0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan53 halaman

Status Gizi Perbaikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu data yang menunjukkan perlunya dilaksanakan SDIDTK

agar terhindar dari kasus kurangnya gizi pada anak. Word Health

Organization (WHO) melaporkan Masa depan suatu bangsa tergantung pada

keberhasilan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan, terutama periode sejak janin dalam

kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan periode yang sangat

penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini merupakan

kesempatan emas sekaligus masa-masa yang rentan terhadap pengaruh

negatif. Nutrisi yang baik dan cukup, status kesehatan yang baik, pengasuhan

yang benar, dan stimulasi yang tepat pada periode ini akan membantu anak

untuk tumbuh sehat dan mampu mencapai kemampuan optimalnya sehingga

dapat berkontribusi lebih baik dalam masyarakat (WHO & Worldbank,

2010).

Dari data profil kesehatan Indonesia 2018, pada tahun 2010 terdapat

17,9% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi

kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Sebesar 5,8% balita dengan status gizi

lebih. Dibandingkan tahun 2007, terjadi penurunan kekurangan gizi balita

pada tahun 2010 dari 18,4% menjadi 17,9%. Target SDGs (Sustainable

1
2

Development Goal’s) yang harus dicapai pada tahun 2015 untuk indikator ini

sebesar 15,5% (Kemenkes RI, 2018).

Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Pada masa

ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya, sehingga kelainan atau penyimpangan sekecil

apapun apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan

mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Kemenkes RI,

2016).

Status gizi yaitu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Status gizi

dikatakan baik bila terdapat keseimbangan dan keserasian antara

perkembangan fisik dan perkembangan mental. Status gizi optimal tercapai

bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Status gizi seseorang dalam suatu

masa bukan saja ditentukan konsumsi zat gizi pada saat itu saja, tetapi lebih

banyak ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh

sebelum masa itu. Ini berarti konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi andil

terhadap status gizi masa dewasa (Afifah, Choirul Anna Nur, 2022).

Peranan gizi pada tumbuh kembang anak terutama dalam kaitannya

dengan lingkungan anak sejak dalam kandungan hingga masa remaja. Pola

makan dan kualitas makanan khususnya di negara tropis seperti Indonesia ini

merupakan tantangan tersendiri yang perlu diteliti secara mendalam; terutama


3

kaitannya dengan kualitas gizi untuk tumbuh kembang atau siklus kehidupan

generasi baru Indonesia di masa mendatang (Adriani, 2016).

Apabila batita mengalami kekurangan gizi akan berdampak pada

keterbatasan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, peradangan kulit dan

akhirnya dapat menghambat perkembangan anak meliputi kognitif, motorik,

bahasa, dan keterampilannya dibandingkan dengan batita yang memiliki

status gizi baik (Dewan Guru Besar IPB, 2018).

Investasi sumber daya manusia memerlukan waktu yang panjang sejak

manusia di dalam kandungan hingga masa anak-anak. Usia 0-24 bulan

merupakan masa emas di mana proses untuk menghasilkan sumber daya yang

unggul dimulai. Pemenuhan kebutuhan gizi sesuai dengan kebutuhan anak

ditunjang dengan stimulasi perkembangan yang tepat merupakan langkah

awal mencetak manusia-manusia masa depan yang unggul (Rohayati, 2022).

Pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan zat gizi agar proses

pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan baik. Zat-zat gizi yang

dikonsumi batita akan berpengaruh pada status gizi batita. Perbedaan status

gizi batita memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak,

dimana gizi seimbang yang dikonsumsi tidak terpenuhi untuk pencapaian

pertumbuhan dan perkembangan anak (perkembangan motorik) yang baik

pada masa batita maka akan terhambat (Dewan Guru Besar IPB, 2018).

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak,

dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek motorik, emosi, kognitif, dan

psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya). Salah satu


4

perkembangan batita adalah perkembangan motorik, secara umum

perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik

halus. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor yang melibatkan

keterampilan otot -otot besar. Gerakan seperti tengkurap, duduk, merangkak,

dan mengangkat leher. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada tahun

pertama usia anak. Sedangkan, motorik halus merupakan aktivitas

keterampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil seperti, menggambar,

meronce manik, menulis, dan makan. Kemampuan motorik halus ini

berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang

(Nurlinda, 2013).

Frankenburg dkk. (1981 dalam Soetjiningsih, 2012) mengemukakan

bahwa DDST (Denver Developmental Screening Test) memiliki empat

parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan balita

yaitu: personal social (kepribadian/tingkah laku sosial); fine motor adaptive

(gerakan motorik halus) aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh

tertentu dan dilakukan kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat;

language (bahasa) kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan dan gross motor (perkembangan

motorik kasar) aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Timuda (2017) bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan antara status gizi dengan perkembangan


5

motorik kasar dimana 29,5% responden mengalami keterlambatan

perkembangan motorik kasar yang terdiri dari 3,3% responden sangat kurus,

7,4% responden kurus,15,6% responden normal dan 3,3% anak gemuk,

dengan nilai p sebesar 0,000 dan α =0,05 (Timuda, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Wulan dan Teni (2013) bahwa Status

gizi anak 122 kali mempunyai peluang pertumbuhan dan perkembangan anak

sesuai karena status gizi anak berperan dalam pertahanan tubuh sehingga

adanya hubungan antara status gizi anak dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak. Artinya pertumbuhan dan perkembangan anak sangat

dipengaruhi oleh tindakan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi anaknya.

Kemampuan ibu untuk mengambil keputusan yang berdampak luas pada

kehidupan seluruh anggota keluarga menjadi dasar penyediaan pola

pengasuhan yang tepat dan bermutu bagi anak termasuk asuhan gizi (Insani &

Latifah, 2015).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2021 balita dengan status

gizi lebih 252, gizi normal 2.269, gizi kurang 93, dan gizi buruk 17. Hasil

pemantauan status gizi di desa Kilambibito dari 67 balita yang diukur terdapat

11 anak gizi lebih, 39 gizi baik, 17 gizi kurang, dan 0 anak gizi buruk.. Faktor

yang melatarbelakangi kejadian tersebut salah satunya karena mayoritas

masyarakat adalah sebagai nelayan dan petani sehingga berpengaruh pada

pola makan anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan batita.

Mengingat kondisi wilayah geografis suatu daerah beraneka ragam, serta

kondisi perekonomian dan kesadaran akan pentingnya gizi dalam suatu


6

mayarakat atau keluarga masih rendah, sehingga dalam hal ini berdampak

timbulnya masalah gizi.

Untuk mengetahui dan membuktikan apakah memang sesuai dengan

keadaan di lapang. Sehingga kita dapat memberikan pengetahuan atau

informasi mengenai perbedaan status gizi terhadap perkembangan motorik

batita petugas kesehatan maupun masyarakat, maka petugas kesehatan dapat

memberikan penyuluhan maupun program posyandu untuk meningkatkan

status gizi pada setiap batita serta memberikan pelatihan tambahan kepada

orangtua maupun petugas kesehatan mengenai cara mengetahui

perkembangan motorik anak sejak dini, sehingga apabila anak mengalami

gangguan dengan cepat orangtua atau petugas untuk 4 merangsang

perkembangan motorik anak agar berkembang sesuai dengan usia anak.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Umur 1-2

Tahun di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Umur 1-2 Tahun di Desa

Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan status gizi dengan perkembangan anak umur 1-2

tahun di desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna.


7

2. Tujuan Khusus

a. Diikurnya status gizi anak umur 1-2 tahun di desa Kilambibito

puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna.

b. Diketahuinya tingkat perkembangan anak umur 1-2 tahun di desa

Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna.

c. Dianalisisnya hubungan status gizi dengan perkembangan anak umur

1-2 tahun di desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten

Muna.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Dapat memberi informasi tentang gizi dan perkembangan anak

sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat

terhadap gizi dan perkembangan anak. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat digunakan untuk menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman penelitian di bidang gizi dan kesehatan serta perkembangan

anak.

2. Manfaat Institusi

Sebagai bahan informasi bagi kalangan perguruan tinggi kebidanan

dan khususnya untuk menambah referensi pada perpustakaan fakultas

keperawatan dan kebidanan ITKES Muhammadiyah Sidrap.


8

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian yang berkaitan

dengan gizi dan perkembangan anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Status Gizi Pada Anak

1. Gizi Pada Anak

Makanan bergizi memegang peranan penting dalam tumbuh

kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhan gizinya

berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan bergizi akan

menyebabkan retardasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sebaliknya, makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat

menyebabkan obesitas (Imani, 2020).

Kebutuhan gizi makro dan mikro harus diperhatikan. Makro berarti

zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Mikro berarti zat gizi yang

dibutuhkan dalam jumlah kecil. Inilah takaran zat gizi yang dibutuhkan

di usia 1-2 tahun: Kebutuhan energi/kalori gizi makronya 1.000 kkal,

kebutuhan protein 25 g, dan kebutuhan air 1,1-1,4 liter atau 5-7 gelas per

hari. Sementara kebutuhan gizi mikronya vitamin A 400 RE, Folat 150

µ, kalsium 500 mg, zat besi 8 mg, yodium120 µg, dan zinc/seng 8,3 mg.

Semakin bertambah usia, semakin bertambah jumlah asupan gizi yang

dibutuhkan. Itulah nutrisi tepat untuk anak 1-2 tahun (Nurlinda, 2013).

2. Status Gizi

Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh

derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari

9
10

pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri

(Afifah, Choirul Anna Nur, 2022).

Menurut Supariasa (2002) dalam (Adriani, 2016), ada beberapa cara

melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya

adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan

antropometri.

a. Penilaian Status Gizi

Untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk

indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah

sebagai berikut (Adriani, 2016):

1) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status

gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan

yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2002).

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980) yang dikutip oleh

Supariasa (2002), batasan umur digunakan adalah tahun umur

penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan

bulan usia penuh (Completed Month). Sebagai contoh umur 4 bulan

5 hari dihitung 4 bulan dan umur 3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan.


11

2) Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang

terpenting, dan dipakai pada setiap kesempatan memeriksa

kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan

merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada

pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-

lainnya (Supariasa, 2002).

Perlu diketahui bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari

sebagai akibat masukan (intake) makanan dan minuman, dengan

keluaran (output) melalui urin, feses, keringat, dan nafas. Besarnya

fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat

individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000

gram bahkan lebih (Soetjiningsih, 1998).

Formula untuk menentukan berat badan anak balita usia 3-5

tahun dirumuskan oleh Abdoerrachman (1998) dalam As’ad

(2002), adalah : 8 + 2 x umur (tahun) Kg.

3) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat. Tinggi badan merupakan ukuran kedua

yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan

terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat

dikesampingkan (Supariasa, 2002). Rumus untuk menghitung


12

tinggi badan untuk anak usia 3-5 tahun menurut Abdoerrachman

(1998) dalam As’ad (2002) adalah : 80+5 x umur (tahun) Cm.

b. Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran

terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan

umur. Salah satu indeks antropometri yang sering digunakan dalam

pengukuran status gizi anak adalah BMI (Body Mass Index) atau IMT

(Indeks Massa Tubuh).

1) Pengertian BMI

BMI adalah perhitungan yang menggunakan tinggi badan dan

berat untuk memperkirakan berapa banyak lemak tubuh. BMI

dihitung dengan menggunakan tinggi anak dan berat badan

menggunakan rumus sederhana, atau sebuah kalkulator BMI, atau

dengan merujuk pada roda BMI atau tabel BMI. Meskipun tidak

mengukur lemak tubuh, BMI dapat digunakan untuk menentukan

obesitas pada anak.

BMI biasanya digunakan untuk mendeteksi anak-anak yang

kelebihan berat badan, namun BMI juga dapat menentukan berat

badan anak yang memiliki kekurangan berat badan (Vincent,

2008).

2) Cara Menghitung BMI

Cara menghitung BMI menurut Vincent (2008) adalah sebagai

berikut:
13

(a) Menimbang anak

(b) Mencatat berat anak dalam Kilogram

(c) Mengukur tinggi anak

(d) Mencatat tinggi badan anak dalam Meter

(e) Masukkan berat badan anak dan tinggi badan anak ke dalam

rumus BMI :

BMI = [berat badan / (tinggi x tinggi)]

Masukkan hasil perhitungan BMI pada BMI persentil atau

BMI tabel untuk menentukan interpretasi BMI anak.

Hitung BMI dan temukan persentil BMI anak pada Grafik BMI

Anak Perempuan atau Grafik BMI Anak Laki-Laki yang

sesuai. Tentukan usia anak di bawah grafik pertumbuhan BMI,

ikuti baris atas sampai melintasi garis horizontal yang

memenuhi BMI anak. Perhatikan kurva yang memotong kedua

garis, itu adalah hasil persentil BMI. Sebagai contoh, pada

tabel BMI anak itu, Anda dapat melihat bahwa seorang anak

13 tahun dengan BMI 17 adalah di persentil 25 untuk BMI

untuk anak seusianya.


14

3) Kategori BMI anak :

Tabel 2. 1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)


Berat Badan menurut Umur Berat badan sangat kurang <-3 SD
(BB/U) anak usia 0 - 60 bulan (severely underweight)
Berat badan kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(underweight)
Berat badan normal - 3 SD sd <- 2 SD
Risiko Berat badan lebih1 > +1 SD
Panjang Badan atau Tinggi Sangat pendek (severely <-3 SD
Badan menurut Umur (PB/U stunted)
atau TB/U) anak usia 0 - 60 Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
bulan Pendek (stunted) -2 SD sd +3 SD
Tinggi2 > +3 SD
Berat Badan menurut Panjang Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
Badan atau Tinggi Badan Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
(BB/PB atau BB/TB) anak Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
usia 0 - 60 bulan Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD
risk of overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Gizi buruk (severely <-3 SD
Umur (IMT/U) anak usia 0 - wasted)3
60 bulan Gizi kurang (wasted)3 - 3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih (possible > + 1 SD sd + 2 SD
risk of overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Gizi buruk (severely <-3 SD
Umur (IMT/U) anak usia 5 - thinness)
18 tahun Gizi kurang (thinness - 3 SD sd <- 2 SD
15

Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD


Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD
Sumber : (Permenkes Nomor 2, 2020)

B. Tinjauan Tentang Petumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi pada setiap manusia

terutama berkaitan dengan fisiknya salah satunya yang mencakup

pencapaian tinggi badan dan berat badan yang optimal dan peningkatan

ukuran semua organ-organ tubuh (Evan G. Graber, 2021). Selama tahun

pertama kehidupan pertumbuhan berlanjut cepat, setelah itu kecepatan

pertumbuhan melambat. Berat badan kembali meningkat 3 kali lipat

dicapai dari berat lahir pada umur 1 tahun dan 4 kali lipat pada umur 2

tahun (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

Pertumbuhan berlangsung selama masa kanak-kanak tetapi tidak

dalam kecepatan yang menetap, kemudian kecepatannya menurun dan

menjadi pesat kenaikannya pada masa adolesen dan selanjutnya berhenti.

Bagian-bagian tubuh tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang

berbeda. Organ-organ tubuh mencapai kematangan pada waktu dan

kecepatan yang berbeda pula. Anak-anak perempuan mencapai masa

puber lebih awal daripada anak laki-laki. Anak laki-laki bertambah tinggi

pada masa pertumbuhannya yang pesat, ototnya menguat dan lebar

bahunya bertambah pula (Alimul, 2008).


16

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan.

Genetika yang diturunkan sangat penting, namun faktor lingkungan

seperti, nutrisi, olahraga, penyakit, dan kesehatan individu mempunyai

peran juga. Jadi prtumbuhan adalah Bertambahnya ukuran dan jumlah

sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan

struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan

satuan panjang dan berat.

2. Pengetian Perkembangan

Para ahli psikologi telah mengkaji bahwa perkembangan manusia itu

kompleks, merupakan teka-teki dan tantangan untuk digali informasinya.

Untuk memahaminya terlebih dahulu harus dipahami bahwa psikologi

adalah kajian ilmiah tentang perilaku terutama perilaku manusia. Lalu

apakah yang dimaksud oleh para ahli psikologi dengan perkembangan

individu. Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola

gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan

berlangsung terus selama siklus kehidupan (Alimul, 2008).

3. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

Tumbuh kembang merupakan satu kesatuan yang mencerminkan

berbagai perubahan yang terjadi selama hidup seseorang. Seluruh

perubahan tersebut merupakan proses dinamis yang menekankan

beberapa dimensi yang saling terkait. Menurut Roberts (2001)

perkembangan adalah penambahan yang progresif dari keterampilan dan

kemampuan di berbagai aspek, yaitu motorik (motorik kasar dan motorik


17

halus), bahasa/komunikasi (penerimaan, ekspresi, artikulasi), kognitif,

dan adaptasi sosial (Kartono, 2007).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan yang normal, dan ini merupakan hasil interaksi banyak

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Soetjiningsih dan Gde Ranuh,

2013):

a. Faktor Internal

1) Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil

akhir proses tumbuh kembang. Melalui instruksi genetik yang

terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan

kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk faktor genetik

antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan

patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa

2) Kelainan Kromosom

Kelainan kromoson umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan. Seperti sindrom Down, sindrom Turner yang

disebabkan oleh kelainan kromosom.

3) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi dan keluarga yang

gemuk-gemukUmur
18

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan

lingkungan biologi, fisik, psikologi dan sosial yang mempengaruhi

individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya

1) Faktor Lingkungan Pra natal, antara lain:

a) Gizi ibu pada waktu hamil

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan

akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b) Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi

janin).

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan

kongenital

c) Toksin/zat kimia (zat teratogen: obat-obatan teralidomide,

pkenitoin, methadion, obna-obat anti kanker).

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap

zat-zat teratogen. Demikian pula dengan ibu hamil yang

perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi

berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat atau retardasi mental

d) Endokrin (defisiensi hormon somatotropin, hormon plasenta,

hormon tiroid, insulin).


19

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan

janin adalah somatotropin, hormone plasenta, hormone tiroid,

insulin dan peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin

(Insulin-like growth factors/IGFs). Defisiensi hormon

pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil

e) Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau

cacat bawaan lainnya

f) Infeksi (Torch, Varisela, Coxsakie, Echovirus, Malaria, Lues,

HIV, polio, campak, teptospira, virus influenza, virus

hepatitis), Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat

bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes Simplex)

g) Stres

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau

kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

h) Imunitas

Rhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan

abortus, hidrops fetalis, kern ikterus atau lahir mati.

i) Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta

atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah


20

2) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan

asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak

3) Faktor Lingkungan Post Natal, yaitu :

a) Gizi: Pada masa kritis anak harus mendapat gizi yang esensial

yang memadai dan adekuat serta pada semua bayi dianjurkan

untuk mendapat ASI.

b) Penyakit Kronik atau kelainan kongenital: Tuberkulosis,

anemia, kelainan jantung bawaan yang mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani.

c) Lingkungan Biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, jenis

kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap

penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon.

d) Faktor Fisik atau kimia antara lain: cuaca, musim, keadaan

geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah, radiasi.

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar

matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu

mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

e) Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar,

hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta

dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-orang tua. Hubungan

anak dengan orang di sekitarnya.


21

f) Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/

pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara,

jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga,

kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama,

urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang

mempengaruhi prioritas kepentingan anak, angaran.

g) Sosial Ekonomi: Kemiskinan selalu berkaitan dengan

kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan

ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

h) Lingkungan pengasuh: Pembinaan tumbuh kembang anak anak

berawal dan berdasar pada lingkungan rumah. Pembinaan

harus dimulai sejak dini. Lingkungan luar rumah sangat

penting untuk pengembangan pribadi anak, namun ia tetap

bertolak dari dasar-dasar yang ditanamkan oleh orang tua

dalam keluarga.

i) Stimulasi: Stimulasi merupakan hal yang penting dalam

tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang

terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan

dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi.

j) Obat-Obatan: Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan

menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan

pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang

menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.


22

5. Pemantauan Perkembangan

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan

rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga

perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi

lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya/orang dewasa

lainnya (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

Frankenburg dkk (1981) dalam (Soetjiningsih dan Gde Ranuh,

2013) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam

menilai perkembangan anak balita yaitu:

1) Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan

sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain), berpisah

dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya, dan sebagainya.

b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian- bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,

memegang suatu benda, dan lain-lain.

c. Language (bahasa)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan

respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, melakukan perintah


23

dan sebagainya (Rusmil, 2008). Bahasa mencakup setiap sarana

komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk

menyampaikan makna kepada orang lain. Bicara bergantung pada

perkembangan mental dan motorik anak.

d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

yang melibatkan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga

dan sebagainya.

Tabel 2. 2 Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur

Umur 0-3 bulan


* Mengangkat kepala setinggi 45*
* Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
* Melihat dan menatap wajah anda.
* Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
* Suka tertawa keras.
* Beraksi terkejut terhadap suara keras.
* Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
* Mengenal ibu dengan penglihatanm penciuman, pendengaran, kontak.
Umur 3-6 bulan
* Berbalik dari telungkup ke terlentang.
* Mengangkat kepala setinggi 90*
* Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
* Menggenggam pensil.
* Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
* Memegang tangannya sendiri.
* Berusaha memperluas pandangan.
24

* Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.


* Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
* Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain
sendiri.
Umur 6-9 bulan
* Duduk (sikap tripoid - sendiri)
* Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
* Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
* Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain.
* Memungut 2 benda, masing-masing lengan pegang benda pada saat
yang bersamaan.
* Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
* Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.
* Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
* Bermain tepuk tangan/ciluk baa.
* Bergembira dengan melempar benda.
* Makan kue sendiri.
Umur 9-12 bulan
* Mengangkat benda ke posisi berdiri.
* Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
* Dapat berjalan dengan dituntun.
* Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
* Mengenggam erat pensil.
* Memasukkan benda ke mulut.
* Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan.
* Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
* Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.
* Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
* Senang diajak bermain “CILUK BAA”.
* Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali.

Umur 12-18 bulan


25

* Berdiri sendiri tanpa berpegangan.


* Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kembali.
* Berjalan mundur 5 langkah.
* Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata
“mama”
* Menumpuk 2 kubus.
* Memasukkan kubus di kotak.
* Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik tangan ibu.
* Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.
Umur 18-24 bulan
* Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
* Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
* Bertepuk tangan, melambai-lambai.
* Menumpuk 4 buah kubus.
* Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
* Menggelindingkan bola kearah sasaran.
* Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
* Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
* Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.
Sumber: (Kemenkes RI, 2019)

e. Skrining Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP)

Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3

bulan pada anak < 24 bulan.

Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai

masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka

pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda dan
26

dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya.

1) Alat/instrumen yang digunakan adalah:

a) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 -10

pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah

dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-24 bulan.

b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar

bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak

6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil

berukuran 0.5 - 1 Cm.

2) Cara menggunakan KPSP:

a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan

tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan

menjadi 1 bulan. Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari,

dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari,

dibulatkan menjadi 3 bulan.

c) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai

dengan umur anak.

d) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu: * Pertanyaan

yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah

bayi makan kue sendiri ?" * Perintah kepada ibu/pengasuh

anak atau petugas melaksanakan tugas yang tertulis pada

KPSP. Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah


27

bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke

posisi duduk''.

e) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak

mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

f) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat

jawaban tersebut pada formulir.

g) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh

anak menjawab pertanyaan terdahulu.

h) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

3) Interpretasi hasil KPSP:

a) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya. a. Jawaban Ya, bila

ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pemah atau sering

atau kadang-kadang melakukannya. b. Jawaban Tidak, bila

ibu/pengasuh menjawab: anak belum pernah melakukan atau

tidak pemah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

b) Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai

dengan tahap perkembangannya (S).

c) Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak

meragukan (M).

d) Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P).
28

e) Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak'

menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara

dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

4) Intervensi:

a) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan

berikut: a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh

anaknya dengan baik b. Teruskan pola asuh anak sesuai

dengan tahap perkembangan anak c. Beri stimulasi

perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai

dengan umur dan kesiapan anak d. Lakukan

pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3

bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan.

b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan

berikut: a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi

perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan

sesering mungkin. b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi

stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi

penyimpangan/mengejar ketertinggalannya. c. Lakukan

pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya

penyakit yang menyebabkan penyimpangan

perkembangannya dan lakukan pengobatan. d. Lakukan

penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan

menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. e.


29

Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka

kemungkinan ada penyimpangan (P).

c) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),

lakukan tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan

menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan

(gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan

kemandirian) (Kemenkes RI, 2019).

C. Tinjauan Tentang Pengaruh Status Gizi Terhadap Perkembangan Anak

Selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuhan terhadap kalori relatif

besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan. Anak-

anak menggunakan energi yang besar untuk melakukan aktivitas motoriknya.

Untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas tersebut, anak memerlukan

asupan makanan atau gizi yang lebih (Afifah, Choirul Anna Nur, 2022).

Anak yang mengalami kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan

anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Sebaliknya, anak yang mengalami kelebihan makanan

bergizi akan menyebabkan obesitas yang menyebabkan anak tersebut

cenderung tidak aktif, dan akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya

(Adriani, 2016).

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa anak

yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan

progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding mereka

yang tidak mendapat ASI (Nurlinda, 2013).


30

Jadi, status gizi anak yang baik akan mempengaruhi syaraf-syaraf anak

agar dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya sebagai satu

kesatuan keterampilan yang harus dicapai.

D. Pandangan Islam Tentang Tumbuh Kembang Manusia

Dalam surat al-Ru’m ayat 54:

“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian

Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian

Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia

menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Lagi Maha

Kuasa” (Kemenag RI, 2017).

Dalam surat al-H{ajj ayat 5:

“Hai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka

sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes

mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang

sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada

kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak kami sampai waktu

yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,

kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada usia dewasa,

dan di antara kamu ada yang diwafatkan, dan (ada pula) di antara kamu yang

dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui

lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,

kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi
31

itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan

(tetumbuhan) yang indah” (Kemenag RI, 2017).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kerangka pikir penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Variabel dapat diartikan sebagai atribut dari subjek atau objek yang

akan diteliti yang bervariasi antara suatu subjek atau objek yang satu dengan

yang lain atau dapat juga diartikan sebagai gejala yang menjadi fokus dalam

penelitian. Variabel menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau objek

yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu

(Setiyawan, 2010).

Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari variable yang diteliti

dalam penelitian ini yaitu:

1. Status gizi anak usia 1-2 tahun adalah Status gizi anak dimana

keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik

energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang

dampak fisiknya diukur secara antropometri.

2. Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada saat

terjadi pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan.

32
33

B. Bagan Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur penelitian yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Variabel penelitian ini meliputi variabel

independent (variabel bebas) yaitu Status Gizi, sedangkan variabel dependent

(variabel terikat) yaitu Perkembangan anak 1-2 tahun.

Variabel Independent Variabel Dependent

Status Gizi Perkembangan Anak


1-2 tahun

Gambar 3. 1 Bagan Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat

ukur, maka variabel harus diberi batasan atau definisi operasional. Definisi

operasional diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data

(variabel) itu konstisten antara sumber data (responden) yang satu dengan

responden yang lain (Notoatmodjo, 2010).


34

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Alat dan Skala Kriteria Objektif


Penelitian Operasional Cara Ukur Ukur
Variabel Segala perubahan Observasi Ordinal a. Sesuai Umur:
terikat: yang terjadi pada dengan Jawaban “Ya” 9 atau 10
Perkembangan anak, dilihat dari Algoritme b. Meragukan:
anak 1-2 tahun berbagai aspek, Kuesioner Pra Jawaban “Ya” 7 atau 8
antara lain aspek Skrining c. Penyimpangan:
motorik, emosi, Perkembangan Jawaban “Ya” 6 atau
kognitif, dan (KPSP) kurang (Kemenkes RI,
psikososial 2016)
(bagaimana anak
berinteraksi
dengan
lingkungannya).
Variabel Penilaian status a. Berat Ordinal Indeks Massa Tubuh
bebas: gizi Anak badan menurut Tinggi Badan
Status Gizi dilakukan dengan menggunak (PB/BB) anak usia 0 - 60
anak membandingkan an bulan
hasil pengukuran timbangan a. Gizi Buruk: <-3 SD
berat badan dan anak digital b. Gizi Kurang: -3 SD sd <-
panjang/tinggi (seca) 2 SD
badan dengan dengan c. Gizi Baik = -2 SD sd +1
Standar ketelitian SD
Antropometri 0,1 kg d. Risiko Gizi Lebih: > + 1
Anak. Klasifikasi b. Tinggi SD sd + 2 SD
penilaian status badan
e. Gizi Lebih: > + 2 SD sd
gizi berdasarkan menggunak
+ 3 SD
Indeks an
f. Obesitas: > + 3 SD
Antropometri microtoise
(Permenkes Nomor 2,
sesuai dengan dengan
2020).
kategori status ketelitian
35

gizi pada WHO 0,1 cm


Child Growth
Standards untuk
anak usia 0-5
tahun

D. Hipotesis Penelitian

Menurut pendapat Good dan Scates (1954) dalam (Setiyawan, 2010)

menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang

dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-

fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan

sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.

Ha: Ada hubungan status gizi dengan perkembangan anak umur 1-2 tahun di

desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna.

H0: Tidak ada hubungan status gizi dengan perkembangan anak umur 1-2

tahun di desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasional yang bersifat analitik dengan pendekatan teknik pengambilan

data secara cross sectional. Cross sectional merupakan salah satu bentuk

studi observasional (non eksperimental) yang paling sering dilakukan

mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel- variabelnya

hanya dilakukan satu kali pada satu saat (Arikunto, 2011).

Penelitian ini untuk melihat hubungan status gizi dengan perkembangan

anak umur 1-2 tahun di desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna

kabupaten Muna.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di desa Kilambibito puskesmas

Kontukowuna kabupaten Muna pada tanggal 17 Oktober sampai dengan

tanggal 17 November 2022.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

Populasi dalam penelitian ini yaitu anak usia 1-2 tahun yang terdaftar di desa

36
37

Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna yang berjumlah 30

anak.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Nursalam, 2016). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh (Total

Sampling), dimana berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah populasi dan

subjeknya yang tidak terlalu banyak maka seluruh populasi dijadikan sampel.

Sampel dalam penelitian yaitu seluruh anak berusia 1-2 tahun yang berjumlah

30 anak.

D. Pengumpulan dan Penyajian Data

1. Instrument Penelitian

Instrumen (alat bantu) yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Alat Pengukur TB & BB

Alat yang digunakan yaitu alat pegukur berat badan balita yaitu

timbangan injak dengan merk GEA bersatuan Kilogram, pita pengukur

tinggi badan dengan merk Stanley Mabo bersatuan Centimeter, dan

sedangkan untuk umur dihitung dengan bulan.

b. Formulir Biodata Anak

Formulir berisi identitas anak, data hasil pengukuran antopometri,

informasi tentang kesehatan dan perkembangan anak.

c. Tabel BMI menurut Umur Balita 1-2 tahun

Tabel nilai BMI untuk balita laki-laki dan balita perempuan yang

berumur 1-2 tahun.


38

d. Lembar Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Pada

penelitian ini, fokus penilaian perkembangan adalah pada

perkembangan motorik kasar dan motorik halus anak.

e. Alat Peraga Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Alat peraga yang digunakan sesuai tugas perkembangan untuk anak

usia 1-2 tahun meliputi kubus warna kismis, bola tenis, kubus.

2. Prosedur Penelitian

a. Peneliti mengajukan permohonan ijin pihak pendidikan Program.

Kemudian dilanjutkan ke permohonan ijin kepada kepala yayasan pihak

desa Kilambibito dan puskesmas Kontukowuna. Setelah mendapat

persetujuan dari pihak terkait, peneliti mulai melakukan penelitian.

b. Penilaian status gizi dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung

berat badan dan panjang badan anak. Kemudian setelah didapatkan nilai

real dihitung menggunakan formula BMI dan dicocokan dengan tabel

BMI untuk mengklasifikasikan pada hasil status gizi anak.

c. Setelah selesai pengukuran antropometri anak, selanjutnya dilakukan

penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), apabila lulus

diberi tanda P(Passed), bila anak tersebut gagal mengerjakan beberapa

tugas-tugas tersebut diberi tanda F (Failed), bila tidak dapat

kesempatan untuk melakukan tugas diberi tanda N.O (No Opportunity)

dan bila anak tidak mau untuk melakukan tugas diberi tanda R

(Refusal).
39

d. Setelah semua data terkumpul peneliti mengolah data dan mencatat hasil

pelaksanaan penelitian.

E. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis tiap variabel dari

hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini data yang

diperoleh dalam bentuk skor (kuantitatif). Pemberian makna terhadap

skor dilakukan dengan menggunakan norma kategorisasi dimana

perkembangan anak dengan tiga kategorisasi sedangkan gizi anak dengan

lima kategorisasi.

Menganalisa variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui

karakteristik dari subyek penelitian. Hasilnya disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan narasi.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Analisis Bivariat

dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara

variable bebas dengan variable terikat digunak analisis chi-square, pada

batas kemaknaan perhitungan statistik p value 95% (α = 0,05) maka

dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variable secara statistik mempunyai

hubungan yang signifikan. Kemungkinan untuk menjelaskan adanya


40

asosiasi (hubungan) antara variable terikat dengan variable bebas

digunakan analisis tabulasi silang.

F. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Persetujuan dan pemberian wewenang yang diberikan oleh pasien secara

otonom atau oleh seorang subjek penelitian kepada pelayan kesehatan

untuk dapat dilaksanakan intervensi medis atau ikut serta dalam riset agar

mendapat keterangan.

2. Anonimity

Masalah etika penelitian dimana memberikan jaminan kepada

subyek/responden dalam penggunaan nama dengan tidak mencantumkan

nama subyek/responden

3. Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di

laporkan pada hasil riset (Setiyawan, 2010).


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitiaan yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober

sampai dengan tanggal 17 November 2022. Responden yang diambil dalam

penelitian ini adalah anak berusia 1-2 tahun yang berjumlah 30 anak. Data

didapatkan dengan melakukan penilaian status gizi yaitu melakukan

pengukuran langsung berat badan dan tinggi badan anak, selanjutnya

dilakukan penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Setelah

semua data terkumpul peneliti mengolah data dan mencatat hasil pelaksanaan

penelitian. Hasil penelitian dikumpulkan sehingga ditemukan hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi

karaktaeristik ibu dan karakteristik anak yang disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 5. 1
Responden Berdasarkan Umur Ibu di Desa Kilambibito Puskesmas
Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Umur Ibu Frekuensi (n) Persentase
.
1 20-29 tahun 12 40%
2 30-39 tahun 13 43.3%
3 ≥ 40 tahun 5 16.7%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

41
42

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa berdasarkan

karakteristik ibu responden memiliki jumlah paling banyak pada umur 30-

39 tahun yaitu sebanyak 13 orang (43.3%).

Tabel 5. 2
Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa KilambibitoPuskesmas
Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Pendidikan Frekuensi (n) Persentase
.
1 SD 4 13.3%
2 SMP 7 23.3%
3 SMA 10 33.3%
4 PT 9 30%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa responden untuk

karakteristik pendidikan paling banyak adalah SMA yaitu 10 orang

(33.3%).

Tabel 5. 3
Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa KilambibitoPuskesmas
Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase
.
1 Bekerja 10 33.3%
2 Tidak Bekerja 20 66.7%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa untuk pekerjaan

responden paling banyak adalah tidak bekerja yaitu 20 orang (66.7%).


43

Tabel 5. 4
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Desa Kilambibito
Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase
.
1 Laki-Laki 14 46.7%
2 Perempuan 16 53.3%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan hasil bahwa berdasarkan

karakteristik anak responden terbanyak adalah dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 16 orang (53.3%).

Tabel 5. 5
Responden Berdasarkan Umur Anak di Desa Kilambibito Puskesmas
Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Umur Anak Frekuensi (n) Persentase
.
1 12-18 bulan 14 46.7%
2 19-24 bulan 16 53.3%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil bahwa berdasarkan

karakteristik umur anak paling banya adalah umur 19-24 bulan yaitu

sebanyak 16 orang (53.3%).

Tabel 5. 6
Responden Berdasarkan Urutan Kelahiran Anak di Desa Kilambibito
Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Urutan Kelahiran Frekuensi (n) Persentase
.
1 Pertama 8 26.7%
2 Kedua 11 36.7%
44

3 Ketiga 7 23.3%
4 Keempat 2 6.7%
5 Kelima 1 3.3%
6 Keenam 1 3.3%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil bahwa berdasarkan urutan

kelahiran anak paling banyak adalah anak kedua sebanyak 11 orang

(36.7%).

Tabel 5. 7
Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Anak di Desa Kilambibito
Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna Tahun 2022
No Jumlah Saudara Frekuensi (n) Persentase
.
1 Anak Pertama 8 26.7%
2 1 orang 10 33.3%
3 2 orang 7 23.3%
4 3 orang 3 10.0%
5 4 orang 1 3.3%
6 5 orang 1 3.3%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil bahwa berdasarkan jumlah

saudara paling banyak adalah berjumlah 1 orang yaitu sebanyak 10 orang

(33.3%).

2. Karakteristik Variabel yang Diteliti (Data Univariat)

Distribusi frekuensi rata-rata status gizi dan perkembangan anak

umur 1-2 tahun dengan menggunkankan teknik komputerisasi pada

penelitian ini disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5. 8
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Anak Umur 1-2 Tahun
di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna
45

Tahun 2022
No Status Gizi (PB/BB) Frekuensi (n) Persentase
1 Gizi Kurang 4 13.3%
2 Gizi Baik 20 66.7%
3 Risiko Gizi Lebih 5 16.7%
4 Gizi Lebih 1 3.3%
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa anak umur 1-2 tahun

paling banyak dengan status gizi baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%).

Tabel 5. 9
Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Anak Umur 1-2 Tahun
di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna
Tahun 2022
No Perkembangan Anak Frekuensi (n) Persentase
1 Sesuai 25 83.3
2 Meragukan 4 13.3
3 Penyimpangan 1 3.3
Total 30 100%
Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa anak umur 1-2 tahun

paling banyak dengan perkembangan sesuai yaitu sebanyak 25 orang

(83.3%).

3. Hasil Tabulasi Silang (Crosstab) Antara Variabel Independen Terhadap

Variabel Dependen (Data Bivariat)

Tabel 5. 10
Distribusi Silang Responden Berdasarkan Status Gizi dengan
Perkembangan Anak 1-2 Tahun di Desa Kilambibito
Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna
Tahun 2022
No Status Gizi Perkembangan Anak Total Nilai
Sesuai Meragukan Penyimpanga p
n
n % n % n % n %
1 Gizi Kurang 0 0.0 3 75 1 25 4 100
2 Gizi Baik 20 100 0 0.0 0 0.0 20 100
46

3 Risiko Gizi Lebih 4 80 1 20 0 0.0 5 100 0.000


4 Gizi Lebih 1 100 0 0.0 0 0.0 1 100
Total 25 83.3 4 13.3 1 3.3 30 100
Sumber: SPSS 26

Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

umur 1-2 tahun di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten

Muna mengunakan uji statistik Chi Square mendapatkan hasil dengan

p=0,000 (p<0.05). Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan anatara status gizi dengan

perkembangan anak umur 1-2 tahun di Desa Kilambibito Puskesmas

Kontukowuna Kabupaten Muna.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa anak umur 1-2 tahun di

Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna paling banyak

dengan status gizi baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%).

Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Status gizi

dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah

kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi

dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak (Afifah, Choirul Anna

Nur, 2022).

Apabila batita mengalami kekurangan gizi akan berdampak pada

keterbatasan pertumbuhan, rentan terhadap infeksi, peradangan kulit dan

akhirnya dapat menghambat perkembangan anak meliputi kognitif, motorik,


47

bahasa, dan keterampilannya dibandingkan dengan batita yang memiliki

status gizi baik (Dewan Guru Besar IPB, 2018).

Menurut asumsi peneliti Masalah gizi hakikatnya adalah masalah

kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan

dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Meskipun masalah gizi

sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan. Masalah gizi yang

sering muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,

yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggota

keluarganya. Peningkatan status gizi memerlukan kebijakan yang menjamin

setiap anggota atau masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa anak umur 1-2 tahun di

desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna paling banyak

dengan perkembangan sesuai yaitu sebanyak 25 orang (83.3%).

Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Pada masa

ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,

emosional dan intelegensia berjalan cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya, sehingga kelainan atau penyimpangan sekecil

apapun apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik, akan

mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari (Kemenkes RI,

2016).

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari

pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual, maupun emosional.

Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik berupa perubahan ukuran besar


48

kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.

Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan

melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang

sempurna. Perkembangan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian

perkembangan yang berbeda (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013).

Menurut asumsi peneliti bahawa semua balita biasanya melalui periode

perkembangan yang berbeda pada usia yang sama. Walaupun perkembangan

berlangsung secara berkesinambungan, terdapat bukti bahwa pada berbagai

usia ciri bawaan tertentu lebih menonjol daripada yang lain karena

perkembangannya terjadi lebih cepat.

Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

umur 1-2 tahun di desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten

Muna mengunakan uji statistik Chi Square mendapatkan hasil dengan

p=0,000 (p<0.05). Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan anatara status gizi dengan perkembangan anak umur 1-2

tahun di desa Kilambibito puskesmas Kontukowuna kabupaten Muna.

Selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuhan terhadap kalori relatif

besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan. Anak-

anak menggunakan energi yang besar untuk melakukan aktivitas motoriknya.

Untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas tersebut, anak memerlukan

asupan makanan atau gizi yang lebih (Afifah, Choirul Anna Nur, 2022).

Anak yang mengalami kekurangan makanan bergizi akan menyebabkan

anak lemah dan tidak aktif sehingga terjadi retardasi pertumbuhan dan
49

perkembangan anak. Sebaliknya, anak yang mengalami kelebihan makanan

bergizi akan menyebabkan obesitas yang menyebabkan anak tersebut

cenderung tidak aktif, dan akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya

(Adriani, 2016).

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Timuda

(2017) bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara status gizi

dengan perkembangan motorik kasar dimana 29,5% responden mengalami

keterlambatan perkembangan motorik kasar yang terdiri dari 3,3% responden

sangat kurus, 7,4% responden kurus,15,6% responden normal dan 3,3% anak

gemuk, dengan nilai p sebesar 0,000 dan α =0,05 (Timuda, 2017).

Penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulan dan

Teni (2013) bahwa Status gizi anak 122 kali mempunyai peluang

pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai karena status gizi anak berperan

dalam pertahanan tubuh sehingga adanya hubungan antara status gizi anak

dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Artinya pertumbuhan dan

perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh tindakan ibu dalam memenuhi

kebutuhan gizi anaknya. Kemampuan ibu untuk mengambil keputusan yang

berdampak luas pada kehidupan seluruh anggota keluarga menjadi dasar

penyediaan pola pengasuhan yang tepat dan bermutu bagi anak termasuk

asuhan gizi (Insani & Latifah, 2015).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Margiyati dkk (2018)

yang dianalisis mengunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan

nilai p-value (0,000) < (0,05), maka adanya hubungan status gizi dengan
50

perkembangan motorik kasar balita usia satu sampai lima tahun di Desa

Bangunjiwo, wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

(Margiyati, Mirza Fauzie, 2018).

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa anak

yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan

progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding mereka

yang tidak mendapat ASI (Nurlinda, 2013).

Menurut asumsi peneliti status gizi anak yang baik akan mempengaruhi

syaraf-syaraf anak agar dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan

tugasnya sebagai satu kesatuan keterampilan yang harus dicapai.


51
52

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahwa bahwa anak umur 1-2 tahun di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna

Kabupaten Muna paling banyak dengan status gizi baik yaitu sebanyak 20 orang

(66.7%).

2. Bahwa anak umur 1-2 tahun di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna

Kabupaten Muna paling banyak dengan perkembangan sesuai yaitu sebanyak 25

orang (83.3%)

3. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

umur 1-2 tahun di Desa Kilambibito Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna

mengunakan uji statistik Chi Square mendapatkan hasil dengan p=0,000 (p<0.05).

Sehingga Ha diterima dan H0 ditolak dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

anatara status gizi dengan perkembangan anak umur 1-2 tahun di desa Kilambibito

Puskesmas Kontukowuna Kabupaten Muna.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih memperhatikan status gizi dan

perkembangan anak balita usia 1 sampai dengan 2 tahun di masing masing posyandu

agar ibu-ibu yang mempunyai balita paham akan status gizi dan perkembangan

motorik kasar dan motoric halus pada anaknya apakah sudah sesuai dengan usianya

atau tidak, terutama perkembangan motorik kasar pada balita.


53

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan acuan atau referensi untuk menambah bahan pustaka

serta meningkatan pengetahuan dana wawasan bagi mahasiswa

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai hubungan status gizi

dengan perkembangan anak usia 3-5 tahun. Peneliti selanjutnya juga dapat

menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan atau sumber informasi

Anda mungkin juga menyukai