Laporan Pendahuluan (LP) Eliminasi Urin Dan Fekal
Laporan Pendahuluan (LP) Eliminasi Urin Dan Fekal
Laporan Pendahuluan (LP) Eliminasi Urin Dan Fekal
232030230863
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi
a. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-
b. Miksi
penyaringan darah (sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh) dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan dari tubuh berupa urin (air kemih). (Syaifuddin, 2019). Sistem
perkemihan memiliki fungsi :
c. Menyimpan nutrient.
f. Membentuk urin.
Sistem perkemihan disebut juga urinari sistem atau renal sistem. Terdiri dari:
a. Dua buah ginjal, yang berfungsi membuang zat-zat sisa metabolisme atau
kemih/bladder.
c. Kandung kemih/bladder, yang merupakan tempat penampungan urin.
3. Etiologi
1) Intake cairan
2) Aktifitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk
tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih
yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung
kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak
berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang
volume feses. Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
2) Cairan
chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.
chime.
dalam waktu lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses
mengeras.
5) Obat-obatan
dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur
6) Usia
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang
feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yang juga menurunkan
paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor. Cedera pada sumsum
4. Klasifikasi
a. Eliminasi Urine
1) Retensi urine
2) Dysuria
Adanya rasa nyeri, sakit atau kesulitan dalam berkemih.
3) Polyuria
4) Inkontinensi Urin
b. Eliminasi Fekal
1) Konstipasi
2) Impaksi
3) Diare
pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala
gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan , absorpsi, dan
4) Inkontinensia
5) Flatulen
dan kram.
6) Hemoroid
5. Patofisiologi
berbeda. Pada pasien dengan usia tua, trauma yang menyebabkan cedera
spinalis tidak selalu terjadi bersama-sama dengan adanya fraktur atau dislokasi.
Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa
mengakibatkan efek yang nyata di medulla spinallis. Cedera medulla spinalis
(CMS) merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf termasuk pada
syok spinal. Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada
medulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat cedera. Dalam kondisi ini, otot-
otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkat
lesi menjadi paralisis komplet dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada. Hal
Distensi usus dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang dapat
diatasi dengan dekompresi usus (Brunner & Suddarth, 2022). Hal senada
gangguan fungsi autonom berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan
defekasi.
dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf
otonom dan somatik. Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis
peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal uretra.
simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh
segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak. Impuls saraf dari batang otak
menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sakral spinal. Selama fase
pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus
pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna.
Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal. Pasien post
retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma kandung kemih dan
obat- obat narkotik, peregangan atau trauma saraf pelvik, hematoma pelvik,
post operasi biasanya membaik sejalan dengan waktu dan drainase kandung
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam
defekasi.
sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus.
anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang
dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan
muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui
tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika
6. Manifestasi klinis
1) Retensi Urin
2) Inkontinensia urin
• pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
1) Konstipasi
• Nyeri rektum
2) Impaction/impaksi
• Tidak BAB
• Anoreksia
• Kembung/kram
• Nyeri rektum
3) Diare
menahan BAB.
4) Inkontinensia Fekal
7. Komplikasi
d. Prolaps. Bagian dari vagina, kandung kemih, dan terkadang uretra dapat jatuh
ke pintu masuk vagina. Hal ini biasanya disebabkan oleh melemahnya otot
dasar panggul.
8. Penatalaksanaan
c) Terapi farmakologi
d) Terapi pembedahan
e) Modalitas lain
eliminasi perkemihan
1) Konstipasi
suara usus
2) Diare
konsistensi tinja.
laktosa
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
1) Pola Berkemih
a) Dribbing
b) Nokturia
Sering terbangun pada malam hari karena ingin buang air kecil.
c) Anuria
d) Glicosuria
e) Piuria
a) Frekuensi
c) Disuria
d) Poliuria
e) Volume Urine
a) Diet
keluaran urine.
c) Stress psikologis
b. Pemeriksaan Fisik
yang terkait dengan inkontinensia urin atau fekal dan menilai area perineum
dan peri- anal. Evaluasi fungsional dimulai dengan wawancara dan berlanjut
dengan inkontinensi urine yang parah, bau khas urine mungkin ada, dan kulit
merah dengan lesi satelit) atau dermati- tis kontak amonia (ruam papula
yang parah, kulit sering gundul, merah, dan menyakit- kan saat disentuh,
c. Pemeriksaan Diagnostik
berupa
2) Penampilan : Jernih.
3) Bau: Beraroma.
4) pH: 4,5-8,0.
6) Glukosa: Negatif.
7) Keton: Negatif.
2. Diagnosis Keperawatan
b. Penyebab
urinaria.
7) Hambatan lingkungan.
Subyektif
2) Urine menetes.
3) Poliuri.
4) Nokturia.
5) Enuresis.
Objektif:
Subjektif
Objektif
1) Bau feses
3) Trauma.
4) Kanker.
6) Stroke.
a. Definisi
Perubahan kebiasaan buang air besar dari pola normal yang ditandai dengan
b. Penyebab
3) Gangguan kognitif.
7) Diare kronis.
8) Stress berlebihan.
Subjektif
Objektif
e. Subjektif:
Tidak tersedia
Objektif:
1) Bau feses.
1) Spina bifida.
2) Atresia ani.
3) Penyakit Hirschsprung.
a. Definisi
Pengeluaran urine yang tidak terkendali pada volume kondung kemih tertentu
tecapai.
b. Penyebab
2) Kerusakan jaringan
Subjektif
2) Dribbing.
4) Nokturia.
Objektif
Subjektif
(Tidak Tersedia)
Objektif
(Tidak Tersedia
2) Pembedahah pelvis.
3) Demensia.
4) Sklerosis multipel.
3. Intervensi Keperawatan
a. Observasi
dan warna). Rasional: untuk mengetahui tanda, gejala dan faktor penyebab
eliminasi urine.
b. Terapeutik
c. Edukasi
d. Kolaborasi
a. Observasi
b. Terapeutik
defekasi.
c. Edukasi
hasil konsultasi.
d. Kolaborasi
Katerisasi urine
a. Observasi
b. Terapeutik
1) Siapkan peralatan, bahan-bahan dan ruangan tindakan.
aquades.
c. Edukasi