan sesudah diagnosis (HR = 0,55, 95% CI = 0,31-
C. Pneumonia
1. Pengertian
paru yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur dan
tersebut selaras jika dikaitkan dengan jumlah kasus rawat inap, yang diikuti
2. Etiologi
Ketika bakteri dihilangkan dari tubuh, proses inflamasi berhenti. Di sisi lain,
jika bakteri tidak dapat dihilangkan, mereka akan terus tumbuh dan merusak
model molekul terkait patogen (PAMP) yang dikenali oleh reseptor pengenalan
pola (PRRS) seperti reseptor Toll Like (TLR). Reseptor jamur ditemukan pada
permukaan makrofag alveolar dan mengaktifkan NF untuk melepaskan sitokin
inflamasi seperti tumor necrosis factor. Sitokin inflamasi ini meningkat selama
2022)
3. Diagnosis
pasti pnemonia komuniti ditegakkan jika ditemukan gejala gejela berikut ini
• Batuk-batu
Kriteria Minor :
Kriteria Mayor:
• Hasil laboratorium faal hati seperti kreatinin serum > 2mg/dl, kemudian
pada pasien dengan riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang
membutuhkan dialisis.
4. Tatalaksana
didasarkan pada data mikroorganisme dan hasil uji kepekaan. Terapi empiris
faktor risiko resistensi antibiotik dan faktor komorbid. Terapi antimikroba harus
pneumonia yang dirawat diberikan antibiotik dalam waktu 8 jam sejak masuk
dilanjutkan dengan total 7-10 hari pada pasien yang menunjukkan respons
diganti ke oral segera setelah ada perbaikan klinis. Antibiotik sesuai dengan
bakteri patogen dapat diberikan setelah hasil kultur tersedia, jika bakteri gram
(-) dicurigai sebagai kuman penyebab, pemberian antibiotik dapat dilanjutkan
D. Efusi Pleura
1. Pengertian
membentuk struktur membranosa dua lapis. Pleura dibagi menjadi menjadi cairan
pleura. Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan visceral
(kavitas pleura). Hal ini dapat terjadi karena infeksi, keganasan, atau peradangan
yang terjadi pada jaringan parenkim atau karena gagal jantung kongestif.
2. Etiologi
Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berfisat efusi transidate.
Efusi transudatif dapat dibedakan dengan berbagai faktor antara lain disebebkan
oleh gagal jantung, emboli pada paru, sirosisi hati atau yang merupakan
Efusi pleuara eksudatif merupakan jenis cairan eksudat yang terjadi akbita
adanya peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang
berdekatan dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler
protein keluar dari oembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura.
Penyebab lain dari efusi pleura eksudatif juga bisa disebabkan oleh adanya
3. Penatalaksana
e. Perkusi toraks anterior dan posterior mulai dari apeks sampai basis paru
E. Pulmonary Candidiasis
1. Definisi
Infeksi jamur tetap menjadi masalah utama karena tingkat kejadiannya yang
meningkat secara signifikan mulai dari infeksi topikal superfisial hingga infeksi
sistemik yang serius, termasuk infeksi paru. Salah satu agen penyebab utama
untuk infeksi paru yang dimediasi jamur adalah Candida spp., Sekelompok
2023)
2. Patogenesis
dari situs yang terinfeksi distal atau melalui invasi langsung organisme yang
dihirup atau disedot. Candida diperoleh melalui rute hematogen menunjukkan lesi
paru yang menyebar, bilateral, dan miliaria. Bentuk infeksi endobronkial tidak
memiliki komponen interstisial yang signifikan seperti yang terlihat dengan bentuk
kecil, asimetris, tambal sulam, dan sering ditemukan di lobus bawah (Suhartono,
2021).
3. Diagnosis
Tidak ada tanda dan gejala patognomonik kandidiasis paru. Diagnosis harus
pada orang dengan Candida invasif adalah papula eritematosa diskrit dengan
Candida dalam kultur dari cairan tubuh atau jaringan yang steril dan
invasif. Studi serologis tidak memiliki nilai diagnostik. Tes untuk deteksi
antibodi, antigen, dan metabolit masih diselidiki saat ini. Bukti Candida
atau sampel sikat yang dilindungi dari bronkoskopi sebagai bukti langsung
invasi jaringan. Jika studi ini gagal untuk mengidentifikasi proses penyakit,
diagnosis kandidiasis paru dapat ditegakkan dengan biopsi paru-paru
(DOnoghue, 2019).
4. Tatalaksana
F. Leukositosis
1. Definisi
rata batas normal. Leukositosis adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau
peradangan. Keadaan ini dapat dijumpai setelah gangguan emosi, setelah anestesia
ditemukan pada saat tubuh terinfeksi benda asing atau terjadi perdarahan pada
tubuh.
2. Etiologi
leukosit yang terkena bergantung pada penyebab yang mendasari, salah satunya
seperti inflamasi yang berat, terjadi kelainan alergi investasi parasite, reaksi obat,
3. Epidemiologi
Insiden hiperleukositosis dan leukostasis tergantung pada jenis leukemia dan
4. Diagnosa
Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang tinggi zat besi seperti
nasi, mi, roti dan tidak lupa dengan protein hewani ikan, daging merah, daging
ayam, tahu dan tempe, buah-buahan (Asuhan Gizi dengan Metode International
G. Hipokalemia Ringan
1. Definisi
Hipokalemia dapat terjadi dengan cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien
2. Etiologi
Etiologi dari hipokalemia antara lain asupan kalium dari makanan yang
yang meningkat melalui keringat pada udara panas, terdapat penyebab lain seperti
3. Patofisiologi
tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq)
terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-
5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160
mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga
berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume
sel. Kalium ECF, meskipun hanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi
terdapat penurunan kurang dari 3,5 mEq/L, kemudian klorida serum, sering turun
kurang dari 98 mEq/L, glukosa serum yang agak tinggi, bikarbonat plasma
meningkat lebih besar dari 29 mEq/L, osmolalitas urine menurun, GDA: pH dan
5. Komplikasi
Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat
Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang tinggi kalium biasanya kismis,
Rahmawati, 2020)
BAB III
A. Identifikasi Kasus
Ibu AIMP berusia 58 tahun dengan keluhan sesak nafas selama 10 hari, batuk
ringan dan demam selama 3 hari dirujuk ke RSUD Kabupaten klungkung pada
tanggal 18 Oktober 2023 dari RSU Bintang Kabupaten Klungkung. Pasien dirawat di
IGD selama satu hari dan kemudian dipindahkan ke ruangan kusamba kelas 1 untuk
Hipokalemia Ringan. Pasien mengalami penurunan berat badan selama sakit dilihat
dari kulit yang menyusut dan begelambir serta pakaian yang biasa digunakan terasa
longgar, kesadaran pasien compos mentis dengan tekanan darah 114/67 mmHg, Nadi
101 x/menit, Respirasi 16 x/menit, Suhu tubuh 36.4oC dan Saturasi 98%.
Rubu/uL, Albumin 3.0 g/dL, Kreatinin 0.5 mg/dL, Natrium 130 mmol/L, Kalium 3.2
sdm dan konsumsi nasi 2x sehari @ 3 sdm, mengkonsumsi sumber protein hewani
berupa daging ayam (direbus/dikukus) 3x kali seminggu @1 ptg kecil, telur ayam
kecil, mengkonsumsi sumber protein nabati sebagai cemilan berupa tahu 2x seminggu
berkuah yaitu capcay 1x seminggu berisikan wortel @ 1 sdm, bunga kol @ 1sdm,
bayam @ 1 sdm, dan mengkonsumsi kangkung tumis 1x seminggu @ 6 sdm, tauge
kentang rebus sebagai cemilan 2x seminggu @ 1 ½ ptg besar dan mengkonsumsi susu
etawa setiap pagi dan malam hari @ 1 sachet ditambah dengan gula pasir @ 1 sdt.
mengkonsumi terlalu banyak masakan yang digoreng akibat riwayat penyakit pasien
yaitu tumor payudara. Namun, pasien masih biasa mengkonsumsi makanan yang
Nama : AIMP
Umur : 58 tahun
Lila : 28 cm
BB Estimasi : 50.1 kg
Bangsa/Suku : Indonesia
Klungkung
No.Register/Cm : 193436
Keluhan Sesak nafas sejak 10 hari yang lalu, batuk dan demam
Suhu 37.9o C
Respirasi 26 x/menit
nafsu makan yang sangat berkurang dan penurunan berat badan tidak diketahui
yang dilihat dari kulit yang menyusut dan bergelambir dan pakaian yang biasa
digunakan terasa longgar. Dan skor total akhir skrinning di dapatkan hasil 3
terstandar.
1. Pengkajian Gizi
untuk melihat status gizi pasien. Dikarenakan keadaan pasien lemas dan susah untuk
berdiri maka dilakukan pengukuran lila untuk mencari berat badan estimasi dan
pengukuran demi span untuk mencari tinggi badan estimasi pasien. Dan berdasarkan
- Lila : 28 cm
- Demi span : 64 cm
- BBI : 46,5 kg
- BB Normal : 51.1 kg
28
= 30 𝑥 100
= 93%
Tabel 4.
Kategori IMT Berdasarkan Lila
Klasifikasi % Lila
Obesitas >120%
Overwight 110-120%
Gizi baik 85 -110%
Gizi kurang 70.1 -84.9%
Gizi buruk <70%
Sumber : WHO NCHS
Berdasarkan hasil IMT yaitu 23.0 kg/m2 masuk kedalam kategori normal sesuai
dengan standar IMT Indonesia sedangkan berdasarkan IMT dengan LILA pasien
a. Data Biokimia
Tanggal Terminologi
Parameter Hasil Satuan Standar Keterangan
Pemeriksaan
18 Oktober - BD - Lekosit - 21.55 - Ribu/uL - 3.5-10 - Tinggi
2023 - BD-1.11.1 - Albumin - 3.0 - g/dL - 4-5.3 - Rendah
- B-1.2.2 - Kreatinin - 0.5 - mg/dL - 0.6-1.2 - Rendah
- BD-1.2.5 - Natrium - 130 - mmol/L - 136-145 - Rendah
- BD-1.2.7 - Kalium - 3.2 - mmol/L - 3.5-5.1 - Rendah
- BD-1.5.2 - Glukosa - 255 - mg/dL - 80-200 - Tinggi
Darah
Sewaktu
19 Oktober - BD-1.5.2 - Glukosa 123 mg/dL 80-200 Normal
2023 Darah
Sewaktu
Penilaian :
tinggi yang hal ini menandakan kemungkinan adanya infeksi pada tubuh, albumin
rendah, kreatinina rendah, natrium rendah, kalium rendah dan gula darah sewaktu
tinggi atau melebihi batas normal menandakan adanya gangguan metabolisme
Pemeriksaan fiaik dan klinis pada pasien difungsikan untuk mengetahui keadaan
lebih lanjut, dan setelah dilakukannya pemeriksaan fisik dan klinis adapun hasil
1) Fisik
Hasil
Terminologi Data Terkait Masalah
Pengamatan
Penilaian :
Kesadaran pasien compos mentis namun masih terasa seikit lemas, terdapat batuk
Hasil
Terminologi Data Terkait Standar Masalah
Pengamatan
- Suhu normal
- Saturasi
normal
Penilaian :
anamnesa gizi pasien sebelum MRS dan setelah dirawat di RSUD Kabupaten
wawancara gizi menggunakan metode SQ-FFQ dimana metode ini digunakan untuk
makanan dengan porsi dan frekuensi penggunaan bahan makanan tersebut pada
konsumsi harian, mingguan dan bulanan yang kemudian akan diterjemahkan dalam
rumus dubois.
= 1.184,16 kkal
= 1.302,56 kkal
TEE = 1432,81
Oktober 2023 ditemukan hasil kebiasaan makan pasien yaitu sebagai berikut :
Tabel 8. Tingkat Konsumsi Makan Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit
- Lebih : >110%
- Baik ; 100-110%
- Cukup : 80-100%
- Kurang : 70-80%
- Defisit : <70%
Penilaian :
Tingkat konsumsi pasien sebelum masuk rumah sakit berdasarkan dengan hasil
SQ-FFQ ditemukan hasil bahwa tingkat konsumsi eneergi masih kurang yaitu hanya
54.8%, tingkat konsumsi protein defisit yaitu hanya 38.1%, tingkat konsumsi lemak
defisit yaitu hanya 45.4% dan karbohidrat defisit yaitu 66.3% dan kalium defisit
yaitu 27.8%..
2) Hasil Anamnesa Gizi Di Rumah Sakit
Anamase gizi RS pasien dilakukan dengan metode Food Recall 1x24 jam yaitu
dengan wawancara pasien dan keluarga pasien untuk mendapatkan tingkat konsumsi
zat gizi pasien sehari sebelum pelaksaan intervensi gizi. Saat di rumah sakit pasien
mendapatkan diet DM dan tinggi kalium. Berikut hasil tingkat konsumsi zat
- Baik : >80 %
- Kurang : <80%
Penilaian :
tingkat konsumsi pasien di RS adalah energi kurang yaitu 51.8%, protein kurang
yaitu 58.3%, lemak kurang yaitu 59.8%, karbohidrat kurang yaitu 72.3% dan kalium
kurang 32.1%.
d. Data Riwayat Personal
RSUD Kabupaten Klungkung. Pada tanggal 18 Oktober 2023 pasien masuk IGD
RSUD Kabupaten Klungkung dengan keluhan sesak nafas yang masih belum
teratasi sejak 10 hari, demam dan batuk ringan sejak 3 hari, keadaan compos mentis.
Dan setelah itu pasien dipindahkan dan dirawat di ruangan kusamba lantai 3 kelas I
ringan.
Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan pasien dan keluarga pasien. Saat
sendok makan. Pasien tidak menyukai mengkonsumsi sayuran karena alasan tidak
enak dan rasanya hambar dan tidak berani mengkonsumsi makanan yang digoreng
karena riwayat penyakit belaiu yaitu tumor payudara. Namun, pasien masih seperti
2 orang anak yang dimana 1 anak sudah bekerja dan satunya kuliah. Konsisi
ekonomi pasien menengah keatas dan mampu membiayai pengobatan pasien untuk
Selama dirawat pasien mendapatkan terapi medis berupa obat yang diberikan
Tabel 10.
Terapis medis
asam lambung
sinusitis, memperhatikan
infeksi kemih.
alergi menyerang.
susu
menghentikan untuk
pedas .
Berfungsi untuk Tidak boleh
menyebabkan
peradangan .
kronis lemak
mulut.
jamur termasuk
jamur candida
(candidiasis)
2. Diagonsa Gizi
Diagnonasi gizi merupakan identifikasi dan penegakan suatu masalah gizi yang
terjadi pada seorang pasien dan menjadi tanggung jawab nutrisionis/dietisien untuk
masalah gizi (problem) sepsifik yang ditemukan, faktor penyebab atau etiologi, serta
2) Domain klinis terkait dengan problem klinis yang berhubungan dengan medis
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan hasil pengkajian data pasien, adapun masalah gizi yang
1) Domain asupan :
3) Domain Behaviour :
b. Diagnosa Gizi
Domain klinis
NC-2.2 Perubahan Berkaitan dengan Ditandai dengan :
nilai lab terkait gizi patofisiologis pasien - Leukosit = 21.55 ribu/uL
yaitu Diabetes Melitus - Albumin 3.0 g/dL
2 Tipe 2 dengan gangguan - Kreatinin 0.5 mg/dL
metabolisme endokrin - Kalium 3.2 mmol/L
dan leokosit tinggi yang - GDS 255 mg/dL
ditandai dengan infeksi
3
NC-3.2 Penurunan Berkaitan dengan Penyusutan pada lemak
berat badan yang tidak kurangnya intake tubuh dan pakaian yang
diharapkan makanan karena nafsu digunakan terlihat longgar
makan menurun saat digunakan
Domain Behaviour
Berkaitan dengan Pasien tidak begitu menyukai
kurangnya pengetahuan sayuran dan tidak berani
NB-1.6 Tidak patuh
serta perilaku yang salah mengkonsumsi makanan
4 mengikuti
terkait makanan dan zat yang digoreng namun masih
rekomendasi gizi/diet
gizi mengkonsumsi makanan
yang dibakar.
3. Intervensi Gizi
Langkah perencanaan intervensi dimulai dari penetapan terapi diet yang melipuri
menggunakan data antropometri yang telah diukur dan disesuaikan dengan kondisi
penyakit yang dialami. Dan edukasi gizi terkait diet yang diberikan kemudian
1) Jenis Diet
Diet DM dan Tinggi Kalium dengan modifikasi energi 1724.58 kkal, protein
2) Tujuan
- Memberikan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat
pasien
3) Prinsip Diet
perhitungan kebutuhan.
- Tinggi kalium
- Menggunakan prinsip 3J yaitu tepat jumlah makan, tepat jenis makan dan
4) Syarat Diet
menggunakan PERKENI.
dan sayuran.
5) Bentuk Makanan
6) Jalur Pemberian
Oral
7) Frekuensi
- BB estimasi : 50.1 kg
- TB estimasi : 146.5 cm
- Lila : 28 cm
- BB normal : 51.1 kg
28
= 30 𝑥 100
= 93%
- Kebutuhan energi
= 25 x 51.5 kg
= 1277.5 kkal
= 63.87 kkal
= 127.7 kkal
= 383.25 kkal
Faktor Stres
= 1724.58 kkal
- Kebutuhan protein
= 258.68 kkal : 4
= 64.67 g
- Kebutuhan lemak
= 431.1 kkal : 9
= 47.9 g
- Kebutuhan Kabohidrat
= 1034.8 kkal : 4
= 258.7 g
9) Implementasi
Diet yang diberikan adalah diet DM dan tinggi kalium dengan bentuk makanan
lunak modifikasi 1724.58 kkal, protein 64.67 g, lemak 47.9 g dan karbohidrat 258.7
g. Makanan diberikan dengan jadwal 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan
(menu terlampir).
- Tujuan :
Tipe 2
- Konten materi :
• Penjelasan mengenai diet DM dan tinggi kalium (tujuan diet, syarat diet,
- Evaluasi :
gizi senior dan juga tenaga medis lainnya. Adapun rencana koordinasi asuhan gizi
Mengikuti visite dokter pada pasien untuk mengetahui preskripsi diet yang
akan diberikan
Tabel 13.
A. Hasil
Berdasarkan dengan hasil pemantauan selama 3 hari ditemukan hasil lila, demi span
Tabel 15.
Perkembangan Status Gizi
Hasil
Tanggal Parameter Nilai Normal
Pemeriksaan
19 Oktober 2023 - Lila - 28 cm - 25 cm
- Lila - 28 cm - 25 cm
- Lila - 28 cm - 25 cm
- Lila - 28 cm - 25 cm
- Lila - 28 cm - 25 cm
23 Oktober 2023 - Demi span - 64 cm --
- IMT - 23.4 kg/m2 - 18.5 - 25 kg/m2
Kesimpulan :
Pengukuran lila dan demi span dilakukan untuk menemukan status gizi pasien
dengan menghitung berat badan estimasi dan tinggi badan estimasi,sehingga bisa
menemukan status gizi pasien dengan IMT. Sesuai dengan data diatas lila pasien
masih belum menunjukan terjadinya kenaikan yang dimana menandakan status gizi
pasien masih tetap sama. Hal ini dikarenakan pelaksanaan hari intervensi yang
singkat, sehingga perkembangan lila belum dapat dinilai. Penggunaan ukuran lila
untuk mencari berat badan estimasi dilakukan karena kondisi pasien yang lemas dan
Tabel 16.
Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Parameter Hasil Standar Normal Keterangan
18 Oktober 2023 - Lekosit - 21.55 Ribu/uL - 3.5 -10 Ribu/uL - Tinggi
- Albumin - 3.0 g/dL - 4-5.3 g/dL - Rendah
- Kreatinin - 0.5 mg/dL - 0.6-1.2 mg/dL - Rendah
- Natrium - 130 mmol/L - 136-145 mmol/L - Rendah
- Kalium - 3.2 mmol/L - 3.5-5.1 mmol/L - Rendah
- Glukosa - 255 mg/dL - 80-200 mg/dL - Tinggi
Darah
Sewaktu
- Gula Darah - 123 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
19 Oktober 2023
Sewaktu
- Gula Darah - 106 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
20 Oktober 2023
Sewaktu
21 Oktober 2023 - Lekosit - 17.10 Ribu/uL - 3.5 -10 Ribu/uL - Tinggi
- Glukosa - 99 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
Darah
Sewaktu
- Glukosa - 125 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
22 Oktober 2023 Darah
Sewaktu
- Glukosa - 123 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
23 Oktober 2023 Darah
Sewaktu
ditemukan hasil leukosit tinggi yaitu 21.55 Ribu/uL hal ini menunjukan bahwa
terjadinya infeksi pada tubuh, albumin rendah yaitu 3.0 g/dL, kreatinin rendah yaitu
0.5 mg/dL, Natrium rendah yaitu 139 mmol/L, Kalium rendah 3.2 mmol/L yang
yaitu 255 mg/dL yang mengindikasi pasien mengalami Diabete Melitus Tipe 2 dan
pemantauan kembali untuk gula darah sewkatu pasien dan hasil GDS pasien pada
saat itu adalah 123 mg/dL yang artinya GDS pasien sudah normal dan terjadinya
dimana hasil GDS pasien yaitu 106 mg/dL. Ditanggal 21 Oktober 2023 dilakukan
dimana ditemukan hasil leukosit 17.10 Ribu/uL dan GDS 99 mg/dL. Kemudian pada
hasil yaitu GDS normal 125 mg/dL. Sehingga selama perawatan dan pelaksanaan
intervensi GDS pasien sudah normal walaupun masih belum terkontrol, sedangkan
3. Fisik/Klinis
a. Fisik
Tabel 17.
Perkembangan Fisik Pasien
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
- Lemas (masih belum teratasi)
- Sesak nafas (belum teratasi)
18 Oktober 2023
- Demam (belum teratasi)
- Batuk (belum teratasi)
- Lemas (masih belum teratasi)
- Sesak nafas (masih belum teratasi)
19 Oktober 2023
- Demam (teratasi)
- Batuk (teratasi)
- Lemas (masih belum teratasi)
20 Oktober 2023 - Sesak (masih belum teratasi)
- Nafsu makan menurun
- Lemas (masih belum teratasi)
saat hari pertama intervensi masih lemas, sesak dan nafsu makan menurun. Kemudian
pada tangga 21 Oktober keadaan fisik pasien masih lemas namun sesak yang dialami
pasien sudah membaik dan nafsu makan pasien meningkat akibat. Dan pada tanggal 22
Oktober pasien mengalami sariawan pada kedua pipi bagian belakang dan bibir bagian
belakang sehingga nafsu makan pasien kembali menurun, dan pasien mengalami
b. Klinis
pasien selama 3 hari. Adapun hasil pemantau/monitoring klinis pasien sebagai berikut :
Tabel 18.
Pemantauan Kondisi Klinis Pasien
Tanggal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
- TD = 97/59 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 110 - 60-100 x/menit - Tinggi
18 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.10oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 109/70 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 98 - 60-100 x/menit - Normal
19 Oktober 2023 - RR = 16 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.0oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 107/57 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 84 - 60-100 x/menit - Normal
20 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.10oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 90/60 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 99 - 60-100 x/menit - Normal
21 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.10oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 99 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 90/60 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 101 - 60-100 x/menit - Tinggi
22 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 37oC - Suhu 36.5-37oC - Tinggi
- Saturasi = 94 - Saturasi 95-100% - Rendah
- TD = 110/65 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 101 - 60-100 x/menit - Tinggi
23 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.50oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil diatas terdapat perubahan pada suhu tubuh pasien yaitu
pasien mengalami kenaikan suhu tubuh di hari ketiga intervensi dari 36.10oC naik
menjadi 37oC, kemudian untuk nasi pasien mengalami peningkatan di hari ketogas
yaitu 99 x/menit menjadi 101 x/menit. Dan untuk kondisi klinis pasien seperti tekanan
4. Asupan Makan
Tabel 19.
Konsumsi Pasien 1 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 1 1107 40.1 27.1 174.1 1650.9
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 64.1% 62% 56.5% 67.2% 35.1%
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Kesimpulan :
Berdasarkan dari hasil intervensi hasi pertama tingkat konsumsi pasien energi
yaitu 64.1%, protein 62%, lemak 56.5% karbohidrat 67.2% tingkat konsumsi pasien
masih belum mencapai 80% akibat dari nafsu makan pasien yang masih belum
meningkat dan pasien tidak mau mengkonsumsi nasi tim karena merasa susuah untuk
Tabel 20.
Konsumsi Pasien 2 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 2 1314 51.5 40.1 190.3 2199.3
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 76.1% 79.6% 83.7% 73.5% 46.7%
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang Kurang
Kesimpulan :
Berdasarkan dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konsumsi pasien sudah
mulai membaik dari konsumsi di intervensi hari pertama yaitu tingkat konsumsi pasien
untuk energi sebanyak 76.1%, protein 79.6%, lemak 83.7% dan karbohidrat 73,5% dan
kalium 46,7%. Tingkat konsumsi pasien di intervensi kedua masih berada dibawah 80%
selain dari konsumsi lemak yang sudah mencapai 83.7%. Hal ini disebabkan karena
pasien merasa bubur yang diberikan terasa hambar dan lauk yang diberikan kekurangan
garam. Dan untuk konsumsi bubur tidak dihabiskan karena merasa eneg jika
mengkonsumsi bubur sehingga bubur yang diberikan tidak habis dan meminta
intervensi hari ketiga adalah 64.6%, protein 55.3%, lemak 58.4% dan karbohidrat
68.4%. Intervensi hari ketiga terjadi penurun tingkat konsumsi hal ini dikarenakan
oleh kondisi fisik pasien yaitu adanya sariawan sehingga pasien sulit untuk
Tabel 22.
Rata-rata Konsumsi Pasien 3 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 1 1107 40.1 27.1 174.1 1650.9
Total Asupan Intervensi Hari 2 1314 51.5 40.1 190.3 2199.3
Total Asupan Intervensi Hari 3 1115.1 35.8 28 179.6 1794
Rata-rata Konsumsi 1178 42.4 31.6 180.3 1881.4
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 68.3% 65.5% 65.9% 69.6% 40%
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Kesimpulan :
tingkat konsumsi energi 68.3%, protein 65.5%, lemak 65.9% dan karbohidrat 69.6%
dan kalium 40%. Tingkat konsumsi pasien setelah dilaksanakan intervensi masih
kurang karena berada dibawah 80% dan hal ini sebebakan oleh konsisi pasien yaitu
nafsu makan menurun dan kondisi fisik yaitu terjadinya sariawan pada hari ketiga.
a. Konsumsi Energi
Asupan Energi
1724 1724 1724 1724
1800
1600 1314
1400 1101.5 1107 1115.1
1200
1000
800
600
400
200
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
% Tingkat Konsumsi
100% 100% 100% 100%
100%
76.10%
80% 64.10%
57.90% 55.30%
60%
40%
20%
0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
Kesimpulan :
pasien sudah mengalami peningkatan yaitu dari 64.10% menjadi 76.10% sedangkan
intervensi kedua tingkat konsumsi energi pasien mengalami penuruan yaitu dari
76.10% ke 55.30% hal ini disebabkan oleh pasien mengalami sariawan di bagian
pipi dalam dan bibir dalam sehingga pasien sulit untuk mengkonsumsi makanan.
b. Konsumsi Protein
Asupan Protein
Kebutuhan Asupan
% Tingkat Konsumsi Protein
100% 100% 100% 100%
100%
79.60%
80%
59.60% 62.00%
55.30%
60%
40%
20%
0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
Kesimpulan :
konsumsi protein pasien pada sebelum intervensi dengan intervensi hari pertama
mengalami kenaikan yaitu dari 59.60% menjadi 62%, kemudian tingkat konsumsi
protein pasien di hari pertama dan hari kedua intrvensi juga telah mengalami
kenaikan yaitu dari 62% menjadi 79.60%, sedangkan pada intrevensi ketiga tingkat
konsumsi protein pasien mengalami penurunan yaitu dari 79.60% menjadi 55.30%
hal ini disebebkan karena pasien mengalami sariawan pada pipi bagian dalam dan
bibir bagian dalam saat intervensi hari ketiga, hal ini menyebabkan pasien susah
Asupan Lemak
47.9 47.9 47.9
50
40 40.1
40
27.1 28
30 23.5
20
10
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
40%
20%
0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
``
Kesimpulan :
konsumsi lemak sebelum intervensi yaitu dari 48.9% menjadi 56.50%, kemudian
pada intervensi hari kedua tingkat konsumsi lemak pasien sudah mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tingkat konsumsi lemak intervensi hari pertama
yaitu dari 56.50% menjadi 83.70% sedangkan pada tingkat konsumsi lemak pasien
di hari ketiga mengalami penurunan dibandingkan intervensi hari kedua yaitu dari
83.70% menjadi 68.40% hal ini dikarenakan pasien mengalami sariawan dan susah
d. Konsumsi Karbohidrat
Asupan Karbohidrat
299
300 258.7 258.7 258.7
250
181.6 190.3 179.6
174.1
200
150
100
50
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
40%
20%
0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
Kesimpulan :
konsumsi karbohidrat sebelum intervesni yaitu 60.70% menjadi 67.20%, dan pada
dibandingkan dengan hari intervesni kedua yaitu dari 73.50% menjadi 69.40%. Hal
ini dikarenakan oleh pasien mengalami sariawan saat di hari ketiga intervesni yang
e. Konsumsi Kalium
Asupan Kalium
4700 4700 4700 4700
5000
4000
3000 2199.3
1650.9 1794
2000 1510.1
1000
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
% Tingkat Konsumsi Kalium
100% 100% 100% 100%
100%
80%
60% 46.70%
35.10% 38.10%
32.10%
40%
20%
0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi
Kebutuhan Asupan
Kesimpulan :
mengalami kenaikan yaitu dari 32.10% menjadi 35.10%, kemudian pada intervensi
konsumsi intervensi hari pertama yaitu dari 35.10% menjadi 46.70%, sedangkan
pada interevnsi hari ketiga tingkat konsumsi kalium pasien mengalami penurunan
dibandingkan dengan intervensi hari kedua yaitu dari 46.70% menjadi 38.10% hal
ini dikarenakan kondisi pasien yang sariawan sehingga tidak bisa mengkonsumsi
makanan yang diberikan dan keadaan pasien yang tidak menyukai mengkonsumsi
sayur-sayuran.
f. Kooridinasi Asuhan Gizi
Tabel 24.
Koordinasi Asuhan Gizi
Tanggal Koordinasi Proses Koordinasi
pasien menurun.
A. Kesimpulan
infeksi, albumin rendah, kreatinin rendah, natrium rendah, kalium rendah yang
sesak nafas, lemas dan batuk ringan sedangkan pada kondisi klinis pasien
tekanan darah normal, nadi tinggi, respirasi rendah, suhu tubuh normal dan
saturasi normal. Kebiasaan makan pasien dilihat dari SQ-FFQ pasien tidak
diagnosa pasien yaitu domain asupan dengan masalah asupan oral in adekuat
perubahan nilai lab terkait gizi yang berkaitan dengan patofisiologis pasien dan
dengan masalah penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
kurangnya intak makanan, dan domain behaviour dengan masalah pasien tidak
4. Intervensi gizi yang diberikan yaitu Diet DM dan tinggi kalium dengan
memberikan makanan lunak secara oral dengan 3 kali makanan utama dan 2
pasien dengan menganjurkan makanan ddengan porsi kecil namun sering untuk
status gizi pasien. Selain interevensi gizi pasien juga diberikan edukasi tentang
diabetes melitus tipe 2 yang dialami pasien dan penjelasan mengenai diet yang
diberikan,
intervesni namun masih belum mencapai 80% hal ini disebakan karena nafsu
makan pasien masih belum baik dan pada intervensi hari ketiga pasien
diberikan. Untuk hasil lab pasien selama interevnsi gula darah sekwatu pasien
sudah menurun dan mencapai batas normal untuk leukosit pasien sudah
materi yang diberikan dilihat dari saat ditanyakan kembali mengenai konten
materi pasien dan keluarga pasien dapat menjawab dengan sesuai, Namun,
secara implementasi pasien masih belum bisa merubah kebiasaan makan pasien
B. Saran
Saran yang diberikan adalah agar terapi diet dengan memodifikasi jenis
makanan dan memberikan KIE agar asupan pasien mencapai 80% serta
melaksanakan monitoring dan evaluasi pada nilai lab pasien hingga mencapai nilai
normal dan memantau Lila pasien agar tidak terjadinya penurunan berat badan
Barbecued, and Smoked Meat Intake and Survival Following Breast Cancer.
Medicine Section.
Medical Education.
Litbang, 60-78.
Education , 313-318.
Ali, A. M., Mirrakhimov, A. E., Abboud, C. N., & Cashen, A. F. (2016). Leukostasis
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/653f627b3ce1272d2093
53541c305cee.pdf
Ukuran
Jenis Makanan Frekuensi
URT Berat Berat/hari
Sumber Karbohidrat
Bubur 1x sehari 5 sdm 50 50
Nasi 2x sehari 3 sdm 45 90
Sumber Protein Hewani
Ayam 3x seminggu 1 ptg sedang 50 21.43
Telur ayam 1x seminggu 2 butir 120 17.14
Sumber Protein Nabati
Tahu 2x seminggu 2 ptg sedang 80 22.86
Tempe 2x seminggu 2 ptg kecil 50 14.29
Sayuran
Wortel 1x sehari 1 sdm 10 10
Bunga kol 1x sehari 1 sdm 10 10
Bayam 1x sehari 1 sdm 10 10
Kangkung 1x seminggu 6 sdm 60 8.57
Tauge 1x seminggu 6 sdm 60 8.57
Buah-buahan
Pisang hijau 1x sehari 1 1/2 buah 150 150
Apel merah 1x sehari 1/2 buah 50 50
Snack
Kentang rebus 2x seminggu 1 1/2 ptg besar 225 64.29
Susu etawa 2x sehari 1 sachet 50 50
Gula 2x sehari 1 sdt 10 10
Lampiran 2. Hasil Recall di Rumah Sakit
Lampiran 4. Menu Intervensi
Lemak Kalium
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi (kcal) Protein (g) Karbohidrat (g) Serat ( g)
(g) (mg)
MAKAN PAGI
Nasi Tim beras putih giling 50 180.4 3.3 0.3 39.8 0.4 40.5
Telur dadar telur ayam 40 62 5 4.2 0.4 0 50.4
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Gulai tempe tempe kedele murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 110.1
Orak arik wortel 25 6.5 0.2 0.1 1.2 0.9 72.5
buncis mentah 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 74.8
SNACK PAGI
Susu diabetasol bubuk susu 30 153.1 4.8 4.2 19.5 1.8 0
MAKAN SIANG
Nasi Tim beras putih giling 50 180.4 3.3 0.3 39.8 0.4 40.5
Ayam suir-suir daging ayam 40 114 10.8 7.6 0 0 72.8
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Semur tahu tahu 30 22.8 2.4 1.4 0.6 0.4 36.3
Sayur asem kacang panjang mentah 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 74.8
jagung kuning segar 25 27 0.8 0.3 6.3 0.7 62.3
labu siam mentah 25 5 0.2 0.1 1.1 0.3 48
Putih telur putih telur 30 15 3.1 0 0.3 0 42.9
Buah potong pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
SNACK SIANG
Susu diabetasol bubuk susu 30 153.1 4.8 4.2 19.5 1.8 0
MAKAN SORE
Nasi Tim beras putih giling 50 180.4 3.3 0.3 39.8 0.4 40.5
Tum ayam daging ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 54.6
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Mendoan tempe tempe kedele murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 110.1
Sayur kare wortel 25 6.5 0.2 0.1 1.2 0.9 72.5
kentang 25 23.2 0.5 0 5.4 0.4 97.8
buncis mentah 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 74.8
Buah potong pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
Putih telur putih telur 30 15 3.1 0 0.3 0 42.9
TOTAL KANDUNGAN GIZI 1684.99 68.71 42.98 253.54 16.24 2148.85
Lampiran 7. Dokumentasi
Snack sore
Makan Sore
Menu pagi hari kedua (21
Oktober 2023)
Snack Pagi
Makan siang
Snack Siang
Makan sore
Makan pagi hari ketiga (22
Oktober 2023)
Snak Pagi
Makan Siang
Snack sore
Makan Sore