537 1668 1 RV
537 1668 1 RV
537 1668 1 RV
Doi: 10.52365/jecp.v1i2.238
http://jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id/index.php/JECP/
20xx, xx(x), xxx-xxx
Research Article
ABSTRAK
INFO ARTIKEL Abstrak: Daun miana memiliki berbagai macam khasiat sebagai obat
Received : 28 Jan. 2021 hepatitis, menurunkan demam, batuk, influenza, penetralisir racun,
antiseptik dan lain-lain. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat
Revisi: 28 Jun. 2021
adalah bagian daun. Daun miana ini mengandung minyak atsiri, antara
Diterima: 28 Jul. 2021 lain karvakrol yang bersifat antibakteri, eugenol bersifat menghilangkan
nyeri, etil salisilat menghambat iritasi. Tujuan Mengetahui aktivitas
antibakteri isolat fungi endofit daun miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth)
terhadap Propionibacterium acne dan Pseudomonas aeruginosa, jenis penelitian
yang digunakan adalah eksperimental. Adapun metode pengujian dari
penelitian ini yaitu adalah isolsi dan pemurnian fungi endofit dari daun
miana, identifikasi fungi daun miana penghasil bakteri, pengujian diameter
*Corresponding Author:
zona hambat fungi endofit daun miana terhadap Propionibacterium acne dan
Novita, Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi menggunakan taknik
Poltekkes Kemenkes sumuruan. Hasil penelitian diperoleh 4 isolat yang digunakan sebagai
Makassar, Mukor sp, (putih), Aspergillius niger (hitam), Aspergillius fumigatus (hijau),
Telp: 082328319109
Rhzipus sp, (abu-abu). Isolat fungi endofit dari Daun Miana (coleus
sctutellarioides (L) Benth) memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Email:
pertumbuhan Propionibacterium acne dan Pseudomonas aeruginosa.
novitanovi420@gmail.com
PENDAHULUAN
Mikroorganisme endofit ialah mikroorganisme yang gampang
tumbuh, mempunyai siklus hidup yang pendek, dan bisa memperoleh
senyawa bioaktif pada kuantitas besar dengan menggunakan sistem kerja
fermentasi. Keahlian mikroorganisme endofit didalam mendapatkan
senyawa bioaktif adalah hal yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan
menjadi obat herbal (Hasiani et al. 2015).
eISSN 2775-1368
© 2021 Penulis. Dibawah lisensi CC BY-SA 4.0. Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah
ketentuan Creative Commons Attribution (CC BY), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi
tanpa batas dalam media apa pun, selama penulis dan sumber aslinya disebutkan. Tidak diperlukan izin dari
penulis atau penerbit.
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)
Doi: 10.52365/jecp.v1i2.238
http://jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id/index.php/JECP/
20xx, xx(x), xxx-xxx
Research Article
Sementara ketersediaan mikroorganisme endofit herbal dialam
semakin berkurang dan potensinya sebagai obat semakin meningkat,
diperlukan suatu cara untuk menjaga ketersediaannya di alam sebagai
bahan obat. Hubungan antara mikroorganisme endofit dan zat aktif
tanaman memiliki efek terapeutik yang sama dengan metabolit sekunder
yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme endofit bagian
tumbuhan dapat terdiri dari beberapa spesies, salah satunya yang paling
banyak diisolasi adalah jamur endofit. Kapang endofit merupakan
mikrobiota endofit yang paling banyak ditemukan dan melimpah di alam
(Jamilatun et al. 2019).
Acne vulgaris atau acne adalah masalah inflamasi akut pada kelenjar
pilosebasea, yang manifestasi klinisnya biasanya polimorfik dan meliputi
beragam kerusakan epidermis seperti: komedo, papul, pustul, nodul, dan
jaringan parut, disebabkan oleh jaringan parut dari penyakit aktif
malnutrisi dan hipertrofi. Pasien umumnya mengeluh ruam pada wadah
predileksi, yaitu wajah, bahu, leher, dada, belakang atas, dan lengan atas
(Mauliza et al. 2020).
Di Indonesia, studi dermatologi kosmetik Indonesia melaporkan 80%
pasien acne pada (Purwaningdyah dan Nelva, 2013). Di negara maju dan
berkembang, wanita memiliki lebih banyak jerawat daripada pria, dengan
insiden puncak pada usia 15 tahun (Meilina & Hasanah 2018).
Propionibacterium acnes (P. acnes) adalah mahluk hidup utama yang
biasanya menyebabkan jerawat. P. acnes yaitu basil anaerob Gram-positif
yang merupakan flora normal kelenjar pilosebaces. Patogenesis
pertumbuhan P. acnes yaitu pemecahan trigliserida (komponen sebum)
menjadi asam lemak bebas, yang menyebabkan kolonisasi P. acnes, yang
mengundang peradangan dan menimbulkan jerawat (Yusuf & Mourisa
2020).
P. aeruginosa yaitu basil gram negatif yang bersifat patogen kepada
manusia, akibatnya dapat menimbulkan bermacam infeksi yang sulit
diobati karena P. aeruginosa yaitu bakteri yang resisten pada sebagian besar
antibiotik. Hal ini diakibatkan oleh timbulnya biofilm pada Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi yang ditimbulkan oleh Pseudomonas aeruginosa sering
dikaitkan dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti neutropenia, luka
bakar, atau cystic fibrosis (Sanjaya et al. 2019)
Daun miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth) merupakan tumbuhan
yang unik karena memiliki banyak varietas. Perbedaan varietas tersebut
terlihat pada perbedaan warna daun yang sangat beragam. Warna daun
disebabkan oleh pigmen yang dikandungnya. Pembentukan pigmen pada
daun ditentukan secara genetik dan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti cahaya dan lingkungan. Daun miana (Coleus
scutellarioides (L.) Benth.) merupakan daun miana yang dapat tumbuh di
dataran rendah maupun dataran tinggi pada ketinggian sekitar 1500 meter.
eISSN 2775-1368
© 2021 Penulis. Dibawah lisensi CC BY-SA 4.0. Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah
ketentuan Creative Commons Attribution (CC BY), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi
tanpa batas dalam media apa pun, selama penulis dan sumber aslinya disebutkan. Tidak diperlukan izin dari
penulis atau penerbit.
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP)
Doi: 10.52365/jecp.v1i2.238
http://jurnal.poltekkesgorontalo.ac.id/index.php/JECP/
20xx, xx(x), xxx-xxx
Research Article
Sebagai aturan praktis, daun miana dapat digunakan sebagai obat luka.
Selain itu, daun mina dapat digunakan untuk mengobati hepatitis, batuk
dan flu. Daunnya dipakai sebagai antiseptik, insektisida, pencahar, bisul
dan gangguan pencernaan (Rahmadani et al. 2020)
Manfaat daun miana yang sudah terbukti juga telah dibuktikan
dalam sebuah analisis manfaat ilmiah lainnya, ialah antihiperkolesterolemia
(Iskandar dkk. 2018), antimalaria (Lisdawati dkk. 2008), antidiabetes
(Susilawati dkk. 2016) , antibakteri Staphylococcus aureus tahan terhadap
methicillin (Moektiwardoyo et al. 2017), antioksidan (Moektiwardoyo et al.,
2016) dan lipopolisakarida yang di induksi makrofag penghambatan
implementasi oksida nitrat (Hamidah 2019).
Masyarakat menggunakan daun miana secara empiris dengan
mengambil beberapa pucuk dan merebusnya serta meminum air
rebusannya. Masyarakat tidak tahu bahwa daun miana mengandung
metabolit sekunder, sehingga dapat digunakan sebagai obat. Orang
biasanya hanya menggunakan tanaman ini sebagai obat yang di dasarkan
pada keturunan dan kemudian di jadikan kebiasaan. M. pila D.A (2012)
Kemanjuran antibakteri ekstrak etanol pada daun miana telah ketahui
(Yuzdak 2020).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu pengembangan potensi
pencarian fungi endofit dari daun miana yang berpotensi sebagai
antibakteri. Propionibacterium acne merupakan penyebab terjadinya
jerawat dan Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab terjadinya
infeksi pada kulit. Kasus ini cukup banyak ditemukan di masyarakat dan
penting untuk mencari solusi pengobatannya.
eISSN 2775-1368
© 2021 Penulis. Dibawah lisensi CC BY-SA 4.0. Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah
ketentuan Creative Commons Attribution (CC BY), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi
tanpa batas dalam media apa pun, selama penulis dan sumber aslinya disebutkan. Tidak diperlukan izin dari
penulis atau penerbit.
Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Salam
Metode
Isolasi Fungi Endofit Dari Daun Miana (Coleus scutellarioides (L) Benth)
Daun Miana dicuci bersih dengan air mengalir selama 10 menit. Kemudian
dilakukan sterilisasi permukaan dengan merendam secara berturut-turut kedalam
alkohol 75% selama 1 menit, natrium hipoklorit (NaOCl) 5% selama 5 menit, dan
alkohol 75% selama 30 detik. Selanjutnya daun tersebut dikeringkan dalam cawan
petri steril yang diberi kertas saring steril. Lalu dipotong dengan ukuran ± 1 cm di
atas objek gelas steril. Lalu potongan daun tersebut diinokulasikan pada medium
PDA (Potato Dextrose Agar) yang telah ditambahkan kloramfenikol 0,005%) dalam
cawan petri. Diinkubasi pada suhu 25°C selama 5-7 hari.
Hasil isolasi fungi endofit yang tumbuh pada medium PDA, dimurnikan
dengan cara menginokulasi kembali koloni tunggal pada media PDA dan
diinkubasi selama 3 hari pada suhu 25°C. Hasil inkubasi ditemukan beberapa jenis
kapang murni berdasarkan pengamatan bentuk dan warna koloni pada medium
PDA. Setiap koloni yang berbeda bentuk atau warna dikultur kembali berulang-
ulang hingga diperoleh isolate koloni murni fungi endofit.
Sebagai Bakteri Uji diambil 1 ose biakan murni Propionibacterium acne dan
Pseudomonas aeruginosa diinokulasi pada masing-masing medium NA miring, lalu
diinkubasi selama 1 × 24 jam pada suhu 37°C. Dari hasil peremajaan biakan bakteri
yang diperoleh, diambil 1 ose, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
10 ml larutan aquadest steril, dikocok sampai homogen.
HASIL
Isolasi Fungi Endofit dari Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth
Tabel 1. Karakteristik Isolasi Fungi Endofit Daun Miana (Coleus scutellarioides (L.)
Benth) secara makroskopik.
Table 2. Karakteristik Isolat Fungi Endofit (Coleus scutellarioides (L) Benth) Secara
Mikroskopik
1 Ciri-ciri mikroskopis
adalah hifa steril, kolom
kecil berbentuk
hemispherical di bagian
atas hifa, dan sporangia
a. Kolumela halus dan transparan.
b. Sporangiosfor Sporangia awalnya soliter
Isolat Putih c. hifa atau bercabang, columella
(Mucor sp) membulat.
2 Ciri-ciri mikroskopis
adalah konidiofor
transparan, konidia
coklat, dan duri pada
permukaan konidia.
Phialids mengisi seluruh
d. Konidiofor permukaan vesikel dan
Isolat Hijau e. Fialid
vesikel bulat besar.
(Aspergillus niger) f. Vesikel
g. Konidia). Koloni bercorak besar,
dan karakter
mikroskopisnya ialah
konidia transparan,
konidia cokelat, dan duri
pada permukaan konidia.
Phialids mengisi seluruh
permukaan vesikel dan
vesikel labu besar. Koloni
bercorak hitam dan
bagian bawah koloni
bercorak putih
kekuningan dan koloni
bercorak putih
kekuningan.
3 ko Secara mikroskopis,
Aspergillus fumigatus
dicirikan oleh
pembentukan konidia,
konidiofor dengan kepala
konidia yang membentuk
a. hialin, vesikula kolom yang terdiri dari
Isolat Hijau
b. berbentuk bulat, vesikel seperti labu,
(Aspergillus fumigatus)
vialid terbentuk trikotel, dan konidia
langsung pada rantai panjang.
vesikula, konidia Menunjukkan adanya
c. konidia berbentuk konidiofor, vesikel dan
bulat konidiofor yang
berbentuk labu dan
bercorak hijau kebiruan.
4 Ciri-ciri mikroskopiknya
menujukkan hifanya
memiliki sekat dan
memperoleh sporangium
yang membentuk bulatan
di ujung hifanya,
sporagiofor berdiri,
Isolat Abu-abu 1. Sporangium
standar dan bercorak
(Rhizopus sp) 2. Hifa
kecokelatan mempunyai
kolumel globose dan
bercorak kecokelatan
sporangium bercorak
hitam dan bentuknya
globose
Putih 10 11 12 33 11
Kontrol
8 8 8 24 8
Negatif
Putih 14 13 15 42 14
Hitam 20 19 19 58 19,3
Pseudomo
nas Hijau 13 15 14 42 14
aeruginosa
Abu-abu 22 19 18 58 19,6
8 8 8 24 8
Kontrol
Negatif
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan empat isolat murni dengan bahan uji Daun
miana (Coleus scutellarioides (L.) Benth). Isolat putih diidentifikasi sebagai Mucor sp.
(berwarna putih), isolat hitam diidentifikasi sebagai Aspergillus niger (berwarna
hitam), isolat hijau diidentifikasi sebagai Aspergillus fumigatus (berwarna hijau) dan
isolat abu-abu diidentifikasi sebagai Rhizopus sp (berwarna abu-abu).
Berdasarkan makroskopiknya, isolat putih diduga sebagai mucor sp yang
memiliki warna koloni hijau keabu-abuan pada tepian yang bercorak putih, koloni
berbentuk bulat, tekstur pada bidang koloni, tepi koloni memuncak, pada
permukaan yang dasar bercorak kuning. Mucor sp, menurut Samson et al. (2010)
yaitu jamur anggota genus Mucor mempunyai karakteristik koloni yang bercorak
kuning keabu-abuan, koloni mengunci cawan petri selama kurang lebih seminggu,
namun karakteristik mikroskopik sporangiofor ini pada mulnya sangat sederhana
serta mempunyai cabang-cabang kolumela labu atapun runcing.
Secara mikroskopiknya mucor sp mempunyai hifa, aseptat, kolumela yang
ditemukan pada ujung hifa dan mempunyai bentuk semi labut. Sporangiofor
lembut dan bercorak hialin, sporangiofor pada mulanya standar atau memiliki
cabang kolumela labu.
Selanjutnya berdasarkan pada hasil penggamatan, Isolat hitam diduga
Aspergillus niger secara makroskopik corak koloni dibagian atas cokelat kehitaman,
sebuah koloni menyatuh pada sebuah koloni yang berbeda sehingga dapat
mengisi cawan petri hinggah full, karakterristiknya vulgar hampir sama dengan
tepung corak pada bagian tepi bawah bercorak kuning dan kehitaman. Hal ini
sesuai dengan jamur kelompok spesies Aspergillus niger berdasarkan (Samson et al.
(2010) ialah corak koloni bercora putih, kuning, cokelat, hitam dan hitam
kecokelatan. Konidiofor bercorak hialin namun ada juga yang bercorak cokelat dan
konidianya membentuk bulat dan bercorak cokelat dan mempunyai duri dibagian
tepi atasnya.
Secara mikroskopik Aspergillus niger mempunyai konidiofor bercorak hialin,
konidia yang cokelat serta ditemukan duri di bagian tepi konidia. Phialid mengisi
semua tepi dengan vesikel dan vesikel labu besar. Mempunyai corak koloni hitam
dibagian tepi bawah koloni bercorak putih kekuningan.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan isolat hijau diduga Aspergillus
fumigatus secara makroskopik pada mulanya muncul dari kumpulan seperti
beludru putih yang selanjutnya berubah warna menjadi hijau sampai hijau tua
pada tepian bercorak putih dan tepian bawah koloni bercorak kekuningan sampai
cokelat. Hal ini sama sehingga yang diterima oleh oleh Fathoni et al. (2007), bahwa
koloni Aspergillus fumigatus yang tumbuh berwarna hijau pekat sampai keabuan
ini mempunyai tepi koloni yang rata, tekstur seperti beludru dan datar.
Pengamatan secara mikroskopik Aspergillus fumigatus terlihat ditandai
pembentukan konidiofor dilengkapi tangkai konidiofor dengan kepala konidia
terbentuk sebagai kolom yang terdiri atas vesikel berbentuk bulat, fialid uniserate,
dan rantai panjang konidia. Memperlihatkan adanya batang konidiofor, vesikel,
dan konidia (spora) yang mempunyai bentuk labu yang bercorak hijau biru.
Pengamatan ini dicocokan pada hasil penelitian oleh Sugui et al. (2015) juga oleh
Gholib serta Tarmudji (2005), bahwa pemeriksaan mikroskopik Aspergillus
fumigatus menunjukkan adanya vesikel (kepala konidia) berbentuk oval (clavate)
dan bulat, tangkai konidiofor yang pendek berwarna kehijauan serta akan
berbentuk melonjong (columnar) serta bertambahnya umur koloni. Fialid terlihat
mengunci dibagian atas vesikel namun hanya setengah bagian yang tertutupi.
Spora konidia berbentuk bulat, berwarna kehijauan, dan permukaannya bergranul.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan isolat abu-abu diduga Rhizopus
sp secara makroskopik warna koloni putih dan berubah menjadi warna abu-abu
dengan tepianya bercorak putih, tekstur pada tepian atas tebal seperti kapas,
berbentuk labu bercorak pada bagian bawah kuning.
Namun dari penglihatan dengan cara mikroskopik Rhzopus sp tampak hifa
bersekat, dan memperoleh sporangium dengan berbentuk labu dibagian pagkal
hifa, sporangiofor lurus, standar dan bercorak kecokelatan, mempunyai kolumela
yang membentuk globose, dan bercorak kecokelatan, sporangianya bercorak hitam
hingga berbentuk globose. Hal ini sesuai dengan penglihatan. Watanabe (2002)
bahwa jamur anggota genus Rhizopus mempunyai karekteristik sporangiofor
bercorak kecokelatan dan kuning, lurus, standar atau tangkai yang cabang,
mempunyai kolumela yang membentuk globose, dan bercorak kecokelatan,
sporangianya bercorak hitam dan kecokelatan, hingga membentuk globose.
Hasil isolat fungi endofit daun miana yang diperoleh setelah dilakukan
pengujian antibakteri terhadap Propionibacterium acne. Dimana hasil penelitian ini
memperlihatkan adanya zona hambat isolat putih, hitam, hijau dan abu-abu fungi
endofit daun miana terhadap pertumbuhan Propionibacterium acne. Dimana isolat
putih fungi endofit daun miana yang telah diuji pada bakteri uji
Propionibacterium acne yaitu memiliki diameter zona hambat dengan nilai rata-
rata 11 mm. Selanjutnya untuk isolat hitam fungi endofit daun miana yang telah
diuji pada P. acne yaitu memiliki diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 13,5
mm. Selanjutnya untuk isolat hijau fungi endofit daun miana yang telah diuji pada
Propionibacterium acne yaitu mempunyai ukuran yang mempunyai zona hambat
dengan nilai rata-rata 13,3 mm. Selanjutnya untuk isolat abu-abu fungi endofit
daun miana yang telah diuji pada Propionibacterium acne yaitu mempunyai
diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 11,6 mm. Data tersebut menunjukkan
bahwa fungi endofit yang tumbuh pada daun miana (Coleus scutellarioides (L.)
Benth) hanya isolat hitam, hijau, dan abu-abu yang bisa menghentikan
perkembangan Propionibacterium acne sedangkan untuk isolat putih tidak dapat
menghentikan pertumbuhan Propionibacterium acne.
Hasil pengukuran diameter zona hambat isolat putih, hitam, hijau dan abu-
abu fungi endofit terhadap pertumbuhan Propionibacterium acne dianalisis secara
SPSS. Uji normalitas untuk Propionibactrium acne menunjukkan nilai sig 0,780 -
1,000 yang berarti ada data yang berdistribusi normal. Uji homogenitas
menunjukkan nilai sig 0,096 > 0,05 yang berarti data homogen. Sehingga analisis
selanjutnya di lakukan. Uji parametrik. Uji Anova menunjukkan nilai sig 0,18 <
0,05 yang berarti semua isolat memberikan daya hambat yang berbeda dalam
menghambat pertumbuhan Propionibacterium acne. Analisis lanjutan dengan LSD
untuk menentukan pengaruh antar perlakuan, pengaruh antar perlakuan
menunjukkan aktivitas jamur putih tidak berpengaruh terhadap
Propionibacterium acne karena fungi endofit isolat putih tidak berbeda nyata
dengan kontrol negatif berarti tidak mempunyai efek dan tidak berpotensi sebagai
antibakteri terhadap P. acne, sedangkan fungi endofit isolat hitam, hijau dan abu-
abu masing-masing antar perlakuan berbeda nyata dengan kontrol negatif dalam
menghambat pertumbuhan Propionibacterium acne yang berarti jamur hitam,
hijau dan abu-abu mempunyai efek dan berpotensi sebagai antibakteri terhadap P.
acne.
Hasil isolat fungi endofit daun miana yang diperoleh setelah dilakukan
pengujian antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa. Dimana hasil penelitian ini
memperlihatkan adanya zona hambat isolat putih, hitam, hijau dan abu-abu fungi
endofit daun miana terhadap pertumbuhan P. aeruginosa. Dimana isolat putih
fungi endofit daun miana yang telah diuji pada bakteri uji P. aeruginnosa yaitu
memiliki diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 14 mm. Selanjutnya untuk
isolat hitam fungi endofit daun miana yang telah diuji pada P. aeruginosa yaitu
memiliki diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 19,3 mm. Selanjutnya untuk
isolat hijau fungi endofit daun miana yang telah diuji pada P. aeruginosa yaitu
memiliki diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 14 mm. Selanjutnya untuk
isolat abu-abu fungi endofit daun miana yang telah diuji pada P. aeruginosa yaitu
memiliki diameter zona hambat dengan nilai rata-rata 19,6 mm. Data tersebut
menunjukkan bahwa fungi endofit yang tumbuh pada daun miana (Coleus
scutellarioides (L.) Benth) isolat putih, hitam, hijau, dan abu-abu dapat menghambat
pertumbuhan P. aeruginosa.
Hasil pengukuran diameter zona hambat isolat putih, hitam, hijau dan abu-
abu fungi endofit terhadap pertumbuhan P. aeruginosa dianalisis secara SPSS. Uji
normalitas untuk P. aeruginosa menunjukkan nilai sig 0,463 - 1,000 yang maka data
berdistribusi normal. Uji homogenitas memperlihatkan nilai sig 0,134 > 0,05 yang
berarti data homogen. Sehingga analisis selanjutnya di lakukan. Uji parametrik. Uji
Anova menunjukkan nilai sig 0,000 < 0,05 yang berarti semua isolat memberikan
daya hambat yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan. Pseudomonas
aeruginosa. Analisis lanjutan dengan LSD untuk menentukan pengaruh antar
perlakuan, pengaruh antar perlakuan menunjukkan aktivitas jamur putih, hitam,
hijau dan abu-abu masing-masing antar perlakuan berbeda nyata dengan kontrol
negatif dalam menghambat pertumbuhan P. aeruginosa yang berarti fungi endofit
isolat putih, hitam, hijau dan abu-abu mempunyai efek dan berpotensi sebagai
antibakteri terhadap P. aeruginosa.
KESIMPULAN
1. Diperoleh 4 isolat fungi endofit dari daun miana (Coleus scutellarioides (L.)
Benth) yaitu Isolat Putih diduga Mukor sp, Isolat Hitam diduga Aspergillus
niger, Isolat Hijau diduga Aspergillus fumigatus, dan Isolat Abu-abu diduga
Rizopus sp
2. Fungi endofit isolat hitam, hijau, dan abu-abu mempunyai efek yang
berpotensi sebagai antibakteri terhadap Propionibacterium acne sedangkan
isolat putih tidak dapat berpotensi sebagai antibakteri terhadap
Propionibacterium acne
UCAPAN TERIMAKASIH
KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada
KONTRIBUSI PENULIS
Masing-masing penulis telah memberikan kontribusi yang tidak kalah
penting satu sama lain. Diantaranya Penulis 1 yang telah memberikan kontribusi
berupa ide serta gagasan dan bantuan dana sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan sesuai target yang ditentukan. Penulis 2 yang telah berkontribusi
terhadap penyusunan proposal, dan penulis 3 yang telah berkontribusi menyusun
dan menganalisis data.
PENDANAAN
Penelitian ini tidak menerima pendanaan eksternal, tetapi didanai secara
mandiri oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidah, M. 2019. “Review artikel: Senyawa aktif antiinflamasi daun jawer kotok
(Plectranthus scutellarioides LR Br.)”. Farmaka, 17(1), 93-100)
Hasiani, V. V., Ahmad, I., & Rijai, L. 2015. “Isolasi jamur endofit dan produksi
metabolit sekunder antioksidan dari daun pacar (Lawsonia inermis L.)”. Jurnal
Sains dan Kesehatan, 1(4), 146-153.)
Jamilatun, M., & Shufiyani, S. 2019. “Isolasi Dan Identifikasi Kapang Endofit Dari
Tanaman Alang-Alang (Imperata Cylindrica (L.) Beauv.)”. Jurnal Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 6(1), 27-36.
Mauliza, M., Elmiyati, E., & Andri, A. 2020. “Pengaruh Penggunaan Kosmetik
Terhadap Acne Vulgaris Pada Remaja Putri Kelas I Dan Kelas Ii Sma Negeri
4 Banda Aceh”. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 7(1).
Putri, A. R., Maharani, S. L., Nurrohim, S., & Hidayah, N. 2019. “Efektivitas
Pemberian Salep Bonggol Pisang Ambon Terhadap Jerawat Pada Remaja”.
Journal of Borneo Holistic Health, 2(1), 1.
Ramdani, K., Mulqie, L., & Maulana, I. T. 2020.” Eksplorasi Beberapa Tanaman
yang Memiliki Aktivitas Antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis
Penyebab Bau Badan”. Prosiding Farmasi SPeSIA, 6(2), 798–805.
Suliati, R. (2017). “Jenis-Jenis Jamur Endofit Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis
var. Microcarpa) di Perkebunan Dungun Prapakan Sambas”. Jurnal
Protobiont, 6(3).
Yusuf, L. C., & Mourisa, C. 2020. “Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kembang
Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Propionibacterium Acnes”. Jurnal Ilmiah Maksitek, 5(4), 53-56.