499+-+513 +Hubungan+Faktor+Demografis+dengan+Kejadian+Malaria
499+-+513 +Hubungan+Faktor+Demografis+dengan+Kejadian+Malaria
499+-+513 +Hubungan+Faktor+Demografis+dengan+Kejadian+Malaria
id
Junaldo Umbu Moto (1), Maria Agustina Kleden(2)*, Robertus Dole Guntur (3)
123
Department of Mathematics, Nusa Cendana University, Jalan Adisucipto, Penfui Kupang, Nusa
Tenggara Timur Indonesia, Kupang, Indonesa
e-mail: maria_kleden@staf.undana.ac.id.
ABSTRAK
Pendekatan chi-square dalam analisis faktor risiko kesehatan telah menjadi topik yang menarik dan
relevan dalam penelitian terkini. Malaria, sebagai penyakit infeksi menular yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina, masih menjadi ancaman bagi masyarakat di beberapa daerah di Indonesia,
termasuk Kecamatan Wewewa Timur. Meskipun kasus malaria di kecamatan ini mengalami penurunan dari
tahun 2018 hingga 2021, namun pada tahun 2022, kasusnya kembali mengalami peningkatan. Dalam upaya
untuk memahami lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian malaria di Kecamatan
Wewewa Timur, penelitian ini menggunakan pendekatan chi-square(χ²) yang termasuk dalam uji non-
parametrik digunakan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara distribusi
frekuensi yang diamati (observed frequencies) dengan distribusi frekuensi yang diharapkan (expected
frequencies) dalam satu atau lebih kategori melibatkan 400 data primer yang diambil di wilayah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima faktor yang secara signifikan berhubungan dengan
kejadian malaria di Kecamatan Wewewa Timur, yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan, penggunaan kelambu,
dan tingkat pendidikan. Temuan ini memberikan wawasan yang berharga dalam perumusan kebijakan dan
strategi penanggulangan malaria yang lebih efektif dan tepat sasaran
Kata kunci: Malaria; Demografi; Chi-Square
ABSTRACT
Chi-square approach in health risk factor analysis has become an interesting and relevant topic in
recent research. Malaria, as an infectious disease transmitted through the bite of female Anopheles
mosquitoes, remains a threat to communities in several regions of Indonesia, including Wewewa Timur
District. Despite a decline in malaria cases in the district from 2018 to 2021, there was an increase in cases
in 2022. In an effort to further understand the factors influencing malaria incidence in Wewewa Timur
District, this study utilized the chi-square approach and involved 400 primary data collected from the area.
The research findings reveal five factors significantly associated with malaria incidence in Wewewa Timur
District: gender, age, occupation, bed net usage, and education level. These findings provide valuable
insights for formulating effective and targeted policies and strategies to combat malaria
Keywords: Malaria; Demography; Chi-Square
METODE
Penelitian telah dilakukan di Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya,
Provinsi NTT selama 3 minggu terhitung pada tanggal 13 April 2023 sampai dengan 05 Mei 2023.
Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner yang diambil dari penelitian terdahulu yaitu penelitian
Guntur RD, Kingsley J, dan Islam FMA pada tahun 2021 dalam penelitian yang berjudul
Epidemiology of Malaria in East Nusa Tenggara Province in Indonesia sedangkan data sekunder
yaitu data dari Badan Pusat Statistik dan buku rekam medis penyakit malaria tahun 2022 dari
Puskesmas Elopada Kecamatan Wewewa Timur. Variabel penelitian ditampilkan pada Tabel 1.
di manaOiadalah frekuensi yang diamati, dan Ei adalah frekuensi yang diharapkan. Perhitungan
ini dilakukan untuk setiap sel di tabel kontingensi.
Gambar 2. Umur
Berdasarkan pekerjaan terdapat 154 responden yang masih sekolah, 125 responden yang
bekerja sebagai petani, 38 responden yang tidak dapat bekerja, 32 responden yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga, 24 responden yang bekerja sebagai pegawai, 13 responden pengangguran, 9
responden yang bekerja sebagai pengusaha, dan 5 responden yang bekerja sebagai buruh. Jadi
berdasarkan pekerjaan responden terdapat 261 atau 66% responden yang bekerja di dalam ruangan
dan 139 atau 34% responden yang bekerja di luar ruangan.
Gambar 3. Pekerjaan
Berdasarkan penggunaan kelambu oleh responden terdapat 101 responden yang tidur tidak
menggunakan kelambu pada malam hari dan 299 responden yang tidur menggunakan kelambu pada
malam hari.
Berdasarkan jenis kelambu yang digunakan responden terdapat 340 responden yang
menggunakan kelambu pembagian dari puskesmas yaitu kelambu yang berinsektisida dan 60
responden yang menggunakan bukan kelambu pembagian yaitu kelambu yang dibeli sendiri oleh
responden dan tidak berinsektisida.
Berdasarkan tipe dinding rumah yang menjadi tempat tinggal responden terdapat 179
responden yang memiliki rumah dengan dinding yang terbuat dari bambu dan 221 responden yang
memiliki rumah dengan dinding yang terbuat dari semen parmanen.
Berdasarkan Tabel 2 dikethui nilai signifikan dari jenis kelamin yaitu 0,011 < 0,05 maka
artinya menolak 𝐻0 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dan kejadian malaria.
Berdasarkan Tabel 3 nilai signifikan dari umur yaitu 0,000 < 0,05 artinya menolak 𝐻0 dan
menerima 𝐻1 maka umur berhubungan signifikan dengan kejadian malaria.
Berdasarkan Tabel 5 bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan kelambu dan
kejadian malaria karena nilai signifikan penggunaan kelambu yaitu 0,000 < 0,05.
Berdasarkan Tabel 6 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelambu dan
kejadian malaria karena nilai signifikan jenis kelambu yaitu 0,989 > 0,05.
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa nilai signifikan dari tipe dinding rumah yaitu 0,132 >
0,05. Artinya menerima 𝐻0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara tipe dinding rumah dan kejadian malaria.
Berdasarkan Tabel 8 nilai signifikan dari tingkat pendidikan yaitu 0,025 < 0,05 artinya ada
hubungan yang signifikan dari tingkat pendidikan dan kejadian malaria. Dari hasil uji chi - square
diperoleh bahwa terdapat 2 variabel independen yaitu jenis kelambu (𝑋5 ) dan tipe dinding rumah
(𝑋6 ) yang tidak memiliki hubungan yang singnifikan dengan kejadian malaria di Kecamatan
Wewewa Timur.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan variabel jenis kelamin mempengaruhi kejadian malaria di
Kecamatan Wewewa Timur. Jenis kelamin mempengaruhi dikarenakan memiliki hubungan dengan
kebiasaan keluar rumah dan bekerja [25]. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui
bahwa hal semacam itu terjadi juga di Kecamatan Wewewa Timur karena kebanyakan responden
memiliki pekerjaan sebagai petani, baik itu sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan sampingan
karena didukung dengan kondisi geografis yang merupakan kawasan pertanian, hutan dan
persawahan. Pekerjaan sebagai petani tidak saja dilakukan oleh laki – laki tetapi dilakukan juga
oleh perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian proporsi jenis kelamin laki – laki dengan kejadian malaria di
Kecamatan Wewewa Timur sebanyak 37,8%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan perempuan
dengan kejadian malaria di Kecamatan Wewewa Timur sebanyak 22%. Artinya laki – laki lebih
beresiko terkena malaria. Hal terjadi karena dari hasil wawancara diketahui bahwa laki – laki di
kecamatan ini lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah pada malam hari seperti mengairi
sawah, memancing, ronda malam dan nongkrong sehingga lebih banyak mengalami kontak
langsung dengan nyamuk malaria dan lebih mudah terkena malaria. Hasil penelitian ini sejalan
dengan [26] yaitu seorang laki – laki lebih berisiko terkena malaria dibandingkan perempuan
karena laki – laki sering malakukan kegiatan pada malam hari.
Secara umum penyakit malaria ini dapat menyerang semua masyarakat tanpa mengenal umur
seseorang. Namun demikian hasil penelitian menunjukan proposi kelompok umur ≥ 25 tahun
dengan kejadian malaria di Kecamatan Wewewa Timur sebanyak 33,5%. Persentase ini lebih tinggi
dibandingkan kelompok umur < 25 tahun dengan kejadian malaria sebanyak 23,3%. Artikan bahwa
masyakat yang umurnya ≥ 25 lebih berisiko terkena malaria. Dari hasil wawancara dengan
responden banyak orang dewasa yaitu kelompok umur ≥ 25, lebih banyak melakukan aktivitas
diluar rumah seperti bertani, berkebun dan mengairi sawah, karena hal tersebut orang dewasa lebih
banyak melakukan kontak langsung dengan nyamuk malaria yang menyebabkan peluang terkena
penyakit malaria lebih besar. Dengan demikian umur memiliki hubungan bermakna dengan
kejadian malaria. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian [27], yang menjelaskan bahwa umur
memiliki hubungan bermakna dengan kejadian malaria yaitu pada kelompok umur 16 – 35 tahun.
Bedasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kondisi geografis Kecamatan Wewewa Timur
yang banyak kawasan hutan, perairan seperti sawah dan rawa berpotensi membantu
perkembangbiakan nyamuk sehingga pekerjaan mempengaruhi kejadian malaria di kecamatan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan bermakna antara faktor
demografis (jenis kelamin, umur, pekerjaan, penggunaan kelambu, dan tingkat pendidikan) dengan
kejadian malaria di Kecamatan Wewewa Timur, serta adanya kawasan hutan, pertanian, dan
persawahan yang dapat membantu perkembangbiakan nyamuk malaria, serta perilaku masyarakat
dalam mencegah penyakit malaria. Berdasarkan temuan penelitian, implikasi yang dapat diambil
adalah bahwa penggunaan Chi-Square sebagai alat analisis menegaskan bahwa pemilihan metode
yang tepat untuk mengevaluasi hubungan kategorikal antara faktor demografis dan kejadian
malaria di Kecamatan Wewewa Timur. Selain itu Validitas Temuan terkait keterhubungan faktor
demografis dengan kejadian malaria menunjukkan pentingnya faktor-faktor tersebut dalam
mempengaruhi tingkat infeksi malaria di wilayah tersebut. Implikasi ini memberikan dukungan
terhadap validitas temuan penelitian dan mengindikasikan bahwa variabel-variabel yang dipilih
memiliki dampak yang signifikan terhadap kejadian penyakit malaria. Penelitian ini menyoroti
pentingnya kondisi geografis Kecamatan Wewewa Timur (seperti kawasan hutan, pertanian, dan
persawahan) dalam mendukung perkembangbiakan nyamuk malaria. Implikasi ini
menggarisbawahi perlunya pendekatan pencegahan dan pengendalian yang spesifik terhadap
vektor malaria dalam konteks lingkungan geografis tertentu. Penelitian ini memberikan informasi
penting bagi pengambil kebijakan tentang faktor-faktor demografis yang perlu dipertimbangkan
dalam merancang program pencegahan dan pengendalian malaria di Kecamatan Wewewa Timur.
Implikasi ini menyoroti perlunya pendekatan yang komprehensif dan berbasis bukti dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan malaria.
DAFTAR PUSTAKA
[1] S. SUWITO, U. K. HADI, S. H. SIGIT, and S. SUKOWATI, “Hubungan Iklim, Kepadatan
Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria,” J Entomol Indones, vol. 7, no. 1, 2015,
doi: 10.5994/jei.7.1.42.
[2] T. P. Utami et al., “Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Malaria di Indonesia : Literature
Review,” Jurnal Surya Medika, vol. 7, no. 2, 2022, doi: 10.33084/jsm.v7i2.3211.
[3] W. Pramesti, “Tabel Kontingensi Untuk Mengetahui Hubungan Antara Jenis Penyakit, Jenis
Kelamin, Usia, Lama Rawat dan Keadaan Keluar Pasien,” J Statistika: Jurnal Ilmiah Teori
dan Aplikasi Statistika, vol. 4, no. 1, 2012, doi: 10.36456/jstat.vol4.no1.a1165.