0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan14 halaman

LP Eliminasi Alvi..

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN ELIMINASI ALVI

NAMA : Nur Aini Kamilia


NIM : 19020109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI
JEMBERYAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ELIMINASI ALVI

1.1 Definisi

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk

kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan

keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa - sisa metabolisme. Sisa

metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang berasal dari saluran

cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati & Rosmalawati, 2016)

Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism

tubuh yang tidak terpakai. Perubahan pada defekasi dapat menyebabkan masalah

pada gastrointestinal dan bagian tubuh lain, karena sisa - sisa produk usus adalah racun

(Saryono & Widianti, 2010)

.
1.2 ETIOLOGI GANGGUAN ELIMINASI ALVI

Faktor yang mempengaruhi defekasi (Saryono & Widianti, 2010)

1) Usia dan perkembangan

Gerakan peristaltik usus menurun dan melambatnya pengosongan usus seiring

bertambahnya usia.

2) Diet

Asupan makanan yang bergizi dan teratur tiap hari membantu dalam defekasi

secara normal, terutama dalah serat. Selulosa, serat dalam diet memberikan

volume feses. Makanan pedas dapat menyebabkan diare dan flatus karena dapat

mengiritasi saluran cerna.


3) Cairan

Kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang tidak

adekuat, misalnya muntah berlebih sehingga tubuh mengabsorpsi cairan dari

chymus dan menyebabkan feses keras serta eliminasinya terhambat. Adanya

gerak peristaltic yang meningkat, waktu untuk mengabsorbsi menjadi

berkurang yang menyebabkan feses encer dan lunak.

4) Aktivitas

Imobilisasi akan menekan motilitas usus seperti otot pelvis dan otot abdomen

yang lemah. Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik usus

5) Faktor psikologis

Adanya stress emosional menurunkan rangsangan defekasi. Penyakit

mempengaruhi defekasi. Penyakit mempengaruhi defekasi. Adanya colitis ulceraktif

mengakibatkan diare berat. Aktivitas peristaltic meningkat pada orang yang cemas,

stress atau marah.

6) Gaya hidup

Kebiasaan individu yang lebih senang bila melakukan defekasi di toiletnya sendiri.

7) Medikasi

Beberapa obat memiliki efek samping yang mengganggu eliminasi normal seperti

diare, morfin dan kokain yang menyebabkan konstipasi.Obat juga mengubah warna

feses seperti hitam oleh zat besi, hijau oleh antibiotik dan putih oleh antacid.

8) Prosedur diagnostic

Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak

ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada

pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan Barium


(digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yang lebih jauh.

Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi

dan kadang - kadang suatu impaksi.

9) Anestesi dan pembedahan

Anastesi menyebabkan penurunan atau memberhentikan gerakan peristati

k Pembedahan yang melibatkan penanganan usus secara langsung dapat

menyebabkan terhentinya pergerakan usus sementara yang disebut ileus peralitik

berlangsung selama 24 - 48 jam.

10) Kondisi patologis

Adanya cedera kepala dan medulla spinalis akan menurunkan sensori untuk

defekasi

11) Iritan Zat

seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran

intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

12) Nyeri

Pada keadaan nyeri, klien mensupresi keinginannya untuk berdefekasi.

13) Gangguan saraf sensori

Motoric Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan

stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan

klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat

menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami

konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia


karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.

1.3 PATHWAY

Faktor mal Faktor Makanan Faktor Psikologi : Rasa


absorbsi Makanan besi,Beracun, takut dan Cemas
:karbohidrad,lemak, Alergi makanan
protein

Penyerapan sari - sari makanan dalam


saluran pencernaan tidak adekuat

Terdapatnya zat - zat


yang tidak diserap Peradangan isi usus Gangguan motilitas asus

tekanan osmotik meningkat gangguan sekresi hiper peristaltik

reabsorbsi dalam usus besa


r terganggu sekresi air dalam elektrolit
usus meningkat

merangsang usus mengeluarkan isinya

Diare

BAB sering dengan konsistensi cair inflamasi saluran pencernaan

Kulit disekitar cairan yg keluar banyak suhu tubuh menungkat mual muntah
canus lecet
dan iritasi
anoreksia
hipertermi
kemerahan & gatal dehidrasi
Defisit nutrisi
sering digaruk

Kerusakan Kekurangan
integritas kulit volume cairan

1.4 Manifestasi klinis gangguan eliminasi alvi

Manifestasi klinis (Wahyudi & Wahid, 2016) :

1) Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses

2) Tidak mampu menunda defekasi

3) Feses keluar sedikit - sedikit dan sering

4) Kulit perianal kemerahan

1.5 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang eliminasi fekal (Wahyudi & Wahid, 2016) :

1) Spesimen Feses

Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan feses (ambil sekitar 2,5 cm feses atau 20 -30

ml feses jika feses cair).

2)Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test

Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses (skrining kanker kolorektal) dengan

reagen khusus untuk mendeteksi adanya peroxidase)

1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada eliminasi fekal (PPNI, 2018) :

1)KonstipasI
a. Periksa tanda dan gejala konstipasi

b. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses

c. Identifikasi factor risiko konstipasi

d. Monitor tanda dan gejala

e. rupture usus dan/atau peritonisis

f. Anjurkan diet tinggi serat

g. Lakukan massage abdomen

h. Lakukan evakuasi feses secara manual

i. Berikan enema atau irigasi

j. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan

k. Anjurkan peningkatan asupan cairan,

l. Latih buang air besar secara teratur

m.Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi

n. Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi suara usus

o. Kolaborasi penggunaan obat pencahar

2) Diare

a. Identifikasi penyebab diare

b. Identifikasi riwayat pemberian makanan

c. Identifikasi gejala invaginasi

d. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

e. Monitor tanda dan gejala hipovolemia

f. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal

g. Monitor jumlah pengeluaran diare


h. Monitor keamanan penyiapan makanan

i. Berikan asupan cairan oral

j. Berikan cairan intravena

k. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

l. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

m.Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

n. Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan mengandung

laktosa

o. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

p. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

q. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik

r. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses

1.7 Komplikasi

Komplikasi eliminasi fekal (Saryono & Widianti, 2010) :

1) Konstipasi

Yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras

dan mengejan. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,

sehingga banyak air diserap. Penyebabnya kebiasaan BAB tidak teratur, diet tidak

adekuat, meningkatnya stress psikologi, kurang aktivitas, obat obatan (kodein,

morfin, anti kolinergik, zat besi), penggunaan obat pencahar/laksatif, usia, peristaltic

menurun dan otot - otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
2) Impaksi

Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras

di rectum tidak bias dikeluarkan, impaction berat, tumpukan feses sampai pada

kolon sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar,

konstipasi berulang kali dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.

3) Diare

Seiring dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk

4) Inkontinensia fekal Keadaan tidak mampu menontrol BAB dan udara dari anus,

BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi

sprinkter anal, penyakit neuromuskuler, truma spinal cord dan tumor springster

anal eksternal.

5) Flatulens

Menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended,

merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar mulut (sendawa) atau

anus (flatus). Hal - hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah

pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di

usus yang menghasilkan CO2.

6) Hemoroid

Yaitu dilatasi vena pada dinding rectum (bias internal atau eksternal). Hal ini terjadi

pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.

Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang.

Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal.
Kadang - kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan

nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

1.8 asuhan keperawatan

1. Pengkajian

1) Identitas klien.

2) Riwayat keperawatan.

a. Awalan serangan: Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat,nafsu makan kurang kemudian timbul diare.

b. Keluhan utama: Feces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun - ubun

besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan

bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer

3) Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat penyakit yang diderita riwayat pemberian imunisasi.

4) Riwayat psikososial keluarga.

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi

keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan

pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan

5) bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

2. Diagnose keperawatan yang muncul

1) Hipovolemia berhubungan dengan cairan yang keluar banyak.

2) Inkontinensia fekal berhubungan dengan frekuensi defekasi meningkat.


3) Defisit nutrisi berhubungan dengan

4) anoreksia.

5) Hipertermia berhubungan dengan agen pirogen.

6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kemerahan dan gatal.

3. Intervensi keperawatan

No Tujuan dan kriteria

hasil intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
keperawatan 1. Periksa tanda 1.Mengetahui tanda
3x24 jam diharapkan dan gejala dan gejala
hipovolemia teratasi Hypovolemia hypovolemia
dengan kriteria hasil: 2.Mengetahui
2. Monitor intake
1. Mempertahankan urin
dan jumlah input dan
output sesuai dengan
output cairan output
usia dan BB, BJ urin
normal, HT normal. Nursing Cairan
2. Tekanan darah, nadi, 1. Hitung kebutuhan
suhu tubuh dalam cairan
batas normal 2. Berikan posisi Nersing
3. Tidak ada tanda - modified 1.Menentukan
tanda Trendelenburg jumlah pemberian
dehidrasi,elastisitas 3. Berikan asupan cairan pada pasien
turgor kulit baik, cairan Oral. 2.Melancarkan
membrane mukosa peredaran darah
Edukasi
lembab, tidak ada
1. Anjurkan ke otak
rasa haus yang
memperbanyak 3.Memenuhi
berlebihan
asupan cairan oral kebutuhan cairan
Kolaborasi pasien
1. .Kolaborasi
pemberian cairan IV
edukasi 1.Membantu
Memenuhi
kebutuhan cairan

kolaborasi
1.Mengatasi
Kekurangan cairan
2. Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
keperawatan selama 3x24 1.Identifikasi status 1.Mengetahui status
jam diharapkan deficit nutrisi nutrisi pasien
nutrisi teratasi dengan 2.Identifikasi alergi 2.Mengetahui alergi
kriteria hasil: dan intoleransi dan intoleransi
1. Adanya peningkatan makanan makanan pada
berat badan sesuai 3.Identifikasi makanan pasien
dengan tujuan yang disukai 3.Membantu
2. Berat badan ideal 4.Identifikasi memilih makanan
sesuai dengan tinggi kebutuhan kalori dan yang disukai pasien
badan jenis nutrien 4.Menentukan
5.Identifikasi perlunya jumlah dan jenis
3. Mampu penggunaan selang nutrien yang akan
mengidentifikasi nasogastrik diberikan
kebutuhan nutrisi 6.Monitor asupan 5.Menentukan
4. Tidak ada tanda makanan penggunaan selang
tanda nutrisi 7.Monitor berat badan nasogastrik untuk
5.Menunjukkan 8.Monitor hasil membantu
peningkatan fungsi pemeriksaan memberikan
dari pengecapan dan laboratorium nutrien
menelan 6.Memantau asupan
6. Tidak terjadi penurunan Nursing makanan
berat badan yang 1.Lakukan oral pada pasien
berarti hygiene sebelum 7.Mengetahui berat
makan, jika perlu badan pasien
2.Fasilitasi 8.Membantu
menentukan pedoman menentukan
diet tindakan
3.Sajikan makanan keperawatan
secara menarik dan 1.Memberi
suhu yang sesuai. rasa nyaman
sebelum
makan pada pasien
2.Membantu
pasien dalam
melakukan
diet
3.Penyajian makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai

3. Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi


keperawatan 3x24 jam 1.Identifikasi 1.Mengetahui
diharapkan hipertermia penyebab hipertermia Penyebab
teratasi 2.Monitor suhu tubuh hipertermia
dengan kriteria hasil: 3.Monitor komplikasi 2.Memantau
1.Suhu tubuh dalam akibat hipertermia perubahan suhu
rentang normal Nursing tubuh
2.Nadi dan RR dalam 1.Sediakan lingkungan 3.Mengetahui
rentang normal yang nyaman adanya komplikasi
3.Tidak ada perubahan 2.Basahi dan kipasi
warna kulit dan tidak permurkaan tubuh Nursing
ada pusing Edukasi 1.Membantu
1.Anjurkan tirah baring pasien beristirahat
Kolaborasi 2.Membantu
1.Kolaborasi pemberian mengurangi rasa
cairan dan elektrolit panas pada pasien
intravena
edukasi
1.Meminimalkan
fungsi semua system
organ pasien

kolaborasi
1.Membantu
memulihkan kondisi
tubuh

4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan
dengan format SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

Kasiati, D. W., & Rosmalawati. (2016). Kebutuhan dasar manusia 1.

Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.PPNI. (2018).


Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI.Saryono, & Widianti, A. T. (2010).

Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).

Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai