0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
257 tayangan50 halaman

LP BRONKITIS PADA ANAK Edit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN BRONCHITIS

Kelompok 5

Ni Kadek Mei Yunitasari C2123025


Kadek Ita Prastika Sari C2123026
Dewa Ayu Putri Triyani C2123027
Ni Wayan Mertri C2123028
Ni Luh Ayu Putu Nita Yunisusanti C2123029
Ni Komang Suliastini C2123030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2024
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKITIS

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Anatomi pernapasan

Gambar 2.1 Anatomi system penapasan dan bronkus.


(Sumber : Novi, 2013)

a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama,mempunyai 2 lubang
dipisahkan oleh sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran
yang masuk ke dalam hidung
b. Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan. terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nesofaring
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan denan istmus
fausium disebut orofaring
3) Bagian bawah sekat,dinamakan langiofaring.
c. Laring
Laring merupakan saluran pernafasan berupa tabung iregular (tak
beraturan) yang terletak antara faring dengan trakea. Laring merupakan
organ pembuka dalam saluran pernafasan.
d. Trakhea
Trakea merupakan tabung berbentuk pita seperti huruf c yang
dibentuk oleh tulang-tuang rawan yang disempurnakan oleh selaput, terletak
diantara vertebrae servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea
vertebra torakalis V. Panjangnya kira-kira 13 cm dan diameter 2,5 cm.
e. Bronkus

Gambar 2.2 percabangan bronkus (sumber : gede dan christantie, 2004)

Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri.Tempat percabangan


ini disebut carina.Bronkus kanan lebih pendek,lebar dan lebih dekat dengan
trakea. Bronkus kanan bercabang menjadi: Lobus superior, medius,
inferior. Bronkus kiri terdiri dari :lobus superior dan dan inferior. Bronkus
yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tumpuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih
vertikal daripada yang kiri, sed ikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus
lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil. Sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan.tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkhiolus terminalis
disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Alveolus yaitu tempat
pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya.Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,asinus atau kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trakea sampai sakus alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori khon (Manurung,
2009).
f. Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ pernapasan yang berada di dalam
kantung yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua
paru sangat lunak, elastis dan berada di dalam rongga thorax. Sifatnya
ringan dan terapung didalam air. Paru bewarna biru keabu-abuan dan
berbintik-bintik. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo
dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister)
yang terdiri atas 2 lobus (Daniel dan Widjaya, 2015).
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura
parietalis) (Mutaqqin, 2008).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru untuk pergerakan dan
pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.
Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi.
Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat
lain (Pearce, 2009).
g. Thoraks
Rongga thoraks terdiri dari dari rongga pleura kanan dan kiri dan
bagian tengah yang disebut mediastinum, toraks mempunyai peranan
penting dalam pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut
perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang
memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi (Pearce, 2009)
2. Fisiologi pernapasan
Pernapasan adalah upaya yang di butuhkan untuk mengembangkan dan
membuat paru berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh Tingkat
kompliansi paru, tahanan jalan napas, keberadaan ekspirasi yang aktif, dan
penggunaan otot-otot bantu pernapasan (Potter, Patricia A. 2005). Terdapat
empat langkah dalam proses oksigenasi, yakni : ventilasi, perfusi, pertukaran
gas pernapasan dan difusi.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks
yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah
diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik, yang keluar dari
medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
b. Perfusi
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ke dan dari
membran kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi
pulmonal merupakan suatu resevoar untuk darah sehingga paru dapat
meningkatkan volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau
vena pulmonar yang besar. Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai suatu
filter, yang menyaring trombus kecil sebelum trombus tersebut
mencapai organ-organ vital.
c. Pertukaran gas pernapasan dan difusi
Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan
tubuh. Oksigen ditransfer dari paru-paru ke darah dan karbondioksida
ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah.
Pada tingkat jaringan, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan
karbondioksida ditansfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli
dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada proses difusi.
d. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan
kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Menurut Muttaqin (2008) Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronchus
yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri,
maupun parasit. Ada 2 jenis bronkitis yaitu bronkitis akut dan bronkitis
kronik.
Menurut Widagdo (2012) Bronkitis ialah inflamasi non spesifik pada
bronkus umumnya (90%) disebabkan virus (adenovirus, influenza, parainfluenza,
RSV, rhinivirus, dan herpes simplex virus) dan 10% oleh bakteri dengan gejala
batuk sebagai gejala paling menonjol.

2. Klasifikasi Bronkitis
Menurut Arif (2008) Bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Bronkitis akut
Bronkitis akut adalah suatu proses radang akut pada mukosa bronkus beserta
cabang-cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum
yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi
pada bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus di pastikan tidak
berasal dari penyakit saluran pernafasan lainnya.
b. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis adalah salah satu komponen dari penyakit paru obstruksi
kronis. Deskripsi standart tentang bronkitis kronis adalah batuk berdahak yang
terjadi selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun beturut-turut.
Eksaserbasi akut bronkitis kronis didefinisikan memburuknya gejala respirasi
seperti : batuk, sekresi dahak yang berlebihan, kesulitan bernafas. Bronkitis
kronis terutama terjadi pada orang dewasa dan lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita.

3. Etiologi
Menurut Muttaqin, 2008 Bronkitis disebabkan oleh sebagai berikut:
a. Bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
Respiratory syincitial Virus (RSV), Virus influenza, virus par influenza, dan
coxsackie virus.
b. Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, bordetella parapertussi
c. Dilatasi bronkus (bronkhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan
fungsi dinding bronkus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
d. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi karena
polusi memperlmabat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat
juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
e. Riwayat infeksi saluran nafas. Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah,serta menyebabkan kerusakan pada paru bertambah.
f. Asap rokok yang mengandung tar bersifat merangsang secara kimiawi
sehingga dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir saluran-saluran
pernafasan.

4. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronkitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV), virus Influenza, virus para Influenza, asap rokok, baik perokok aktif
maupun perokok pasif, polusi udara yang terhirup selama masa intubasi virus
kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada
percabangan trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi secret dan
penyempitan atau penyumbatan jalan napas.
Dinding bronkus tengah terdiri dari silia dan memproduksi lendir yang
berfungsi untuk penahan debu,mikroorganisme dan partikel. Apabila terjadi infeksi
pada bronkus akan mengembang dan menyebabkan terjadinya pembengkakan dan
penyempitan. Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang
dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran
udara. Bronkitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun
lambat laun akan mempengaruhi seluruh saluran napas. Mukus yang kental dan
pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi.
Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian
distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan
acidosis. Pasien mengalami kekurangan O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO sehingga pasien terlihat sianosis karena hipoksia (Sutoyo,
2009).
18
5. WOC Bronkitis

Rhinovirus,Respirator, Syncitial
Virus(RSV), virus influenza, virus
par influenza, dan Coxsackie virus

bakteri Bordatella Dilatasi bronkus bronkhiektasi,


pertussis, bakteri riwayat infeksi saluran napas,
bordetella polusi udara, dan asap rokok

Pelepasan
Peradangan pada bronkus pirogen

Spasme bronkus dan peningkatan sekret Akumulasi monosit Merangsang


makofag, fibroblast hipotalamus
meningkatkan suhu
Mk: bersihan
jalan napas Obstruksi bronkus Batuk
tidak efektif
Mk :
Hiperventilasi Merangsang Hipertermi
Pengeluaran energi mual
meningkat
Gangguan difusi di alveoli

Mk : Pola napas Mual


Peningkatan
tidak efektif Peningkatan PaCO2 metabolisme

Intake nutrisi tidak adekuat


Suplai O2 menurun Mk:
Mk : Intoleransi aktifitas
Mk : Defisit nutrisi
gangguan Sesak napas Mk: Gangguan
pola tidur pertukaran gas

Smeltzer;Omar, 2005; Brunner & Sudarth, 2002)


6. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala Bronkitis menurut Ikawati (2011) :
a. Batuk produktif dahak meningkat
b. Batuk disertai dahak puluren
c. Batuk disertai darah
d. Batuk sesak
e. Mengi
f. Anoreksia (tidak nafsu makan)
g. Demam
Tanda dan gejala menurut Rab Tabrani (2010) :
a. Batuk
b. Dispnea, makin lama makin berat dan sehari penuh, terutama pada musim
dimana udara dingin dan berkabut
c. Sesak nafas

7. Komplikasi
Menurut Saripah (2017) komplikasi yang terjadi jika tidak di obati secara
maksimal yaitu :
a. Bronkitis kronik yang mana berasal dari komplikasi bronkitis akut yang tidak
segera ditangani
b. Mudah terserang infeksi. Pada bronkitis kronik system pernafasan
mengalami penurunan fungsi, sehingga umumnya pasien sering terkena dan terserang
infeksi.
c. Gagal napas. Komplikasi ini yang paling berat dan juga luas, sehingga di
perlukan pengobatan bronkitis yang lebih dalam lagi.
Menurut Marni (2014) Komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang
jelek, antara lain:
a. Sinusitis
b. Otitis media
c. Bronkhietasis
d. PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
e. Gagal napas.

Menurut Bruner dan Suddarth (2002) komplikasi bronkitis dengan kondisi


kesehatan yang jelek yaitu

a) Sinusitis maksilaris. Radang sinus yang ada disekitar hidung yang


disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas
(Muttaqin,2008).
b) Pnemuonia. Radang pada paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Jika bronkitis tidak
ditangani dengan baik dann benar secara tuntas bahkan dalam kondisi fisik
tubuh yang jelek, maka proses peradangan akan semakin berlanjut yang disebut
bronkopneumonia.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Rab Tabrani (2010) Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkitis
yaitu:
a. Rontgent Thorak
Terdapat peradangan pada paru
b. Sputum
Adanya produksi seputum yang berlebih
c. Tes fungsi paru
Biasanya adanya obstruksi atau restiksi
d. Pemeriksaan kadar gas darah arteri
Adanya penurunan kadar gas darah arteri < 80 (normal 80-100%)
1) Pemeriksaan fungsi paru
Respitasi (pernapasan /ventilasi) dalam praktek klinik bermakna
sebagai satu siklus ispirasi /expirasi. Frekuensi pernapasan normal orang
dewasa 16-20x/menit.
2) Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH. Dan juga (asam dan
basa), oksigenisasi, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan fisik dan data lab lainnya. Ukuran-ukuran dalam analisa gas
darah sebagai berikut :
a) PH normal : 7,35-7,45
b) PaCO2 normal : 35-45 mmHg
c) Pa O2 normal : 80-100 mmHg
d) Total CO2 dalam plasma darah : 24-31 mEq
e) HCO3 normal : 21-30 mEq
f) Saturasi O2 lebih dari : 90%
e. Pemeriksaan radiologis
f. Pemeriksaan foto thorak anterior posterior dilakukan untuk menilai derajat
progesifitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruksi
menaun
g. Pemeriksaan laboratorium
h. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya perubahan pada
peningkatan eosofil
i. Pemeriksaan EKG
j. Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal
(hipertrofi atrium dan ventrikel kanan).

9. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan
Harus dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit
dan harus dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.
b. Pencegahan
Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi,
dan dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi
1) Terapi eksaserbasi akut
a) Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi.
• Infeksi maka digunakan Ampisilin atau Eritromisin
• Amoksisilin dan asam klavulanat dapat diberikan jika kuman
infeksinya adalah b-catarhalis yang memproduksi b-laktamase
b) Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau
doksisikli pada klien yang mengalami eksaserbsi akut terbukti
mempercepat pertumbuhan dan membantu mempercepat kenaikan
peakflow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbsi.
c) Pemberian moxifloxacin 400 mg sekali sehari aman dan dapat
ditoleransi dengan baik, sangat efektif unutk pengobatan infeksi
saluran napas oleh bakteri, terutama bronkitis, pneumonia komunitas
dan sinusitis dengan perbaikan gejala yang cepat (Setiawati,et
al.2005).
d) Terapi oksigen
Diberikan jika terjadi kegagalan jalan napas karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2. Pemberian oksigen jangka
panjang (> 15 jam/hari) meningkatkan angka bertahan hidup pada
klien dengan gagal napas kronis (Rubenstein,et al.2007)
e) Fisiotrapi membantu klien untuk mengeluarkan sputum
f) Bronkodilator
Untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
adrenergik, dan gejala agonis B, klien dapat diberikan sulbutamol 5
mg dan atau ipratropium bromida 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam
dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BRONKITIS
1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan data


tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu
pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber skunder (keluarga,
tenaga kesehatan, dan analisis data sebagai dasar untuk melakukan diagnosa
keperawatan (Pearce, 2006) :
a. Identitas
1) Identitas anak
Umur : Bronkitis merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus yang sering
menyebabkan kematian pada anak usia < 5 tahun dan pada lansia > 65
tahun, Tempat dan tanggal lahir, Jenis kelamin: secara keseluruhan
tidak terdapat perbedaan pada penderita Bronkitis, agama, alamat
2) Identitas Orang tua
Nama Ayah/Ibu, pendidikan, agam, pekerjaan, alamat, No.Hp
b. Riwayat Kehamilan.
Meliputi GPA, Pemeriksaan Antenatal, dan Komplikasi Antenatal
c. Keadaan saat lahir

Meliputi: Jenis Perslinan, BB saat lahir (anak yang mengalami BBLR akan lebih
besar untuk berpotensi menderita Bronkitis), lamanya persalinan, waktu
pecah ketuban, warna air ketuban, nilai APGAR, usia kehamilan (
kelahiran prematur akan berpengaruh pada berat badan bayi yang akan
menyebabkan bayi mengalami BBLR), kelainan saat lahir.
d. Riwayat Immunisasi
Vaksin bisa membantu mencegah beberapa penyakit pada anak. Imunisasi
membantu mengurangi kematian anak dari Bronkitis dalam dua cara. Pertama,
vaksinasi membantu mencegah anak dari infeksi yang berkembang langsung
menyebabkan Bronkitis. Kedua, imunisasi dapat mencegah infeksi yang dapat
menyebabkan Bronkitis sebagai komplikasi dari penyakit (misalnya, campak
dan pertusis). Tiga vaksin yang memiliki potensi untuk mengurangi kematian
anak dari Bronkitis adalah vaksin campak, Hib, dan vaksin pneumokokus.
Imunisasi DPT merupakan salah satu imunisasi yang efektif untuk
mengurangi faktor yang meningkatkan kematian akibat ISPA (UNICEF, WHO
2018).
e. Riwayat tumbuh kembang
1) Pertumbuhan fisik meliputi: BB1, PBL, berat badan sebelum sakit, saat
sakit, tinggi badan sekarang, serta waktu tumbuh dan tanggalnya gigi.
2) Perkembangan tiap tahap meliputi: anak saat tengkurap, duduk, merangkap,
berdiri, berjalan, berbicara pertama kali, serta berpakaian tanpa bantuan.
3) Pada saat di rawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang tidak menyenangkan, seperti rewel, marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari Hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di
lingkungan rumah sakkit. Untuk itu dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang di alaminya karena dengan
melakukan permianan (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Dengan demikian permnan adalah media
komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau
petugas kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat mengakaji peraaan dan
pikiran anak melalui interaksi yang ditunjukan anak selama melakukan
permainan atau melalui interaksi yang di tujukan anak denga orang tua
dan teman kelompok bermainnya.
f. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penderita biasanya mengeluh sesak napas, batuk produktif,adanya suara
mengi, batuk berdahak, flu dan badanya panas (peningkatan suhu tubuh)
38,8°C sampai 41,1°C.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita biasanya mengalami sesak napas, batuk berdahak, pilek, sianosis
dan lemas, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita biasanya sering mengalami penyakit saluran pernapasan atas
riwayat penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap dan
panjang yang di sertai dengan wheezing pada Bronkitis
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya anggota keluarga yang mederita penyakit Bronkitis (yang tinggal
di dalam satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang
berdekatan), sangat menentukan karena ditularkan melalui bakteri,
virus,dan jamur
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pneumonia di tularkan melalui Bakteri, Virus, Asap rokok dan Bahan
kimia dan penyebaran melalui makan, peralatan pernapasan yang
terkontaminasi dan melalui percikan mukus, jumlah anggota keluarga dan
adanya anggota keluarga perokok aktif.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana kesehatan, perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatannya.
1) Pola nutrisi dan metabolisme

a) Pemberian Asi, Pertama kali disususi , lama pemberian, waktu


atau cara pemberian.
b) Pemberan susu formula terdiri dari : alasan pemberian, juah
pemberian dan carapemberian
c) Pemberian makan terdiri atas usia pertama kali di berikan, jenis
makan yang di berikan, frekuensi makan, jumah makan, dan cara
pemberian.
d) Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,
lidah kotor dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
2) Pola aktifitas dan latihan
Anak akan terpengaruh aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik
sehingga anak jadi pasif dan gerakkannya terbatas.
3) Pola tidur dan istirahat
Kebiasaan tidur anak akan terganggu dikarenakan suhu badan yang
meningkat, sehingga anak merasa gelisah pada waktu tidur.
4) Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang air kecil akan menjadi referensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
5) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan berpengaruh pada
anak.
6) Psikososial
Meliputi orang yang mengasuh kien, berhubungan antar anggota keluarga,
penerapak disiplin, sikap keseharian, latihan toilet training, dan pola
bermain
7) Spiritual
Meliputi agama, dan kepercayaan klien serta keluarga lalu bagaimana
kegiatan keagmaan dalam keluarga.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien
Tingkat kesadaran Compos Mentis, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien
sesak napas dan adanya peningkatan suhu tubuh 38,8 ° C sampai
41,1°C, batuk pilek.
2) Antropometri
Pada antropometri yang diukur adalah berat badan (BB), tinggi badan
(TB), lingkar lengan atas (LILA), Lingkar kepala (LK), Lingkar
dada (LD).
3) Sistem penapasan / Respirasi (Breath / B1)
Sesak napas, pernapasan cuping hidung, pernapasan nagkal pergerakan
simetris, terdapat mukus, pada auskultasi terdengar ronchi, perkusi sonor
4) Sistem Kardiovascular (Blood/ B2)
Kelemahan fisik, denyut nadi perifer melemah, batas jantung tidak
mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak di temukan.
5) Persarafan (Brain/B3)
Terjadi penurunan kesadaran, sianosis perifer pada pengkajian objektif
wajah klien tampak meringis, menangis, merintih.
6) Perkemihan-eliminasi urine (Bladder/B4)
Tidak ada gangguan eliminasi dan pengukuran volume urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena
awal terjadinya syok.
7) Pencernaan/ Gastrointestinal (Bowel/ B5)
Mual muntah, penuruan nafsu makan, penuruan berat badan. Membran
mukosa kering tampak sianosis dapat terjdi terdapat pendarahan.
8) Integument (Bone/B6)
Warna kulit kemerahan, bibir kering, turgor kulit tidak elastis, terdapat
sianosis, akral panas kering merah CRT >2 detik, odema, panas batuk
berdahak, pilek.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah terminologi yang digunakan oleh perawat
profesional untuk menjelaskan masalah kesehatan, tingkat kesehatan, respons
pasien terhadap penyakit, atau kondisi pasien (aktual dan potensial) sebagai
akibat dari penyakit yang diderita (Debora, 2011).
Berdasarkan data fokus yang ditemukan pada pasien diagnosa keperawatan
yang dapat di tegakkan pada pasien bronkitis menurut (Smeltzer&Bare, 2011)
yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
1) Spasme jalan nafas
2) Hipersekresi jalan napas.
3) Disfungsi neuromuskuler.
4) Benda asing dalan jalan napas.
5) Adanya jalan napas buatan.
6) Sekresi yang tertahan.
7) Proses infeksi.
8) Respon alergi.
9) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Di tandai dengan data mayor :
Subjektif : -
Objektif :
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing, dan atau ronkhi kering
Di tandai dengan data minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan


1) Depresi pusat pernapasan.
2) Kelemahan otot pernafasan.
3) Kecemasan.
4) Cedera medulla spinalis.
5) deformitas dinding dada
6) Gangguan neuromuscular.
7) Gangguan neuologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang).
8) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan, efek sedasi).
9) obesitas.
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11) Sindrom hipoventilasi.
12) Kerusakan inervasi diafgrama (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Efek agaen farmakologis.
Di tandai dengan data mayor :
Subjektif :
1) Dispnea
Objektif :
1) penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis, takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kusmaul,
cheyne-stokes)
Di tandai dengan data minor
Subjektif :
1) Ortopnea
Objektif :
1) Penapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


1) ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
2) Perubahan membrane alveolus-kapiler. Di tandai dengan data mayor
Subjektif :
1) Dispnea
Objektif :
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi napas tambahan
Di tandai dengan data minor
Subjektif :
1) Pusing
2) Penglihatan kabur
Objektif :
1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat,reguler/ireguler,dalam/dangkal)
6) Warna kulit abnormal (mis,pucat,kebiruan)
7) Kesadaran menurun.

d. Defisit Nutrisi berhubungan dengan


1) peningkatan kebutuhan metabolisme.
2) Ketidakmampuan menelan makanan
3) Ketidakmampuan mencerna makanan.
4) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
5) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis. stress, keenggganan untuk makan)
Di tandai dengan data mayor
Subjektif :-
Objektif :
1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
Di tandai dengan data minor
Subjektif :
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/ nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
Objektif :
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare

e. Hipertermia berhubungan dengan


1) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
2) Dehidrasi.
3) Terpapar lingkungan panas.
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan.
5) Peningkatan laju metabolism.
6) Respon trauma.
7) Aktivitas berlebihan.
8) Penggunaan incubator
Ditandai dengan data mayor :
Subjektif : -
Objektif :
1) Suhu tubuh lebih dari 37,8℃ oral atau 38,8℃ rektal.
Ditandai dengan data minor :
Subjektif : -
Objektif :
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan


1) Kelembapan lingkungan sekitar.
2) Suhu lingkungan.
3) Perubahan paparan terang-gelap.
4) Gangguan (mis. untuk terapeutik, pemantauan, pemeriksaan
laboratorium).
5) Kurang control tidur
6) Kurang privasi.
7) Pencahayaan.
8) Bising
9) Bau gas.
10) Restrain fisik.
11) Teman tidur.
12) Tidak familiar dengan peralatan tidur.
Ditandai dengan data mayor :
Subjektif :
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif : -
Ditandai dengan data minor :
Subjektif :
1) Mengeluh menurunnya kemampuan beraktivitas
Objektif : -

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


1) ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2) Tirah baring
3) Kelemahan.
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton.
Ditandai dengan tanda mayor :
Subjektif :
1) Mengeluh lelah
Objektif :
1) Frekuensi jantung meningkat >20 % dari kondisi istirahat
Ditandai dengan tanda minor :
Subjektif :
1) Dispnea setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif :
1) Tekanan darah berubah >20 % dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukan aritmia
3) Gambaran EKG menunjukann iskemia
4) Sianosis
Ditandai dengan data minor :
Subjektif :
1) Mengeluh menurunnya kemampuan beraktivitas
Objektif : -

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah mengidentifikasi diagnosa keperawatan dan kekuatannya, langkah
berikutnya adalah perencanaan/ intervensi asuhan keperawatan. Pada langkah ini,
perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien serta mencapai
tujuan dan criteria hasil (Perry & Potter, 2010).
25
batuk Dengan kriteria hasil: 7. Auskultasi suara napas kebutuhan oksigen
3. Sputum berlebih tambahan : pasien.
4. Mengi, wheezing, 1. Frekuensi ronchi,wheezing 7. Untuk mengetahui
dan atau ronkhi Perencanaan keperawatan adanya kelainan suara
pernapasan (1),
kering napas,mis;adanya
Diagnosa keperawatan (2), (3), (4), (5) Rasional
8. Anjurkan asupann cairan bunyi ronchi
Tujuan dan kriteria
2. Irama pernapasan hasil Rencana tindakan
yang adekuat menandakan terdapat
(NOC)
(1), (2), (3), (4),
Di tandai dengan data (NIC) penumpukan sekret
minor
Bersihan jalan napas (5) dilakukan
Setelah NIC : Manajemen jalan napas atau sekret berlebih di
3. Kedalaman 1. napas.
jalan untuk memaksimalkan
tidak efektif tindakan keperawatan :
Subjektif :
ventilasi
8. Mengoptimalkan membuka
berhubungan dengan inspirasi selama…x 24 jam di
(1), (2),
1. Posisikan pasien untuk area segmencairan
paru-paru
harapkan pasien 9. Ajarkan pasien keseimbangan
1. Dispnea
1. Spasme jalan (3), (4), (5) memaksimalkan
menunjukkan : bagaimana agar bisa dan dan membantumeningkatkan
2. Sulit bicara
nafas. 4. Kemampuan untuk ventilasi
melakukan batuk efektif gerakan sekret ke jalan
mengencerkan
2. Hipersekresi
3. Ortopnea NOC :
mengeluarkan
jalan napas. sekretnapas besar untuk di
sehingga
Objektif : 10. Kolaborasi pemberian
sekret keluarkan.
3. Disfungsi Status pernapasan : 2. bronkodilator
Identifikasi kebutuhan mudah di
obat 2. Untuk Membantu
(1), (2), (3), (4),
1. Gelisah keluarkan.
Tabel 2.1
2. Sianosis (5)
9. Fisiotrapi dada/back Perencanaan
3. Bunyi napas 5. Suara napas
massage dapat Keperawatan
menurun tambahan (1), (2), membantu
4. Frekuensi
(3), (4), (5)
napas berubah
5. Pola napas 6. Batuk
(1), (2), (3), (4),

(5)
26
27
28

No

1.
neuromuskuler. kepatenan jalan napas aktual/potensial pasien perm
4. Benda asing untuk memasukkan alat mela
€ Dipertahankan
dalan jalan membuka jalan napas. dan
pada……
napas. berna
€ Ditingkatkan
5. Adanya jalan 3. Lakukan fisiotrapi 3. Meni
ke….. dada,sebagaimana elimi
napas buatan.
1. Deviasi berat dari mestinya mem
6. Sekresi yang
kisaran normal 4. Bersihkan sekret dari paru
tertahan.
2. Deviasi yang mulut 4. Men
7. Proses infeksi.
cukup berat dari dan atau
8. Respon alergi.
kisaran normal trakea;memotivasi Peng
9. Efek agen
3. Deviasi sedang pasien untuk batuk atau diper
farmakologis
dari kisaran penyedotan tak
(mis. anastesi)
normal lendir/suction. meng

4. Deviasi ringan sendi


dari kisaran 5. Berikan bronkodilator
5. Untu
Di tandai dengan data
normal jika perlu
venti
mayor
5. Tidak ada mem
Subjektif : - deviasi dari pemb
Objektif : kisaran normal 6. Monitor respirasi dan
6. Untu
1. Batuk tidak efektif status oksigen
2. Tidak mampu
30

berubah 7. Akumulasi sputum menjatuhkan sekret


(1), (2), (3), (4), yang ada di jalan
(5) napas.

10. Mereleksasikan otot


halus dan menurunkan
kongesti local

2. Pola napas tidak Setelah dilakukan NIC : Monitor pernapasan


1. Mengetahui tingkat
efektif berhubungan tindakan
1. Monitor gangguan yang terjadi
dengan keperawatan
kecepatan,irama,kedala dan membantu dalam
selama….x24 jam
1. Depresi pusat man dan kesulitan untuk menentukan intervensi
diharapkan pasien
pernapasan. bernapas yang akan diberikan
2. Kelemahan otot menunjukkkan :
2. Menunjukan keparahan
pernafasan. dari gangguan respirasi
NOC : Status
3. Kecemasan. 2. Perhatikan pergerakan
4. Cedera medulla pernapasan:Ventilasi yang terjadi dan
€ Dipertahankan

7. Gangguan 1. Sangat berat interkostal indik


2. Berat kepa
neuologis (mis.
3. Cukup 3. Monitor suara napas yang
elektroensefalogram
4. Ringan tambahan terha
[EEG] positif,
5. Tidak ada pertu
cedera kepala,
Dengan kriteria hasil: 4. Meng
gangguan kejang).
4. Mengkaji pola napas: perm
8. Hambatan upaya 1. Penggunaan otot
bradipneu, takipneu, napa
napas (mis. nyeri bantu nafas (1), hiperventilasi, dan
saat bernapas,
(2), (3), (4), (5) pernapasan napa
kelemahan otot
2. Suara nafas kusmaul, pernapasan mem
pernapasan, efek
apneustik, oksig
tambahan (1), (2),
sedasi). respirasi biot dan pola 5. Untu
9. obesitas. (3), (4), (5) ataxic.
apak
10. Posisi tubuh yang 3. Restraksi dinding
5. Palpasi kesimetrisan perna
menghambat dada (1), (2), (3), ekspansi paru
ekspansi paru.
(4), (5)
11. Sindrom
4. Taktil fremitus 6. Untu
hipoventilasi. (1), (2), (3), (4), Terapi oksigen : mem
12. Kerusakan inervasi venti
(5)
diafgrama Kolaborasi dalam maks
5. Dispnea saat
(kerusakan saraf C5 pemberian O2 :
istirahat (1), (2),

(3), (4), (5)


ke atas) 6. Pertahankan kepatenan 7. Untu
13. Efek agaen jalan napas kebu
farmakologis. pasie
7. Monitor aliran oksigen
8. Untu
mem
8. Pertahankan posisi
Di tandai dengan data pasie
pasien senyaman
mayor mem
mungkin
inspi
Subjektif : 9. Obsevasi apabila ada
9. untuk
1. Dispnea tanda hipoventilasi
Objektif : adan
kebu
1. penggunaan otot
pasie
bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi

memanjang
3. Pola napas
abnormal
(mis,takipnea,brad
ipnea,hiperventilas
i.kusmaul,cheyne-
stokes)

Di tandai dengan data


minor

Subjektif :

1. Ortopnea
Objektif :

1. Penapasan pursed-
lip
2. Pernapasan cuping

hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit

menurun
5. Kapasitas vital

menurun
6. Tekanan ekspirasi

menurun
7. Tekanan inspirasi

menurun
8. Ekskursi dada
berubah
3. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan NIC : Manajemen asam
1. Un
gas berhubungan tindakan basa
me
dengan keperawatan
1. Pertahankan kepatenan ve
selama….x 24 jam
1. ketidakseimbangan jalan napas. me
diharapkan pasien 2. Posisikan klien untuk
ventilasi-perfusi. 2. Un
2. Perubahan menunjukkan : mendapatkan pe
membrane alveolus- ventilasi yang adekuat
NOC : Status

meningkat/menuru kisaran normal asam basa. untuk


3. Deviasi yang mera
n
sedang dari 5. Monitor pola pernapasan ketid
2. PO2 menurun
kisaran normal asam
3. Takikardia
4. Deviasi ringan 5. Pola
4. pH arteri
dari kisaran cepa
meningkat/menuru 6. Catat perubahan dalam
normal pasie
n paO2 dan paCO..
5. Tidak ada keku
5. Bunyi napas
7. Monitor status
deviasi dari 6. terjad
tambahan
pernapasan dan
kisaran normal mena
oksigenasi.
Dengan kriteria hasil: keku
8. Posisikan pasien tubuh
Di tandai dengan data
1. Tekanan parsial semifowler untuk 7. Untu
minor
oksigen di darah meringankan sesak kebu
Subjektif : arteri (PaO2) (1), napas pasie
(2), (3), (4), (5)
8. Untu
1. Pusing 2. Tekanan parsial
mem
2. Penglihatan karbondioksida di
venti
kabur darah arteri
Objektif : (PaCO2) (1), (2),
(3), (4), (5)
1. Sianosis 3. pH arteri (1), (2),
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping (3), (4), (5)
4. Saturasi oksigen
hidung
5. Pola napas (1), (2), (3), (4),
abnormal (5)
5. Dispnea saat
(cepat/lambat,regu
istirahat (1), (2),
ler/ireguler,dalam/
(3), (4), (5)
dangka)
6. Sianosis (1), (2),
6. Warna kulit
(3), (4), (5)
abnormal
(mis,pucat,kebirua
n)
7. Kesadaran
menurun
4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan NIC : Manajemen Nutrisi
1. Un
berhubungan dengan tindakan keperawatan
1. Tentukan status gizi ke
1. peningkatan selama…..x24 jam
pasien dan kemampuan pa
kebutuhan diharapkan pasien
pasien untuk memenuhi ya
metabolisme. menunjukkann :
kebutuhan nutrisi. 2. Un
2. Ketidakmampuan
4. Ketidakmampuan pada…… 3. Kolaborasi dengan ahli 3. Untu
ad
menelan makanan. 2.gizi
Kaji adanya alergi
NOC : Status Nutrisi
3.mengabsorbsi
Ketidakmampuan € Ditingkatkan tentang jumlah juml
ma
nutrien makanan
kalori pada
dan tipe pasien
nutrisi sesua
mencerna makanan. €ke……. Dipertahankan
5. Faktor ekonomi yang dibutuhkan. kebu
1. Sangat
(mis. finansial tidak 4. Anjurkan masukan 4. Mem
menyimpang dari
mencukupi) kalori yang tepat yang tepat
rentang normal
6. Faktor psikologis sesuai dengan
2. Banyak 5. Mak
(mis. stress, kebutuhan energi
menyimpang dari mena
keenggganan untuk rentang normal 5. Berikan makanan dalam
maka
makan) 3. Cukup kondisi hangat.
6. Men
menyimpang dari 6. Observasi keadaan kulit
tanda
Di tandai dengan data rentang normal dan membran mukosa
pasie
mayor 4. Sedikit yang kering,turgor kulit
menyimpang dari buruk,konjungtiva
Subjektif :-
rentang normal anamis,rambut kusam
Objektif : 7. Mulu
5. Tidak dan mudah rontok
1. Berat badan dapa
7. Anjurkan oral hygine
menurun minimal menyimpang dari maka
pada pasien
10% di bawah rentang normal
rentang ideal 8. Penu
Monitor Nutrisi :
Dengan kriteria hasil: mena

1. Asupan nutrisi
(1), (2), (3), (4),

(5) 8. Monitor adanya maln


2. Asupan makanan penurunan BB.
Di tandai dengan data (1), (2), (3), (4), 9. Ling
9. modifikasi lingkungan
minor nyam
(5) yang nyaman selama
mem
Subjektif : 3. Asupan cairan pasien makan.
mena
(1), (2), (3), (4),
10. Monitor kadar
1. Cepat kenyang maka
(5) albumin,protein,HB,HT
setelah makan
4. Energi
2. Kram/ nyeri 11. Monitor limfosit dan 10. Kada
(1), (2), (3), (4),
elektrolit. norm
abdomen
(5) 12. Monitor turgor kulit dan mem
3. Nafsu makan
5. Rasio berat hiperpigmentasi pada peny
menurun
badan/tinggi badan kulit pasien. pasie
Objektif : (1), (2), (3), (4), 13. Monitor mual muntah
11. Elek
(5) catat frekuensi
1. Bising usus adek
6. Hidrasi (1), (2),
hiperaktif adan

2. Otot pengunyah (3), (4), (5) nutri

lemah 12. Kulit

3. Otot menelan hiper


kulit
lemah
nutri
4. Membran mukosa

pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin 13. Mu
turun be
7. Rambut
me
rontok
giz
berlebihan
me
8. Diare
de

5. Hipertermia Setelah dilakukan NIC : Pengaturan suhu


berhubungan dengan tindakan
1. Monitor suhu paling 1. Un

1. Proses penyakit keperawatan tidak setiap 2 jam, suhu


(mis. infeksi, selama……x24 jam sesuai kebutuhan pada
kanker) diharapkan pasien 2. Monitor tekanan darah, dan
2. Dehidrasi. menunjukkan : nadi dan respirasi, sesuai prose
3. Terpapar kebutuhan 2. Untu
NOC : Termoregulasi
3. Kompres pasien pada perub
lingkungan panas.
€ Dipertahankan lipat paha dan aksila vital
4. Ketidaksesuaian
pada……. 4. Tingkatkan intake cairan 3. Untu
pakaian dengan
€ Ditingkatkan dan nutrisi adekuat
suhu lingkungan. mem
5. Sesuaikan suhu
5. Peningkatan laju ke……. tubuh
lingkunan dengan pasien
1. Sangat terganggu 4. Men
metabolism.
2. Banyak terganggu hilan
6. Respon trauma.
Perawatan deman :
3. Cukup terganggu 5. Agar
7. Aktivitas 4. Sedikit terganggu nyam
6. Pantau suhu dan tanda-
5. Tidak terganggu ruang
berlebihan. tanda vital lainnya
6. Untu
8. Penggunaan 7. Monitor asupan dan
Dengan kriteria hasil : apak
incubator. keluaran, sadari
renta
perubahan kehilangan
1. Denyut nadi radial 7. Men
Ditandai dengan data cairan yang dirasakan
(1), (2), (3), (4),
mayor : 8. Tutup pasien dengan hilan
(5)
Subjektif : -
2. Tingkat

Objektif : pernapasan (1),


1. Suhu tubuh lebih (2), (3), (4), (5) selimut atau pakaian
dari 37,8℃ oral 3. Peningkatan suhu ringan,tergantung pada 8. Mem
atau 38,8℃ rektal. fase demam mem
kulit
9. Fasilitasi istirahat, peng
(1), (2), (3), (4),
terapkan pembatasan 9. Mem
Ditandai dengan data (5)
aktivitas : jika prod
minor : 4. Penurunan suhu
diperlukan prod
Subjektif : - kulit (1), (2), (3), 10. Kolaborasi pemberian 10. Pemb
Objektif : - untuk
(4), (5) cairan intravena
1. Kulit merah yang
5. Hipertermia 11. Kolaborasi pemberian
2. Kejang 11. Pemb
(1), (2), (3), (4), obat penurunan panas
3. Takikardi menu
(paracetamol)
4. Takipnea (5)
tubuh
5. Kulit terasa hangat 6. Hipotermia
(1), (2), (3), (4), mem
tubuh
(5)

6. Gangguan pola Setelah dilakukan NIC : Peningkatan tidur


istirahat tidur tindakan
1. Pantau keadaan umum 1. Me
berhubungan dengan keperawatan...........24
pasien dan tanda-tanda da
jam di harapkan
1. Kelembapan vital da
pasien menunjukkan :
lingkungan sekitar. ata
2. Kaji pola tidur
2. Suhu lingkungan. 2. Un
NOC : Tidur
3. Perubahan paparan
3. Kaji fungsi pernafasan : ke
terang-gelap. € Dipertahankan bunyi nafas, kecepatan,
4. Gangguan (mis. 3. Un
pada….. irama.
untuk terapeutik, € Ditingkatkan tin
ke…… 4. Un

12. Tidak familiar 1) Jam tidur (1), (2), 6. Batasi pengunjung dilak
selama istirahat relak
dengan peralatan (3), (4), (5)
tidur. 2) Jam tidur yang
7. Berk
diobservasi (1), 7. Minta klien untuk
hari
(2), (3), (4), (5) membatasi asupan
pola
Ditandai dengan data 3) Pola tidur (1), (2), cairan pada malam hari
mayor : dan berkemih sebelum 8. Untu
(3), (4), (5)
tidur fikira
Subjektif : 4) Kualitas tidur (1),
8. Ajarkan relaksasi 9. Pemb
(2), (3), (4), (5)
1. Mengeluh sulit distraksi jadw
5) Efisiensi tidur (1),
tidur
9. Beri obat dengan
2. Mengeluh sering (2), (3), (4), (5)
kolaborasi tim medis
6) Tidur rutin (1),
terjaga
3. Mengeluh tidak (2), (3), (4), (5)
7) Tidur dari awal
puas tidur
sampai habis di
4. Mengeluh pola
malam hari secara
tidur berubah
konsisten (1), (2),
5. Mengeluh istirahat
(3), (4), (5)
tidak cukup
8) Perasaan segar

setelah tidur (1),


Objektif : -
(2), (3), (4), (5)
9) Mudah bangun
Ditandai dengan data pada saat yang
minor : tepat (1), (2), (3),
(4), (5)
Subjektif : 10) Tempat tidur
yang nyaman (1),
1. Mengeluh
(2),
menurunnya
(3), (4), (5)
kemampuan
11) Suhu ruangan
beraktivitas
yang nyaman (1),
Objektif : -
(2), (3), (4), (5)
7. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC : Terapi aktivitas :
1. Me
berhubungan dengan asuhan
1. Observasi adanya ak
keperawatan.........24
1. ketidakseimbangan pembatasan klien dalam me
jam di harapkan
antara suplai dan melakukan aktivitas.
pasien menunjukkan : 2. Me
kebutuhan oksigen.
Ditandai dengan 2.distritmia,
Kaji adanya factor yang sel
2. Tirah baringtanda ke……. sesak nafas,
NOC : Toleransi
3. Kelemahan.
mayor : 1. Sangat terganggu menyebabkan kelelahan.
diaphoresis, pucat,
4. Imobilitas terhadap aktivitas 3. Me
5. Gaya hidup 2. Banyak terganggu 3.perubahan
Monitor respon 4. Men
nu
Subjektif :
monoton. €3.Dipetahankan
Cukup hemodinamik).
kardiovaskuler terhadap istira
ke
pada……. aktivitaspola tidur
(takikardi,
1. Mengeluh lelah terganggu 4. Monitor dan
€ Ditingkatkan
Objektif : 4. Sedikit lamanya tidur/istirahat 5. Mem
pasien. muda
terganggu
1. Frekuensi jantung
5. Bantu klien untuk aktiv
5. Tidak
meningkat >20 % mengidentifikasi terko
terganggu
dari kondisi aktivitas yang mampu 6. Mem
Dengan Kriteria
istirahat dilakukan muda
Hasil :
Ditandai dengan tanda 6. Bantu klien memilih aktiv
minor : beraktivitas konsisten terko
1. Frekuensi nadi
yang sesuai dengan 7. Mem
Subjektif : ketika beraktivitas
kemampuan fisik, tidak
(1), (2), (3), (4),
(5) psikologi dan social aktiv
1. Dispnea
2. Frekuensi 7. Bantu untuk berat
setelah
pernapasan ketika menidentifikasi dan meng
aktivitas
beraktivitas (1), mendapatkan sumber damp
2. Merasa tidak
(2), (3), (4), (5) yang diperlukan untuk 8. Untu
nyaman
3. Kemudahan
setelah
bernapas ketika
beraktivitas
beraktivitas (1),
3. Merasa lemah

Objektif : (2), (3), (4), (5) aktivitas yang aktiv


4. Tekanan darah diinginkan. berat
1. Tekanan darah sistolik ketika 8. Bantu untuk
9. Untu
berubah >20 % beraktivitas (1), mendapatkan alat
pasie
dari kondisi (2), (3), (4), (5) bantuan aktivitas seperti
aktiv
istirahat 5. Tekanan darah kursi roda krek
dan d
2. Gambaran EKG diastolic ketika 9. Bantu untuk
10. Untu
menunjukan beraktivitas (1), mengidentifikasi
aritmia (2), (3), (4), (5) aktivitas yang disukai pasie
3. Gambaran EKG aktiv
10. Bantu pasien/keluarga
menunjukann 11. Mem
untuk mengidentifikasi
iskemia untuk
kekurangan dalam
4. Sianosis aktiv
beraktivitas.

11. Bantu pasien untuk 12. Men


mengembangkan pasie
motivasi diri dan fisik
penguatan. pasie
12. Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

59

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini untuk melaksanaan intervensi dan aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar
implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada
pelaksanaan keperawatan di perioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas,
meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilyn
E,2002,Rencana Asuhan Keperawatan).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu,karena
setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan di evaluasi
dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian
berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien
yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan
yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pertukaran gas
adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intoleransi
aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/ hilang, pasien
memahami kondisi penyakitnya.
(Potter & Perry. 2005). Evaluasi keperawatan terdiri dari :
1. S : ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah diberi tindakan
keperawatan.
2. O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
3. A : analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara
objektif dan subjektif
4. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa.
2.
3.

1.

2.
3.

Anda mungkin juga menyukai