LP BRONKITIS PADA ANAK Edit
LP BRONKITIS PADA ANAK Edit
LP BRONKITIS PADA ANAK Edit
Kelompok 5
a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,mempunyai 2 lubang
dipisahkan oleh sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran
yang masuk ke dalam hidung
b. Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan. terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nesofaring
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan denan istmus
fausium disebut orofaring
3) Bagian bawah sekat,dinamakan langiofaring.
c. Laring
Laring merupakan saluran pernafasan berupa tabung iregular (tak
beraturan) yang terletak antara faring dengan trakea. Laring merupakan
organ pembuka dalam saluran pernafasan.
d. Trakhea
Trakea merupakan tabung berbentuk pita seperti huruf c yang
dibentuk oleh tulang-tuang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak
diantara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea
vertebra torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm.
e. Bronkus
2. Klasifikasi Bronkitis
Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah suatu proses radang akut pada mukosa bronkus beserta
cabang-cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum
yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi
pada bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus di pastikan tidak
berasal dari penyakit saluran pernafasan lainnya.
b. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis adalah salah satu komponen dari penyakit paru obstruksi
kronis. Deskripsi standart tentang bronkitis kronis adalah batuk berdahak yang
terjadi selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun beturut-turut.
Eksaserbasi akut bronkitis kronis didefinisikan memburuknya gejala respirasi
seperti : batuk, sekresi dahak yang berlebihan, kesulitan bernafas. Bronkitis
kronis terutama terjadi pada orang dewasa dan lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita.
3. Etiologi
Menurut Muttaqin, 2008 Bronkitis disebabkan oleh sebagai berikut:
a. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
Respiratory syincitial Virus (RSV), Virus influenza, virus par influenza, dan
coxsackie virus.
b. Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, bordetella parapertussi
c. Dilatasi bronkus (bronkhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan
fungsi dinding bronkus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
d. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi karena
polusi memperlmabat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
e. Riwayat infeksi saluran nafas. Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah,serta menyebabkan kerusakan pada paru bertambah.
f. Asap rokok yang mengandung tar bersifat merangsang secara kimiawi
sehingga dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran-saluran
pernafasan.
4. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronkitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV), virus Influenza, virus para Influenza, asap rokok, baik perokok aktif
maupun perokok pasif, polusi udara yang terhirup selama masa intubasi virus
kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada
percabangan trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi secret dan
penyempitan atau penyumbatan jalan napas.
Dinding bronkus tengah terdiri dari silia dan memproduksi lendir yang
berfungsi untuk penahan debu,mikroorganisme dan partikel. Apabila terjadi infeksi
pada bronkus akan mengembang dan menyebabkan terjadinya pembengkakan dan
penyempitan. Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran
udara. Bronkitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun
lambat laun akan mempengaruhi seluruh saluran napas. Mukus yang kental dan
pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi.
Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian
distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan
acidosis. Pasien mengalami kekurangan O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO sehingga pasien terlihat sianosis karena hipoksia (Sutoyo,
2009).
18
5. WOC Bronkitis
Rhinovirus,Respirator, Syncitial
Virus(RSV), virus influenza, virus
par influenza, dan Coxsackie virus
Pelepasan
Peradangan pada bronkus pirogen
7. Komplikasi
Menurut Saripah (2017) komplikasi yang terjadi jika tidak di obati secara
maksimal yaitu :
a. Bronkitis kronik yang mana berasal dari komplikasi bronkitis akut yang tidak
segera ditangani
b. Mudah terserang infeksi. Pada bronkitis kronik system pernafasan
mengalami penurunan fungsi, sehingga umumnya pasien sering terkena dan terserang
infeksi.
c. Gagal napas. Komplikasi ini yang paling berat dan juga luas, sehingga di
perlukan pengobatan bronkitis yang lebih dalam lagi.
Menurut Marni (2014) Komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang
jelek, antara lain:
a. Sinusitis
b. Otitis media
c. Bronkhietasis
d. PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
e. Gagal napas.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rab Tabrani (2010) Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkitis
yaitu:
a. Rontgent Thorak
Terdapat peradangan pada paru
b. Sputum
Adanya produksi seputum yang berlebih
c. Tes fungsi paru
Biasanya adanya obstruksi atau restiksi
d. Pemeriksaan kadar gas darah arteri
Adanya penurunan kadar gas darah arteri < 80 (normal 80-100%)
1) Pemeriksaan fungsi paru
Respitasi (pernapasan /ventilasi) dalam praktek klinik bermakna
sebagai satu siklus ispirasi /expirasi. Frekuensi pernapasan normal orang
dewasa 16-20x/menit.
2) Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH. Dan juga (asam dan
basa), oksigenisasi, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan fisik dan data lab lainnya. Ukuran-ukuran dalam analisa gas
darah sebagai berikut :
a) PH normal : 7,35-7,45
b) PaCO2 normal : 35-45 mmHg
c) Pa O2 normal : 80-100 mmHg
d) Total CO2 dalam plasma darah : 24-31 mEq
e) HCO3 normal : 21-30 mEq
f) Saturasi O2 lebih dari : 90%
e. Pemeriksaan radiologis
f. Pemeriksaan foto thorak anterior posterior dilakukan untuk menilai derajat
progesifitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruksi
menaun
g. Pemeriksaan laboratorium
h. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya perubahan pada
peningkatan eosofil
i. Pemeriksaan EKG
j. Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal
(hipertrofi atrium dan ventrikel kanan).
9. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
Harus dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit
dan harus dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.
b. Pencegahan
Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi,
dan dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi
1) Terapi eksaserbasi akut
a) Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi.
• Infeksi maka digunakan Ampisilin atau Eritromisin
• Amoksisilin dan asam klavulanat dapat diberikan jika kuman
infeksinya adalah b-catarhalis yang memproduksi b-laktamase
b) Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau
doksisikli pada klien yang mengalami eksaserbsi akut terbukti
mempercepat pertumbuhan dan membantu mempercepat kenaikan
peakflow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbsi.
c) Pemberian moxifloxacin 400 mg sekali sehari aman dan dapat
ditoleransi dengan baik, sangat efektif unutk pengobatan infeksi
saluran napas oleh bakteri, terutama bronkitis, pneumonia komunitas
dan sinusitis dengan perbaikan gejala yang cepat (Setiawati,et
al.2005).
d) Terapi oksigen
Diberikan jika terjadi kegagalan jalan napas karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2. Pemberian oksigen jangka
panjang (> 15 jam/hari) meningkatkan angka bertahan hidup pada
klien dengan gagal napas kronis (Rubenstein,et al.2007)
e) Fisiotrapi membantu klien untuk mengeluarkan sputum
f) Bronkodilator
Untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
adrenergik, dan gejala agonis B, klien dapat diberikan sulbutamol 5
mg dan atau ipratropium bromida 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam
dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS
1. Pengkajian
Meliputi: Jenis Perslinan, BB saat lahir (anak yang mengalami BBLR akan lebih
besar untuk berpotensi menderita Bronkitis), lamanya persalinan, waktu
pecah ketuban, warna air ketuban, nilai APGAR, usia kehamilan (
kelahiran prematur akan berpengaruh pada berat badan bayi yang akan
menyebabkan bayi mengalami BBLR), kelainan saat lahir.
d. Riwayat Immunisasi
Vaksin bisa membantu mencegah beberapa penyakit pada anak. Imunisasi
membantu mengurangi kematian anak dari Bronkitis dalam dua cara. Pertama,
vaksinasi membantu mencegah anak dari infeksi yang berkembang langsung
menyebabkan Bronkitis. Kedua, imunisasi dapat mencegah infeksi yang dapat
menyebabkan Bronkitis sebagai komplikasi dari penyakit (misalnya, campak
dan pertusis). Tiga vaksin yang memiliki potensi untuk mengurangi kematian
anak dari Bronkitis adalah vaksin campak, Hib, dan vaksin pneumokokus.
Imunisasi DPT merupakan salah satu imunisasi yang efektif untuk
mengurangi faktor yang meningkatkan kematian akibat ISPA (UNICEF, WHO
2018).
e. Riwayat tumbuh kembang
1) Pertumbuhan fisik meliputi: BB1, PBL, berat badan sebelum sakit, saat
sakit, tinggi badan sekarang, serta waktu tumbuh dan tanggalnya gigi.
2) Perkembangan tiap tahap meliputi: anak saat tengkurap, duduk, merangkap,
berdiri, berjalan, berbicara pertama kali, serta berpakaian tanpa bantuan.
3) Pada saat di rawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang tidak menyenangkan, seperti rewel, marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari Hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di
lingkungan rumah sakkit. Untuk itu dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang di alaminya karena dengan
melakukan permianan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Dengan demikian permnan adalah media
komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
petugas kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat mengakaji peraaan dan
pikiran anak melalui interaksi yang ditunjukan anak selama melakukan
permainan atau melalui interaksi yang di tujukan anak denga orang tua
dan teman kelompok bermainnya.
f. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak napas, batuk produktif,adanya suara
mengi, batuk berdahak, flu dan badanya panas (peningkatan suhu tubuh)
38,8°C sampai 41,1°C.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak napas, batuk berdahak, pilek, sianosis
dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernapasan atas
riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan
panjang yang di sertai dengan wheezing pada Bronkitis
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya anggota keluarga yang mederita penyakit Bronkitis (yang tinggal
di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan), sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri,
virus,dan jamur
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pneumonia di tularkan melalui Bakteri, Virus, Asap rokok dan Bahan
kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernapasan yang
terkontaminasi dan melalui percikan mukus, jumlah anggota keluarga dan
adanya anggota keluarga perokok aktif.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana kesehatan, perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatannya.
1) Pola nutrisi dan metabolisme
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien
Tingkat kesadaran Compos Mentis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien
sesak napas dan adanya peningkatan suhu tubuh 38,8 ° C sampai
41,1°C, batuk pilek.
2) Antropometri
Pada antropometri yang diukur adalah berat badan (BB), tinggi badan
(TB), lingkar lengan atas (LILA), Lingkar kepala (LK), Lingkar
dada (LD).
3) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak napas, pernapasan cuping hidung, pernapasan nagkal pergerakan
simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
4) Sistem Kardiovascular (Blood/ B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak di temukan.
5) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif
wajah klien tampak meringis, menangis, merintih.
6) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder/B4)
Tidak ada gangguan eliminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena
awal terjadinya syok.
7) Pencernaan/ Gastrointestinal (Bowel/ B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran
mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
8) Integument (Bone/B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat
profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respons
pasien terhadap penyakit, atau kondisi pasien (aktual dan potensial) sebagai
akibat dari penyakit yang diderita (Debora, 2011).
Berdasarkan data fokus yang ditemukan pada pasien diagnosa keperawatan
yang dapat di tegakkan pada pasien bronkitis menurut (Smeltzer&Bare, 2011)
yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
1) Spasme jalan nafas
2) Hipersekresi jalan napas.
3) Disfungsi neuromuskuler.
4) Benda asing dalan jalan napas.
5) Adanya jalan napas buatan.
6) Sekresi yang tertahan.
7) Proses infeksi.
8) Respon alergi.
9) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Di tandai dengan data mayor :
Subjektif : -
Objektif :
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing, dan atau ronkhi kering
Di tandai dengan data minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan dan kekuatannya, langkah
berikutnya adalah perencanaan/ intervensi asuhan keperawatan. Pada langkah ini,
perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien serta mencapai
tujuan dan criteria hasil (Perry & Potter, 2010).
25
batuk Dengan kriteria hasil: 7. Auskultasi suara napas kebutuhan oksigen
3. Sputum berlebih tambahan : pasien.
4. Mengi, wheezing, 1. Frekuensi ronchi,wheezing 7. Untuk mengetahui
dan atau ronkhi Perencanaan keperawatan adanya kelainan suara
pernapasan (1),
kering napas,mis;adanya
Diagnosa keperawatan (2), (3), (4), (5) Rasional
8. Anjurkan asupann cairan bunyi ronchi
Tujuan dan kriteria
2. Irama pernapasan hasil Rencana tindakan
yang adekuat menandakan terdapat
(NOC)
(1), (2), (3), (4),
Di tandai dengan data (NIC) penumpukan sekret
minor
Bersihan jalan napas (5) dilakukan
Setelah NIC : Manajemen jalan napas atau sekret berlebih di
3. Kedalaman 1. napas.
jalan untuk memaksimalkan
tidak efektif tindakan keperawatan :
Subjektif :
ventilasi
8. Mengoptimalkan membuka
berhubungan dengan inspirasi selama…x 24 jam di
(1), (2),
1. Posisikan pasien untuk area segmencairan
paru-paru
harapkan pasien 9. Ajarkan pasien keseimbangan
1. Dispnea
1. Spasme jalan (3), (4), (5) memaksimalkan
menunjukkan : bagaimana agar bisa dan dan membantumeningkatkan
2. Sulit bicara
nafas. 4. Kemampuan untuk ventilasi
melakukan batuk efektif gerakan sekret ke jalan
mengencerkan
2. Hipersekresi
3. Ortopnea NOC :
mengeluarkan
jalan napas. sekretnapas besar untuk di
sehingga
Objektif : 10. Kolaborasi pemberian
sekret keluarkan.
3. Disfungsi Status pernapasan : 2. bronkodilator
Identifikasi kebutuhan mudah di
obat 2. Untuk Membantu
(1), (2), (3), (4),
1. Gelisah keluarkan.
Tabel 2.1
2. Sianosis (5)
9. Fisiotrapi dada/back Perencanaan
3. Bunyi napas 5. Suara napas
massage dapat Keperawatan
menurun tambahan (1), (2), membantu
4. Frekuensi
(3), (4), (5)
napas berubah
5. Pola napas 6. Batuk
(1), (2), (3), (4),
(5)
26
27
28
No
1.
neuromuskuler. kepatenan jalan napas aktual/potensial pasien perm
4. Benda asing untuk memasukkan alat mela
€ Dipertahankan
dalan jalan membuka jalan napas. dan
pada……
napas. berna
€ Ditingkatkan
5. Adanya jalan 3. Lakukan fisiotrapi 3. Meni
ke….. dada,sebagaimana elimi
napas buatan.
1. Deviasi berat dari mestinya mem
6. Sekresi yang
kisaran normal 4. Bersihkan sekret dari paru
tertahan.
2. Deviasi yang mulut 4. Men
7. Proses infeksi.
cukup berat dari dan atau
8. Respon alergi.
kisaran normal trakea;memotivasi Peng
9. Efek agen
3. Deviasi sedang pasien untuk batuk atau diper
farmakologis
dari kisaran penyedotan tak
(mis. anastesi)
normal lendir/suction. meng
memanjang
3. Pola napas
abnormal
(mis,takipnea,brad
ipnea,hiperventilas
i.kusmaul,cheyne-
stokes)
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Penapasan pursed-
lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
3. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan NIC : Manajemen asam
1. Un
gas berhubungan tindakan basa
me
dengan keperawatan
1. Pertahankan kepatenan ve
selama….x 24 jam
1. ketidakseimbangan jalan napas. me
diharapkan pasien 2. Posisikan klien untuk
ventilasi-perfusi. 2. Un
2. Perubahan menunjukkan : mendapatkan pe
membrane alveolus- ventilasi yang adekuat
NOC : Status
1. Asupan nutrisi
(1), (2), (3), (4),
pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin 13. Mu
turun be
7. Rambut
me
rontok
giz
berlebihan
me
8. Diare
de
12. Tidak familiar 1) Jam tidur (1), (2), 6. Batasi pengunjung dilak
selama istirahat relak
dengan peralatan (3), (4), (5)
tidur. 2) Jam tidur yang
7. Berk
diobservasi (1), 7. Minta klien untuk
hari
(2), (3), (4), (5) membatasi asupan
pola
Ditandai dengan data 3) Pola tidur (1), (2), cairan pada malam hari
mayor : dan berkemih sebelum 8. Untu
(3), (4), (5)
tidur fikira
Subjektif : 4) Kualitas tidur (1),
8. Ajarkan relaksasi 9. Pemb
(2), (3), (4), (5)
1. Mengeluh sulit distraksi jadw
5) Efisiensi tidur (1),
tidur
9. Beri obat dengan
2. Mengeluh sering (2), (3), (4), (5)
kolaborasi tim medis
6) Tidur rutin (1),
terjaga
3. Mengeluh tidak (2), (3), (4), (5)
7) Tidur dari awal
puas tidur
sampai habis di
4. Mengeluh pola
malam hari secara
tidur berubah
konsisten (1), (2),
5. Mengeluh istirahat
(3), (4), (5)
tidak cukup
8) Perasaan segar
59
4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanaan intervensi dan aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada
pelaksanaan keperawatan di perioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,
meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilyn
E,2002,Rencana Asuhan Keperawatan).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu,karena
setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan di evaluasi
dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian
berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien
yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan
yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pertukaran gas
adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intoleransi
aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/ hilang, pasien
memahami kondisi penyakitnya.
(Potter & Perry. 2005). Evaluasi keperawatan terdiri dari :
1. S : ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah diberi tindakan
keperawatan.
2. O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
3. A : analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara
objektif dan subjektif
4. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa.
2.
3.
1.
2.
3.