0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
65 tayangan12 halaman

Kelompok 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

MAKALAH METODE ISTINBATH HUKUM ISLAM

Tentang

‘Amm(umum)

Disusun oleh :

1. Yulia Muspita (2213010033)


2. Icha Pebrianti (2213010042)
3. Nurjulia Hartati (2213010056)
4. Hafifah Ainum (2213010062)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. H. Sobhan, M.A.

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1445H/2024 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata Metode istinbath Hukum
dengan judul “ ‘ Amm (umum) ” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak terkhusus kepada Bapak Prof. Dr. H. Sobhan, M. A. selaku dosen mata kuliah metode
istinbat hukum islam.

Penulis juga menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta
kritik dari berbagai pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang.

Padang, 22 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................2
A. Pengertian ‘Amm.......................................................................................................................2
B. Sighat/Bentuk ‘Aam..................................................................................................................2
C. Macam-macam lafadz ‘amm....................................................................................................4
D. Dalalah Lafadz ‘Am...................................................................................................................5
BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................8
B. SARAN........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji Islam
adalah Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang dijadikan
pedoman dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliyah yang
diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Melalui kaidah-kaidah Ushul Fiqh akan diketahui
nash-nash syara’ dan hukum-hukum yang ditunjukkannya.

Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang penting diketahui adalah Istinbath dari segi
kebahasaan. Dengan kaidah itu diharapkan dapat memahami hukum dari nash syara’
dengan pemahaman yang benar, dan juga dapat membuka nash yang masih samar,
menghilangkan kontradiksi antara nash yang satu dengan yang lain, mentakwilkan nash
yang ada bukti takwilnya, juga hal-hal lain yang berhubungan dengan pengambilan
hukum dari nashnya. Salah satu dari kaidah-kaidah ushul fiqh adalah lafadz ‘amm (lafaz
umum) dan lafadz khas (lafaz khusus).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ‘amm?


2. Apa saja bentuk/sighat ‘amm?
3. Apa saja macam-macam ‘amm?
4. Bagaimana dalalah lafaz ‘amm?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian ‘amm


2. Untuk mengetahui sighat ‘amm
3. Untuk mengetahui macam-macam ‘amm
4. Untuk mengetahui dalalah ‘amm
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Amm

‘Am (‫( الع;;;ام‬menurut bahasa artinya merata, umum, yang umum, yang
mencakup (‫(الشامل‬. Dengan ungkapan lain, bahwa ‘Am , secara lughowi, adalah lafaz
yang menunjukan meliputi semuanya dan berlaku untuk semua satuan (ifrad) nya.
Sementara secara Istilah, para ulama ushul memberikan definisi dalam beragama
perspektif.

1) Abdul Hamid Hakim ‘Am adalah lafaz yang mencakup dua hal atau lebih
tanpa pembatasan.
2) Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ‘amm Lafadz yang mencakup untuk
semua anggotanya tanpa ada pembatasan.
3) Muhammad al-Amin Al-Sinqithi ‘Am adalah lafaz yang mencakup segala
sesuatu yang cocok (relevan) dengan lafaz tersebut.
4) Dr. Ujail Jasim al-Nasimi menyatakan ‘Am dalam istilah ahli ushul adalah
Lafazh yang dibuat untuk penunjukan atas kuantitas yang banyak tanpa
adanya pembatasan yang mencakup semua hal yang cocok terhadapnya.
Dari pengertian istilah tersebut, bahwa ‘am adalah lafaz yang memiliki
pengertian umum. Dengan pengertian lain, ‘am adalah kata yang memberi
pengertian umum, meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam kata itu
dengan tidak terbatas.1

B. Sighat/Bentuk ‘Aam
Adapun bentuk- benuk lafadz yang mengandung arti ‘am dalam bahasa Arab
banyak sekali, di antaranya adalah:

a. Lafadz ‫( كل‬setiap) dan ‫( جامع‬seluruhnya). Misalnya:

‫ُك ُّل َنْفٍس َذ اِئَقُة اْلَم ْو ِت‬:

1
MA Agus Miswanto, S.Ag., USHUL FIQH Metode Istinbath Hukum Islam, Magnum Pustaka Utama, 2019.

2
Artinya:“Tiap-tiap yang berjiwa akan mati”. (Ali ‘Imran, 185)
‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق َلُك ْم َم ا ِفي اَأْلْر ِض َج ِم يًعا‬
Artinya; “Dialah Allah yang menjadikan untukmu segala yang ada di
bumi secara keseluruhan (jami’an)”. (Al-Baqarah: 29). Lafadz ‫ كل‬dan ‫ حامع‬tersebut di
atas, keduanya mencakup seluruh satuan yang tidak terbatas jumlahnya.
b. Kata jamak (plural) yang disertai alif dan lam di awalnya. Seperti:

‫َو اْلَو اِلَداُت ُيْر ِض ْع َن َأْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن‬
Artinya: “Para ibu (hendaklah) menyusukan anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi orang yang ingin menyempurnakan penyusuannya”. (Al-Baqarah: 233).
Kata al-walidat dalam ayat tersebut bersifat umum yang mencakup setiap yang
bernama atau disebut ibu.

c. Kata benda tunggal yang di ma’rifatkan dengan alif-lam. Contoh:


‫َو َأَح َّل ُهَّللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر َبا‬
Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(Al_baqarah: 27) Lafadz al-bai’ (jual beli) dan al-riba adalah kata benda yang di
ma’rifatkan dengan alif lam. Oleh karena itu, keduanya adalah lafadz ‘am yang
mencakup semua satuan-satuan yang dapat dimasukkan kedalamnya.

d. Lafadz Asma’ al-Mawsul. Seperti ma, al-ladhina, al-ladzi dan sebagainya. Salah
satu contoh adalah firman Allah:
‫ِإَّن اَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن َأْم َو اَل اْلَيَتاَم ى ُظْلًم ا ِإَّنَم ا َيْأُك ُلوَن ِفي ُبُطوِنِهْم َناًرا َو َسَيْص َلْو َن َسِع يًرا‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang (al-ladzina) memakan harta anak
yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perut dan mereka
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala”. (An-Nisa: 10)

e. Lafadz Asma al-Syart (isim-isim isyarat, kata benda untuk mensyaratkan), seperti kata
ma, man dan sebagainya. Misalnya:
‫َو َم ْن َقَتَل ُم ْؤ ِم ًنا َخ َطًأ َفَتْح ِر يُر َر َقَبٍة ُم ْؤ ِم َنٍة َو ِدَيٌة ُمَس َّلَم ٌة ِإَلى َأْهِلِه ِإاَّل َأْن َيَّص َّد ُقوا‬
Artinya: “dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah” (An-Nisa’:92)

3
f. Isim nakirah dalam susunan kalimat naïf (negatif), seperti kata ‫ اَل ُجَناَح‬dalam ayat
berikut:
‫َو اَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم َأْن َتْنِكُحوُهَّن ِإَذ ا َآَتْيُتُم وُهَّن ُأُجوَر ُهَّن‬
Artinya: “dan tidak ada dosa atas kamu mengawini mereka apabila kamu
bayar kepada mereka maharnya”. (Al-Mumtahanah: 10).
Dengan demikian semua lafadz- lafadz tersebut ditetapkan dalam bahasa
dengan suatu ketetapan yang hakiki untuk menunjukkan pada seluruh satuan–
satuannya.2

C. Macam-macam lafadz ‘amm


Lafadz umum atau ‘amm dapat dibagi menjadi tiga macam:
1. Lafaz umum yang tidak mungkin ditakhsiskan seperti firman Allah:
‫َو َم ا ِم ْن َد اَّبٍة ِفي اَأْلْر ِض ِإاَّل َع َلى ِهَّللا ِر ْز ُقَه ا َو َيْع َلُم ُم ْس َتَقَّرَها َوُم ْس َتْو َدَع َهاۚ ُك ٌّل ِفي ِكَت اٍب‬
‫ُم ِبيٍن‬

Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi


melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(Qs hud:6)

Contoh lain dari firman Allah:

‫َو َجَع ۡل َنا ِم َن ٱۡل َم ٓاِء ُك َّل َش ۡي ٍء َح ٍّۚي َأَفاَل ُيۡؤ ِم ُنوَن‬

Artinya: Dan dari pada air, kami jadikan segala sesuatu yang dapat
hidup (Q.S.21, Al-Anbiya:30)

Ayat diatas menerangkan sunnatullah yang berlaku bagi setiap


mahkluk karena itu dialahnya qath'I yang tidak rnenerimaTakhsis.

2. Lafaz umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang


kekhususannya, seperti dalam firman Allah:

‫اِس‬ ‫َو ِهَّلِل َع َلى ٱلَّن‬


‫…ِح ُّج ٱۡل َبۡي ِت‬..

2
“Ushul_Fiqh_lafal_Amm_Khash,” n.d.

4
Artinya :“............mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, (Q.S Ali-Imran:97).

Lafaz manusia dalam ayat diatas adalah lafaz umum yang


dimaksudkan adalah manusia yang mukallaf saja karena dengan perantara akal
dapat dikeluarkan dari keumuman lafal anak kecil dan orang gila.

3. Lafaz umum yang khusus ( yang memang dipakai untuk hal-hal yang
khusus) seperti lafaz umum yang tidak ditemui tanda yang menunjukan di
Takhsis seperti

dalam firman Allah :

‫َو اْلُم َطَّلٰق ُت َيَتَر َّبْص َن ِبَاْنُفِس ِهَّن َثٰل َثَة ُقُر ْۤو ٍۗء‬

Artinya : “Wanita-wanita yang di talak hendaklah menahan


(menunggu) tiga kali quru”

Lafadz ‘am dalam ayat tersebut diatas adalah kata-kata al-muthallaqat


(wanita-wanita yang di talak), terbebas dari indikasi yang menunjukkan bahwa
yang dimaksud adalah makna umum atau sebagian cakupannya.3

D. Dalalah Lafadz ‘Am


Para ulama bermufakat bahwa lafazh ‘Am yang tidak berindikasikan
takhshish adalah qath’i al-dalalah. Namun para ulama berikhtilaf tentang lafzh
‘Am yang muthlaq tanpa disertai suatu indikasi penolakan takhshish apakah
boleh ditakshish atau tetap berlaku umum?

1. Hanafiyah

Dalalah lafazh ‘Am itu adalah qath’i. Karena itu setiap lafazh ‘am
mesti diposisikan terlebih dahulu sebagai lafzah ‘Am dan tidak ditakshshish
sampai ada keterangan dalil yang mentakshishnya. Karena lafaz ‘Am yang
dimaksudkan secara bahasa adalah menunjuk semua satuan yang tercakup di
dalamnya tanpa kecuali.

3
Moch. Tolchah, “‘Am Dan Khas,” Jurnal Kependidikan Islam 3, no. 2 (2015): 279–95,
http://digilib.uinsby.ac.id/6878/21/Bab 17.pdf.

5
Sebagai contoh, ulama hanafiyah mengharamkan memakan daging
binatang yang disembelih tanpa menyebut basmallah, kerana adanya firman
Allah yang bersifat umum menentukan itu.

ۖ ‫َو اَل َتْأُك ُلوا ِمَّم ا َلْم ُيْذ َك ِر اْس ُم ِهَّللا َع َلْيِه َو ِإَّنُه َلِفْسٌق ۗ َو ِإَّن الَّشَياِط يَن َلُيوُحوَن ِإَلٰى َأْو ِلَياِئِه ْم ِلُيَج اِد ُلوُك ْم‬
‫َو ِإْن َأَطْع ُتُم وُهْم ِإَّنُك ْم َلُم ْش ِرُك وَن‬

Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut


nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam
itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti
mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS
al-‘AnAm [6]: 121).

Ayat ini dalam perspektif ulama Hanafiyyah tidak dapat ditakhsis oleh
hadits nabi yang berbunyi:

‫ رواهٔ ابو داود‬.‫المسلم يذبح علي اسم هللا سمي او لم يسم‬.

Orang Islam itu selalu menyembelih binatang atas nama Allah, baik
dia itu benar-benar menyebut-Nya ataupun tidak. (HR Abu Dawud).

Dalam perspektif ulama Hanafiyah, bahwa ayat tersebut adalah qathiy


baik dari sisi wurud ataupun dalalah-nya. Sedangkan hadits di atas hanya
berkekuatan dzanny, sekalipun dari sisi makna adalah qathiy al-dalalah.

2. Jumhur Ulama

Dalalah lafazh ‘Am itu adalah zhanni karena setiap lafazh ‘Am
memiliki kemungkinan untuk ditakshish.

Jumhur Ulama, di antaranya Syafi’iyah, berpendapat bahwa lafadz


‘Am itu dzanniy dalalah atas semua satuan yang tercakup di dalamnya.
Demikian pula, lafadz ‘Am setelah di-takhshish, satuan yang tersisa adalah
juga dzanniy dalalah. Sehingga di kalangan mereka, ada satu kaidah ushuliyah
yang sangat terkenal berbunyi: “Setiap dalil yang ‘am harus ditakhsis.

Dalam kaitan contoh tentang memakan daging binatang di atas. Ulama


Al-Syafi’iyyah memiliki perspektif bahwa memakan daging binatang yang

6
disembelih tidak dengan basmalah adalah boleh. Dengan argumentasi bahwa
ayat di atas dapat ditakhsis dengan hadits tersebut. Karena dalalah kedua nash
itu sama-sama dzanniy. Lafaz al-’Am pada ayat tersebut zhanniy al-dalalah.4

4
Tolchah. “‘Am Dan Khas,”n.d.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
‘Amm adalah lafaz yang memiliki pengertian umum. Dengan pengertian lain,
‘am adalah kata yang memberi pengertian umum, meliputi segala sesuatu yang
terkandung dalam kata itu dengan tidak terbatas.
Adapun bentuk- benuk lafadz yang mengandung arti ‘am dalam bahasa Arab
banyak sekali, di antaranya adalah:
a. Lafadz ‫( كل‬setiap) dan ‫( جامع‬seluruhnya).
b. Kata jamak (plural) yang disertai alif dan lam di awalnya
c. Kata benda tunggal yang di ma’rifatkan dengan alif-lam.
d. Lafadz Asma’ al-Mawsul. Seperti ma, al-ladhina, al-ladzi dan
sebagainya
e. Lafadz Asma al-Syart (isim-isim isyarat, kata benda untuk
mensyaratkan),
f. Isim nakirah dalam susunan kalimat naïf (negatif),

Dalalah lafazh ‘Am itu adalah qath’i. Karena itu setiap lafazh ‘am mesti
diposisikan terlebih dahulu sebagai lafzah ‘Am dan tidak ditakshshish sampai ada
keterangan dalil yang mentakshishnya. Karena lafaz ‘Am yang dimaksudkan secara
bahasa adalah menunjuk semua satuan yang tercakup di dalamnya tanpa kecuali.

Lafadz umum atau ‘amm dapat dibagi menjadi tiga macam:


1. Lafaz umum yang tidak mungkin ditakhsiskan .
2. Lafaz umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang
kekhususannya
3. Lafaz umum yang khusus ( yang memang dipakai untuk hal-hal yang
khusus) seperti lafaz umum yang tidak ditemui tanda yang
menunjukan di Takhsis.

B. SARAN
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta
kritik dari berbagai pihak. Semoga makalah mengenai ‘Amm (umum) ini bermanfaat bagi
semua orang serta dapat dijadikan acuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Agus Miswanto, S.Ag., MA. USHUL FIQH Metode Istinbath Hukum Islam. Magnum Pustaka Utama,
2019.
Tolchah, Moch. “‘Am Dan Khas.” Jurnal Kependidikan Islam 3, no. 2 (2015): 279–95.
http://digilib.uinsby.ac.id/6878/21/Bab 17.pdf.
“Ushul_Fiqh_lafal_Amm_Khash,” n.d.
Agus Miswanto, S.Ag., MA. USHUL FIQH Metode Istinbath Hukum Islam. Magnum Pustaka Utama,
2019.
Tolchah, Moch. “‘Am Dan Khas.” Jurnal Kependidikan Islam 3, no. 2 (2015): 279–95.
http://digilib.uinsby.ac.id/6878/21/Bab 17.pdf.
“Ushul_Fiqh_lafal_Amm_Khash,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai