B2.Teori Dan Desain Eksperimen
B2.Teori Dan Desain Eksperimen
B2.Teori Dan Desain Eksperimen
DESAIN EKSPERIMEN
--------- 1 ----------
TEORI DAN APLIKASI DESAIN EKSPERIMEN
ISBN: 978-602-5518-57-7
Penulis:
Dr. Ir. Nelly Budiharti, MSIE
Editor: Herly
Tata letak: Muhammad Z. K
Desain cover: Ajib
Diterbitkan oleh:
CV. Dream Litera Buana
Griya Permata Alam, Blok KP 29
Ngijo, Karangploso, Kabupaten Malang
Email: dream.litera@gmail.com Website: www.dreamlitera.com
Anggota IKAPI No. 158/JTI/2015
Distributor:
Dream Litera Buana
--------- 2 ----------
PENGANTAR PENULIS
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku “ Teori dan Aplikasi Desain Eksperimen “
Buku ini merupakan penyaduran dari buku Desain dan Analisis
Eksperimen, Sudjana 2017. Beberapa contoh data menggunakan hasil
analisa penelitian penulis yang di danai oleh Kemenristek Indonesia
berupa Penelitian Hiba Pasca Doktor Tahun ke 1, tahun anggaran 2018
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk menerbitkan buku ini
antara lain :
1. Dr. Ir. Lalu Mulyadi sebagai Rektor ITN Malang, yang telah
memberikan dukungan dan menyetujui untuk melaksanakan penelitian
dan menerbitkan buku ini.
2. Fourry Handoko, ST, SS, MT, Ph.D, sebagai ketua LPPM ITN
Malang yang telah memperlancar proses pengajuan, pelaksanaan dan
pelaporan ke DRPM Kemenristek serta mensuport penerbitan buku ini
3. Kemenristek yang telah membiayai pelaksanaan penelitian dan
penerbitan buku ini dengan no kontrak : 079/SP2H/LT/K7/2018
4. Arif Subasir dan Dian yang telah mengetik konsep Buku ini
5. Ananda Amik dan Daim yang selalu menyemangati penulis
6. Kepada semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan
namanya.
--------- 3 ----------
DAFTAR ISI
--------- 4 ----------
BAB I
PENDAHULUAN
--------- 5 ----------
1.3. Prinsip Dasar yang Digunakan dalam Desain Eksperimen
Dalam pelaksanaan desain eksperimen, kita perlu mengerti tentang
prinsip-prinsip dasar yang lazim digunakan dan dikenal. Prinsip-
prinsip tersebut ialah replikasi, pengacakan, dan kontrol lokal.
Ketiga prinsip dasar yang digunakan dalam perencanaan
eksperimen adalah:
a. Replikasi
Replikasi dapat diartikan sebagai pengulangan eksperimen dasar.
Dalam kenyataannya replikasi ini diperlukan oleh karena dapat:
- Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai
untuk menentukan panjang interval konfidens (selang kepercayaan)
atau dapat digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk
penetapan taraf signifikan daripada perbedaan-perbedaan yang
diamati.
- Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan
eksperimen.
- Memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik
mengenai efek rata-rata sesuatu faktor.
b. Pengacakan
Pada setiap prosedur pengujian, asumsi-asumsi tertentu perlu
diambil dan dipenuhi agar supaya pengujian yang dilakukan
menjadi berlaku. Salah satu di antaranya adalah bahwa
pengamatan-pengamatan berdistribusi independen. Asumsi ini
sukar untuk dapat dipenuhi, akan tetapi dengan jalan berpedoman
kepada prinsip sampel acak yang diambil dari sebuah populasi atau
berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit eksperimen, maka
pengujian dapat dijalankan seakan-akan asumsi yang telah diambil
terpenuhi.
c. Kontrol lokal
Kontrol lokal merupakan sebagian daripada keseluruhan prinsip
desain yang harus dilakukan. Biasanya merupakan langkah-
langkah atau usaha-usaha yang berbentuk penyeimbangan,
pemblokan, dan pengleompokan unit-unit eksperimen yang
digunakan dalam desain. Jika replikasi dan pengacakan pada
dasarnya akan memungkinkan berlakunya uji keberartian, maka
kontrol lokal menyebabkan desain lebih efisien, yaitu
menghasilkan prosedur pengujian dengan kuasa yang lebih tinggi.
- Pengelompokan diartikan sebagai penempatan sekumpulan
unit eksperimen yang homogen ke dalam kelompok-
kelompok agar supaya kelompok yang berbeda memungkinkan
untuk mendapatkan perlakuan yang berbeda pula.
--------- 6 ----------
- Pemblokan berarti pengalokasian unit-unit eksperimen ke
dalam blok sedemikian sehingga unit-unit dalam blok secara
relatif bersifat homogen sedangkan sebagian besar dari variasi
yang dapat diperkirakan di antara unit-unit telah baur dengan
blok.
Selain ketiga prinsip dasar tersebut maka perlu juga untuk
memahami istilah yang penting dalam desain eksperimen antara lain
yaitu:
a. Perlakuan
Perlakuan dapat diartikan sebagai sekumpulan kondisi eksperimen
yang akan digunakan terhadap unit eksperimen dalam ruang lingkup
desain yang dipilih. Perlakuan ini bisa berbentuk tunggal jika
memberikan efek samping sendiri-sendiri dari perlakuan yang
diberikan kepada suatu benda eksperimen/variabel respon dan
dikatakan sebagai perlakuan kombinasi jika efek perlakuan-perlakuan
terhadap variabel respon terjadi dalam bentuk gabungan dari beberapa
perlakuan tunggal yang terjadi secara bersamaan.
b. Unit eksperimen
Unit eksperimen yang dimaksudkan di sini adalah unit yang dikenai
perlakuan tunggal (mungkin merupakan gabungan beberapa faktor)
dalam sebuah replikasi eksperimen dasar.
c. Kekeliruan eksperimen
Kekeliruan eksperimen merupakan kegagalan dari dua unit eksperimen
identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil yang sama. Ini
bisa terjadi karena kekeliruan pada waktu menjalankan eksperimen,
variasi bahan eksperimen, variasi antara unit eksperimen dan pengaruh
gabungan semua faktor tambahan yang mempengaruhi karakteristik
yang sedang dipelajari.
Kekeliruan eksperimen diusahakan sekecil-kecilnya. Cara yang
sering digunakan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut antara
lain dengan jalan menggunakan bahan eksperimen yang homogen,
menggunakan informasi yang sebaik-baiknya tentang variabel yang telah
ditentukan dengan tepat, melakukan eksperimen seteliti-telitinya dan
menggunakan desain eksperimen yang lebih efisien.
--------- 7 ----------
nilai atau klasifikasi-klasifikasi daripada sebuah faktor dinamakan taraf
faktor. Faktor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil, sedangkan taraf
faktor dinyatakan dengan angka.
Antara faktor-faktor yang memberikan efek pada variabel respon,
bisa bebas atau interdependen satu sama lainnya atau bisa (pada umumnya
memang demikian) interdependen sehingga akan terjadi interaksi di antara
faktor-faktor. Dalam analisis desain eksperimen, hal demikian
mengakibatkan perlunya untuk menentukan efek utama daripada faktor-
faktor dan pula efek interaksi antara faktor-faktor.
--------- 8 ----------
𝑋1 + 𝑋2 + ⋯ + 𝑋𝑛 ∑ 𝑋1
̅=
X =
𝑁 𝑁
4. Menghitung Standart Deviasi (SD)
∑(𝑋1 − 𝑋̅)2
�𝑆𝐷 = √
𝑁−1
5. Menghitung batas atas dan batas bawah
Batas Kontrol Atas (BKA) = 𝑋̅ + k . ó𝑥
GT = 𝑋̅ (rata-rata)
X
BKA
𝑋̅ rata-rata
BKB
No pengamatan
--------- 9 ----------
2
𝑘
√𝑁(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)2
𝑁` = [𝑠 ]
(∑ 𝑋)
Di mana:
N` = jumlah pengamatan yang seharusnya diamati
N = pengamatan pendahuluan (secara sembarang)
s = tingkat ketelitian
k = tingkat kepercayaan
Tingkat kepercayaan 68% berarti k = 1
Tingkat kepercayaan 95% berarti k = 2
Tingkat kepercayaan 99% berarti k = 3
Jika ternyata dari hasil pengamatan diperoleh harga N` <
N maka pengamatan berarti cukup sedangkan jika terjadi
sebaliknya N` > N, maka pengamatan berarti tidak cukup atau
perlu penambahan data.
--------- 10 ----------
BAB II
ANALISA VARIANS
--------- 11 ----------
sifat aditif, linieritas, normalitas, indipenden dan homoginitas variansi.
Model yang digunakan adalah model linier dengan persamaan
Yij = µ + 𝜏i + 𝜖ij ; (i=1, 2, …, k; j=1, 2, …, nk).................II (5)
dengan:
Yij = variable yang akan dianalisis, dimisalkan berdistribusi normal,
µ = efek umum atau efek rata-rata yang sebenarnya
𝜏i = efek yang sebenarnya daripada perlakuan ke-1
𝜖ij = efek yang sebenarnya daripada unit eksperimen ke-j yang
berasal dari perlakuan ke-i
--------- 12 ----------
Sumber
Dk JK RJK ERJK
Variasi
Rata-rata 1 Ry R ̶
Antar k–1 Py P σϵ2 + ∑ ni τ2i /(k − 1)
perlakuan ∑(ni − k) Ey E = sϵ2
Kekeliruan σ ϵ2
Jumlah ∑ ni ∑ Y2 ̶
Rata-rata 1 Ry R ̶
Antar k–1 Py P σϵ2 + � no �σ2τ
perlakuan ∑(ni − k) Ey E = sϵ2 σ ϵ2
Kekeliruan
Jumlah ∑ ni ∑ Y2 ̶ ̶
--------- 13 ----------
BAB III
DESAIN ACAK SEMPURNA
3.1. Pendahuluan
Dalam bab ini akan ditinjau macam-macam eksperimen di mana
kita hanya mempunyai sebuah faktor yang nilainya berubah-ubah.
Eksperimen demikian disebut eksperimen faktor tunggal. Faktor yang
diperhatikan dapat memiliki sejumlah taraf dengan nilai yang bisa
kuantitatif, kualitatif, bersifat tetap ataupun bersifat acak. Pengacakan
mengenai eksperimen tidak ada pembatasan, dan dalam hal demikian kita
peroleh desain yang diacak secara sempurna atau secara singkat kita sebut
saja desain acak sempurna. Jadi desain acak sempurna adalah desain di
mana perlakuan dikenakan sepenuhnya secara acak kepada unit-unit
eksperimen. Karena bentuknya sederhana, maka desain ini banyak
digunakan. Akan tetapi satu hal harus diingat ialah bahwa desain ini hanya
dapat digunakan apabila persoalan yang dibahas mempunyai unit-unit
eksperimen yang bersifat homogen.
--------- 14 ----------
Perlakuan
Jumlah
1 2 ...... K
Ji = ∑ Yij
j=1
Jumlah seluruh nilai pengamatan
k
J = ∑ Ji
i=1
Rata-rata tiap perlakuan
̅i = Ji ⁄ni
Y
Rata-rata seluruh nilai pengamatan
k
̅
Y = J⁄∑ ni
i−1
Harga-harga ini dapat dilihat dalam daftar di atas.
Selanjutnya diperlukan:
Y2 = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) semua nilai pengamatan
--------- 15 ----------
k n𝑖
= ∑ ∑ Yij2
i=1 j=1
Ry = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) untuk rata-rata
k
2
= J ⁄∑ ni
i=1
Py = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) antar perlakuan
k
̅i − Y
= ∑ ni (Y ̅)2
i=1
k
= ∑(Ji2 ⁄ni ) − R y
i=1
Ey = jumlah kuadrat-kuadrat (JK) kekeliruan eksperimen
k ni
2
̅i )
= ∑ ∑(Yij − Y
i=1 j=1
= ∑ Y 2 − R y − Py
DAFTAR III ( 2 )
ANAVA UNTUK DATA DALAM DAFTAR (1)
Jumlah
Derajat Rata-Rata Jumlah
Kuadrat-
Sumber Variasi Kebebasan Kuadrat-Kuadrat
Kuadrat
(dk) (RJK)
(JK)
--------- 16 ----------
Rata-rata 1 Ry R = Ry
Jumlah ∑ ni .Y2 −
i=1
--------- 17 ----------
12 14 6 9
Hasil Panen (Produksi) 20 15 16 14
Ons/ 100 m2 23 10 16 18
10 19 20 19
17 22
Jumlah 82 80 58 60 280
Banyak Pengamatan 5 5 4 4 18
--------- 18 ----------
Ry (280)2
= = 4.355,56
18
By 822 802 582 602
= Py = + + + − 4.355,56 = 10,24
5 5 4 4
(B = bibit)
Σ Y2
= 122 + 202 + ⋯ + 182 + 192 = 4.738
Ey = 4.738 − 4,355,56 − 10,24 = 372,20
Jika untuk ini diambil taraf signifikansi α = 0,05, maka dari Daftar
D (dalam Apendiks) untuk distribusi F dengan ʋ1=3 dan ʋ2=14 didapat F
= 3,34. Karena F = 0,128 lebih kecil dari 3,34 maka hipotesis diterima. Ini
berarti keempat macam bibit ini telah memberikan pengaruh yang sama
terhadap hasil panen/produksi. jenis bibit kedelai apapun dari yang empat
macam ini akan digunakan pengaruhnya sama saja ( tidak ada perbedaan )
--------- 19 ----------
- rata-rata taraf perlakuan yang mana yang berbeda?
- apakah rata-rata taraf perlakuan kesatu berbeda dengan rata-rata taraf
perlakuan yang kedua, dengan rata-rata taraf perlakuan yang ketiga,
dengan rata-rata taraf perlakuan yang keempat?
- apakah rat-rata traf pertama dan kedua berbeda dari rat-rata taraf ketiga
dan keempat?
- dapatkah disimpulkan rata-rata taraf kedua dua kali rata-rata taraf
ketiga?
- dan sebagainya
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan demikian, bergantung pada
kapan pemilihan perbandingan atau kontras seperti di atas ditentukan;
apakah sebelum eksperimen dilakukan atau sesudah data dikumpulkan.
Definisi: (1 )
Kontras Cp untuk kombinasi linier beberapa jumlah perlakuan J i, i = 1, 2,
..., k (pengamatan untuk tiap perlakuan sama banyak ialah sama dengan n)
didefinisikan sebagai:
Cp = C1pJ1 + C2pJ2 + ... + CkpJk
dengan C1p + C2p + ... + Ckp = 0
Contoh ( 1 ) :
Untuk membandingkan perlakuan kesatu dan perlakuan kedua
misalnya, kita dapat membentuk kontras C1 berbentuk:
C1 = J1 – J2. Kita lihat bahwa koefisien J1 sama dengan +1 sedangkan
koefisien J2 sama dengan -1. Jadi C11 = +1 dan C21 = -1 sehingga C11 + C21
= +1 – 1 = 0. Kontras C1 seperti di atas dapat dipakai untuk menyelidiki
apakah rata-rata perlakuan kesatu sama pengaruhnya dengan rata-rata
perlakuan kedua. Jika yang akan dibandingkan mengenai perlakuan kesatu
dan kedua terhadap perlakuan ketiga misalnya, kita dapat mengambil
kontras:
Definisi ( 2 ) :
Dua kontras Cp dan Cq dikatakan kontras ortogonal jika:
Cp = C1pJ1 + C2pJ2 + ... + CkpJk
Cq = C1qJ1 + C2qJ2 + ... + CkqJk
--------- 20 ----------
asalkan
k
∑ C1q Ciq = 0
i=1
dan tiap perlakuan mengandung n buah pengamatan
Contoh ( 2 ):
Kita ambil Contoh, 4 perlakuan jenis bibit kedelai jadi perlakuan
mempunyai dk = 3. Karenanya kita dapat membentuk kumpulan kontras
paling banyak terdiri dari 3 buah. Salah satu di antaranya ialah:
C1 = J1 − J4
C2 = J2 – J3
C3 = J1 − J2 − J3 + J4
Dapat dilihat bahwa C1, C2, dan C3 masing-masing merupakan sebuah
kontras, karena jumlah koefisien untuk C1 (1 = 1, 2, 3) masing-masing
sama dengan nol. Kontras C1 membandingkan antara rata-rata perlakuan
kesatu dan keempat, kontras C2 antara perlakuan kedua dan ketiga
sedangkan kontras C3 membandingkan antara rata-rata perlakuan kesatu
dan keempat dengan rata-rata perlakuan kedua dan ketiga. Untuk melihat
apakah C1, C2, dan C3 membentuk kumpulan kontras ortogonal, kita susun
daftar koefisien kontras sebagai berikut
J1 J2 J3 J4
C1 +1 0 0 −1
C2 0 +1 −1 0
C3 +1 −1 −1 +1
--------- 21 ----------
Kontras-kontras ortogonal ini dapat dipakai untuk
membandingkan antara pengaruh perlakuan yang satu dengan yang
lainnya. Adapun jumlah kuadrat-kuadrat kontras disingkat JK (Cp),
dengan rumus:
C2p
JK�(Cp ) = � .......................... (1)
n ∑ C2ip
Jika banyak pengamatan tiap perlakuan = n. Selanjutnya, RJK (Cp)
untuk tiap kontras yang mempunyai dk = 1 dibandingkan dengan RJK
(kekeliruan) yang mempunyai dk = (ni – 1), seperti persamaan statistik
berikut:
RJK(Cp )
F�(Cp) = � ....................(2)
RJK�(kekeliruan)
Statistik ini dipakai untuk menguji hipotesis:
H : Cp = 0, tolak H jika statistik F(Cp) dari Rumus II (4) lebih besar dari
Fα(1, )
yang didapat dari daftr distribusi F dalam Apendiks ( = taraf
(ni−1)
signifikansi).
Contoh ( 3 ):
Kita gunakan pengujian kontras dari contoh di atas. Di situ telah
didapat bahwa terdapat perbedaan yang berarti di antara hasil rata-rata ke-
4 jenis bibit kedelai Indonesia. Sekarang akan diuji kumpulan kontras
seperti telah diberikan dalam Contoh III (1) di atas, yaitu:
C1 = J1 − J4
C2 = J2 – J3
C3 = J1 − J2 − J3 + J4
Kita dapatkan hipotesis:
H1 : C1 = 0 atau ekivalen dengan H1 : B1 = B4
H2 : C2 = 0 atau ekivalen dengan H2 : B2 = B3
H3 : C3 = 0 atau ekivalen dengan H3 : B1 + B4 = B2 + B3
Dengan mengambil harga-harga yang tercantum dalam Daftar 3
(1) dan dengan menggunakan Rumus (1) diperoleh:
{82 − (60)}2
JK�(C1 ) = = 44,4
5(1)2 + 4(1)2
{80 − (58)}2
JK�(C2 ) = = 53,78
5(1)2 + 4(1)2
{82 − 80 − (58) + (60)}2
JK�(C3 ) = = 0,89
5(1)2 + 5(1)2 + 4(1)2 + 4(1)2
Dari daftar 3 (2) telah diperoleh RJK (kekeliruan) = 26,59 dengan dk =
14. Karenanya, Rumus (2) memberikan
F (C1) = 44,44/26,59 = 1,67
F (C2) = 53,78/26,59 = 2,02
--------- 22 ----------
F (C3) = 0,89/26,59 = 0,03
Apabila α = 0,05 maka dari daftar distribusi F didapat F0,05(1,14) = 4,60.
Kita lihat bahwa H1 dan H2 serta H3 diterima.
Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan hasil panen/produksi antara
jenis bibit kedelai Rajabasa dengan Dega1, Mutiara 1
dengan Dena1 serta Raja Basa dan Dega1 dengan
Mutiara1 dan Dena1
Metode kontras ortogonal banyak digunakan dalam analisis desain
eksperimen. Untuk banyak pengamatan dalam tiap perlakuan masing-
masing sama dengan n, caranya telah diberikan di atas. Jika tiap perlakuan
berukuran berlainan, yakni perlakuan ke-i berisikan pengamatan sebanyak
ni, i = 1, 2, ..., k, maka kontras Cp didefinisi sebagai:
Cp = C1pJ1 + C2pJ2 + ... + CkpJk
dengan n1C1p + n2C2p + ... + nkCkp = 0
dan dua kontras Cp dan Cq ortogonal apabila
k
∑ ni Cip Ciq = 0
i=1
Untuk pengujian kontras ini diambil jumlah kuadrat-kuadrat kontras JK
(Cp):
C2p
JK(Cp ) = ∑ n C2 ............................. (3)
i ip
Sedangkan cara melakukan pengujiannya sama seperti telah dijelaskan di
atas.
--------- 23 ----------
Langkah-langkah utama untuk melakukan uji Newman – Keuls ini
adalah:
1. Menyusun k buah rata-rata untuk perlakuan menurut urutan nilainya,
dari yang paling kecil sampai kepada yang terbesar
2. Dari daftar ANAVA, diambil harga RJK kekeliruan disertai dk nya
3. Menghitung kekeliruan baku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan
rumus:
RJK�(kekeliruan)
�sY̅i = √ ni
.......................... (1)
RJK (kekeliruan) juga didapat dari daftar ANAVA.
4. Menentukan taraf signifikansi α, lalu gunakan daftar Rentang Student
yang tercantum dalam Apendiks, Daftar E. Daftar ini mengandung dk
= υ dalam kolom kiri dan p dalam baris atas. Untuk uji Newman –
Keuls, diambil υ = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2, 3, ..., k. Harga-
harga yang didapat dari badan daftar sebanyak (k – 1) untuk υ dan p
supaya dicatat.
5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik 4 di atas masing-masing
dengan sY̅i . Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan
rentang signifikan terkecil (RST).
6. Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil dengan RST
untuk p = k, selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua
dengan RST untuk p = (k – 1), dan seterusnya. Demikian pula kita
bandingkan selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil
dengan RST untuk p = (k – 1), selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-
rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k – 2), dan seterusnya.
Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½k (k – 1) pasangan yang
harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar
daripada RST nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang berarti di antara rata-rata perlakuan.
Untuk menjelaskan hal yang diuraikan di atas, marilah kita perhatikan
contoh berikut.
Contoh ( 4 ):
Kita selidiki mengenai pengaruh waktu tanam terhadap rata-rata
hasil panen/ produksi. Supaya lebih mudah kita gunakan data yang
dikoding, dengan mengurangi tiap data dengan 50.
--------- 24 ----------
Tabel 3 ( 3 ) Hasil Panen/ Produksi Kedelai Indonesia (Dalam Ons)
Waktu Tanam
50 62 46 45
Hasil Panen
61 56 43 42
(Produksi)
64 55 45 41
Ons/ 100 m2
50 60 45 39
55 59 39 43
--------- 25 ----------
0 12 -4 -5
Hasil Panen (
11 6 -7 -8
Produksi )
14 5 -5 -9
Ons / 100 m2
6 10 -5 -11
5 9 11 -7
Jumlah 36 42 -32 -40 6
Banyak Pengamatan 5 5 5 5 20
Ry (6)2
= = 1,8
20
Wy 362 422 −322 −402
= Py = + + + − 1,8 = 1,135
5 5 5 5
ΣY2
= 62 + 52 + ⋯ + (−11)2 + (−8)2 = 1,340
Ey
= 1.340 − 1,8 − 1,135 = 203,2
--------- 26 ----------
Mngalikan harga rentang yang diperoleh dengan 1,59, maka didapat RST
untuk tiap p sebagai berikut:
P = 2 3 4
RST = 4,77 5,80 6,44
Langkah terakhir menghasilkan perbandingan antara perlakuan
2 lawan 4 → 16,4 > 6,44
2 lawan 3 → 14,8 > 5,80
2 lawan 1 → 1,2 < 4,77
1 lawan 4 → 15,2 > 5,80
1 lawan 3 → 13,6 > 4,77
3 lawan 4 → 1,6 < 4,77
Dari langkah terakhir ini kita lihat bahwa terdapat perbedaan antara
perlakuan 2 dan 4, 2 dan 3, 1 dan 4 dan 1 dan 3, yaitu panen/produksi Juni
berbeda dengan hasil panen Juli, hasil Mei berbeda dengan hasil Agustus,
hasil Mei berbeda dengan hasil Agustus dan hasil Mei berbeda dengan
hasil Juli. Perbandingan lainnya tidak memberikan perbedaan yang
berarti.
b) Uji Scheffe
Uji Newman-Keuls digunakan untuk membandingkan pasangan
rata-rata perlakuan, Cara ini yang dibandingkan setiap dua hasil
perlakuan. Sering dikehendaki untuk mengadakan perbandingan tidak saja
berbentuk berpasangan, melainkan merupakan kombinasi linier diaripada
perlakuan, khususnya berbentuk kontras. Uji Scheffe memungkinkan
untuk melakukan hal ini, di mana kontrasnya tidak perlu ortogonal.
Karena kontras lebih umum daripada perbandingan berpasangan, maka
akibatnya uji Scheffe lebih umum daripada uji Newman-Keuls.
Langkah-langkah yang diempuh untuk menggunakan uji Scheffe
adalah:
1. Menyusun kontras Cp yang diinginkan dan lalu hitung harganya.
2. Mengambil taraf signifikansi α , derajat kebebasan υ1 = (k – 1) dan υ2
= (Σ n1 – k), untuk ANAVA supaya dihitung nilai kritis Fα(υ1, υ2).
3. Menghitung A = � √(k − 1)F dengan F yang didapat dari langkah 2 di
atas.
4. Menghitung kekeliruan baku tiap kontras yang akan diuji, dengan
rumus
2
s(Cp ) = √RJK�(kekeliruan)�x� ∑ n1 cip
5. Jika harga kontras Cp lebih besar daripada A x s(Cp), maka hasil
pengujian dinyatakan signifikan. Atau, jika |Cp | > �붸�𝑥�𝑠(Cp ), maka
kita tilak hipotesis bahwa kontras antara rata-rata seama dengan nol.
--------- 27 ----------
Langkah-langkah di atas akan jelas kiranya apabila diperhatikan
contoh berikut:
Contoh (5):
Misalkan untuk data dalam Daftar 3 (1) kita bermaksud untuk
membandingkan rata-rata perlakuan kesatu dan rata-rata perlakuan
kedua, dan membandingkan perlakuan kesatu dengan tiga
perlakuan lainnya. Kontrasnya untuk kedua hal ini adalah:
C1 = J1 ‒ J2
C2 = 3J1 ‒ J2 ‒ J3 ‒ J4
Nampak bahwa C1 dan C2 tidak ortogonal. Untuk menyelidiki kedua
kontras di atas dengan Uji Scheffe, menurut langkah-langkah di
atas kita peroleh:
C1 = 36 – 42 = ‒6
C2 = 3(36) – 42 – (‒32) – (‒40) = 138
Dari daftar ANAVA, Daftar 3 (1) didapat υ1 = 3, υ2 = 16 dan untuk
α = 0,05 diperoleh F = 3,24.
��������������A = √3(3,24) = 3,12
dan s(C1 ) = � √(12,7){5(1)2 + �5(−1)2 } = 11,27
s(C2 ) = � √(12,7){5(3)2 + �5(−1)2 + 5(−1)2 + +5(−1)2 }
�= 27,60
Untuk C1, didapat A x s(C1) = 35,16 dan karena |Cp | = 6 < 35,16 maka
kontras C1 tidak signifikan. Antara perlakuan kesatu dan perlakuan kedua
tidak berbeda secara berarti. Ini cocok dengan hasil berdasarkan uji
Newman-Keuls.
Untuk C2, didapat A x s(C2) = 86,11 dan karena C2 = 138 > 86,11 maka
kontras C2 bersifat signifikan. Ini menyatakan adanya perbedaan hasil
perlakuan pertama dengan ketiga perlakuan lainnya.
--------- 28 ----------
sY̅i = √E⁄ni ........................ (1)
Interval konfidensi (1 – α) 100% untuk μi dihitung dengan menggunakan:
̅i − t1−1⁄ α √E⁄ni < � μi < ̅
Y Yi + t1−1⁄ α √E⁄ni .............(2)
2 2
dengan t1−1⁄ didapat dari daftar distribusi Student (Daftar B, dalam
2α
Apendiks) dengan dk = dk untuk sumber variasi kekeliruan.
Contoh ( 6 ):
Untuk menghitung interval konfidensi 95% untuk rata-rata perlakuan μi
dari hasil ANAVA dalam Daftar 3 (1) menghasilkan
sY̅i = √E⁄ni = √12,7/5 = 1,59
Dari daftar distribusi Student dengan dk = 16 didapat harga t0,9750 = 2,120;
sehingga interval konfidensi untuk μi dengan
̅i = 7,2�adalah�
Y
7,2 − (2,12)(1,59) < μi < 7,2 + (2,12)(1,59)
atau�3,83 < μi < 10,57
Karena harga-harga ini didapat dari data dengan cara koding (dikurangi
50) maka harga sebenarnya harus ditambah 50.
Hasilnya: 53,58 < μi <60,57.
Batas-batas konfidensi untuk taksiran rata-rata lainnya dapat
ditentukan dengan cara yang sama.
--------- 29 ----------
kedua komponen variansi tersebut di atas. Dengan demikian dalam model
acak, kita dapat menghitung berapa besar variansi di dalam eksperimen
dapat dianggap sebagai akibat adanya perbedaan rata-rata perlakuan dan
berapa besar disebabkan oleh karena kekeliruan acak sekitar rata-rata
tersebut. Untuk menaksir variansi σ2ϵ dan σ2τ digunakan taksiran tak
biasnya masing-masing. Ternyata bahwa taksiran tak biasnya untuk σ2ϵ
ialah sϵ2 = E. Selanjutnya, apabila taksiran tak bias untuk σ2τ dinyatakan
dengan sτ2 , maka ternyata bahwa taksiran tak bias untuk (σ2ϵ + no σ2τ )
adalah (sϵ2 + no sτ2 ).
Dari daftar ANAVA, harga sτ2 dapat dihitung apabila diambil (sϵ2 +
no sτ2 ) = P dengan sϵ2 = E dan
no = (∑ ni − ∑ n2i / ∑ ni )/(k − 1).
Contoh ( 7 ):
Lihat Contoh Model Acak pada daftar 3 (1) Dari uraian di atas kita
dapatkan bahwa taksiran tak bias untuk σ2ϵ adalah sϵ2 = 12,7
sedangkan untuk (σ2ϵ + 3σ2τ ) ialah (sϵ2 + 3sτ2 ) = 378,3.
Mensubstitusikan harga sϵ2 = 12,7 ke dalam persamaan terkahir ini,
didapat sτ2 = 121,9. Karena variansi untuk keseluruhannya = s2 =
(sϵ2 + sτ2 ), maka s2 = 134,6. Dari sini didapat (121,9/134,6) x 100%
= 90,56% dari variansi keseluruhan yang dapat dianggap sebagai
akibat pebedaan antara kelompok dan hanya 9,43% disebabkan
oleh adanya kekeliruan dalam kelompok.
Dalam desain yang lebih rumit nanti, akan ternyata bahwa
penentuan harga-harga komponen variansi sangat penting untuk
menentukan efisiensi desain. Untuk hal ini, di sini akan diambil definisi
tentang efisiensi sebuah desain berdasarkan variansi rata-rata perlakuan
sY̅2i , yaitu:
Kita katakan bahwa desain pertama lebih efisien daripada desain
kedua apabila sY̅2i desain pertama lebih kecil daripada sY̅2i desain
kedua.
Jika variansi rata-rata perlakuan dari kedua desain dibandingkan
dan dinyatakan dalam persen, maka diperoleh efisiensi relatif,
disingkat ER. Jadi
ER�(desain�I�terhadap�desain�II)
2
̅ (desain�II)
sY
�������������������������������= � i
�x100%
s2Y
̅ (desain�I)
i
--------- 30 ----------
BAB IV
DESAIN BLOK ACAK
4.1. Pendahuluan
Dalam suatu penelitian terkadang kita tidak bisa menghindari
keterlibatan faktor lain selain faktor yang akan kita amati, yang akan kita
analisa dan kita peroleh kesimpulannya. Dalam desain blok ada 2 faktor
yang terlibat namun kita hanya akan melakukan pengamatan dan analisa
serta hanya akan mengambil kesimpulan dari salah satu faktor saja yang
lebih penting dari 1 faktor lainnya.
Dalam kasus seperti ini kekeliruan acak tidak hanya merupakan
kekeliruan eksperimen akan tetapi juga termasuk variasi antara faktor lain
yang terlibat. Desain eksperimen bertujuan untuk mengurangi terjadinya
kekeliruan eksperimen, maka desain yang lebih baik perlu ditemukan.
Desain dimaksud dalam kasus ini dinamakan desain blok acak yang
diuraikan di bawah ini.
--------- 31 ----------
Untuk keperluan analisis desain blok lengkap acak diambil model
linier bersifat aditif berbentuk:
�Yij = μ + βi + πj + ϵij .................. IV (1)
i = 1, 2, … , b�(banyak�blok)
j = 1, 2, … , p�(banyak�perlakuan)
dengan Yij = variabel yang diukur
μ = efek rata-rata (umum)
βi = efek blok ke-i
πj = efek perlakuan ke-j
ϵij = efek unit eksperimen dalam blok ke-i karena perlakuan
ke-j
Di sini masih perlu diambil asumsi bahwa
b
DAFTAR IV (1)
BAGAN PENGAMATAN UNTUK DESAIN BLOK LENGKAP
ACAK
PERLAKUAN
Blok Jumlah Rata-rata
1 2 ... P
1 Y11 Y12 ... Y1p J10 ̅10
Y
2 Y12 Y22 ... Y2p J20 ̅20
Y
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
B Yb1 Yb2 ... Ybp Jbo ̅bo
Y
Jumlah Jo1 Jo2 ... Jop J ―
Rata-rata ̅10
Y ̅20
Y ̅op
Y ― ̅oo
Y
--------- 32 ----------
̅io rata-rata pengamatan dalam blok ke-i. Simbol Y
perlakuan ke-j dan Y ̅oo
dipakai untuk menyatakan rata-rata dari seluruh hasil pengamatan.
Untuk menyusun dafar ANAVA, seperti biasa diperlukan harga
jumlah kuadrat-kuadrat berbagai sumber variasi, ialah:
b p
∑ Y = ∑ ∑ Yij2
2
i=1 j=1
R y ������� = � J2 ⁄bp
b
2
By ������� = � ∑(Jio ⁄p) − R y
i=1
p
2
Py ������� = � ∑(Joj ⁄b) − R y
j=1
Ey���� ���� = � ∑ Y 2 − R y − Py − By
Dengan demikian, daftar ANAVA untuk desain blok lengkap acak
bentuknya seperti dalam Daftar IV (2)
DAFTAR IV (2)
ANAVA UNTUK DESAIN BLOK LENGKAP ACAK
SATU PENGAMATAN TIAP UNIT EKSPERIMEN
(MODEL TETAP)
Sumber
dk JK RJK ERJK
Variasi
Rata-rata 1 Ry R ―
Blok b–1 By B σ2ϵ + p ∑ β2i /(b − 1)
Perlakuan p–1 Py P
Kekeliruan (b – 1)(p – 1) Ey E σ2ϵ + b ∑ π2j /(p − 1)
σ2ϵ
Jumlah bp ∑ Y2 ― ―
--------- 33 ----------
Tolak hipotesis H jika F lebih besar daripada Fα(ʋ1 ,ʋ2 ) yang didapat dari
daftar distribusi F dengan dk pembilang ʋ1 = (p – 1), dk penyebut ʋ2 = (b
– 1)(p – 1) dan taraf signifikansi 𝛼.
Bagaimana halnya dengan efek daripada blok? Kita lihat bahwa
perlakuan telah dipilih secara acak untuk digunakan terhadap unit
eksperimen dalam tiap blok. Akan tetapi pembentukan blok tidak
dilakukan secara acak (karena diperlukannya sifat homogen dalam tiap
blok). Ini mengakibatkan tidak dapat dilakukannya pengujian statistis
mengenai efek daripada blok. Dengan kata lain, dalam desain blok hanya
terhadap efek perlakuan saja pengujian dilakukan dan tidak terhadap efek
blok.
Apabila selanjutnya dikehendaki interval konfidensi rata-rata tiap
efek perlakuan μj = (μ + πj ), maka diperlukan taksiran daripada σ2ϵ , ialah
sϵ2 = E dan juga variansi rata-rata perlakuan
sY̅2oj = E⁄b = sϵ2 ⁄b....................... IV (4)
Dengan koefisien konfidensi (1 – 𝛼) kita peroleh interval konfidensi (1 –
𝛼) 100% untuk μj dengan rumus
̅oj − t1−α⁄2 √E⁄b < μj < Y
�Y ̅oj + t1−α⁄2 √E⁄b........... IV (5)
Tentulah t1−α⁄2 didapat dari daftar distribusi Student dengan dk = (b –
1)(p – 1).
Contoh IV (1) :
Abstrak.
untuk mengatasi ketahanan pangan, pemerintah mempunyai
Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJN) tahun 2005- 2025 yang
menyimpulkan bahwa sampai tahun 2019 Indonesia masih defisit kedelai
nasional lebih dari 229 %. Tujuan dari penelitian ini adalah : Melakukan
penanaman Kedelai Produksi dalam negeri di berbagai lokasi dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan. Penelitian ini dilakukan dengan cara
eksperimen menggunakan 5 varietas unggul yang ditanam di 3 kecamatan
--------- 34 ----------
di kabupaten Malang, provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pengolahan dan
Analisa data menggunakan desain eksperimen yaitu desain blok acak
dengan tingkat kepercayaan 95 % . Hasil penelitian diperoleh bahwa
penyebab hasil produksi yang berbeda bukan dikarenakan penggunaan
varietas yang berbeda. Varietas kedelai produksi dalam negeri memiliki
profil masing-masing. Banyak faktor dalam pemilihan varietas kedelai
produksi dalam negeri antara lain yaitu ukuran dan warna.
Keywords : Varietas Kedelai, Kedelai Produksi Dalam Negeri, Hasil
produksi
1. Pendahuluan
Manfaat kedelai yang begitu besar dan banyak kegunaannya,
sehingga pelaku industri berminat untuk mengembangkan berbagai sektor
industri yang berbahan baku kedelai. Lebih jelas lagi dapat dilihat pada
pohon industri kedelai seperti pada gambar dan tabel di bawah ini.
--------- 35 ----------
Gambar 1. Pohon industri kedelai (Marwoto dan Hilman, Y.2005: 14).
--------- 36 ----------
terbesar di Jawa timur (BPS 2013). Maka sangat perlu diupayakan untuk
melakukan penanaman di daerah lain. Dalam hal ini peneliti melakukan
penanaman di Kabupaten Malang, karena Malang sudah menjadi icon
kota pengrajin makanan krepek tempe, namun petani kedelai sangat kecil
yaitu hanya sebesar 11,67 Kw/ha ( Potensi tanaman pangan di setiap
kabupaten di provinsi awa Timur, 2013-01-24, 21:14:00 )
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan ekperimen dengan menerapkan 5 bibit
unggul yang diterapkan di 3 kecamatan di Kabupaten malang, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia . Pengolahan dan analisa data menggunakan
disain eksperimen. Desain eksperimen yang dipakai sesuai dengan
perlakuan yang dilakukan dalam hal ini 5 varietas kedelai yang ditanam
pada 3 lokasi. Dalam Budidaya kedelai produksi dalam negeri sudah
banyak verietas yang ditemukan maka model yang digunakan bersifat
acak artinya kesimpulan berlaku untuk semua varietas kedelai produksi
dalam negeri yang lainnya.
--------- 37 ----------
Hipotesa : Varians ( σ2 ) = 0;
Ry = ( 37,61 )2 / 15 = 94,301
Blok
( Lokasi Tanam) 2 63,021 31,51
Perlakuan
( Varietas ) 4 -38,546 -9,637
3,422
Kekeliruan
8 -22,529 -2,816
--------- 38 ----------
Contoh IV (2):
--------- 39 ----------
Pemilihan Varietas Kedelai Indonesia
Dengan Waktu Tanam Terhadap Hasil produksi
Untuk Memenuhi Kebutuhan
Abstrak.
Banyak faktor untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi
dalam budidaya kedelai Indonesia, antara lain pemilihan jenis varietas
dengan waktu tanam. Tujuan dari penelitian ini adalah : Melakukan
penanaman kedelai Indonesia dengan berbagai varietas dan berbagai
waktu tanam dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan akan komoditi
kedelai. Penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimen menggunakan 5
varietas unggul yang ditanam di kecamatan Tumpang, di kabupaten
Malang, provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan waktu tanam yang
berbeda. Pengolahan dan Analisa data menggunakan desain eksperimen
yaitu desain blok acak sempurna dengan tingkat kepercayaan 95 % .
Hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab hasil produksi yang berbeda
bukan dikarenakan penggunaan varietas yang berbeda, melainkan
masing-masing varietas mempunyai profil sendiri-sendiri.
Keywords : Varietas Kedelai, Waktu Tanam , Kedelai Indonesia , Hasil
produksi
1. Pendahuluan
--------- 40 ----------
pola panen kedelai Indonesia mencapai volume yang tinggi adalah pada
bulan september dan oktober , karena hampir semua petani melakukan
penanaman pada bulan juni atau juli ( Nelly, et al, 2016). Hasil panen
yang sangat rendah yaitu pada bulan April dan Mei untuk awal tahun
sedangkan untuk periode akhir tahun pada bulan November dan
Desember. Perlu dilakukan penelitian untuk menanam kedelai Indonesia
di luar bulan Juni dan Juli agar dapat memenuhi kebutuhan.
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan ekperimen dengan menerapkan 5
bibit unggul yang diterapkan di Kecamatan Tumpang, Kabupaten
malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia pada bulan Januari, Februari dan
Maret. Pengolahan dan analisa data menggunakan disain eksperimen.
Desain eksperimen yang dipakai sesuai dengan perlakuan yang dilakukan
yaitu desain blok acak sempurna, dalam hal ini 5 varietas kedelai yang
ditanam pada 3 waktu . Dalam Budidaya kedelai Indonesia sudah banyak
verietas yang ditemukan maka model yang digunakan bersifat acak
artinya kesimpulan berlaku untuk semua varietas kedelai produksi dalam
negeri yang lainnya.
--------- 41 ----------
3.Hasil dan pembahasan
Hipotesa : Varians ( σ2 ) = 0;
Tidak ada perbedaan penggunaan macam jenis bibit kedelai Indonesia
dengan Waktu tanam terhadap hasil produksi
Ry = ( 46,0 )2 / 15 = 141,13
= - 55,84
--------- 42 ----------
Tabel 4.4 Analisa Varians 5 Varietas Kedelai Indonesia
Blok
(Waktu 2 94,58 47,29
Tanam)
Kesimpulan :
--------- 43 ----------
3. Petani memilih varietas bukan berdasarkan hasil produksi semata
tetapi berdasarkan pertimbangan kecocokan dalam
penggunaannya menurut petani tersebut.
--------- 44 ----------
Karena analisis yang dilakukan berdasarkan adanya data yang ditaksir,
maka untuk menghindarkan hasil-hasil bias, beberapa penyesuaian perlu
diadakan. Yang pertama ialah mengenai dk kekeliruan eksperimen
menjadi (p – 1)(b – 1) – 1 dan dk jumlah menjadi (bp – 1).
DAFTAR IV (3)
ANAVA UNTUK DESAIN BLOK LENGKAP ACAK
DENGAN SEBUAH PENGAMATAN HILANG
Sumber
Dk JK RJK F
Variasi
Rata-rata 1 Ry R
Blok b–1 By B
Perlakuan p–1 P’y P’ P’/E
Kekeliruan
Eksperimen (b – 1)(p – 1)–1 Ey E
2
Jumlah bp – 1 ∑Y − z ― ―
Contoh IV (3):
Misalkan pada waktu tanam ke-3 catatan hasil panen lupa
mencatatnya dimana/ketelisut sehingga untuk tidak terdapat hasil
pengamatan. Dengan sebuah data hilang, karenanya diperoleh
daftar di bawah ini.
--------- 45 ----------
Tabel 4.5 Desain Blok Lengkap Acak Dengan Sebuah
Pengamatan Hilang
Perlakuan (Jenis Bibit)
Blok
(Waktu Raja Muti- Jumlah Rata-rata
Tanam) Dena1 Dega1
Basa ara 1
--------- 46 ----------
J2 (4.870 + 354,4)2
R y �������������� = = = 1.705.897,2
bp 4�x�4
(1.221)2 + (1.326)2 + (984 + 354,4)2 + (1.339)2
By �������������� =
4
− 1.705.897,2 = 2.440,9
(1.126)2 + (1.342)2 + (1.031 + 354,4)2 + (1.371)2
Py ��������������� =
4
− 1.705.897,2 = 11.056,3
Sehingga P’y = 11.056,3 – 522,7 = 10.533,6
Ey = 1.720.576,7 – 1.705.897,2 – 2440,9 -10.533,6 = 1.705,0
Dari daftar di atas diperoleh F = 16,48 yang dalam taraf signifikansi 95%
ternyata sangat signifikan.
--------- 47 ----------
Research (R.A. Fischer & F. Yates, penerbit Oliver & Boyd, Ltd,
Edinburgh & London, 1953) dalam Sujana (2017)
Contoh IV (4)
--------- 48 ----------
R y ������� = J2 ⁄N = (187)2 ⁄12 = 2.914,08
b
2
By ������� = ∑(Jio ⁄k) − R y
i=1
(32)2 + (57)2 + (65)2 + (33)2
= − 2.914,08 = 281,59
3
p
Catatan:��selalu�berlaku�bahwa� ∑ Q j = 0
j=1
Dengan demikian:
(−41)2 + (62)2 + (76)2 + (−97)2
������������������������Py = = 862,92
3(4)(2)
����������������������Ey = ∑ Y 2 − R y − By − Py
= 4.429 − 2.914,08 − 281,59 − 862,92 = 370,41
--------- 49 ----------
Harga F = 287,64/74,08 = 3,88 lebih kecil daripada F = 5,41 yang
didapat dari daftar dengan dk ʋ1 = 3, ʋ2 = 5, dan α = 0,05. Jadi hasil
pengujian tidak signifikan.
--------- 50 ----------
Untuk perhitungan ANAVA dari model Blok Lengkap Acak
dengan metode sub sampling diperlukan beberapa
perhitungan sebagai berikut:
𝑏 𝑝 𝑛
2
∑ 𝑌 = ∑ ∑ ∑ 𝑌𝑖𝑗𝑘 ���𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛�𝑑𝑘 = 𝑏𝑝𝑛
𝑖=1 𝑗=1 𝑘=1
2
𝑅𝑦 = 𝐽 ⁄𝑏𝑝𝑛 �𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛�𝑑𝑘 = 1�𝑑𝑎𝑛�𝐽 = ∑𝑏𝑖=1 ∑𝑗=1 ∑𝑛𝑘=1 𝑌𝑖�2〱𝑘
𝑝
𝑝 𝐽2
𝑆𝑏 = ∑𝑏𝑖=1 ∑𝑗=1 ( 𝑖𝑗⁄𝑛) − 𝑅𝑦
di mana:
Jij = jumlah nilai pengamatan dalam sub sampel dari
unit eksperimen yang terdapat dalam blok ke i
dan perlakuan ke j
𝑛
𝐽𝑖𝑗 = ∑ 𝑌𝑖𝑗𝑘
𝑘=1
𝑆𝑦 = ∑ 𝑌 2 − 𝑅𝑦 − �𝑏 �𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛��𝑑𝑘 = 𝑏𝑝�(𝑛 − 1)
𝑏
𝐽2
𝐵𝑦 = ∑ ( 𝑖𝑜⁄𝑝𝑛) − 𝑅𝑦 �𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛�𝑑𝑘 = (𝑏 − 1)
𝑖=1
𝑝 𝐽2
𝑃𝑦 = ∑𝑗=1 ( 𝑜𝑗⁄𝑏𝑛) − 𝑅𝑦 �𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛�𝑑𝑘 = (𝑝 − 1)
𝑝
𝐽𝑖𝑜 = ∑𝑗=1 𝐽𝑖𝑗 ���𝑑𝑎𝑛����𝐽𝑜𝑗 = ∑𝑏𝑖=1 𝐽𝑖𝑗
𝐸𝑦 = 𝑆𝑏 − 𝐵𝑦 − 𝑃𝑦 ��𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛��𝑑𝑘 = (𝑏 − 1)(𝑝 − 1)
Kekeliruan (b-1)(p-1) Ey E
eksperimen P/E
bp(n-1) Sy S
--------- 51 ----------
Kekeliruan
sampling
Jumlah bpn ΣY2
Pada model ini hipotesa nol yang dapat diuji adalah sebagai
berikut:
Ho : πj = 0 dengan asumsi Σπj = 0….(1)
--------- 52 ----------
∑ Y 2 = 952 + 902 + ⋯ + 612 + 632 = 326.819
(3.657)2
R y��������� = = 297.192,2
(3)(5)(3)
(274)2 + (299)2 + ⋯ + (181)2
Sb ������� = − 297.192,2 = 28.054,8
3
Sy ������� = 326.819 − 297.192,2 − 28.054,8 = 1.572
(1.256)2 + (1.205)2 + (1.196)2
By ������� = − 297.192,2 = 139,6
5�x�3
(832)2 + (894)2 + (981)2 + (378)2 + (572)2
Py ������� = − 297.192,2
3�x�3
������������= 27.684,4
Ey ������ = 28.054,8 − 139,6 − 27.684,4 = 230,8
Dalam daftar ANAVA, harga-harga tersebut dapat dilihat di bawah
ini.
Sumber Variasi Dk JK RJK F
Rata-rata 1 297.192,2 297.192,2
Blok 2 139,6 69,8
Bibit Kedelai 4 27.684,4 6.921,1 239,5
Kekeliruan
eksperimen 8 230,8 28,9
Kekeliruan
sampling 30 1.572 52,4
Jumlah 45 329.819
Mudah dilihat bahwa analisis ini memberikan hasil uji yang sangat
signifikan. Karenanya terdapat perbedaan yang menyolok antara hasil
rata-rata kelima jenis padi yang sedang dicoba.
Jika saja selanjutnya kita menghendaki interval konfidensi untuk
rata-rata perlakuan (hasil padi) dan ingin mengadakan perbandingan di
antara perlakuan, maka diperlukan taksiran untuk σ2η , ialah sη2 = S dan
taksiran untuk σ2∈ , s∈2 yang didapat dari s∈2 = (E‒S)/n.
(Catatan : Jika hasil perhitungan menghasilkan s∈2 < 0, maka untuk
taksiran σ2∈ diambil s∈2 = 0, dan ini sudah barang tentu
taksiran bias).
--------- 53 ----------
BAB V
DESAIN BUJUR SANGKAR
5.1. PENDAHULUAN
Desain acak sempurna dan desain blok lengkap acak yang telah
dibicarakan dalam bab-bab sebelumnya merupakan dua dari sekian
desain yang dapat digunakan untuk menyimpulkan penelitian dengan
faktor tunggal. Banyak persoalan yang tidak tepat apabila digunakan
kedua analisis desain tersebut karena hasilnya kurang efisien dan kadang-
kadang tidak ekonomis ditinjau dari biaya yang harus dikeluarkan.
Sehingga desain dalam bentuk lain yang lebih baik diperlukan, antara
lain:
--------- 54 ----------
Lokasi tanam
Waktu tanam
1 2 3 4
a B A D C
b C B A D
c A D C B
d D C B A
Nampak bahwa tiap mesin hanya terdapat satu dan hanya satu kali dalam
tiap baris maupun dalam tiap kolom.
Untuk keperluan analisis desain bujur sangkar Latin dengan hanya
satu pengamatan untuk tiap unit eksperimen, model linier berikut
biasanya diambil:
�Yij(k) = μ + β1 + γj + πk + ϵij(k) ….V (1)
i = 1, 2, ..., m
j = 1, 2, ..., m
k = 1, 2, ..., m
dengan asumsi:
m m m
∑ βi = ∑ γj = ∑ πk = 0
i=1 j=1 k=1
Yij(k) = hasil pengamatanyang dicatat dari perlakuan ke-k, yang
dipengaruhi oleh baris ke-i dan kolom ke-j
μ = efek umum yang sebenarnya
β1 = efek sebenarnya karena baris ke-i
γj = efek sebenarnya karena kolom ke-j
πk = efek sebenarnya perlakuan ke-k
ϵij(k) = efek unit eksperimen dalam baris ke-i, kolom ke-j untuk
perlakuan ke-k
Dimisalkan bahwa ϵij(k) ~DNI(0, σ2ϵ ). Ineks k diletakkan dalam tanda
kurung untuk menyatakan bahwa k tidak independen dari pada i dan j.
Dengan menggunakan model linier di atas, harga-harga yang perlu
dihitung untuk ANAVA adalah:
m m m m m m
2 2 2 2
∑Y = ∑ ∑ Yij(k) = ∑ ∑ Yij(k) = ∑ ∑ Yij(k)
i=1 j=1 i=1 k=1 j=1 k=1
--------- 55 ----------
m m m
2⁄ 2 2
R y ������� = J m �dengan�J = ∑ ∑ ∑ Yij(k)
i=1 j=1 k=1
m
2
By ������� = ∑ Jio ⁄m − R y
i=1
dengan Jio = jumlah nilai pengamatan dalam baris ke-i.
m
2
K y ������� = ∑ Joj ⁄m − R y
j=1
dengan Joj = jumlah nilai pengamatan dalam baris ke-j.
m
Py ������� = ∑ Jk2 ⁄m − R y
k=1
dengan Jk = jumlah nilai pengamatan untuk perlakuan ke-k.
Ey = Σ Y2 – Ry – By – Ky – Py
Daftar ANAVA untuk desain bujur sangkar Latin, karenanya berbentuk
seperti dalam daftar di bawah ini.
DAFTAR V (2)
ANAVA UNTUK DESAIN BUJUR SANGKAR LATIN m x m
(Satu Pengamatan Tiap Unit Eksperimen)
Sumber
Dk JK RJK ERJK F
Variasi
Rata-rata 1 Ry R ―
m
Baris m–1 By B σ2ϵ + ∑ β2i
m–1 m−1
Kolom Ky K m
Perlakuan m–1 Py P σ2ϵ + ∑ γ2j P/E
m−1
(m – 1) m
Kekeliruan Ey E σ2ϵ + ∑ π2k
(m – 2) m−1
σ2ϵ
Jumlah m2 ∑ Y2 ― ― ―
--------- 56 ----------
Kita tolak H jika F lebih besar daripada Fα(ʋ1 ,ʋ2 ) yang didapat dari daftar
distribusi F dengan dk pembilang ʋ1 = m – 1 dan dk penyebut ʋ2 = (m –
1)(m – 2) sedangkan α = taraf signifikansi.
Contoh V (1)
Berikut hasil produksi dari 3 Varietas kedelai Indonesia dengan Waktu
dan Lokasi Tanam sebagai berikut:
Tabel 5.1 Hasil Produksi 3 Varietas Kedelai Indonesia dengan Waktu dan
Lokasi Tanam (Ton/ha)
Hipotesa : Varians ( σ2 ) = 0;
Ry = ( 26,6 )2 / 3 = 78,62
--------- 57 ----------
Py = ( 7,7 )2 + ( 9,7)2 + ( 9,2 )2 /3 – 78,62 = 0,78
( RJK )
Rata-rata 1 78, 62 78, 62
Waktu Tanam 2 2, 08 1, 04
Lokasi Tanam
2 -1, 91 0, 955
--------- 58 ----------
Kesimpulan :
DAFTAR V (3)
DESAIN BUJUR SANGKAR GRAECO-LATIN
KOLOM
Baris
1 2 3 4
1 Dδ Cγ Bβ Aα
2 Cβ Dα Aδ Bγ
3 Bα Aβ Dγ Cδ
4 Aγ Bδ Cα Dβ
--------- 59 ----------
simbol demikian telah biasa digunakan dan karenanya desain ini
dinamakan desain bujur sangkar Graeco-Latin.
Ty = ∑ Jℓ2 ⁄m − R y
ℓ=1
di mana Jℓ = jumlah nilai pengamatan untuk taraf ke-ℓ dan JK untuk
kekeliruan eksperimen sekarang menjadi:
Ey = ∑ Y 2 − R y − By − K y − Py − Ty
Derajat kebebasan dk tiap faktor tentulah masing-masing sama
dengan (m – 1), dan dk untuk variasi rata-rata tetap sama dengan satu
sedangkan dk untuk kekeliruan sama dengan sisanya.
Contoh V (2):
Misalkan dilakukan percobaan Penggunaan bibit kedelai dengan
lokasi tanam, waktu tanam dan pemberian pupuk menghasilkan
produksi seperti di bawah ini:
Joj 53 41 47 45 186
--------- 60 ----------
Sumber: Sudjana, Desain dan Analisis Eksperimen, 2017 ( Dimodif)
∑ Y 2 = (16)2 + (13)2 + � … + � (12)2 + (9)2 = 2.288
R y ������� = (186)2 ⁄(4)2 = 2.162,25
(48)2 + (45)2 + (56)2 + (38)2
By ������� = − 2.162,25 = 37,25
4
2 2 2
(53) + (41) + (47) + (45) 2
K y ������� = − 2.162,25 = 18,75
4
Untuk menghitung Py, kita jumlahkan nilai-nilai untuk A, B, C, dan D,
Didapat:
JA = jumlah nilai pengamatan hasil mesin A
= 9 + 14 + 10 + 11 = 44
JB = 15 + 12 + 15 + 13 = 55
JC = 13 + 6 + 8 + 12 = 39
JD = 16 + 9 +14 + 9 = 48
Sehingga
(44)2 + (55)2 + (39)2 + (48)2
Py = − 2.162,25 = 34,25
4
Untuk mendapatkan Ty, maka kita perlukan:
Jα = jumlah nilai pengamatan karena operator α
= 15 + 9 + 8 + 11 = 43
Jβ = 13 + 12 + 15 + 9 = 49
Jγ = 9 + 6 + 14 + 13 = 42
Jδ = 16 + 14 + 10 + 12 = 52
Sehingga
(43)2 + (49)2 + (42)2 + (52)2
Ty = − 2.162,25 = 17,25
4
Ey = 2.288 ‒ 2.1262,25 ‒ 37,25 ‒18,75 ‒34,25 ‒17,25 =18,25
--------- 61 ----------
Tabel 5.4 Anava Untuk Data pada tabel 5.3
Sumber
Dk JK RJK F
Variasi
Rata-rata 1 2.162,2 2.162,2
Lokasi tanam 3 5 5
Waktu Tanam 3 37,25 12,42
Jenis pupuk 3 18,75 6,25
Jenis bibit 3 17,25 5,75 1,88
Kekeliruan 3 34,25 11,42
18,25 6,08
Jumlah 16 2.288 ―
--------- 62 ----------
βi = efek blok (baris=hari) ke-i; i = 1, 2, 3, 4.
γj = efek kolom (waktu kerja) ke-j; j = 1, 2, 3.
πk = efek mesin ke-k; k = 1, 2, 3, 4.
(Simbol-simbol lainnya diartikan seperti yang sudah-sudah; demikian
pula asumsi mengenai ϵijk).
Oleh karena desain bujur sangkar Youden adalah desain tak
lengkap, maka analisisnya dilakukan seperti pada analisis desain blok tak
lengkap acak. Jadi di sini akan digunakan pula simbol-simbol: h, p, k, r,
N, dan λ.
Contoh V (3):
Misalkan untuk desain dalam Daftar V (5) di atas diperoleh data
sebagai tertera dalam Daftar 5 (5) di bawah ini.
--------- 63 ----------
JB = 12 + 8 + 10 = 30
JC = 10 + 12 + 8 = 30
JD = 15 + 14 + 13 = 42
Sehingga:
Q1 = 3(47) – (32 + 40 + 40) = 29
Q2 = 3(30) – (32 + 40 + 37) = ‒19
Q3 = 3(30) – (32 + 37 + 40) = ‒19
Q4 = 3(42) – (40 + 37 + 40) = 9
Maka diperoleh :
(29)2 + (−19)2 + (−19)2 + (9)2
Py = = 68,5
(3)(4)(2)
Ey = 1.972 − 1.850,08 − 14,25 − 4,67 − 68,5 = 34,5
Jumlah 12 1.972 ―
22,83
Harga�F = = 1,99 dan ini akan memberikan hasil pengujian yang
11,5
tidak signifikan. Penggunaan jenis panen tidak mepengaruhi hasil panen.
Jenis bibit mempunyai profil masing-masing
--------- 64 ----------
BAB VI
DESAIN FAKTORIAL
--------- 65 ----------
DAFTAR VI (1)
ERJK UNTUK EKSPERIMEN FAKTORIAL a x b
(n Observasi Tiap Sel)
Model Tetap
Sumber
ERJK
Variasi
Rata-rata
Perlakuan
a
A
σϵ + nb ∑ A2i /(a − 1)
2
i=1
b
B
σ2ϵ + na ∑ Bj2 /(b − 1)
AB j=1
a b
Kekeliruan σ2ϵ + n ∑ ∑(AB)2ij /(a − 1)(b − 1)
i=1 j=1
σ2ϵ
--------- 66 ----------
ABij ~DNI(0, σ2AB )
Adapun hipotesis yang dapat diuji untuk model ini tiada lain
daripada:
H4 : σ2A = 0
H5 : σ2B = 0
H6 : σ2AB = 0
sedangkan ERJK untuk Model II dapat dilihat seperti dalam daftar
berikut:
DAFTAR VI (2)
ERJK UNTUK EKSPERIMEN FAKTORIAL a x b
(n Observasi Tiap Sel)
Model Acak
Sumber
ERJK
Variasi
Rata-rata
Perlakuan
A σ2ϵ + nσ2AB + nbσ2A
AB σ2ϵ + nσ2AB
Kekeliruan
σ2ϵ
--------- 67 ----------
2) eksperimen tersebut menggunakan sebuah sampel yang terdiri atas b
buah taraf faktor B yang telah diambil secara acak dari sebuah
populasi terdiri atas taraf-taraf faktor B.
Jadi, adanya taraf faktor A di dalam eksperimen bersifat tetap
sedangkan untuk taraf faktor B bersifat acak. Model yang demikian
dikenal dengan nama model campuran atau Model III, di mana A tetap
dan B acak.
Jelas bahwa asumsi mengenai faktor-faktornya pun merupakan
campuran pula yang bentuknya:
a a
∑ A1 = ∑ ABij = 0
i=1 i=1
Bj ~DNI(0, σ2B )
b
∑ ABij �tidak�dimisalkan�sama�dengan�nol.
j=1
Rata-rata jumlah kuadrat-kuadrat yang diharapkan (ERJK) untuk
model campuran ini ternyata seperti dalam daftar berikut:
DAFTAR VI (3)
ERJK UNTUK EKSPERIMEN FAKTORIAL a x b
n Observasi Tiap Sel
Model III (A tetap, B acak)
Sumber
ERJK
Variasi
Rata-rata
Perlakuan
a
σ2ϵ
--------- 68 ----------
dan statistik F yang digunakan (sesuai dengan arah anak panah dalam
daftar di atas), adalah:
F = A/AB untuk hipotesis H7
F = B/E untuk hipotesis H8
F = AB/E untuk hipotesis H9
Adapun daerah kritisnya masing-masing dibatasi oleh:
Fα(a – 1,(a – 1)(b – 1)) untuk hipotesis H7
Fα(b – 1, ab(n – 1)) untuk hipotesis H8
Fα((a – 1)(b – 1), ab(n – 1)) untuk hipotesis H9
∑ Bj = ∑ ABij = 0
j=1 j=1
a
∑ ABij �tidak�dimisalkan�nol.
i=1
Sedangkan hipotesis yang dapat diuji ialah:
H7′ � ∶ �� σ2A ���� = 0
H8′ � ∶ �� Bj ����� = 0�(j = 1, 2, … , b)
H9′ � ∶ �� σ2AB �� = 0
Harga F yang digunakan untuk menguji:
H7′ adalah statistik F = A/E
H8′ adalah statistik F = B/AB
H9′ adalah statistik F = AB/E
Ini semua dapat dilihat dari arah anak panah dalam kolom ERJK
yang tercantum di dalam daftar berikut:
--------- 69 ----------
DAFTAR VI (4)
ERJK UNTUK EKSPERIMEN FAKTORIAL a x b
n OBSERVASI TIAP SEL
MODEL IV (A acak, B tetap)
Sumber
ERJK
Variasi
Rata-rata
Perlakuan
A σ2ϵ + nbσ2A
b
B σ2ϵ + nσ2AB + na ∑ Bj2 /(b − 1)
j=1
AB σ2ϵ + nσ2AB
Kekeliruan
σ2ϵ
--------- 70 ----------
Contoh VI (1)
Tabel 6.1 Hasil Produksi Perlakuan 5 Jenis Bibit Kedelai Indonesia
dan Lokasi Tanam ( ton/ha )
Lokasi Jenis Bibit ( A )
Tanam Rata-
Raja Mutiara Dena Dega Jumlah
(B) Grobogan rata
Basa 1 1 1
Pakis haji 2,1 2,4 2,1 2,9 2,8
3,2 2,8 2,2 2,8 3,0
2,7 3,2 2,7 2,9 3,0
Jumlah 8 8,4 7 8,6 8,8 40,8
Rata-rata 2,7 2,8 2,3 2,9 2,9 - 2,7
Tumpang 2,2 2,7 2,2 3,0 3,2
2,9 3,7 2,5 2,9 2,9
2,4 3,5 2,4 3,4 2,8
Jumlah 7,5 9,9 7,1 9,3 8,9 42,7
Rata-rata 2,5 3,3 2,4 3,1 3,0 - 2,9
Singosari 2,4 2,7 2,1 2,8 2,8
3,4 2,8 2,5 3,4 3,0
3,2 3,5 2,3 3,2 2,9
Pengolahan data :
∑ Y2 = ( 2,1 )2 + ( 3,2 )2 +…+ ( 3,0 )2 + (2,9 )2 = 372,15
Ry = ( 132,8 )2 / 5x3x3 = 391,9
Ay = ( 40,8 )2 + ( 42,7 )2 + ( 43 )2 / 3 x 3 – 391,9 = 167,8
By = ( 24,5 )2 + ( 27,3 )2 + ( 27,3 )2 + ( 27,3 )2 + ( 26,4 )2 / 5 x 3 –
391,908 = - 305,42
Jab = 1/3 { ( 8 )2 + ( 8,4 )2 + … + ( 9,4 )2 + ( 8,7 )2 /5 – 391,908 = -32,21
ABy = ( - 32,1 ) – 167,8 – ( - 305,42 ) = 105,52
Ey = 372,15 – 391,9 – 167,8 – ( -305,42 ) – ( 105,52 ) = 12,7
--------- 71 ----------
Analisa data :
Untuk model acak, maka nilai F hitung ( sampel )/ perlakuan diperoleh
dengan rumus : A = A/AB ; B = B/AB ; AB = AB/E
Dan untuk nilai F tabel ( populasi ) dengan tingkat kepercayaan 95%,
dari tabel F diperoleh :
F0,05 Varietas ( 4, 30 ) = 2,69
F0,05 Lokasi tanam ( 2, 30 ) = 3,32
F0,05 Interaksi ( 2, 30 ) = 3,32
Tabel 6.2 Analisa Varians 5 Jenis Bibit Kedelai Indonesia dan 3 Lokasi
Tanam
Sumber Variasi Derajat Jumlah Rata-rata jumlah F hitung
kebebasan kuadrat- kuadrat-kuadrat
(dk) kuadrat ( RJK )
(JK)
Rata-rata 1 391,9 391,9
PERLAKUAN :
- Varietas 4 167,8 41,95
-Lokasi tanam 2 - 305,42 -152,7 0,79
Interaksi 2 105,52 52,76 -2,89
Kekeliruan 30 12,7 0,42 125,61
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa F hitung < F tabel, maka hipotesa
diterima, artinya tidak ada pengaruh hasil produksi karena varietas, begitu
juga untuk lokasi tanam. F hitung > F tabel, maka hipotesa ditolak,
artinya ada pengaruh hasil produksi karena interaksi antara varietas dan
lokasi tanam. Hal ini sesuai dengan kenyataanya bahwa masing-masing
jenis bibit mempunyai profil masing – masing yang telah ditemukan oleh
pemulianya yang ditanam di lokasi pemuliaan. Begitu juga untuk
interaksi terbukti, ada perbedaan jumlah hasil produksi di masing-masing
lokasi tanam, karena terjadi interaksi antara jenis bibit dengan lokasi
tanam Dari hasil penelitian terbukti bahwa kedelai dapat tumbuh dan
menghasilkan dengan jumlah yang tinggi sesuai dengan profil walaupun
di tanam di lokasi lain, ini menjadi novelty peneliti. Selama ini petani
khawatir tidak tumbuh apalagi menghasilkan.
--------- 72 ----------
3,5
Produksi Rata-rata 3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Raja Basa Mutira 1 Dena 1 Dega 1 Grobogan
Jenis Bibit
--------- 73 ----------
KESIMPULAN
1. Penggunaan jenis bibit kedelai Indonesia tidak berpengaruh
terhadap hasil produksi yang diperoleh. Masing-masing varietas
mempunyai profil masing-masing.
2. Lokasi tanam tidak berpengaruh terhadap hasil produksi yang
diperoleh.
3. Interaksi antara jenis bibit dan lokasi tanam sangat berpengaruh
terhadap hasil produksi yang diperoleh.
4. Hasil produksi rata-rata sebesar 2,9 ton/ha untuk lokasi
Tumpang dan Sngosari sedangkan untuk pakis haji 2,7 ton/ha.
5. Jenis Bibit Mutiara1 dan Dega 1 menghasilkan produksi yang
paling tinggi baik di lokasi Pakishaji, Tumpang maupun
Singosari yaitu rata-rata sebesar 3,0 ton/ha sedangkan untuk raja
basa 2.7 ton/ha, Dena1 2,3 ton/ha dan Grobogan 2,9 ton/ha
6. Novelty dari penelitian ini adalah jenis bibit kedelai produksi
dalam negeri dapat ditanam di berbagai lokasi dan di berbagai
waktu. Juga menghasilkan produksi yang tinggi sesuai dengan
profilnya masing-masing.
--------- 74 ----------
Contoh VI (2) :
Dari hasil eksperimen, diperoleh hasil produksi sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Produksi Perlakuan 5 Varietas Kedelai Indonesia
dan 3 Waktu Tanam ( Ton/ha )
Waktu Varietas ( A )
Tanam Rata-
Raja Mutiara Dena Dega Jumlah
(B) Grobogan rata
Basa 1 1 1
Januari 2,2 2,7 2,2 3,0 3,2
2,9 3,7 2,5 2,9 2,9
2,4 3,5 2,4 3,4 2,8
Jumlah 7,5 9,9 7,1 9,3 8,9 42,7
Rata-rata 2,5 3,3 2,4 3,1 3,0 - 2,9
February 2,4 2,7 2,1 2,8 2,8
3,4 2,8 2,5 3,4 3,0
3,2 3,5 2,3 3,2 2,9
Jumlah 9 9 6,9 9,4 8,7 43
Rata-rata 3 3 2,3 3,1 2,9 - 2,9
Maret 2,1 2,4 2,1 2,9 2,8
3,2 2,8 2,2 2,8 3,0
2,7 3,2 2,7 2,9 3,0
Hipotesa : Varians: ( σ2 A ) = 0; ( σ2 B )= 0; ( σ2 AB )= 0
Tidak ada perbedaan hasil produksi dari penggunaan macam jenis bibit
dan waktu tanam serta interaksi penggunaan jenis bibit dan waktu tanam
--------- 75 ----------
ABy = - 32,1 –167,8 – ( - 305,42 ) = 105,52
B = B/AB
AB = AB/E
F hitung < F tabel, maka hipotesa diterima, artinya tidak ada pengaruh
hasil produksi karena Varietas kedelai Indonesia, begitu juga untuk
Waktu Tanam. Untuk Interkasi, F hitung > F tabel, maka hipotesa
ditolak, artinya ada pengaruh hasil produksi karena interaksi antara
--------- 76 ----------
Varietas kedelai Indonesia dan Waktu Tanam. .
3,5
RATA-RATA PRODUKSI (ton/ha)
3
2,5
JANUA
2 RI
1,5 FEBUAR
I
1
0,5
0
VARIETAS
Kesimpulan :
--------- 77 ----------
1. Varietas kedelai Indonesia tidak mempengaruhi hasil produksi
yang diperoleh.
2. WaktuTanam tidak mempengaruhi hasil produksi yang diperoleh.
3. Interkasi antara varietas dan waktu tanam sangat mempengaruhi
hasil produksi yang diperoleh.
4. Waktu Tanam bulan Februari menghasilkan produksi yang paling
tinggi yaitu 43 ton/ha sedangkan bulan januari dan maret masing-
masing menghasilkan produksi 42,7 ton/ha dan 40,8 ton/ha.
Variety ( A )
Plan- Amount Ave-
ti ng time (B) rage
Raja Basa Mutiara 1 Dena 1 Dega 1 Grobogan
1. HYPOTHESIS
--------- 78 ----------
There is no difference in the use of seed type, planting time
and interaction of seed type and planting time toward
production results.
: Varians: (σ2A) = 0; (σ2 B)= 0; (σ2 AB) = 0
(There are no different variant for varieties, planting
time and interaction A and B to production results)
2. DATA PROCESSING
--------- 79 ----------
Analysis of Variety and Planting Time of Indonesian Soybean
towards the Production Result to Meet the Demand
3. DATA ANALYSIS
For the random model, F value (sample) / treatment is obtained by
the following formula:
: A = A/AB ; B = B/AB ; AB = AB/E
------- 80 ------
Figure 1 Average production of 3 planting time
From Figure 1 it can be seen that April reach the highest
average production of 43 tons/ha, while March and May each produced
average production of 42.7 tons/ha and 40.8 tons / ha.
4. DISCUSSION
Table 2 showed that F calculation <F table, therefore the
hypothesis is accepted. There is no effect to production result
because of variety, same goes to planting location. F calculation>
F table, then the hypothesis is rejected, meaning there is influence
of production result because of the interaction between variety
and plant location. This corresponds to the fact that each type of
seed has its own profile which has been discovered by its breeder
planted at the breeding site in the usual planting time of soybean
farmers. For the interactions, it is proven that there is a difference
in the amount of production in each planting time. The results of
the research proved that soybeans can grow and can be productive
if planted in other locations as well when planted in different
month than usual, for instance June or July in Jember and
November or December in Banyuwangi (Nelly, 2016), this is
------- 81 ------
being the novelty of the researcher because previous farmers
worried about their soybean for not growing or producing.
5. CONCLUSION
1. Indonesian soybean varieties do not affect the results of
production obtained.
2. Planting time does not affect the results of production obtained.
3. The interaction between varieties and planting times
greatly affects the production results obtained.
4. Planting time in May produced the highest production of
2.7 tons/ha, while March and April each produce 2.5
tons/ha
5. In March, the Mutiara1 variety produced the highest
average production of 3.3 tons/ha, in April the Dega 1
variety was 3.1 tons / ha and in May the Dega 1 and
Grobogan varieties were 2 , 9 tons/ha
6. Each variety has its own profile.
------- 82 ------
ϵℓ(ijk) = efek sebenarnya daripada unit eksperimen ke-ℓ
dikarenakan oleh kombinasi perlakuan (ijk).
Seperti biasanya diasumsikan ϵℓ(ijk) ~DNI(0, σ2ϵ )
Untuk keperluan ANAVA, maka jumlah kuadrat-kuadrat ΣY2 dan
Ry dihitung serupa seperti dalam hal untuk dua faktor, ialah:
a b c n
2 2
∑ Y = ∑ ∑ ∑ ∑ Yijkℓ
i=1 j=1 k=1 ℓ=1
2
a b c n
2
dan�R y = (∑ ∑ ∑ ∑ Yijkℓ ) ⁄(abcn)
i=1 j=1 k=1 ℓ=1
Jumlah kuadrat-kuadrat lainnya yang diperlukan akan mudah dapat
dihitung apabila data hasil observasi dipecah dan disusun dalam beberapa
buah daftar, ialah: daftar a x b x c, daftar a x b, daftar a x c dan daftar b x
c.
Dari daftar-daftar itu dapat dihitung:
Jabc = jumlah kuadrat-kuadrat antara sel untuk daftar a x b x c
a b c
2
= �� ∑ ∑ ∑(Jijk ⁄n) − R y
i=1 j=1 k=1
dengan Jijk = elemen dalam sel (ijk) dari daftar a x b x c
n
= � ∑ Yijkℓ
ℓ=1
Jab = jumlah kuadrat-kuadrat antara sel untuk daftar a x b
a b
= � ∑ ∑(Jij2 ⁄cn) − R y
i=1 j=1
Jac = jumlah kuadrat-kuadrat antara sel untuk daftar a x c
a c
2
= � ∑ ∑(Jik ⁄bn) − R y
i=1 j=1
dengan Jik = elemen dalam sel (ik) dari daftar a x c
a n a
= � ∑ ∑ Yijkℓ = ∑ Jijk
i=1 ℓ=1 i=1
------- 83 ------
a
= � ∑ ∑ ∑ Yijkℓ = ∑ ∑ Jijk
j=1 k=1 ℓ=1 j=1 k=1
dengan Jij = elemen dalam sel (ij) dari daftar a x b
c n c
= � ∑ ∑ Yijkℓ = ∑ Jijk
k=1 ℓ=1 k=1
b c
= � ∑ Jij = ∑ Jik
j=1 k=1
b
= � ∑ ∑ ∑ Yijkℓ = ∑ ∑ Jijk
i=1 k=1 ℓ=1 i=1 k=1
a c
= � ∑ Jij = ∑ Jjk
i=1 k=1
c
= � ∑ ∑ ∑ Yijkℓ = ∑ ∑ Jijk
i=1 j=1 ℓ=1 i=1 j=1
a b
= � ∑ Jik = ∑ Jjk
i=1 j=1
ABy = Jab – Ay – By
ACy = Jac – Ay – Cy
------- 84 ------
BCy = Jbc – By – Cy
ABCy = Jabc – Ay –By – Cy – ABy – ACy – BCy
Ey = Σ Y2 – Ry –Ay – By – Cy – ABy – ACy – BCy – ABCy
Daftar ANAVA untuk model desain ini, dengan satuan-satuan
yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai berikut:
DAFTAR VI (5)
ANAVA DESAIN EKSPERIMEN FAKTORIAL a x b x c
N OBSERVASI TIAP SEL
DESAIN ACAK SEMPURNA
Sumber Variasi dk JK RJK F
Rata-rata 1 Ry R
Perlakuan
A a–1 Ay A
B b–1 By B Ditentu
C c–1 Cy C kan
AB (a – 1)(b – 1) ABy AB oleh
sifat
AC (a – 1)(c – 1) ACy AC faktor
BC (b – 1)(c – 1) BCy BC
ABC (a – 1)(b – 1)(c – 1) ABCy ABC
Kekeliruan abc(n-1) Ey E
Jumlah abcn Σ Y2 ―
------- 85 ------
a dan b tetap, c acak
a dan c tetap, b acak
b dan c tetap, a acak
Model III
a tetap, b dan c acak
b tetap, a dan c acak
c tetap, a dan b acak
= ∑ ABCijk = 0
k=1
Hipotesis yang dapat diuji untuk model ini ialah: tidak terdapat
efek faktor-faktor dan tidak terdapat efek interaksi antara faktor-faktor.
Dalam bentuk perumusan menjadi:
H1 : Ai = 0, (i = 1, 2, ..., a)
H2 : Bj = 0, (j = 1, 2, ..., b)
H3 : Ck = 0, (k = 1, 2, ..., c)
H4 : ABij = 0, (i = 1, 2, ..., a dan j = 1, 2, ..., b)
------- 86 ------
H5 : ACik = 0, (i = 1, 2, ..., a dan k = 1, 2, ..., c)
H6 : BCjk = 0, (j = 1, 2, ..., b dan k = 1, 2, ..., c)
H7 : ABCijk = 0, (i = 1, 2, ..., a; j = 1, 2, ..., b dan
k = 1, 2, ..., c)
Dengan menggunakan ERJK, yang tidak diberikan di sini, harga-
harga F untuk pengujian hipotesis-hipotesis di atas adalah:
------- 87 ------
Apabila ERJK untuk model ini disusun dan digunakan untuk
menentukan harga-harga F, maka semua hipotesis di atas dapat diuji
dengan menggunakan:
F = AB/ABC untuk H4
F = AC/ABC untuk H5
F = BC/ABC untuk H6
F = ABC/E untuk H7
sedangkan untuk H1, H2, dan H3 tidak ada uji eksak yang dapat
digunakan.
Derajat kebebasan pembilang dan derajat kebebasan penyebut
distribusi F untuk menentukan daerah kritis, masing-masing sama dengan
dk pembilang dan dk penyebut tiap perlakuan yang terdapat di dalam
rasio F yang dihitung.
= ∑ ABCijk = ∑ ABCijk = 0
i=1 j=1
dengan������Ck ~DNI�(0, σ2c )
c c c
------- 88 ------
a dan c tetap, b acak,
b dan c tetap, a acak.
Asumsi untuk masing-masing kedua model terakhir ini bisa
diperoleh dari asumsi di atas dengan jalan mempertukarkan hurf-huruf
faktor yang diperlukan. Nampak bahwa semua pengujian ada dan dapat
dilakukan secara eksak.
DAFTAR VI (6)
RASIO F UNTUK EKSPERIMEN FAKTORIAL a x b x c
MODEL III (DUA FAKTOR TETAP, SATU FAKTOR ACAK)
Rasio F Untuk
Sumber Variasi
a dan b tetap a dan c tetap b dan c tetap
c acak b acak a acak
Rata-rata ‒ ‒ ‒
Perlakuan
A A/AC A/AB A/E
B B/BC B/E B/AB
C C/E C/BC C/AC
AB AB/ABC AB/E AB/E
AC AC/E AC/ABC AC/E
BC BC/E BC/E BC/ABC
ABC ABC/E ABC/E ABC/E
Kekeliruan ‒ ‒ ‒
------- 89 ------
��Bj ~DNI�(0, σ2B )
��Ck ~DNI�(0, σ2C )���dan���BCjk ~DNI�(0, σ2BC );
b c b c
DAFTAR VI (7)
Rasio F Untuk Eksperimen Faktorial a x b x c
MODEL III
(SATU FAKTOR TETAP, DUA FAKTOR ACAK)
Rasio F Untuk
Sumber
Variasi a tetap b tetap c tetap
b dan c acak a dan c acak a dan b acak
Rata-rata ‒ ‒ ‒
Perlakuan
A tak ada uji eksak A/AC A/AB
B B/BC tak ada uji eksak B/AB
C C/BC C/AC tak ada uji eksak
AB AB/ABC AB/ABC AB/E
AC AC/ABC AC/E AC/ABC
BC BC/E BC/ABC BC/ABC
ABC ABC/E ABC/E ABC/E
Kekeliruan ‒ ‒ ‒
------- 90 ------
Contoh VI (3):
Tabel 1 Hasil Produksi Perlakuan 3 Varietas Kedelai Indonesia, 2 Lokasi
Tanam dan 3 waktu tanam ( Ton/ha )
DENA 1 (A1) DEGA 1 (A2) GROBOGAN (A3)
Tumpang Singosari Tumpang Singosari Tumpang Singosari
(B1) (B2) (B1) (B2) (B1) (B2)
2.2 2.7 3 2.8 3.2 2.8
2.5 2.5 2.9 3.4 2.9 3
JANUARI C1 2.4 2.3 3.4 3.2 2.8 2.9
JUMLAH 7.1 7.5 9.3 9.4 8.9 8.7
2.1 2.7 2.8 3 2.8 3.2
2.4 2.4 2.8 3.4 2.8 2.9
FEBUARI C2 2.3 2.6 2.9 3.3 3 3.1
JUMLAH 6.8 7.7 8.5 9.7 8.6 9.2
2.2 2.3 3.4 3 3.2 3.2
2.4 2.5 3.2 2.9 3 2.9
MARET C3 2.5 2.4 3.9 3.4 2.4 2.8
JUMLAH 7.1 7.1 9.5 9.3 9.1 8.9
TOTAL 21 22.2 27.3 28.4 26.6 26.8
Tabel axbxc
DENA 1 DEGA 1 GROBOGAN
Tumpang Singosari Tumpang Singosari Tumpang Singosari
JANUARI 7.1 7.5 9.3 9.4 8.9 8.7
FEBUARI 6.8 7.7 8.5 9.7 8.6 9.2
MARET 7.1 7 9.5 9.3 9.1 8.4
------- 91 ------
Tabel axb
Dena1 Dega1 Grobogan Jumlah
Tabel axc
Dena1 Dega1 Grobogan Jumlah
Jumlah 152,3
Tabel bxc
Tumpang Singosari Jumlah
------- 92 ------
Hipotesa :
Varians: ( σ2 A ) = 0; ( σ2 B )= 0; ( σ2 C )= 0
( σ2 AB )= 0; ( σ2 AC )= 0; ( σ2 BC )= 0; ( σ2 ABC )= 0
= - 299,84
------- 93 ------
Ey = ∑ Y2 – Ry - Ay – By – Cy – ABy – ACy – BCy – ABCy
( - 299,84 ) = 274,7
Untuk Model Tetap, Semua nilai F hitung diperoleh dari nilai RJK
masing-masing perlakuan dibagi dengan nilai RJK kekeliruan. Untuk
Model Acak , hanya interaksinya yang bisa diperoleh F hitungnya, yaitu :
PERLAKUAN :
Jenis Bibit
(A) 2 4,92 2,46 0,32
Lokasi Tanam
(B) 1 0,12 0,12 0,01
Waktu Tanam
(C) 2 -3,49 -1,75 -0,23
Interaksi: AB
AC 2 6,7 3,35 0,44 -0,04
BC 4 3,56 0,89 0,12 -0,01
ABC 2 3,79 1,9 0,25 -0,02
4 -299,84 -74,96 -9,86 -9,86
Kekeliruan
36 274,7 7,6
------- 94 ------
F0,05 Jenis Bibit ( A ): ( 2, 36 ) = 3,26
F hitung < F tabel, hipotesa diterima, artinya tidak ada pengaruh. F hitung
> F tabel, hipotesa ditolak, artinya ada pengaruh. Dari Tabel Anava
terlihat bahwa semua nilai F hitung < F tabel , maka dapat disimpulkan
bahwa Jenis Bibit, Lokasi tanam dan Waktu tanam tidak berpengaruh
terhadap hasil produksi begitu juga untuk interaksi antara Jenis Bibit dan
Lokasi Tanam, Jenis Bibit dan Waktu Tanam, Serta interaksi antara
Jenis Bibit,Lokasi Tanam dan Waktu Tanam tidak berpengaruh terhadap
hasil produksi, baik untuk Model Tetap dan Model Acak
3,5
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
2,5
1,5
0,5
0
JANUARI FEBUARI MARET
------- 95 ------
Terlihat pada gambar 1, Jenis Bibit Grobogan menghasilkan produksi
yang lebih tinggi dan stabil di Kecamatan Tumpang
3,5
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
JANUARI FEBUARI MARET
------- 96 ------
Terlihat pada gambar 2, Jenis Bibit Dega 1 menghasilkan produksi yang
lebih tinggi dan stabil di Kecamatan Singosari.
20
18
16
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
14
12
10
0
JANUARI FEBUARI MARET
------- 97 ------
27
26.5
Rata-rata Produksi (Ton/Ha)
26
25.5
25
24.5
24
23.5
23
22.5
JANUARI FEBUARI MARET
------- 98 ------
6. Sebaiknya interakasi perlakuan cukup dilakukan untuk 2 faktor
sedangkan untuk 3 faktor atau lebih seluruhnya digabungkan
dengan kekeliruan.
7. Jenis Bibit Grobogan menghasilkan produksi yang lebih tinggi (
Rata-rata 3,1 ton/ha ) di Lokasi Tanam Tumpang
8. Jenis Bibit Dega1 menghasilkan produksi yang lebih tinggi (
Rata-rata 3,1 ton/ha ) di Lokasi Tanam Singosari
9. Jenis Bibit Dega1 menghasilkan produksi yang lebih tinggi (
Rata-rata 18,6 ton/ha ) di pada ke 3 waktu tanam
10. Lokasi Tanam di Kecamatan Singosari menghasilkan produksi
yang lebih tinggi yaitu 77, 4 ton/ha dibandingkan di Kecamatan
Tumpang yaitu 74,9 ton/ha.
11. Di Kecamatan Tumpang produksi yang tinggi terjadi pada waktu
tanam bulan Maret, ( 25,7 ton/ha ) dan di Kecamatan Singosari
terjadi pada waktu tanam bulan Februari ( 26,6 ton/ha )
------- 99 ------
BAB VII
FAKTOR DENGAN TARAF
KUALITATIF DAN KUANTITATIF
7.1. PENDAHULUAN
Telah kita pelajari beberapa macam desain disertai cara analisisnya
baik yang menyangkut sebuah faktor ataupun lebih. Faktor yang terlibat,
umumnya terdiri atas beberapa buah taraf, yang mungkin berbentuk
kuantitaitif atau kualitatif. Faktor waktu misalnya, jika eksperimen
dilakukan pada 5 menit, 10 menit, dan 15 menit, maka kita berhadapan
dengan taraf kuantitatif. Apabila waktu itu dinyatakan dengan cepat,
sedang, dan lama misalnya, maka taraf faktor temperatur berbentuk
kualitatif. Waktu tanam misal Januari, Februari dan Maret juga
merupakan faktor dengan taraf kualitatif.
Di dalam bab ini, cara analisis yang menyangkut faktor-faktor
dengan taraf-taraf kuantitatif dan/atau kualitatif akan dibahas. Akan
tetapi sebelumnya perlu diuraikan dahulu mengenai regresi lengkung dan
polinomial ortogonal yang akan digunakan kemudian.
22 26 30 35 38 37
Berat 23 28 31 34 36 40
endapan 20 29 29 34 34 38
dan ANAVA seperti dicantumkan dalam Daftar III (3), Bab III, kita
peroleh daftar berikut.
Tabel 7 (2) Anava untuk Data Dalam tabel 7 (1)
Sumber
dk JK RJK F
Variasi
Rata-rata 1 17.672 17.672
Waktu 54,88
5 565,3 113,06
Kekeliruan
12 24,7 2,07
Jumlah 18 18.262 ― ―
Endapan
40 .
.
30 . .
. . .
20 . . . .
10 . . .
. .
0 .
5 8 11 14 17 20 waktu
Gambar 7 (1)
Memperhatikan letak titik-titik dalam gambar di atas, adanya
hubungan linier sudah dapat diduga. Model linier untuk sampel yang
merupakan taksiran daripada model linier untuk populasi, adalah:
Yx = bo + b1Xj……… VII (2)
dengan Yx = harga ramalan Y apabila harga X diketahui
bo = potongan pada sumbu vertikal oleh karena garis
regresi
b1 = koefisien arah garis regresi
Jumlah 17 590,0 ―
544,00
Harga F untuk regresi linier = = 264,08
2,06
5,33
dan harga F untuk penyimpangan = 2,06 = 2,59
Nampak bahwa efek linier sangat berarti sedangkan penyimpangan dari
regresi linier sama sekali tidak berarti. Karenanya model non-linier
(lengkung) tidak diperlukan.
Jika diperoleh uji penyimpangan yang signifikan, maka regresi
lengkung harus dicari.
Beberapa hasil statistik dari ANAVA untuk regresi linier yang
dapat dikemukakan adalah:
1) Koefisien korelasi Perason, dinyatakan dengan r, merupakan akar
daripada bagian JK yang dimiliki oleh regresi linier. Untuk ANAVA
di atas, maka:
544,0
r2 = = 0,9220�atau�r = 0,96
590,0
suatu korelasi sangat tinggi yang dapat dijelaskan melalui regresi
linier. Maka bentuk regresi lengkung tidak diperlukan.
2) Kekeliruan baku taksiran, dinyatakan dengan sy.x, merupakan akar
daripada RJK yang didapat apabila JK penyimpangan dari regresi
linier digabungkan dengan JK kekeliruan. JK yang dihasilkan dari
penjumlahan ini dinamakan JK kekeliruan taksiran. Untuk contoh
kita, maka:
JK (kekeliruan taksiran) = 21,3 + 24,7 = 46,0
dengan dk = 4 + 12 = 16
∑ ∑ Yij = bo n ∑ X j + b1 r ∑ X j + b2 r ∑ X j2
X j3
∑ ∑ X j Yij = bo r ∑ X j + b1 r ∑ X j2 + b2 r ∑
∑ ∑ X j2 Yij = bo r ∑ X j2 + b1 r ∑ X j3 + b2 r ∑ X j4
… … … … �VII�(7)�������
………..�VII�(8)������
dengan b1′ ,
b′o , dan b′2 berasal dari model
Yx = b′o + b1′ uj + b′2 u2j ……..�VII�(9)
Dengan jalan mengganti kembali uj dan Xj akan diperoleh model
kuadratik dalam Xj dengan Persamaan VII (6).
Pengembangan 10 18 25 27 23
(%) 8 16 20 26 20
9 16 24 25 18
10 15 23 29 20
%
.
30 . .
. .
20 . .
. . .
10
. .
. .
0 .
.
.
20 25 30 35 40 °C
Gambar 7 (2)
Jika regresi kuadratik akan kita tentukan, maka sebaiknya kita
gunakan Rumus VII (8) karena taraf-taraf untuk faktor tempertaur (X)
Jumlah 19 763,8 ‒
ΣΣYij ξi
Ai = ...................�VII�(13)
ΣΣξ2i
ξo = 1
ξ1 = λ1 u
k2 − 1
ξ2 = λ2 (u2 − )
12
3k 2 − 7
ξ3 = λ3 {u3 − u( )}
20
u2 3
ξ4 = λ4 {u4 − (3k 2 − 13) + (k 2 − 1)(k 2 − 9)}
14 560
5u3 2 u
ξ5 = λ5 {u5 − (k − 7) + (15k 4 − 230k 2 + 470)}
18 108
Jumlah 19 763,8 ‒
0 5 10 18
20 98 81 100
FAKTOR A
5 30 128 44 84
29 67 77 63
26 35 53 90
10 16 80 93 103
22 29 59 98
31 68 87 113
20 38 74 116 86
21 47 90 81
Sumber: Sudjana, Desain dan Analisis Eksperimen, 2017 (dimodif)
Tabel 7 (14) Data yang diperlukan untuk anava dari tabel 7 (12)
FAKTOR B
FAKTOR A Jojo
0 5 10 15
(B1) (B2) (B3) (B4)
20 98 81 100
5 30 128 44 84
(A1) 29 67 77 63
(79) (293) (202) (247) 821
26 35 53 90
10 16 80 93 103
(A2) 22 29 59 89
(64) (144) (205) (291) 704
17 68 103 80
15 18 49 59 91
(A3) 11 61 128 77
(46) (178) (289) (248) 761
20 31 68 87 133
(A4) 38 74 116 86
852
21 47 90 81
= 254.656
R y ������� = (3.138)2 /(48) = 205.146,75
Ay ������� = JK�(faktor�A)
(821)2 + (704)2 + (761)2 + (852)2
= − 205.146,75
12
= 1.076,75
By ������� = JK�(faktor�B)
(279)2 + (804)2 + (989)2 + (1.066)2
= − 205.146,75
12
= 31.414,42
1
Jab ������� = {(79)2 + (64)2 + ⋯ + (248)2 + (280)2 } − 205.146,75
3
= 38.965,25
ABy ���� = JK�(interaksi�antara�A�dan�B)
= 38.965,25 − 1.076,75 − 31.414,42
= 6.474,08
Ey ������� = 254.656 − 205.146,75 − 107,5 − 31.414,42 − 6.474,08
= 10.544,00
Skala Faktor
Polinomial Ʃξ2i λ
1 2 3 4
linier ‒3 ‒1 1 3 20 2
kuadratik 1 ‒1 ‒1 1 4 1
kubik ‒1 3 ‒3 1 20 10/3
AL x BL AL x BD AL x BT
AD x BL AD x BD AD x BT
AT x BL AT x BD AT x BT
Seluruhnya ada 9 komponen yang masing-masing memiliki dk = 1.
Marilah sekarang kita hitung jumlah kuadrat-kuadrat (JK) tiap-tiap
komponen.
9 3 ‒3 ‒9
‒3
79 293 202 247
3 1 ‒1 ‒3
‒3
64 144 205 291
‒3 ‒1 1 3
‒3
46 178 289 248
‒9 ‒3 3 9
‒3
90 189 293 280
Tiap sel dalam badan daftar berisikan dua bilangan. Di sudut kiri
atas merupakan hasil kali koefisien ortogonal yang terdapat di sebelah
kiri dan atas sel yang bersangkutan. Bilangan yang di sudut kanan bawah
tiada lain daripada jumlah nilai respon dalam tiap sel kombinasi yang di
dalam Daftar VII (13) telah dicantumkan di antara tanda kurung. Jika
kedua bilangan tersebut dikalikan kemudian dijumlahkan, kita peroleh
kontras:
AL x BL = 9(79) + 3(64) ‒ 3(46) ‒ 9(90) + 3(29) + 1(44) ‒ 1(178) ‒
3(189) ‒ 3(202) ‒ 1(205) + 1(289) +3(293) ‒ 9(247) ‒
3(291) +3(248) + 9(280)
= 758
(758)2
JK(AL x�BL ) =
3(92 + 32 + (−3)2 + � … + � 32 + 92 )
�= 478,80
Perhitungan JK (𝐀�耼�𝐱 𝐁𝐋 ):
Bentuk daftar seperti di atas, hanya sekarang koefisien ortogonal
bentuk linier untuk faktor B harus diganti oleh koefisien ortogonal
bentuk kuadratik, ialah: 1, ‒1, ‒1, 1. Koefisien untuk faktor A masih
‒3 3 3 ‒3
‒3
79 293 202 247
‒1 1 1 ‒1
‒1
64 144 205 291
1 ‒1 ‒1 1
1
46 178 289 248
3 ‒3 ‒3 3
3
90 189 293 280
Perhitungan JK (𝐀 𝐋 𝐱�𝐁𝐓 ):
Dalam daftar seperti di atas, koefisien ortogonal untuk B diganti
dengan koefisien kubik, ialah: ‒1, 3, ‒3, 1. Karena jumlah nilai
pengamatan dalam tiap sel selalu sama seperti dengan yang sudah-sudah,
untuk menyingkat penulisan, tidak lagi jumlah-jumlah tersebut
dicantumkan di dalam daftar. Jadi untuk selanjutnya daftar yang dibuat
hanyalah berisikan koefisien-koefisien kontras.
‒3 3 ‒9 9 ‒3
Jumlah kuadrat-kuadrat
‒1 3 ‒3 3 ‒1 koefisien kontras = 400
1 ‒1 3 ‒3 1
3 ‒3 9 ‒9 3
Nilai kontras AL x BT = 3(79)) + 1(64) + ... + 1(248) + 3(280)
= 1.864
(−1.864)2
JK�(AL x�BT ) = = 2.895,41
3�x�400
1 ‒3 ‒1 1 3
Jumlah kuadrat-kuadrat
‒1 3 1 ‒1 ‒3 koefisien kontras = 80
‒1 3 1 ‒1 ‒3
1 ‒3 ‒1 1 3
1 1 ‒1 ‒1 1
Jumlah kuadrat-kuadrat
‒1 ‒1 1 1 ‒1 koefisien kontras = 16
‒1 ‒1 1 1 ‒1
1 1 ‒1 ‒1 1
1 ‒1 3 ‒3 +1
Jumlah kuadrat-kuadrat
‒1 1 ‒3 3 ‒1 koefisien kontras = 80
‒1 1 ‒3 3 ‒1
1 ‒1 3 ‒3 +1
‒1 3 1 ‒1 ‒3
Jumlah kuadrat-kuadrat
3 ‒9 ‒3 3 9 koefisien kontras = 400
‒3 9 3 ‒3 ‒9
1 3 ‒1 1 3
‒1 ‒1 1 1 ‒1
Jumlah kuadrat-kuadrat
3 3 ‒3 ‒3 3 koefisien kontras = 80
‒3 ‒3 3 3 ‒3
1 1 ‒1 ‒1 1
‒1 1 ‒3 ‒3 ‒1
Jumlah kuadrat-kuadrat
3 ‒3 9 ‒9 3 koefisien kontras = 400
‒3 3 ‒9 9 ‒3
1 ‒1 3 ‒3 1
1.076,75
Faktor A 3
A lin 1 93,75 93,75 0,28
A kuad 1 901,33 901,33 2,74
A kub 1 81,67 81,67 0,25
31.414,42
Faktor B 3
B lin 1 27.008,82 27.008,82 81,97
B kuad 1 4.181,33 4.181,33 12,69
B kub 1 224,27 224,27 0,68
6.474,08
Interaksi AxB 9
AL x B L 1 478,80 478,80 1,45
AL x B D 1 0,27 0,27 0,00
AL x B T 1 2.895,41 2.895,41 8,79
AD x BL 1 576,60 576,60 1,75
AD x BD 1 270,75 270,75 0,82
AD x BT 1 686,82 686,82 2,08
AT x BL 1 94,08 94,08 0,29
AT x BD 1 1.470,15 1.470,15 4,46
AT x BT 1 1,20 1,20 0,00
Kekeliruan 32 329,50
10.544,00
Jumlah 47 49.509,25