0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
55 tayangan36 halaman

Makalah Nutrisi Ibu Dan Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 36

MAKALAH

“OPTIMALISASI NUTRISI IBU DAN ANAK DALAM


MENINGKATKAN PELAYANAN KEBIDANAN PADA COUNTRY
WOMEN”

Dosen Pengampu:
Nina Artika Dewi M.Tr.keb

Disusun Oleh:
Haslyna Ardifa
(2022206206026)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ Nutrisi Ibu dan Anak ”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kapada nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir
zaman.

Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam
pembuatan makalah ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan dikemudian
hari.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.

Pringsewu, 29 April 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 4
A. Pengertian Gizi Ibu dan Anak..................................................................................... 4
1) Gizi Ibu........................................................................................................... 10
2) Gizi Anak........................................................................................................ 18
B. Tantangan Kesehatan dan Gizi pada Perempuan di Pedesaan.................................... 18
1) Akses Terbatas terhadap Layanan Kesehatan.................................................19
2) Masalah Gizi Ibu dan Anak............................................................................ 20
3) Faktor Sosial dan Ekonomi yang Mempengaruhi Gizi.................................. 23
C. Peran Bidan dalam Peningkatan Pelayanan Kebidanan............................................. 24
1) Asuhan Kebidanan selama Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan..... 24
2) Peran Pendidik dan Penasihat dalam Nutrisi Ibu dan Anak........................... 25
3) Pendekatan Holistik dalam Pelayanan Kebidanan ........................................ 25
D. Strategi Optimalisasi Nutrisi Ibu dan Anak................................................................ 25
1) Pelatihan dan Pendidikan Gizi bagi Bidan dan Petugas Kesehatan............... 26
2) Program Edukasi Gizi untuk Perempuan di Pedesaan.................................... 27
3) Promosi Praktik Pemberian ASI Eksklusif..................................................... 28
4) Kolaborasi dengan Pemerintah Lokal dan Organisasi Masyarakat Sipil....... 28
5) Mendorong Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan.............. 29
E. Pravelensi Data Gizi Buruk di Lampung.................................................................... 29
1) Status Gizi Balita............................................................................................ 29
2) Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/U............................................. 30
3) Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator TB/U............................................. 30
4) Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/TB........................................... 32

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 33


A. Kesimpulan................................................................................................................. 33
B. Saran........................................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di banyak wilayah pedesaan di seluruh dunia, akses terhadap layanan kesehatan dan
pemahaman tentang gizi yang tepat masih menjadi tantangan besar, terutama bagi
perempuan. Perempuan di pedesaan sering kali menghadapi berbagai hambatan dalam
mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk layanan
kebidanan yang penting selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.
Tingkat kematian ibu dan anak yang tinggi, serta prevalensi masalah gizi seperti
stunting dan kurang gizi pada anak-anak, masih menjadi masalah serius di banyak daerah
pedesaan. Faktor-faktor seperti akses terbatas terhadap layanan kesehatan, keterbatasan
sumber daya, serta faktor sosial dan budaya seringkali menjadi penghalang bagi perempuan
di pedesaan untuk mendapatkan nutrisi yang optimal bagi diri mereka dan anak-anak mereka.
Dalam konteks ini, optimalisasi nutrisi ibu dan anak menjadi sangat penting sebagai
strategi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan di pedesaan. Upaya
untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya nutrisi, serta penguatan pelayanan
kebidanan di pedesaan, menjadi kunci dalam mengatasi tantangan kesehatan dan gizi yang
dihadapi oleh perempuan di komunitas pedesaan.
Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga bahagia.
Masa penting pada pertumbuhan anak terdapat pada masa kehamilan ibu, masa ibu menyusui,
bayi dan anak usia 1-6 tahun itu sendiri. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental
yang bersifat alami dimanaparacalon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum
dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi
harus baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, minimal sepertizat besi dan
kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Kekurangan atau kelebihanmakanan pada masa
hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu, janin yangdikandung serta jalannya persalinan.
Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi danpengawasan berat badan (BB) selama hamil
merupakan salah satu hal penting dalampengawasan kesehatan pada masa hamil. Selama
hamil, calon ibu memerlukan lebihbanyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamildibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila
makanan ibu terbatasjanin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu
menjadi kurus,lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.
Setelah masa kehamilan ibu masuk kedalam masa menyusui. Ibu menyusui memiliki
kebutuhan yang banyak akan asupan gizi yang terkandung di dalam setiap makanan yang
dikonsumsinya dengan memperhatikan kebutuhan yang diperlukan oleh tubuhnya. Gizi yang
baik dikonsumsi ibu, berpengaruh juga terhadap keadaan bayinya, karena makanan yang
dikonsumsi merupakan asupan gizi yang didapat bayi dari ibu. Selain itu ibu pada masa ini
juga mengalami masa nifas. Nifas merupakan suatu keadaan yang dimulai dari setelah
kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas umumnya berlangsung selama 6 minggu akan tetapi seluruh alat genitalia
baru akan pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Untuk
menunjang pemulihan alat-alat tersebut maka diperlukan pemenuhan nutrisi dan juga cairan
yang dapat membantu mengoptimalkan kerja sel-sel dalam tubuh.
Selanjutnya masa penting dalam pertumbuhan anak adalah pada masa bayi dan anak
usia 1- 6 tahun. Nutrisi sangat penting dalam tumbuh kembang anak selain kebutuhan
sandang, papan, dan kesehatan, baik makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) maupun
mikronutrien (vitamin dan mineral). Dalam menciptakan sumber daya manusia yang
bermutu, perlu di atatasi sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan bayi dan anak.
Salah satu unsure penting dari kesehatan adalah masalah gizi, kekurangan gizi pada bayi dan
anak dapat menimbulkan efek negative seperti otak mengecil, berat badan dan tinggi badan
tidak sesuai dengan umur dan rawan terhadap penyakit.
Kecukupan nutrisi dan zat gizi, dibutuhkan untuk mendukung proses pertumbuhan
anak, anak harus mempunyai tubuh yang sehat untuk melawan beragam radikal bebas yang
menyerang anak dengan antioksidan, dengan memberikan asupan nutrisi yang seimbang.
Anak harus mendapatkan unsur-unsur gizi seimbang, yang dapat menutupi kekurangan
asupan gizi, yang tidak didapat karena kesulitan anak untuk makan, serta pola makan yang
tidak sehat. Dengan mendapat gizi seimbang, masalah akibat kekurangan gizi maupun
kelebihan gizi pada anak akan dapat diteka.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penulis akan membahas tentang kebutuhan
gizi pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dananak usia 1-6 tahun.
Pelayanan kebidanan pada ibu dan anak merupakan salah satu aspek penting dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di kalangan perempuan. Namun, masih
banyak permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan, seperti kurangnya
pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan
selama kehamilan. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan ibu dan anak, serta
meningkatkan risiko stunting dan malnutrisi pada anak.
Pengaruh edukasi berbasis keluarga terhadap intensitas ibu hamil untuk optimalisasi
nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan telah diteliti, dengan hasil menunjukkan bahwa
edukasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam
mengoptimalkan nutrisi. Selain itu, pembentukan kelas ibu hamil sebagai bentuk optimalisasi
pemeriksaan antenatal care juga telah dilakukan, dengan tujuan meningkatkan interaksi dan
berbagi pengalaman antar peserta dan ibu hamil.
Dalam konteks pelayanan kebidanan, bidan memiliki peran penting dalam
memberikan pelayanan terhadap ibu dan anak, termasuk pemeriksaan fisik, perawatan
prenatal, dan pelayanan kesehatan kepada anak. Namun, masih banyak permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan kebidanan, seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu
hamil tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan selama kehamilan.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya optimalisasi nutrisi ibu dan anak
dalam meningkatkan pelayanan kebidanan bagi perempuan di pedesaan. Melalui pemahaman
yang lebih baik tentang tantangan yang dihadapi dan strategi yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan bagi perempuan dan anak-anak di pedesaan.
Dalam makalah ini, akan diuraikan tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan
selama kehamilan, serta bagaimana edukasi berbasis keluarga dan pembentukan kelas ibu
hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam mengoptimalkan
nutrisi. Selain itu, akan juga diuraikan tentang peran bidan dalam memberikan pelayanan
terhadap ibu dan anak, serta permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan utama, yaitu:

1) Menyoroti pentingnya optimalisasi nutrisi ibu dan anak sebagai strategi untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan di pedesaan. Dengan
menyajikan informasi yang komprehensif tentang tantangan kesehatan dan gizi yang
dihadapi oleh perempuan di pedesaan, diharapkan pembaca akan memahami urgensi
perlunya perhatian khusus terhadap masalah ini.
2) Menggambarkan peran penting bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang
berkualitas, termasuk asuhan klinis selama kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan, serta peran sebagai pendidik dan penasihat dalam hal nutrisi ibu dan anak.
Dengan memahami peran bidan yang krusial dalam menyediakan informasi dan
dukungan terkait gizi, pembaca diharapkan dapat mengapresiasi kontribusi mereka
dalam meningkatkan kesehatan keluarga di pedesaan.
3) Menganalisis berbagai strategi yang dapat diterapkan untuk optimalisasi nutrisi ibu
dan anak di pedesaan, termasuk pelatihan dan pendidikan gizi, program edukasi untuk
perempuan di pedesaan, promosi praktik pemberian ASI eksklusif, kolaborasi lintas
sektor dengan pemerintah lokal dan organisasi masyarakat sipil, serta pemberdayaan
perempuan dalam pengambilan keputusan terkait kesehatan dan gizi.
4) Mendorong pembaca untuk mempertimbangkan implikasi kebijakan dari temuan dan
rekomendasi yang disajikan dalam makalah ini. Dengan menyoroti kebutuhan akan
kebijakan yang mendukung akses terhadap layanan kesehatan dan gizi di pedesaan,
diharapkan akan tercipta lingkungan kebijakan yang mendukung upaya-upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak-anak di pedesaan.
Melalui pencapaian tujuan-tujuan ini, makalah ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang berarti dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman dan tindakan terkait
dengan optimalisasi nutrisi ibu dan anak serta pelayanan kebidanan di pedesaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gizi Ibu dan Anak


Gizi atau disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal
makanan serta hubungannya dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan tentang gizi
(nutrisi) membahas sifat-sifat nutrient (zat-zat gizi) yang terkandung dalam makanan,
pengaruh metaboliknya serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan (ketidak
cukupan) zat gizi.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta mengahasilkan
energy.
Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi ibu
selama masa kehamilannya, dengan porsi dua kali makanan orang yang tidak hamil.
Gizi seimbang pada ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan
ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk
pertumbuhan serta pekembangan bayinya. Gizi seimbang pada saat menyusui
merupakan seuatu yang penting bagi ibu menyusui karena sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, Oleh karena itu, pemenuhan gizi yang baik bagi ibu
menyusui akan berpengauh terhadap status gizi ibu menyusui dan juga tumbuh
kembang bayinya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak merupakan suatu perubahan yang
berlangsung dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh dengan aspek motorik
kasar, motorik halus, bicara, bahasa serta sosialisasi, dan kemandirian.
Proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh kognitif serta kesehatan anak.
Salah satunya mengenai asupan gizi yang seimbang dengan perkembangan kognitif
anak karena gizi yang baik akan membantu perkembangan psikologis dan kognitif
anak. Dengan itu kesehatan anak tergantung dengan asupan gizi yang di dapatkannya
selama proses perkembangan dari umur 1-6 tahun. Gizi anak adalah makanan yang
dikonsumsi oleh anak dengan gizi seimbang dan juga makanan yang sehat agar anak
dapat tumbuh kembang dengan baik sebagai mana mestinya
1) Gizi Ibu Hamil
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup
mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai
sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat
pengatur.Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak semua
kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional. Pada dasarnya menu
makanan ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh
karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama
hamil. Selama hamil calon ibu memerlukan lebih banyak zat gizi daripada
wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya
dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap
menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat,
gigi rusak, rambut rontok, dan lain-lain. Demikian pula, bila makanan ibu
kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu
pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan
abortus, Bayi lahir prematur, atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat persalinan
dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain
yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang
berlebihan dapat mengakibatkan berat badan yang berlebihan, bayi besar dan
dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklamsi (keracunan kehamilan). Bila
makanan ibu kurang kemudian diperbaiki setelah bayi lahir, kekurangan yang
dialami sewaktu dalam kandungan tidak dapat sepenuhnya diperbaiki.

Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil antara lain :


1. Umur
2. Berat Badan
3. Suhu Lingkungan
4. Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang gizi dalam makanan
5. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan
6. Aktivitas
7. Status Kesehatan
8. Status Ekonomi
Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan
selama hamil, antara lain:
1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang
berlebihan, susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar.
2. Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari.
3. Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi.
4. Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada.
5. Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar.
6. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi,
kool, kubis dan lain-lain.
7. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental.
8. Menghindari merokok dan minum -minuman keras.
9. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium
akhir kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya
sekitar 30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi pada minggu
32-38. Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir
kehamilan tersebut (Soetjiningsih, 1995).
1. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan
pada waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan
otot-otot skelet meningkat pada akhir kehamilan.
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat
kecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan
oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria
pada kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral.
Normalnya, pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat
lebih kurang 65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.
2. Protein
Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian
disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu,
dan persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari
protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus
adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat
protein loss di urine +30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil
sekitar 1,01 g/kg. BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata
wanita dengan berat badan 55 kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus yang
sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan masyarakatnya.
Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan dengan nilai
hayati protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein, makin besar
jumlah protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar
jumlah protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih
rendah dari protein hewani.
3. Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi mulai
bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun
kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-40
kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun
kecuali lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat
(SSP) dan dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5%
lemak dalam tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8%
pada minggu ke-34 dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan
sekitar 14 g emak per hari ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta
sekitar 40% dari lemak ibu, sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun
protein meningkat dengan cepat pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan
dengan meningkatnya BB janin. Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah
subkutan, oleh karena itu pada bayi atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat
pada jaringan subkutan.
4. Zat Besi (Fe)
Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan harus
adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil memerlukan 800
mg atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal
kehamilan, karena pemberian yang hanya pada trisemester III tidak dapat
mengejar kebutuhan ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat
besi meningkat sehingga dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg
perhari yang didapat dari suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh
sum-sum tulang, fetus, dan plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat
kekurangan zat besi akan berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran
dini, rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat
dilahirkan, dan kematian bayi sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh
dari hati, sumsum tulang, telur, daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna hijau
tua.
5. Kalsium (Ca)
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena terjadinya
peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penurunan penyerapan
kalsium, dan retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium
diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D membantu
penyerapan kalsium, kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu
tambahan 600 mg/hari dan total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah
1200 mg/hari. Kalsium dapat diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan
teri, rebon kering, kacang kedelai kering atau basah, dan brokoli segar.
6. Asam Folat
Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu
sehingga kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat
kekurangan asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan
kekurangan oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada
kerusakan oragna-organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil
menyebabkan kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan
kecerdasan (retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil
sebanyak 280 μg per hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada
trisemester II, dan 470 ug per hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran
hijau, hati, dan ayam.
7. Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu
hamil, terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat
meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang
sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,
ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan jantung.

8. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel
bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin
E dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji
kapas, dan minyak jagung.
9. Vitamin A
Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur
dan perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat
dilahirkan. Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan
mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau
kuning.
10. Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum
waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
11. Iodine
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 μg. kekurangan iodine pada
masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan
dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam
dapur yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal
dari laut, serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
12. Zinc (Seng)
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc
yang rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc
berperan untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ
perasa (penglihatan, penciuman, dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh
dari daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.
Contoh pengaturan makanan untuk ibu hamil dalam sehari :
Contoh menu sehari untuk ibu hamil (menurut direktorat bina gizi, 2011) :
Pagi
 Nasi
 Ayam goreng bumbu lengkuas
 Pepes tahu
 Oseng-oseng jagung muda+wortel
 Susu
Jam 10.00 : Bubur kacang hijau
Siang
 Nasi
 Sop sayuran
 Ikan balado
 Kripik tempe
 Jeruk

Jam 16.00 : Selada Buah


Malam
 Nasi
 Telur balado
 Perkedel tahu
 Tumis taoge+bakso
 Pisang
2) Gizi Bayi dan Anak
Bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan
makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yang
yaitu dengan kadar 4 – 5 % dari total kadar kalori dalam ASI. Lemak yang diperlukna
58% dari kalori total dalam susu matur. Mineral yang diperlukan dalam masa ini terdiri
dari kalsium, pospor, klor, kalium, dan natrium yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan si bayi. Sedangkan untuk vitamin bervariasi sesuai dengan diet ibu.
Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang
disebut dengan Makanan Pendamping Asi (MP – ASI). MP-ASI merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP – ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
pencernaan bayi.
Pada keadaan biasa, MP-ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara
khusus untuk bayi, dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan. MP-ASI
harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk yang sesuai dengan umur bayi. Sementara itu
ASI harus tetap diberikan secara teratur dan sering.
Kebutuhan gizi pada bayi :
a. Energi
Kebutuhan energi pada usia 6 – 12 bulan adalah 650 kkal per hari. Fungsi
energi ialah untuk menunjang keseluruhan proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Lemak
Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel-sel saraf otak untu
kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam
linoleat/omega 6, asam linolenat/omega 3) serta asam lemak non-esensial (asam
oleat/omega 9, EPA, DHA, AA).
c. Protein
Komponen dasar dari protein, yakni asam amino, terutama berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin,
triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar
atau penyampaipesan ( neurotransmitter ).
d. Vitamin A
Berperan untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan kulit,
membantu daya tahan tubuh, dan membuat pertumbuhan optimal bagi anak.
e. Vitamin B Kompleks
Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak
adalah ,vitamin B1, vitamin B6, dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya
tidak terpenuhi, maka akan timbul gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi
otak dan sistem saraf.
f. Vitamin C
Berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang rawan), meningkatkan daya
tahan tubuh, dan menyerap kalsium yang diperlukan untuk pembentukan tulang
dan gigi yang kuat.
g. Kalsium
Penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi otot, membantu
penyerapan vitamin B12.
h. Asam Folat
Penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah merah, dan sel
darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan sel darah merah
dan mencegah anemia.
i. Kholin
Senyawa ini merupakan pembentuk sejenis neurotransmitter yang disebut
asetilkolin. Kholin juga merupakan bagian dari lesitin, yaitu suatu fosfolipid yang
banyak terdapat di otak sebagai pembentuk membran (dinding) sel saraf.
j. Yodium, Zat Besi, dan Zink
Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin (sejenis hormon
yang diperlukan dalam pembentukan protein yang membantu proses tumbuh
kembang otak). Zat besi dibutuhkan dalam proses pembentukan mielin. Zat besi
disimpan di dalam berbagai jaringan otak selama 12 bulan pertama sejak bayi
lahir. Seng merupakan bagian darai sekitar 300 jenis enzim yang membantu
pembelahan sel. Kekurangan zat seng di dalam otak dapat menyebabkan
gangguan fungsi otak yang disebut ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Disorder).

Standar kebutuhan gizi bayi setiap hari


ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan paling sempurna bagi
bayi usia 0-6 bulan. ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk,
ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi
belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan
selain ASI. Setelah masa tersebut, bayi harus diperkenalkan dengan makanan pendamping
ASI. Contohnya bubur susu, bubur saring, dan nasi tim.

Pada usia 6 – 12 bulan kapasitas pencernaan, enzim pencernaan, dan kemampuan


metabolisme bayi sudah siap untuk menerima makanan lain selain ASI. Kebutuhan gizi
bayi tidak tercukupi dari ASI saja. Sekitar 70% kebutuhan gizi bayi tercukupi dari ASI
dan 30% dari makanan pendamping ASI.

Agar bayi memiliki memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan
makanan bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini. Pendisiplinan
pemberian makan secara teratur juga membentuk kebiasaan yang baik Disiplin ini penting
untuk pertumbuhan fisik dan pembentukan pola hidupnya kelak.

Adapun standar kebutuhan gizi bayi setiap hari adalah sebagai berikut :

a. Kalori: 100-120 per kilogram berat badan


Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960
kkal
b. Protein: 1,5-2 gram per kilogram berat badan
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4
gram
c. Karbohidrat: 50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram
d. Lemak: 20 persen dari total kalori
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram

Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang


mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6 -24 bulan untuk
memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006).

Jenis-jenis MP-ASI
Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi, dan porsi makan
harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan energi
dari makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6 – 8 bulan, 300 kkal per
hari untuk bayi usia 9 -11 bulan dan 550 kkal per hari untuk bayi 12 bulan (1 tahun).

a. Umur 6 – 8 bulan, kenalkan MP-Asi dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu
sampai nasi tim lunak, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan.
6 bulan : 6 sendok makan.
7 bulan : 7 sendok makan.
8 bulan : 8 sendok makan
b. Untuk umur 9 – 12 bulan, berikan MP-ASI dimulai dari bubur nasi sampai nasi
tim sebanyak 3 kali sehari. Setiap kali makan berikan sesuai umur:
9 bulan : 9 sendok makan.
10 bulan : 10 sendok makan.
11 bulan : 11 sendok makan.
pada usia 12 bulan berikan nasi lembek 3 kali sehari.
Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI.

Keterangan:

 Pada MP-ASI, tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tahu/ tempe/ daging sapi/ wortel/
bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak pada bubur nasi atau nasi lembek..
 Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara
menyiapkannya, batas umur, dan tanggal kadaluarsa.
 Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti bubur
kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari, dan sebagainya.
 Beri buah-buahan atau sari buah, seperti air jeruk manis dan air tomat saring.
 Bayi mulai diajarkan makan dan minum sendiri menggunakan gelas dan
sendok.

Tujuan Pemberian MP-ASI menurut sholihin (1999):

a. Untuk menambah energi.


b. Membantu dalam proses pertumbuhan pada bayi.
c. Sebagai makanan pelengkap.
d. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah, mencium, dan menelan
serta melakukan adaptasi pada makanan yang mengandung energi tinggi.
e. Guna melengkapi zat-zat gizi yang belum di penuhi oleh ASI guna menunjang
proses pertumbuhan supaya tetap optimal.

Manfaat Pemberian MP-ASI

Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi bayi.
Sehingga bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian
makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain keterampilan
motorik, keterampilan mengecap, dan mengunyah serta penerimaan terhadap rasa dan
bau. Untuk itu pemberian makanan pada pertama perlu dilakukan secara bertahap.
Misalnya, untuk melatih indera pengecap, berikan bubur susu satu rasa dahulu, baru
kemudian dicoba dengan multirasa (Depkes, 2000).

Makanan Pemenuhan Gizi Bayi 6 – 12 bulan

a. Wortel, mengandung betakaroten dan antioksidan yang tinggi. Didalam tubuh,


betakarotin dikonversi mnjadi vitamin A.
b. Ubi Jalar, merupakan salah satu makanan yang bisa mencegah beberapa kanker
dan melindungi dari radikal bebas karena mengandung potasium, vitamin C, serat,
dan sumber betakaroten yang sangat baik dan antioksidan.
c. Pisang, kaya akan karbohidrat yang menyediakan energi dan mengandung serat
yang bermanfaat untuk kesehatan pncernaan bayi.
d. Alpukat, mengandung lebih banyak nutrisi dibandingkan dengan buah lainnya.
Selain itu memiliki kandungan protein tinggi dan kaya akan lemak tak jenuh yang
bisa mencegah penyakit jantung.
e. Telur, putih telur kaya akan protein dan kuning telur mengandung zinc, vitamin A,
D, E, dan B12. Kuning telurnya juga mengandung kolin yang bermanfaat bagi
kesehatan dan perkembangan otak bayi.
f. Yoghurt, mengandung probiotik yaitu bakteri baik untuk kekuatan, kesehatan,
tulang, dan gigi.
1. Gizi Anak Usia 1-6 Tahun
Anak usia 1- 3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-6 tahun bersifat
konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang
dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif
artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (fauziah, 2009). Konsumsi
pangan yang kurang akan berdampak terhadap kurangnya zak gizi dalam tubuh.
Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan,
yaitu konsumsi energi dan protein.
Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan
kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur
dan susu. Angka kecukupan gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat
kecukupan zat gizi individu.
Kebutuhan gizi pada anak:
Menurut badriah (2011) kecukupan energi sehari anank dapat dilihat sebagai
berikut

Golongan Kecukupan Gizi (Kkal/Kg BB)


Umur Pria Wanita
1-3 tahun 100 100
4-6 tahun 90 90
a. Karbohidrat
Dianjurkan 60 – 70% energi total berasal dari karbohidrat. Sumber
makanan karbohidrat adalah padi-padian ( gandum dan beras atau serealia,
umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar) jagung, kacang-kacang kering
dan gula.
b. Protein
Berikut tabel kecukupan protein anak pra sekolah sesuai umur

Golongan Umur Kecukupan protein (g/kg BB)


1-3 tahun 2
4-6 tahun 1,8
Sumber makanan protein adalah kacang-kacangan, bijain, ikan, telur, susu
dan hasil olahannya ( santoso dan ranti 2004)

c. Lemak
Dianjurkan 15-20% enenrgi total berasal dari lemak, disamping itu untuk
bayi dan anak-anak 1-2% energi total bersal dari asam lemek esensial (asam
linoleat). Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhandan untuk
kesehatan kulit.
d. Vitamin dan mineral
Dapat diperoleh dari sayur, buah, garam dan hati, berikut tabel kebutuhan
vitamin dan mineral usia 1-6 tahun:

Zat Gizi RDA RDA Perkiraan Kebutuhan


1-3 4-6 Satuan Gizi 1-3 4-6
tahu tahun
n
Vitamin A 400 500 Biotin (ug) 20 25
(RE)
Vitamin B (ug) 10 10 Klorida (mg) 350 500
Vitamin E 6 7 Copper (mg) 0,7- 1,0-
(mg) 1,0 1,5
Vitamin K 15 20 Mangan (mg) 1,0- 15-
(mg) 1,5 20
Vitamin C 90 45 Flouride 5-15 1,4-
(mg) 2,5
Tiamin (mg) 0,7 0,9 Kromium 20- 30-
(mg) 80 120
Riboflavin Sodium (mg) 225 300
(mg)
Niasin (mg) 9 12 Potassium(mg) 1000 1400
Vitamin B6 1,0 1,1
(mg)
Folat 50-
75
Vitamin B12 0,7 1,0
(ug)
Kalsium 800 800
Fosfor (mg) 800 800
Magnesium SO 120
Zat Besi (mg) 10 10
Seng (mg) 10 10
Yodium 70 90

Air kebutuahan air sehari pada anak

Golongan umur Kebutuhan sehari (ml/kg BB/hari)


2-3 tahun
4-6 tahun 100-110
Berikut pola pemberiaan makanan anak pra sekolah per hari:

Golongan Umur Bahan Makanan Berat (gram) URT


1-3 tahun Nasi 250 1,5 gelas
Meizena 10 2 sdm
Daging 50 2 ptng kcl
Telur 50 1 butir
Tempe 50 2 potong
Sayuran 100 1 gelas
Pisang 100 2 buah
Biscuit 20 2 biji
Susu bubuk 30 6 sdm
Minyak 20 2 sdm
Gula pasir 30 2,5 gelas
4-5 tahun Nasi 300 2,5 gelas
Daging 1000 2 potong
Telur 50 1 butir
Tempe 50 2 ptng sdg
Kacang hijau 10 1 sdm
Pisang 200 2 buah
Sayuran 100 2
mangkok
Gula pasir 25 2,5 sdm
Minyak 10 1 sdm
Susu 400 2 gelas
Makanan selingan/snack untuk balita usia 4-5 tahun menurut notowidjojo (2011
diberikan 2 kali, yaitu selingan pertama diantara sarapan dan mkan siang, selingan
kedua dinatara makan siang dan makan malam, tujuannya adalah untuk mencukupi
gizi anak. Kemudain untuk frekuensi makan yang ideal menurut suryansyah (2012)
adalah 3 kali sehari dengan jam makan yang tertur sepeprti jam 8, jam 12 dan jam 18.
Faktor yang mempengaruhi pola pemberian makanan

a. Faktor ekonomi : berkaitan dnegan kualitan dan kuantitas makanan yang akan
dikonsumsi.
b. Faktor sosio budaya : pantangan berkaitan dengan makanan yang akan
dimakan
c. Agama : boleh tidaknya makanan tersebut diamakan dalam agama
d. Pendidikan : pemilihan makanan terhadap pengetahuan yang dimilikinya
e. Lingkungan : keluarga, lingkungan sekolah, lingkunagn sekitar, media dsb.

B. Tantangan Kesehatan dan Gizi pada Perempuan di Pedesaan


Kesehatan dan gizi pada perempuan di pedesaan masih menjadi tantangan yang
signifikan di Indonesia. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan yang belum
mampu diatasi oleh negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Prevalensi masalah
gizi kurang pada Balita di Indonesia masih mengalami peningkatan, yaitu 36,8% (tahun
2007) menjadi 37,2 % (tahun 2013) untuk kasus stunting dari 18,4% (tahun 2007) menjadi
19,6% (tahun 2013).
Faktor yang berhubungan dengan status gizi adalah asupan makanan (energi dan
protein) dan penyakit penyerta. Faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat
pendidikan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor
lingkungan. Pendidikan gizi memiliki peran penting dalam meningkatkan status gizi dan
kesehatan. Pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan
cara mengkonsumsi makanan yang seimbang. Keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makan dengan pendidikan gizi sangat penting. Faktor-faktor tersebut antara lain
adalah tingkat pendidikan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan
kesehatan dan faktor lingkungan. Keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
makan dengan pendidikan gizi sangat penting. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
tingkat pendidikan, pola asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan
faktor lingkungan. Mewujudkan desa sehat merupakan tujuan yang diinginkan oleh banyak
masyarakat desa. Desa yang sehat memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup
penduduknya. Namun, untuk mencapai desa sehat, terdapat berbagai tantangan dan peluang
yang perlu ditangani dengan baik oleh kesehatan masyarakat desa.
Tantangan kesehatan dan gizi pada perempuan di pedesaan masih menjadi
permasalahan yang signifikan di Indonesia. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status
gizi, peran pendidikan gizi, dan keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
makan sangat penting dalam meningkatkan status gizi dan kesehatan. Mewujudkan desa sehat
merupakan tujuan yang diinginkan oleh banyak masyarakat desa, namun terdapat berbagai
tantangan dan peluang yang perlu ditangani dengan baik oleh kesehatan masyarakat desa.

1) Akses Terbatas terhadap Layanan Kesehatan


Akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi masalah yang kompleks di
Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi akses
tersebut antara lain jarak, biaya, dan kurangnya infrastruktur kesehatan. Kurangnya
infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di daerah pedesaan membuat akses terhadap
layanan kesehatan menjadi terbatas dan kurang berkualitas. Selain itu, masalah sosial
dan ekonomi seperti akses terhadap air bersih dan sanitasi yang buruk juga
mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.
Penggunaan teknologi digital dapat membantu meningkatkan akses terhadap
layanan kesehatan di desa. Telemedicine, misalnya, memungkinkan pasien untuk
berkonsultasi dengan dokter melalui video call tanpa harus datang ke rumah
sakit. Sistem informasi kesehatan juga dapat membantu dokter dan tenaga medis
dalam pemantauan kondisi kesehatan pasien, pemantauan obat, dan pengelolaan data
Kesehatan.
Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan di desa membutuhkan upaya
yang terintegrasi. Penggunaan teknologi digital dan jaringan telekomunikasi dapat
membantu meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan di desa. Selain itu,
perlu juga diatasi tantangan lain seperti sistem perawatan kesehatan yang
terfragmentasi, sumber daya yang terbatas, stigma, dan kesenjangan pelatihan perlu
diatasi melalui dukungan kebijakan, pelatihan interdisipliner, dan solusi
teknologi. Dengan mengintegrasikan layanan kesehatan, nutrisi, dan kesehatan
mental, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung yang
mempertimbangkan faktor penentu sosial kesehatan dan mempromosikan akses yang
adil terhadap perawatan terpadu.

2) Masalah Gizi Ibu dan Anak


Masalah gizi pada ibu dan anak masih menjadi permasalahan yang kompleks
di Indonesia. Prevalensi masalah gizi kurang pada Balita di Indonesia masih
mengalami peningkatan, yaitu 36,8% (tahun 2007) menjadi 37,2 % (tahun 2013)
untuk kasus stunting dari 18,4% (tahun 2007) menjadi 19,6% (tahun 2013). Status
gizi pada bayi atau Balita, salah satunya pola asuh makanan. Selain pola asuh makan,
karakteristik individu yang melakukan asuh makan dalam hal ini adalah ibu, juga
mempengaruhi pertumbuhan bayi atau Balita. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan status gizi adalah asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit penyerta.
Faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, pola
asuh, sosial budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan.
Peran ibu dalam pemenuhan gizi anak sangat penting. Ibu sebagai pengasuh
mempunyai peran yang penting dalam hal yang berkaitan dengan makanan, mulai dari
penyusunan menu makanan, pembelian, pemberian makanan pada anak, pola makan
anak dan frekwensi makan anak. Kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak. Pola asuh yang tidak memadai akan menyebabkan anak tidak
suka makan atau tidak diberikan makanan seimbang.
Pengetahuan ibu tentang gizi sangat berpengaruh terhadap status gizi anak. Ibu
yang memiliki pengetahuan tentang gizi yang cukup akan lebih memiliki informasi
yang terkait dengan pemenuhan gizi balita dengan baik dan tentunya akan
berpengaruh pada proses praktek pengelolahan makanan di rumahnya mulai dari
persiapan sampai dengan pendistribusiannya pada setiap anggota rumah tangga
khususnya kepada anaknya.
Masalah gizi pada ibu dan anak masih menjadi permasalahan yang kompleks
di Indonesia. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi, peran ibu dalam
pemenuhan gizi anak, dan pengaruh pengetahuan ibu tentang gizi sangat penting
dalam meningkatkan status gizi anak. Oleh karena itu, perlu diatasi tantangan lain
seperti sistem perawatan kesehatan yang terfragmentasi, sumber daya yang terbatas,
stigma, dan kesenjangan pelatihan perlu diatasi melalui dukungan kebijakan,
pelatihan interdisipliner, dan solusi teknologi.

3) Faktor Sosial dan Ekonomi yang Mempengaruhi Gizi


Faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi gizi dengan cara yang kompleks
dan beragam. Faktor-faktor tersebut dapat berupa akses terhadap pendidikan yang
kurang merata, kesenjangan dalam akses kesehatan dan pelayanan medis, serta
perbedaan pendapatan dan pekerjaan. Faktor sosial ekonomi masyarakat sangat
berpengaruh terhadap minat masyarakat menabung, pendapatan, tingkat pendidikan,
jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Kondisi sosial ekonomi adalah
suatu keadaan atau kedudukan yang diatur sosial dan merupakan seseorang dalam
posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat, pemberian posisi ini disertai pula
dengan posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat, pemberian posisi ini disertai
pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa
status.
Faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi kesehatan. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa aspek yang menjadi ukuran bagaimana kondisi
sosial dan ekonomi masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi maka kondisi sosial ekonomi
masyarakat dalam penelitian ini hanya terfokus pada aspek penyerapan tenaga kerja,
mata pencaharian, pendapatan ekonomi, interaksi sosial, kesehatan, dan pembangunan
infrastruktur.
Faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi gizi dan kesehatan dengan cara
yang kompleks dan beragam. Faktor-faktor tersebut dapat berupa akses terhadap
pendidikan yang kurang merata, kesenjangan dalam akses kesehatan dan pelayanan
medis, serta perbedaan pendapatan dan pekerjaan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
sangat berpengaruh terhadap minat masyarakat menabung, pendapatan, tingkat
pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Oleh karena itu, perlu
diatasi tantangan lain seperti sistem perawatan kesehatan yang terfragmentasi, sumber
daya yang terbatas, stigma, dan kesenjangan pelatihan perlu diatasi melalui dukungan
kebijakan, pelatihan interdisipliner, dan solusi teknolog.

C. Peran Bidan dalam Peningkatan Pelayanan Kebidanan


Peran bidan dalam pelayanan kebidanan sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Menurut Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan, bidan memiliki kewenangan dalam memberikan pelayanan kesehatan,
termasuk pelayanan kebidanan kepada bayi dan anak balita. Kewenangan bidan dalam
pelayanan kebidanan mencakup pemberian asuhan kebidanan, pemeriksaan ANC, dan
pemberian konseling dan penyuluhan ASI.
Peran bidan sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada
komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Bidan juga
memiliki kewenangan dalam memberikan pelayanan kebidanan, termasuk pemberian asuhan
kebidanan, pemeriksaan ANC, dan pemberian konseling dan penyuluhan ASI. Peran bidan
sebagai pendidik adalah memberikan pendidikan pada individu, keluarga, dan masyarakat
dalam masa prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa laktasi, KB,
pertumbuhan/perkembangan bayi/anak, gizi, pemeliharaan kesehatan, dan masalah kesehatan
Masyarakat.
Peran bidan dalam pelayanan kebidanan sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Bidan memiliki kewenangan dalam memberikan pelayanan
kebidanan, termasuk pemberian asuhan kebidanan, pemeriksaan ANC, dan pemberian
konseling dan penyuluhan ASI. Selain itu, bidan juga memiliki peran sebagai pendidik dalam
memberikan pendidikan pada individu, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu
diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di daerah
pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat pedesaan.

1) Asuhan Klinis selama Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan


Asuhan klinis selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan sangat
penting untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Masa nifas adalah masa pemulihan
paska persalinan hingga seluruh organ reproduksi wanita pulih kembali sebelum
kehamilan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat masa nifas antara lain, suhu,
pengeluaran lochea, payudara, traktur urinarius, dan sistem kardiovaskuler.
Peran bidan dalam pelayanan kebidanan sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Menurut Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan, bidan memiliki kewenangan dalam memberikan pelayanan
kesehatan, termasuk pelayanan kebidanan kepada bayi dan anak balita1. Kewenangan
bidan dalam pelayanan kebidanan mencakup pemberian asuhan kebidanan,
pemeriksaan ANC, dan pemberian konseling dan penyuluhan ASI
Pengkajian subyektif meliputi keluhan utama, pola fungsi kesehatan, dan
riwayat kehamilan sekarang. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien
yaitu sejak kapan perut terasa nyeri, jarak setiap rasa sakit, lamanya rasa sakit, dan
sudah mengeluarkan lendir bercampur darah, atau cairan.
Intervensi yang diberikan meliputi pengkajian, deteksi masalah, dan
mengatasinya, beritahu hasil pemeriksaan dan usia kehamilan, ajarkan ibu cara
mengatasi ketidaknyamanan, berikan tablet besi, mendiskusikan persiapan kelahiran
bayi, beritahu tanda bahaya kehamilan, dan jadwalkan kunjungan berikutnya.
asuhan klinis selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan sangat
penting untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi. Masa nifas adalah masa pemulihan
paska persalinan hingga seluruh organ reproduksi wanita pulih kembali sebelum
kehamilan. Intervensi yang diberikan meliputi pengkajian, deteksi masalah, dan
mengatasinya, beritahu hasil pemeriksaan dan usia kehamilan, ajarkan ibu cara
mengatasi ketidaknyamanan, berikan tablet besi, mendiskusikan persiapan kelahiran
bayi, beritahu tanda bahaya kehamilan, dan jadwalkan kunjungan berikutnya. Oleh
karena itu, perlu diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan
tenaga medis di daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.

2) Peran Pendidik dan Penasihat dalam Nutrisi Ibu dan Anak


Peran pendidik dan penasihat dalam nutrisi ibu dan anak sangat penting dalam
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Pendidik dan penasihat dapat
memberikan pendidikan dan nasihat yang tepat kepada ibu dan anak tentang
pentingnya gizi seimbang dan cara mengkonsumsi makanan yang seimbang. Pendidik
dan penasihat juga dapat membantu ibu dan anak dalam mengatasi masalah gizi yang
dihadapi, seperti kekurangan gizi dan obesitas.
Pendidikan gizi adalah salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan
pengetahuan dan perilaku ibu dan anak tentang gizi seimbang. Pendidikan gizi dapat
membantu ibu dan anak dalam memahami pentingnya gizi seimbang dan cara
mengkonsumsi makanan yang seimbang. Pendidikan gizi juga dapat membantu ibu
dan anak dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi, seperti kekurangan gizi dan
obesitas.
Nasihat dan bimbingan adalah salah satu cara yang efektif dalam
meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu dan anak tentang gizi seimbang. Nasihat
dan bimbingan dapat membantu ibu dan anak dalam memahami pentingnya gizi
seimbang dan cara mengkonsumsi makanan yang seimbang. Nasihat dan bimbingan
juga dapat membantu ibu dan anak dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi,
seperti kekurangan gizi dan obesitas.
Peran pendidik dan penasihat dalam nutrisi ibu dan anak sangat penting dalam
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Pendidikan gizi dan nasihat
dan bimbingan adalah salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan
dan perilaku ibu dan anak tentang gizi seimbang. Oleh karena itu, perlu diatasi
tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di daerah
pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat pedesaan.

3) Pendekatan Holistik dalam Pelayanan Kebidanan


Pendekatan holistik dalam pelayanan kebidanan adalah suatu pendekatan yang
paling komprehensif dalam pelayanan kesehatan, sehingga bidan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil dan anak.
Pendekatan holistik meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan spiritual, sehingga dapat
mendeteksi dini serta mencegah kemungkinan komplikasi yang akan terjadi dengan
segera.
Model konseptual pelayanan kebidanan holistik pada ibu hamil di bidan
praktik mandiri Kabupaten Garut menunjukkan bahwa model ini meliputi fisik,
mental, sosial, dan spiritual yang diintegrasikan ke dalam standar pelayanan antenatal
10 T dalam aspek temu wicara. Model ini dapat dilakukan mulai dari pengkajian,
analisis (penegakan diagnosis), sampai penatalaksanaan. Pengkajian pada ibu hamil
tidak hanya aspek fisik/klinis saja, akan tetapi pengkajian mengenai sosial ekonomi,
mental, dan spiritual perlu dilakukan.
Pengaruh asuhan kebidanan holistik terhadap resiliensi psikologi klien sangat
signifikan. Asuhan kebidanan holistik yang diberikan kepada ibu maupun anaknya
sangat terbuka terhadap metode-metode kesehatan atau pengobatan komplementer,
serta memperhatikan kondisi klien secara holistik, termasuk aspek fisik, mental,
sosial, dan spiritual.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan inovasi asuhan kebidanan holistik
dalam pelayanan praktik mandiri bidan adalah pengetahuan, sikap, dan pelatihan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman praktik sangat
berpengaruh terhadap kemampuan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
holistik yang berkualitas.
Pendekatan holistik dalam pelayanan kebidanan sangat penting dalam
meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil dan anak.
Model konseptual pelayanan kebidanan holistik meliputi aspek fisik, mental, sosial,
dan spiritual yang diintegrasikan ke dalam standar pelayanan antenatal 10 T dalam
aspek temu wicara. Pengaruh asuhan kebidanan holistik terhadap resiliensi psikologi
klien sangat signifikan, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan inovasi asuhan
kebidanan holistik adalah pengetahuan, sikap, dan pelatihan. Oleh karena itu, perlu
diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di
daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang mempengaruhi
kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.

D. Strategi Optimalisasi Nutrisi Ibu dan Anak


Strategi optimalisasi nutrisi ibu dan anak meliputi beberapa aspek, yaitu: Edukasi
berbasis keluarga dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam
mengoptimalkan nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan, Pengkajian subyektif meliputi
keluhan utama, pola fungsi kesehatan, dan riwayat kehamilan sekarang. Keluhan utama
adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu sejak kapan perut terasa nyeri, jarak setiap
rasa sakit, lamanya rasa sakit, dan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah, atau cairan,
Intervensi yang diberikan meliputi pengkajian, deteksi masalah, dan mengatasinya, beritahu
hasil pemeriksaan dan usia kehamilan, ajarkan ibu cara mengatasi ketidaknyamanan, berikan
tablet besi, mendiskusikan persiapan kelahiran bayi, beritahu tanda bahaya kehamilan, dan
jadwalkan kunjungan berikutnya, Asuhan kebidanan holistik yang diberikan kepada ibu
maupun anaknya sangat terbuka terhadap metode-metode kesehatan atau pengobatan
komplementer, serta memperhatikan kondisi klien secara holistik, termasuk aspek fisik,
mental, sosial, dan spiritual, Optimalisasi status gizi pada ibu hamil dan wanita usia subur di
RW 03 Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo menunjukkan bahwa asuhan
kebidanan holistik dapat meningkatkan status gizi pada ibu hamil dan wanita usia subur.
Strategi optimalisasi nutrisi ibu dan anak meliputi beberapa aspek, yaitu edukasi
berbasis keluarga, pengkajian subyektif, intervensi, pengaruh asuhan kebidanan holistik,
optimalisasi status gizi, determinan faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang
optimalisasi nutrisi, dan optimalisasi perbaikan gizi keluarga. Oleh karena itu, perlu diatasi
tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di daerah
pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas
kesehatan masyarakat pedesaan.
1) Pelatihan dan Pendidikan Gizi bagi Bidan dan Petugas Kesehatan
Pelatihan dan pendidikan gizi bagi bidan dan petugas kesehatan sangat penting
dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mereka tentang konsultasi gizi dan
penanganan gizi. Pelatihan gizi pada petugas kesehatan dapat memenuhi pengetahuan
dan kompetensi tentang konsultasi gizi dan penanganan gizi. Pengaruh pelatihan
terhadap pengetahuan tentang gizi sangat signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa
pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi buruk dan kolaborasi lintas
profesi pada penanganan gizi buruk. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pelatihan telah berlangsung dengan baik dan mampu meningkatkan pengetahuan
tentang gizi.
Pemberdayaan bidan dalam pelatihan peningkatan pengetahuan gizi dan
kesehatan sangat penting. Bidan adalah tenaga yang memiliki peran penting dalam
memberikan asuhan kebidanan dan kesehatan. Dalam pelatihan, bidan dapat
meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, serta meningkatkan
kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan dan kesehatan.
Pelatihan dan pendidikan gizi bagi bidan dan petugas kesehatan sangat penting
dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mereka tentang konsultasi gizi dan
penanganan gizi. Pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan tentang gizi sangat
signifikan, dan pemberdayaan bidan dalam pelatihan peningkatan pengetahuan gizi
dan kesehatan sangat penting. Oleh karena itu, perlu diatasi tantangan lain seperti
kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga medis di daerah pedesaan, serta perlu
diatasi masalah sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kualitas kesehatan
masyarakat pedesaan.

2) Program Edukasi Gizi untuk Perempuan di Pedesaan


Program edukasi gizi untuk perempuan di pedesaan sangat penting dalam
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mereka tentang konsultasi gizi dan
penanganan gizi. Program ini dapat dilakukan dengan cara-cara yang berbeda, seperti
pelatihan, konseling, dan edukasi gizi.
Pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan dan kebiasaan makan sangat
signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa edukasi gizi dapat meningkatkan
pengetahuan tentang gizi seimbang dan cara mengkonsumsi makanan yang
seimbang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa edukasi gizi dapat meningkatkan
kebiasaan makan yang seimbang, seperti asupan protein dan lemak.
Edukasi gizi untuk perempuan di pedesaan dapat dilakukan dengan cara-cara
yang berbeda, seperti pelatihan, konseling, dan edukasi gizi. Pelatihan dapat
dilakukan dengan cara-cara yang berbeda, seperti pelatihan tentang gizi seimbang dan
cara mengkonsumsi makanan yang seimbang. Konseling dapat dilakukan dengan
cara-cara yang berbeda, seperti konseling tentang gizi seimbang dan cara
mengkonsumsi makanan yang seimbang.
Program edukasi gizi untuk perempuan di pedesaan sangat penting dalam
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi mereka tentang konsultasi gizi dan
penanganan gizi. Pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan dan kebiasaan makan
sangat signifikan. Edukasi gizi untuk perempuan di pedesaan dapat dilakukan dengan
cara-cara yang berbeda, seperti pelatihan, konseling, dan edukasi gizi. Oleh karena
itu, perlu diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga
medis di daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.

3) Promosi Praktik Pemberian ASI Eksklusif


Promosi praktik pemberian ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayi.
promosi praktik pemberian ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan
pengetahuan dan kompetensi ibu tentang pentingnya ASI eksklusif untuk bayi.
Berbagai aspek yang berhubungan dengan promosi praktik pemberian ASI eksklusif,
seperti sumber daya manusia, sumber dana, ketersediaan sarana prasarana, SOP
promosi, pendidikan kesehatan, konseling, promosi kesehatan, hubungan dengan
promosi iklan susu formula, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, dan
program peningkatan pemberian ASI, perlu diperhatikan dan ditingkatkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi ibu tentang ASI eksklusif.

4) Kolaborasi dengan Pemerintah Lokal dan Organisasi Masyarakat Sipil


Kolaborasi dengan pemerintah lokal dan organisasi masyarakat sipil sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. kolaborasi dengan pemerintah
lokal dan organisasi masyarakat sipil sangat penting dalam meningkatkan kesehatan
ibu dan anak. Berbagai contoh kolaborasi telah dilakukan, seperti kolaborasi
organisasi masyarakat sipil dan pemerintah daerah, kolaborasi masyarakat sipil dan
perusahaan, dan mendorong peran organisasi masyarakat sipil dalam transformasi
ASEAN. Oleh karena itu, perlu diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur
kesehatan dan tenaga medis di daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan
ekonomi yang mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.

5) Mendorong Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan


Mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan sangat
penting dalam meningkatkan kualitas keputusan dan mengurangi kesenjangan gender.
Berikut adalah beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan:

a. Pemberdayaan Perempuan dalam Pengambilan Keputusan


Pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan
melalui pelatihan dan pendidikan yang membantu meningkatkan kemampuan
perempuan dalam mengambil keputusan.

b. Meningkatkan Kesadaran dan Kesadaran tentang Hak-Hak Perempuan


Meningkatkan kesadaran dan kesadaran tentang hak-hak perempuan dapat
dilakukan melalui kampanye dan edukasi yang membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam
pengambilan keputusan.

c. Meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen dapat dilakukan


melalui upaya-upaya yang membantu meningkatkan partisipasi perempuan
dalam pemilihan umum dan meningkatkan kualitas perempuan untuk berperan
serta dalam pengambilan keputusan politik.
d. Meningkatkan pendidikan politik dapat dilakukan melalui program-program
yang membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan
kemampuan perempuan dalam mengambil keputusan.

e. Mendorong perempuan untuk berani tampil dapat dilakukan melalui upaya-


upaya yang membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan
meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.

Mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan sangat


penting dalam meningkatkan kualitas keputusan dan mengurangi kesenjangan
gender. Berbagai upaya dapat dilakukan, seperti pemberdayaan perempuan dalam
pengambilan keputusan, meningkatkan kesadaran dan kesadaran tentang hak-hak
perempuan, meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen, meningkatkan
pendidikan politik, dan mendorong perempuan untuk berani tampil. Oleh karena itu,
perlu diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan dan tenaga
medis di daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.

E. Pravelensi Data Gizi Buruk di Lampung


1) Status Gizi Balita
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Berat badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg,
panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan
diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB
anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan
tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score)
dengan menggunakan baku antropometri WHO 2006. Selanjutnya berdasarkan nilai
Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan
sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikator BB/U :
Kategori Gizi Buruk Z-score < -3,0
Kategori Gizi Kurang Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 Kategori Gizi BaikZ-score
>=-2,0 s/d Z-score <=2,0 Kategori Gizi Lebih Z-score >2,0
b. Berdasarkan indikator TB/U:
Kategori Sangat Pendek Z-score < -3,0
Kategori Pendek Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=-2,0
c. Berdasarkan indikator BB/TB:
Kategori Sangat Kurus Z-score < -3,0
Kategori Kurus Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
Kategori Normal Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
Kategori Gemuk Z-score >2,0
Perhitungan angka prevalensi :
Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100%
Prevalensi gizi lebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

2) Status gizi balita berdasarkan indikator BB/U


Tabel 3.2.1.1 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang
didasarkan pada indikator BB/U. Indikator BB/U memberikan gambaran tentang
status gizi yang sifatnya umum, tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk
atau gizi buruk dan kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita,
tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau
akut.
Dalam pembahasan kategori status gizi balita berdasarkan indikator BB/U sering
digabungkan antara gizi buruk dan gizi kurang dengan menggunakan istilah gizi
kurang+buruk. Status “sangat kurus” dan “kurus” berdasarkan indikator BB/TB
digabung dengan menggunakan isitilah kurus+sangat kurus. Status “sangat pendek”
dan “pendek” berdasarkan indikator TB/U digabung dengan menggunakan istilah
pendek+sangat pendek.

Tabel 3.2.1.1
Prevalensi Balita menurut Status Gizi BB/U* dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007

Kategori status gizi BB/U


Kabupaten/Kota
Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih
Lampung Barat 3,7 11,6 82,6 2,1
Tanggamus 7,3 16,4 72,6 3,7
Lampung Selatan 3,9 10,1 82,3 3,7
Lampung Timur 3,2 14,5 75,9 6,4
Lampung Tengah 7,3 11,6 77,5 3,6
Lampung Utara 10,3 15,5 68,6 5,6
Way Kanan 6,1 11,8 79,5 2,6
Tulang Bawang 4,0 11,2 82,6 2,3
Bandar Lampung 6,3 7,0 80,0 6,7
Metro 3,3 7,7 85,5 3,6
LAMPUNG 5,7 11,8 78,3 4,2

Tabel 3.2.1.1 Secara umum, prevalensi gizi kurang+buruk di provinsi


Lampung adalah 17,5 % dan sudah mencapai target nasional perbaikan gizi tahun
2015 (20%) dan MDGs (18,5%). Dari 10 kabupaten/kota hanya ada 2 kabupaten yang
belum mencapai target MDGs yaitu Kabupaten Tanggamus dan Lampung Utara. Di
provinsi Lampung masalah gizi lebih sudah perlu diperhatikan. Secara umum,
prevalensi balita gizi lebih sebesar 4,2 %. Ada 2 kabupaten/kota yang harus
diwaspadai karena memiliki prevalensi gizi lebih mendekati 10%, yaitu kabupaten
Lampung Timur, dan Bandar Lampung.
3) Status gizi balita berdasarkan indikator TB/U
Tabel 3.2.1.2 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang
didasarkan pada indikator TB/U. Indikator TB/U menggambarkan status gizi yang
sifatnya kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama
seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit
secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang baik. Status pendek dan
sangat pendek dalam diskusi selanjutnya digabung menjadi satu kategori dan disebut
masalah pendek.

Tabel 3.2.1.2
Prevalensi Balita menurut Status Gizi TB/U* dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Kategori status gizi TB/ U
Kabupaten/Kota Sangat pendek Pendek Normal
Lampung Barat 21,3 19,6 59,1
Tanggamus 32,2 13,5 54,3
Lampung Selatan 18,8 15,8 65,4
Lampung Timur 29,6 24,8 45,7
Lampung Tengah 16,1 15,8 68,2
Lampung Utara 32,8 9,0 58,2
Way Kanan 24,4 20,7 54,8
Tulang Bawang 32,3 16,5 51,3
Bandar Lampung 11,1 12,6 76,3
Metro 16,6 14,2 69,2
LAMPUNG 22,6 16,1 61,3

Tabel 3.2.1.2 memperlihatkan prevalensi balita pendek+sangat pendek di


Provinsi Lampung (38,7%) yang berarti di atas angka rerata nasional (36,8%). Dari 10
kabupaten ada 6 kabupaten yang memiliki jumlah balita pendek+sangat pendek di
atas angka nasional, yaitu berturut-turut terdapat di Kabupaten Lampung Barat,
Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Utara, Way kanan dan Tulang Bawang.
Walaupun angka balita pendek+sangat pendek di Provinsi Lampung diatas angka
rerata nasional, tetapi ada enam kabupaten (Lampung Barat, Tanggamus, Lampung
Timur, Lampung Utara, Way Kanan dan Tulang Bawang) yang menunjukkan
tingginya masalah balita pendek, karena kabupaten tersebut memiliki prevalensi
sangat pendek yaitu diatas 20%.

4) Status gizi balita berdasarkan indikator BB/TB


Tabel 3.2.1.3 menyajikan angka prevalensi balita menurut status gizi yang
didasarkan pada indikator BB/TB.
Indikator BB/TB menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek, seperti menurunnya
nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat
badan anak akan cepat turun sehingga tidak Persentaseonal lagi dengan tinggi
badannya dan anak menjadi kurus.
Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut, indikator
BB/TB juga dapat digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hal ini berat badan
anak melebihi Persentase normal terhadap tinggi badannya. Kegemukan ini dapat
terjadi sebagai akibat dari pola makan yang kurang baik atau karena keturunan.
Masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya
terhadap berbagai penyakit degeneratif pada usia dewasa (Teori Barker).
Salah satu indikator untuk menentukan anak yang harus dirawat dalam
manajemen gizi buruk adalah indikator sangat kurus yaitu anak dengan nilai Z-score
< -3,0 SD.
Dalam diskusi selanjutnya digunakan masalah kurus untuk gabungan
kategori sangat kurus dan kurus. Besarnya masalah kurus pada balita yang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat (public health problem) adalah jika
prevalensi kurus > 5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila
prevalensi kurus antara 10,1% - 15,0% , dan dianggap kritis bila prevalensi kurus
sudah di atas 15,0% (UNHCR).

Tabel 3.2.1.3
Prevalensi Balita menurut Status Gizi BB/TB* dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Kategori status gizi BB/TB
Kabupaten/Kota
Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Lampung Barat 4,4 5,3 77,0 13,3
Tanggamus 10,2 9,6 60,2 19,9
Lampung Selatan 7,2 4,1 76,3 12,4
Lampung Timur 5,8 4,1 66,2 23,9
Lampung Tengah 5,4 6,6 78,6 9,3
Lampung Utara 11,2 11,6 55,0 22,3
Way Kanan 6,6 7,5 70,0 16,0
Tulang Bawang 8,4 4,9 61,1 25,7
Bandar Lampung 7,5 7,2 73,6 11,7
Metro 3,2 8,9 73,8 14,1
LAMPUNG 7,3 6,4 70,2 16,1

Secara umum, prevalensi balita kurus+sangat kurus di provinsi Lampung


adalah 13,7%, dan sudah berada diatas kondisi yang dianggap serius (10%). Dari 10
kabupaten/kota di provinsi Lampung ada 8 kabupaten/kota yang berada pada keadaan
serius menurut indikator status gizi BB/TB, yaitu: Kabupaten Tanggamus, Lampung
Selatan, Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar
Lampung dan Metro.
Berdasarkan indikator BB/TB juga dapat dilihat prevalensi kegemukan di
kalangan balita. Pada Tabel 3.3. dapat dilihat bahwa prevalensi kegemukan di provinsi
Lampung adalah 16,1%. Delapan kabupaten memiliki masalah kegemukan pada balita
di atas angka nasional (>12,2%) yaitu kabupaten Lampung Barat, Tanggamus,
Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang,
dan kota Metro.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Optimalisasi nutrisi ibu dan anak sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Berbagai strategi dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, seperti pemberdayaan masyarakat, pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), dan pendidikan gizi. Pemberdayaan masyarakat melalui kelas ibu hamil
dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu hamil dalam mengambil keputusan
yang mempengaruhi kesehatan dan gizi anak. Pengembangan TIK dapat meningkatkan akses
masyarakat ke informasi dan layanan kesehatan. Pendidikan gizi dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan cara mengkonsumsi makanan
yang seimbang. Pemberdayaan masyarakat melalui kelas ibu hamil dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan ibu hamil dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi
kesehatan dan gizi anak.
Pengembangan TIK dapat meningkatkan akses masyarakat ke informasi dan layanan
kesehatan. Pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
gizi seimbang dan cara mengkonsumsi makanan yang seimbang. Pemerintah dan organisasi
masyarakat sipil harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dalam
pelaksanaan program, perlu diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan
dan tenaga medis di daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.
Melalui analisis mendalam terhadap tantangan kesehatan dan gizi yang dihadapi oleh
perempuan di pedesaan, serta upaya untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dan
optimalisasi nutrisi ibu dan anak, beberapa kesimpulan dapat ditarik Peran bidan sangatlah
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dan nutrisi kepada perempuan di pedesaan.
Mereka tidak hanya memberikan asuhan klinis selama kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan, tetapi juga berperan sebagai pendidik dan penasihat dalam hal nutrisi ibu dan
anak.
Tantangan Kesehatan dan Gizi yang Kompleks Perempuan di pedesaan menghadapi
berbagai tantangan dalam hal akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dan nutrisi
yang memadai. Faktor-faktor seperti keterbatasan sumber daya, faktor sosial dan ekonomi,
serta norma budaya seringkali menjadi penghalang bagi upaya untuk meningkatkan kesehatan
dan gizi di pedesaan.
Strategi untuk Optimalisasi Nutrisi Ibu dan Anak Berbagai strategi telah diidentifikasi
sebagai langkah-langkah yang dapat meningkatkan nutrisi ibu dan anak di pedesaan,
termasuk pelatihan dan pendidikan gizi bagi bidan dan petugas kesehatan, program edukasi
gizi untuk perempuan di pedesaan, promosi praktik pemberian ASI eksklusif, serta kolaborasi
lintas sektor dengan pemerintah lokal dan organisasi masyarakat sipil.
Implikasi Kebijakan Pentingnya adanya dukungan kebijakan untuk memfasilitasi
implementasi strategi-strategi tersebut tidak dapat disangkal. Kebijakan yang mendukung
akses terhadap layanan kesehatan dan gizi, serta penguatan peran bidan di pedesaan,
sangatlah penting untuk mencapai tujuan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
perempuan dan anak-anak di pedesaan.
Dengan memahami tantangan yang dihadapi dan strategi yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan bagi perempuan dan anak-anak di pedesaan. Kolaborasi antara pemerintah,
organisasi masyarakat sipil, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal akan menjadi kunci
dalam mewujudkan visi ini.

B. Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan optimalisasi nutrisi ibu dan
anak serta pelayanan kebidanan pada perempuan di pedesaan. Penguatan Pelatihan dan
Pendidikan: Pemerintah dan lembaga terkait harus meningkatkan investasi dalam pelatihan
dan pendidikan bagi bidan dan petugas kesehatan di pedesaan. Pelatihan ini harus mencakup
aspek-aspek klinis dan nutrisi, serta keterampilan komunikasi untuk memberikan dukungan
yang tepat kepada perempuan di pedesaan.
Program Edukasi Gizi Berkelanjutan: Pengembangan program edukasi gizi yang
berkelanjutan bagi perempuan di pedesaan harus menjadi prioritas. Program ini harus
berfokus pada peningkatan pemahaman tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan,
menyusui, dan masa anak-anak, serta cara memperoleh dan mempersiapkan makanan bergizi
dengan sumber daya yang terbatas. Penguatan Layanan Kesehatan Primer: Perlu dilakukan
upaya untuk memperkuat infrastruktur dan layanan kesehatan primer di pedesaan, termasuk
fasilitas kesehatan dan program-program seperti posyandu. Ini akan memastikan akses yang
lebih baik bagi perempuan di pedesaan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan dan
konseling gizi yang berkualitas.
Kolaborasi Antar-Sektor: Kolaborasi yang erat antara sektor kesehatan, pertanian,
pendidikan, dan pembangunan ekonomi di tingkat lokal dan nasional sangatlah penting. Hal
ini akan memungkinkan adopsi pendekatan lintas-sektor yang holistik dalam meningkatkan
gizi dan kesehatan masyarakat pedesaan. Partisipasi Komunitas: Penting untuk melibatkan
komunitas secara aktif dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program-program
kesehatan dan gizi. Partisipasi komunitas akan memastikan bahwa solusi-solusi yang
diusulkan benar-benar mencerminkan kebutuhan dan aspirasi perempuan di pedesaan.
Dengan menerapkan saran-saran ini secara komprehensif, diharapkan dapat tercapai
peningkatan signifikan dalam kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak-anak di
pedesaan. Ini akan memerlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, tetapi hasilnya akan
memberikan dampak positif yang jauh lebih besar dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Fijratullahimmas, Muhammad. 2015. Makalah gizi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak.
https://firjablog.wordpress.com/2015/11/3/first-blog-post/ (diakses pada 27 September 2019)
Lestari, Rina. 2013. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. (Online).
http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-ibu-hamil.pdf (diakses pada 28 September
2019)
Rusilanti, 2006. Menu Bergizi Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Kawan Pustaka

Agrawal, V., Agrawal, P., Chaudhary, V., Agarwal, K., & Agarwal, A. (2011). Prevalence
And Determinants Of “Low Birth Weight” Among Institutional Deliveries. Annals of
Nigerian Medicine, 5(2), 48. http://doi.org/10.4103/0331-3131.92950

Dasar, R. K. (2013). RISKESDAS 2013. Jakarta Kementeri Kesehat RI, 6.

Fazrin, I., Widiana, D., Trianti, I., Baba, K., Amalia, M., & Smaut, M. (2018). Pendidikan
Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Anak di Paud Lab School UNPGRI Kediri.
Journal of Community Engagement in Health, 1(2), 267967.
http://doi.org/10.30994/jceh.v1i2.8

Gunawan, G., Fadlyana, E., & Rusmil, K. (2016). Hubungan Status Gizi dan Perkembangan
Anak Usia 1 - 2 Tahun. Sari Pediatri, 13(2), 142. http://doi.org/10.14238/sp13.2.2011.142-6
Jimoh,

A. O., Anyiam, J. O., & Yakubu, A. M. (2018). Relationship Between Child Development
And Nutritional Status Of Under-Five Nigerian Children. South African Journal of Clinical
Nutrition, 31(3), 50–54. http://doi.org/10.1080/16070658.2017.1387434

Kholisah, S. (2020). Factors Related To Children 1-2 Years Old Developmental Delay In
Bululawang Subdistrict. Journal for Quality in Public Health, 3(2), 711–719.
http://doi.org/10.30994/jqph.v3i2.123

Marilyn-Eaton, H., Donna, W. L., Marilyn, W. L., David, W., & Patricia, S. (2019). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC.

Merryana Adriani, S. K. M. (2016). Pengantar Gizi Masyarakat. Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai