MAKALAH Dasar-Dasar Tentang Tasawuf Dan Dalil-Dalilnya
MAKALAH Dasar-Dasar Tentang Tasawuf Dan Dalil-Dalilnya
MAKALAH Dasar-Dasar Tentang Tasawuf Dan Dalil-Dalilnya
DAN DALIL-DALILNYA
Oleh Kelompok 6:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya.
Penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada progam studi Hukum Tatanegara
mata kuliah Ilmu Akhlak dan Tasawuf yang mana pada setiap makalah ditentukan
oleh dosen pengampu. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Muhammad Riswan, Lc., MSI Dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Akhlak dan Tasawuf.
2. Rekan satu tim yang semangat dalam tugas menyelesaikan makalah ini.
Terakhir tidak ada yang lebih sempurna selain Allah SWT sang Pencipta
dan tidak ada seorang pun yang tidak luput dari kesalahan termasuk penulis. Saran
dan kritik yang membangun tentu sangat berguna bagi penulis untuk meraih hasil
Yang maksimal.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
A. Simpulan .............................................................................................. 15
B. Saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasawuf
2
3
3
Moenir Nahrowi Tohir, menjelajahi eksistensi tasawuf : Meniti Jalan Menuju
Tuhan,Jakarta,2012, hal 3.
4
Ibid, Hal 4.
5
Ibid, Hal 5.
6
Amin syukur, menggugat tasawuf:sufisme dan tanggung jawab social abad
21,Yogyakarta,2002, hal 18
4
Targhib dan tarhib adalah dua kata yang berasal dari bahasa Arab dan memiliki
arti yang berbeda.
Targhib: Kata targhib berasal dari kata kerja َب
َ ( َر ِغraghiba), yang artinya
mengharapkan. Dalam konteks Islam, targhib adalah kepercayaan atau keinginan
yang diharapkan, seperti mengharapkan kedatangan bulan suci Ramadhan.
Tarhib: Kata tarhib berasal dari kata kerja ِب ََ َر َّه
ََ ( َرهrahiba) atau ب
(rahhaba), yang berarti mempertakuti, mengintimidasi, atau mengancam. Dalam
konteks Islam, tarhib adalah ancaman yang diberikan kepada peserta didik atau
umat Islam ketika mereka melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan.
Dalam sejarah perkembangannya, terdapat masa atau tahapan yang terjadi
terhadap ilmu Tasawuf, beberapa masa tersebut adalah masa pembentukan,
pengembangan, konsolidasi, falsafi dan masa pemurnian7. Berikut adalah
penjelasan tiap-tiap perkembangan ilmu Tasawuf:
a. Masa Pembentukan
Masa ini terjadi dalam abad I dan II hijriah, Hasan Basri dan Rabiah
Adawiyah muncul dengan ajaran khauf dan cinta, yakni mempertebal takut atau
taqwa kepada Tuhan, penyucian hubungan manusia dengan tuhan, selain itu
muncul gerakan pembaharuan hidup kerohanian dikalangan kaum muslimin.
Dalam ajaran-ajaran yang dikemukakan, dianjurkan mengurangi makan (Ju’),
menjauh dari keramaian duniawi (Zuhud), mencela dunia (Dzammu al dunya)8.
Selanjutnya pada abad II Hijriah, tasawuf tidak banyak berbeda dengan
sebelumnya, meskipun penyebabnya berbeda. Penyebab pada abad ini terjadi
karena formalism dalam melakukan syariat agama (lebih bercorak fiqh) yang
menyebabkan sebagian orang tidak puas dengan kehidupannya. Sehingga
sebagian orang ada yang lari kepada istilah-istilah yang pelik mengenai
kebersihan jiwa (thaharatun nafs), kemurnian hati (naqyu al-qalb), hidup ikhlas,
menolak pemberian orang, bekerja mandiri dan berdiam diri.
b. Masa Pengembangan
Pada abad III dan IV, tasawuf sudah bercorak kefana’an (ekstase) yang
7
Amin Syukur & Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf, Yogyakarta,2002. Hal 17.
8
Ibid, Hal 19.
5
َ
9
Ibid, Hal 23.
6
10
Ibid, Hal 24
7
11
Ibid, Hal 26.
8
12
Ibid, Hal 31.
9
disebut wali (kekasih Allah) ialah orang yang berperilaku baik (shaleh), konsisten
dengan syari’ah Islamiyah. Sebutan yang tepat untuk diberikan kepada orang
tersebut ialah Muttaqin, allah berfirman dalam surat Yunus : 62-63.
Ibn Taimiyah mengkritik terhadap ajaran Ittihad, Hulul, dan Wahdat al-
Wujud sebagai ajaran yang menuju kekufuran (atheisme), meskipun keluar dari
orang-orang yang terkenal ‘arif (orang yang telah mencapai tingkatan ma’rifat),
ahli tahqiq (ahli hakikat) dan ahli tauhid (yang mengesakan Tuhan). Pendapat
tersebut layak keluar dari mulut orang Yahudi dan Nasrani. Mengikuti pendapat
tersebut hukumnya sama dengan yang menyatakan, yakni kufur. Yang
mengikutinya karena kebodohan, masih dianggap beriman13.
Makna eksplisit adalah makna absolut yang langsung diacu oleh bahasa.
Konsep makna ini bersifat denotatif (sebenarnya) sebagai representasi dari
bahasa kognitif. Eksplisit : Makna/maksud diajukan secara langsung dan jelas.
Makna eksplisit mengacu pada informasi, sedangkan makna implisit mengacu
pada emosi. Dalam Q.S. Al-Maidah ayat : 54
َ َ ذ ُ َ ُذ ۡ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ َ ذ
ح ُّبون ُهۥ أذِل ٍة
ِ ّلل بِق ۡو ٖم ُي ُِّب ُه ۡم َو ُي ام ُنوا َمن يَ ۡرت ذد مِنك ۡم عن دِينِهِۦ ف َس ۡوف يَأ ِِت ٱ َٰٓ
يأيها ٱَّلِين ء
َ َ َ ۡ ُ ذ َ َ َ َ ُ ََ َ ذ َ ُ َٰ َ ُ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ ذ
ِيل ٱّلل ِ َوَل َيافون ل ۡو َمة َلئ ِ ٖ ٖۚم ذَٰل ِك فضل ٱّلل
ِ ِ ب َ ون ِف
س ِ لَع ٱلمؤ ِمن ِي أعِز ٍة لَع ٱلكفِ ِرين يج ِهد
13
Ibid, Hal 32.
10
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-
orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.
14
Fhonna. Natasya. Dasar-dasar Al Qur‟an dan Hadits tentang Tasawuf danPerilaku
Rasulullah dan Para Sahabat dalam Kajian Tasawuf. Bandung 2021, Hal. 89
11
3. Mereka berjihad di jalan Allah. Jihad disini tidak terbatas dalam bentuk
mengangkat senjata, tetapi termasuk upaya-upaya membela islam dan
memperkaya peradabannya dengan lisan dan tulisan, sambil menjelaskan
ajaran islam dan menangkal ide-ide yang bertentangan dengannya lebih-lebih
yang memburukannya.
4. Tidak takut kepada celaan pencela . Mereka tidak takut dicela bahwa mereka
tidak toleran misalnya jika mereka bersikap tegas terhadap orang kafir yang
memusuhi islam tidak juga khawatir dituduh fanatik atau fundamentalis jika
menegakkan ukhwah islamiyah. Bahwa kemungkinan manusia dapat saling
mencintai (mahabbah) dengan Tuhan.
Para ahli sufi menafsirkannya bahwa akan datang suatu kaum yang dicintai
Allah dan mereka juga mencintai Allah,sebagaimana yang tercantum di dalam
Tafsir al-Misbah karangan Quraish Shihab bahwa Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintai Allah.Cinta Allah kepada hamba-Nya dipahami para
mufassir dalam arti limpahan kebaikan dan anugerah-Nya.Cinta Allah dan
karunianya tidak terbatas dan cinta manusia kepada Allah bertingkat-bertingkat,
tetapi yang jelas adalah cinta kepada-Nya merupakan dasar dan prinsip perjalanan
menuju Allah, sehingga semua peringkat (maqam) dapat mengalami kehancuran
kecuali cinta.Cinta tidak bisa hancur dalam keadaan apapun selama jalan menuju
Allah tetap ditelusuri.
b. Ayat Al-Qur’an Tentang Tasawuf Secara Implisit.
Makna implisit adalah makna universal yang disembunyikan oleh
bahasa.Konsep makna ini bersifat konotatif (kias) sebagai representasi dari bahasa
emotif. Implisit : makna/maksud diajukan tidak secara langsung dan sembunyi-
sembunyi. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan tasawuf secara
inplisit dapat dilihat dari tingkatan (maqam) dan keadaan (ahwal) para sufi yaitu :
Tingkatan Zuhud yakni tercantum dalam surah An-Nisaa’ ayat 77 yaitu :
ُ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ ُ َ َ ۡ َ َ َ ذ َ َ َ ُ ۡ ُ ُّ ْ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ ُ ْ ذ َ َٰ َ َ َ ُ ْ ذ َ َٰ َ َ َ ذ
ألم تر إَِل ٱَّلِين قِيل لهم كفوا أيدِيكم وأقِيموا ٱلصلوة وءاتوا ٱلزكوة فلما كتِب عليهِم ٱلقِتال
12
َ َ َ ۡ َ َ َ ََۡ َ َ ُۡ ۡ َۡ َ ۡ َ ذ َ َ َ ۡ َ ذ َۡ َ َ ذ َ ۡ َ ََ ُ ْ َذٞ َ َ
ت عل ۡي َنا ٱلقِ َتال ل ۡوَلإِذا ف ِريق مِنهم َيشون ٱنلاس كخشيةِ ٱّلل ِ أو أشد خشية ُۚ وقالوا ربنا ل ِم كتب
َ ذَ َ ُۡ َ َ َ اَٞۡ َُ ٞ َ َ ۡ ُّ ُ َٰ َ َ ۡ ُ َ َ َ َٰٓ َ َ َ ۡ َ ذ
ق َوَل تظل ُمون فتِيًل
َٰ ِيل َوٱٓأۡلخِرة خۡي ل ِم ِن ٱت ب قل متع ٱدلنيا قل ٖۗ ٖ ِ أخرتنا إَِل أج ٖل ق
ي ر
ذ
َ لصَِٰب َ نفس َوٱثلذ َم َرَٰت َوبُ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ ِ ُۡ َ ۡ َۡ َ ُ َ ََۡ َُذ
ۡ َ ِ كم ب
ينِِ ّش ٱ
ِ ِ ٖۗ ِ ِ َل ٱو ل
ِ و م َلٱ ِن
م صٖ ق ن و وعۡل ٱو ف
ِ وۡل ٱ ِن
م ٖ ءَش ونلبلون
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Tingkatan Ridha berdasarkan Q.S. Al-Bayinah ayat 8 yaitu:
ۡ َ ُ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َٰ ُ َ َٰ َ َ َ َ ذ ِ َ ذ َۡ َ ُ َٰ َ َ ۡ َ ذ ُُ
ّلل عن ُه ۡم ت ع ۡد ٖن َت ِري مِن َتتِها ٱَلنهر خ ِِلِين فِيها أبداۖۡ رِض ٱ َج َزاؤه ۡم عِند رب ِ ِهم جن
َ ۡ َ َ َٰ َ ُ ۡ َ ْ ُ َ َ
َش َر ذب ُهۥ
َ ِ خ ورضوا عن ُۚه ذل ِك ل ِمن
Artinya: Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
Niat adalah tolak ukur suatu amalan diterima atau tidaknya tergantung niat
dan banyaknya pahala yang didapat atau sedikit pun tergantung niat. Niat
adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang bisa naik ke
derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan karena
14
niatnya.
15
Ibid, Hal. 90
15
tenggelam dengan melihat kesucian Allah, tidak melihat sesuatupun kecuali Allah
berada di sisinya. Pengalaman semacam ini merupakan derajat terakhir bagi
orang-orang yang menuju akhirat dan jalan pertama bagi orang yang ingin sampai
kepada Allah. Dengan mengikuti sunah tercapailah ma’rifat, dengan melakukan
perbuatan fardhu tercapailah qurbah (dekat dengan Allah) dan dengan selalu
melaksanakan perbuatan sunah tercapailah mahabbah Allah.16
Dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, juga terdapat petunjuk yang
menggambarkan bahwa beliau adalah sufi. Nabi Muhammad telah mengasingkan
diri ke Gua Hira menjelang datangnya wahyu. Beliau menjauhi pola hidup
kebendaan yang pada waktu itu diagung-agungkan oleh orang Arab tengah
tenggelam didalamnya, seperti dalam praktek perdagangan dengan prinsip
menghalalkan segala cara.
16
Utami. Fajria Anindia, Dalil Tasawuf Agar Dekat dengan Allah SWT. Jakarta. 2020, hal. 56
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan keritik dan saran yang dapat membangun dari dosen
16
17
pengampu dan rekan-rekan supaya kami bisa lebih baik lagi, dan untuk
menambah pengetahuan kami tentunya.
DAFTAR PUSTAKA
Tuasikal. Muhammad Abduh. 2020. Menjadi Wali Allah dengan Amalan Wajib
danSunnah. Diakses pada 19 Juni 2022.