Makalah Nutrisi Ibu Dan Anak
Makalah Nutrisi Ibu Dan Anak
Makalah Nutrisi Ibu Dan Anak
Dosen Pengampu:
Nina Artika Dewi M.Tr.keb
Disusun Oleh:
Haslyna Ardifa
(2022206206026)
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ Nutrisi Ibu dan Anak ”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kapada nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir
zaman.
Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam
pembuatan makalah ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan dikemudian
hari.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 4
A. Pengertian Gizi Ibu dan Anak..................................................................................... 4
1) Gizi Ibu........................................................................................................... 10
2) Gizi Anak........................................................................................................ 18
B. Tantangan Kesehatan dan Gizi pada Perempuan di Pedesaan.................................... 18
1) Akses Terbatas terhadap Layanan Kesehatan.................................................19
2) Masalah Gizi Ibu dan Anak............................................................................ 20
3) Faktor Sosial dan Ekonomi yang Mempengaruhi Gizi.................................. 23
C. Peran Bidan dalam Peningkatan Pelayanan Kebidanan............................................. 24
1) Asuhan Kebidanan selama Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan..... 24
2) Peran Pendidik dan Penasihat dalam Nutrisi Ibu dan Anak........................... 25
3) Pendekatan Holistik dalam Pelayanan Kebidanan ........................................ 25
D. Strategi Optimalisasi Nutrisi Ibu dan Anak................................................................ 25
1) Pelatihan dan Pendidikan Gizi bagi Bidan dan Petugas Kesehatan............... 26
2) Program Edukasi Gizi untuk Perempuan di Pedesaan.................................... 27
3) Promosi Praktik Pemberian ASI Eksklusif..................................................... 28
4) Kolaborasi dengan Pemerintah Lokal dan Organisasi Masyarakat Sipil....... 28
5) Mendorong Partisipasi Perempuan dalam Pengambilan Keputusan.............. 29
E. Pravelensi Data Gizi Buruk di Lampung.................................................................... 29
1) Status Gizi Balita............................................................................................ 29
2) Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/U............................................. 30
3) Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator TB/U............................................. 30
4) Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator BB/TB........................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di banyak wilayah pedesaan di seluruh dunia, akses terhadap layanan kesehatan dan
pemahaman tentang gizi yang tepat masih menjadi tantangan besar, terutama bagi
perempuan. Perempuan di pedesaan sering kali menghadapi berbagai hambatan dalam
mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk layanan
kebidanan yang penting selama masa kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.
Tingkat kematian ibu dan anak yang tinggi, serta prevalensi masalah gizi seperti
stunting dan kurang gizi pada anak-anak, masih menjadi masalah serius di banyak daerah
pedesaan. Faktor-faktor seperti akses terbatas terhadap layanan kesehatan, keterbatasan
sumber daya, serta faktor sosial dan budaya seringkali menjadi penghalang bagi perempuan
di pedesaan untuk mendapatkan nutrisi yang optimal bagi diri mereka dan anak-anak mereka.
Dalam konteks ini, optimalisasi nutrisi ibu dan anak menjadi sangat penting sebagai
strategi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan di pedesaan. Upaya
untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya nutrisi, serta penguatan pelayanan
kebidanan di pedesaan, menjadi kunci dalam mengatasi tantangan kesehatan dan gizi yang
dihadapi oleh perempuan di komunitas pedesaan.
Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga bahagia.
Masa penting pada pertumbuhan anak terdapat pada masa kehamilan ibu, masa ibu menyusui,
bayi dan anak usia 1-6 tahun itu sendiri. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental
yang bersifat alami dimanaparacalon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum
dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi
harus baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, minimal sepertizat besi dan
kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Kekurangan atau kelebihanmakanan pada masa
hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu, janin yangdikandung serta jalannya persalinan.
Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi danpengawasan berat badan (BB) selama hamil
merupakan salah satu hal penting dalampengawasan kesehatan pada masa hamil. Selama
hamil, calon ibu memerlukan lebihbanyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamildibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila
makanan ibu terbatasjanin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu
menjadi kurus,lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.
Setelah masa kehamilan ibu masuk kedalam masa menyusui. Ibu menyusui memiliki
kebutuhan yang banyak akan asupan gizi yang terkandung di dalam setiap makanan yang
dikonsumsinya dengan memperhatikan kebutuhan yang diperlukan oleh tubuhnya. Gizi yang
baik dikonsumsi ibu, berpengaruh juga terhadap keadaan bayinya, karena makanan yang
dikonsumsi merupakan asupan gizi yang didapat bayi dari ibu. Selain itu ibu pada masa ini
juga mengalami masa nifas. Nifas merupakan suatu keadaan yang dimulai dari setelah
kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas umumnya berlangsung selama 6 minggu akan tetapi seluruh alat genitalia
baru akan pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Untuk
menunjang pemulihan alat-alat tersebut maka diperlukan pemenuhan nutrisi dan juga cairan
yang dapat membantu mengoptimalkan kerja sel-sel dalam tubuh.
Selanjutnya masa penting dalam pertumbuhan anak adalah pada masa bayi dan anak
usia 1- 6 tahun. Nutrisi sangat penting dalam tumbuh kembang anak selain kebutuhan
sandang, papan, dan kesehatan, baik makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) maupun
mikronutrien (vitamin dan mineral). Dalam menciptakan sumber daya manusia yang
bermutu, perlu di atatasi sejak dini yaitu dengan memperhatikan kesehatan bayi dan anak.
Salah satu unsure penting dari kesehatan adalah masalah gizi, kekurangan gizi pada bayi dan
anak dapat menimbulkan efek negative seperti otak mengecil, berat badan dan tinggi badan
tidak sesuai dengan umur dan rawan terhadap penyakit.
Kecukupan nutrisi dan zat gizi, dibutuhkan untuk mendukung proses pertumbuhan
anak, anak harus mempunyai tubuh yang sehat untuk melawan beragam radikal bebas yang
menyerang anak dengan antioksidan, dengan memberikan asupan nutrisi yang seimbang.
Anak harus mendapatkan unsur-unsur gizi seimbang, yang dapat menutupi kekurangan
asupan gizi, yang tidak didapat karena kesulitan anak untuk makan, serta pola makan yang
tidak sehat. Dengan mendapat gizi seimbang, masalah akibat kekurangan gizi maupun
kelebihan gizi pada anak akan dapat diteka.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penulis akan membahas tentang kebutuhan
gizi pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dananak usia 1-6 tahun.
Pelayanan kebidanan pada ibu dan anak merupakan salah satu aspek penting dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di kalangan perempuan. Namun, masih
banyak permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan, seperti kurangnya
pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan
selama kehamilan. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan ibu dan anak, serta
meningkatkan risiko stunting dan malnutrisi pada anak.
Pengaruh edukasi berbasis keluarga terhadap intensitas ibu hamil untuk optimalisasi
nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan telah diteliti, dengan hasil menunjukkan bahwa
edukasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam
mengoptimalkan nutrisi. Selain itu, pembentukan kelas ibu hamil sebagai bentuk optimalisasi
pemeriksaan antenatal care juga telah dilakukan, dengan tujuan meningkatkan interaksi dan
berbagi pengalaman antar peserta dan ibu hamil.
Dalam konteks pelayanan kebidanan, bidan memiliki peran penting dalam
memberikan pelayanan terhadap ibu dan anak, termasuk pemeriksaan fisik, perawatan
prenatal, dan pelayanan kesehatan kepada anak. Namun, masih banyak permasalahan yang
dihadapi dalam pelayanan kebidanan, seperti kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu
hamil tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan selama kehamilan.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya optimalisasi nutrisi ibu dan anak
dalam meningkatkan pelayanan kebidanan bagi perempuan di pedesaan. Melalui pemahaman
yang lebih baik tentang tantangan yang dihadapi dan strategi yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan bagi perempuan dan anak-anak di pedesaan.
Dalam makalah ini, akan diuraikan tentang pentingnya gizi seimbang dan kesehatan
selama kehamilan, serta bagaimana edukasi berbasis keluarga dan pembentukan kelas ibu
hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam mengoptimalkan
nutrisi. Selain itu, akan juga diuraikan tentang peran bidan dalam memberikan pelayanan
terhadap ibu dan anak, serta permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kebidanan.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan utama, yaitu:
1) Menyoroti pentingnya optimalisasi nutrisi ibu dan anak sebagai strategi untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan di pedesaan. Dengan
menyajikan informasi yang komprehensif tentang tantangan kesehatan dan gizi yang
dihadapi oleh perempuan di pedesaan, diharapkan pembaca akan memahami urgensi
perlunya perhatian khusus terhadap masalah ini.
2) Menggambarkan peran penting bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang
berkualitas, termasuk asuhan klinis selama kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan, serta peran sebagai pendidik dan penasihat dalam hal nutrisi ibu dan anak.
Dengan memahami peran bidan yang krusial dalam menyediakan informasi dan
dukungan terkait gizi, pembaca diharapkan dapat mengapresiasi kontribusi mereka
dalam meningkatkan kesehatan keluarga di pedesaan.
3) Menganalisis berbagai strategi yang dapat diterapkan untuk optimalisasi nutrisi ibu
dan anak di pedesaan, termasuk pelatihan dan pendidikan gizi, program edukasi untuk
perempuan di pedesaan, promosi praktik pemberian ASI eksklusif, kolaborasi lintas
sektor dengan pemerintah lokal dan organisasi masyarakat sipil, serta pemberdayaan
perempuan dalam pengambilan keputusan terkait kesehatan dan gizi.
4) Mendorong pembaca untuk mempertimbangkan implikasi kebijakan dari temuan dan
rekomendasi yang disajikan dalam makalah ini. Dengan menyoroti kebutuhan akan
kebijakan yang mendukung akses terhadap layanan kesehatan dan gizi di pedesaan,
diharapkan akan tercipta lingkungan kebijakan yang mendukung upaya-upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak-anak di pedesaan.
Melalui pencapaian tujuan-tujuan ini, makalah ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang berarti dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman dan tindakan terkait
dengan optimalisasi nutrisi ibu dan anak serta pelayanan kebidanan di pedesaan.
BAB II
PEMBAHASAN
8. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel
bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin
E dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji
kapas, dan minyak jagung.
9. Vitamin A
Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur
dan perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat
dilahirkan. Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan
mengonsumsi hati, susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau
kuning.
10. Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum
waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
11. Iodine
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 μg. kekurangan iodine pada
masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan
dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam
dapur yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal
dari laut, serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
12. Zinc (Seng)
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc
yang rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc
berperan untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ
perasa (penglihatan, penciuman, dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh
dari daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.
Contoh pengaturan makanan untuk ibu hamil dalam sehari :
Contoh menu sehari untuk ibu hamil (menurut direktorat bina gizi, 2011) :
Pagi
Nasi
Ayam goreng bumbu lengkuas
Pepes tahu
Oseng-oseng jagung muda+wortel
Susu
Jam 10.00 : Bubur kacang hijau
Siang
Nasi
Sop sayuran
Ikan balado
Kripik tempe
Jeruk
Agar bayi memiliki memori yang memudahkan dia mengonsumsi aneka bahan
makanan bergizi, maka perlu dikenalkan tekstur dan rasa sejak dini. Pendisiplinan
pemberian makan secara teratur juga membentuk kebiasaan yang baik Disiplin ini penting
untuk pertumbuhan fisik dan pembentukan pola hidupnya kelak.
Adapun standar kebutuhan gizi bayi setiap hari adalah sebagai berikut :
Jenis-jenis MP-ASI
Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik tekstur, frekuensi, dan porsi makan
harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan energi
dari makanan adalah sekitar 200 kkal per hari untuk bayi usia 6 – 8 bulan, 300 kkal per
hari untuk bayi usia 9 -11 bulan dan 550 kkal per hari untuk bayi 12 bulan (1 tahun).
a. Umur 6 – 8 bulan, kenalkan MP-Asi dalam bentuk lumat dimulai dari bubur susu
sampai nasi tim lunak, 2 kali sehari. Setiap kali makan diberikan.
6 bulan : 6 sendok makan.
7 bulan : 7 sendok makan.
8 bulan : 8 sendok makan
b. Untuk umur 9 – 12 bulan, berikan MP-ASI dimulai dari bubur nasi sampai nasi
tim sebanyak 3 kali sehari. Setiap kali makan berikan sesuai umur:
9 bulan : 9 sendok makan.
10 bulan : 10 sendok makan.
11 bulan : 11 sendok makan.
pada usia 12 bulan berikan nasi lembek 3 kali sehari.
Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI.
Keterangan:
Pada MP-ASI, tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tahu/ tempe/ daging sapi/ wortel/
bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak pada bubur nasi atau nasi lembek..
Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara
menyiapkannya, batas umur, dan tanggal kadaluarsa.
Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu makan, seperti bubur
kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari, dan sebagainya.
Beri buah-buahan atau sari buah, seperti air jeruk manis dan air tomat saring.
Bayi mulai diajarkan makan dan minum sendiri menggunakan gelas dan
sendok.
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi bayi.
Sehingga bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian
makanan padat pertama ini harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain keterampilan
motorik, keterampilan mengecap, dan mengunyah serta penerimaan terhadap rasa dan
bau. Untuk itu pemberian makanan pada pertama perlu dilakukan secara bertahap.
Misalnya, untuk melatih indera pengecap, berikan bubur susu satu rasa dahulu, baru
kemudian dicoba dengan multirasa (Depkes, 2000).
c. Lemak
Dianjurkan 15-20% enenrgi total berasal dari lemak, disamping itu untuk
bayi dan anak-anak 1-2% energi total bersal dari asam lemek esensial (asam
linoleat). Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhandan untuk
kesehatan kulit.
d. Vitamin dan mineral
Dapat diperoleh dari sayur, buah, garam dan hati, berikut tabel kebutuhan
vitamin dan mineral usia 1-6 tahun:
a. Faktor ekonomi : berkaitan dnegan kualitan dan kuantitas makanan yang akan
dikonsumsi.
b. Faktor sosio budaya : pantangan berkaitan dengan makanan yang akan
dimakan
c. Agama : boleh tidaknya makanan tersebut diamakan dalam agama
d. Pendidikan : pemilihan makanan terhadap pengetahuan yang dimilikinya
e. Lingkungan : keluarga, lingkungan sekolah, lingkunagn sekitar, media dsb.
Tabel 3.2.1.1
Prevalensi Balita menurut Status Gizi BB/U* dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Tabel 3.2.1.2
Prevalensi Balita menurut Status Gizi TB/U* dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Kategori status gizi TB/ U
Kabupaten/Kota Sangat pendek Pendek Normal
Lampung Barat 21,3 19,6 59,1
Tanggamus 32,2 13,5 54,3
Lampung Selatan 18,8 15,8 65,4
Lampung Timur 29,6 24,8 45,7
Lampung Tengah 16,1 15,8 68,2
Lampung Utara 32,8 9,0 58,2
Way Kanan 24,4 20,7 54,8
Tulang Bawang 32,3 16,5 51,3
Bandar Lampung 11,1 12,6 76,3
Metro 16,6 14,2 69,2
LAMPUNG 22,6 16,1 61,3
Tabel 3.2.1.3
Prevalensi Balita menurut Status Gizi BB/TB* dan Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung, Riskesdas 2007
Kategori status gizi BB/TB
Kabupaten/Kota
Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Lampung Barat 4,4 5,3 77,0 13,3
Tanggamus 10,2 9,6 60,2 19,9
Lampung Selatan 7,2 4,1 76,3 12,4
Lampung Timur 5,8 4,1 66,2 23,9
Lampung Tengah 5,4 6,6 78,6 9,3
Lampung Utara 11,2 11,6 55,0 22,3
Way Kanan 6,6 7,5 70,0 16,0
Tulang Bawang 8,4 4,9 61,1 25,7
Bandar Lampung 7,5 7,2 73,6 11,7
Metro 3,2 8,9 73,8 14,1
LAMPUNG 7,3 6,4 70,2 16,1
A. Kesimpulan
Optimalisasi nutrisi ibu dan anak sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Berbagai strategi dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, seperti pemberdayaan masyarakat, pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), dan pendidikan gizi. Pemberdayaan masyarakat melalui kelas ibu hamil
dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu hamil dalam mengambil keputusan
yang mempengaruhi kesehatan dan gizi anak. Pengembangan TIK dapat meningkatkan akses
masyarakat ke informasi dan layanan kesehatan. Pendidikan gizi dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan cara mengkonsumsi makanan
yang seimbang. Pemberdayaan masyarakat melalui kelas ibu hamil dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan ibu hamil dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi
kesehatan dan gizi anak.
Pengembangan TIK dapat meningkatkan akses masyarakat ke informasi dan layanan
kesehatan. Pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
gizi seimbang dan cara mengkonsumsi makanan yang seimbang. Pemerintah dan organisasi
masyarakat sipil harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dalam
pelaksanaan program, perlu diatasi tantangan lain seperti kurangnya infrastruktur kesehatan
dan tenaga medis di daerah pedesaan, serta perlu diatasi masalah sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat pedesaan.
Melalui analisis mendalam terhadap tantangan kesehatan dan gizi yang dihadapi oleh
perempuan di pedesaan, serta upaya untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dan
optimalisasi nutrisi ibu dan anak, beberapa kesimpulan dapat ditarik Peran bidan sangatlah
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan dan nutrisi kepada perempuan di pedesaan.
Mereka tidak hanya memberikan asuhan klinis selama kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan, tetapi juga berperan sebagai pendidik dan penasihat dalam hal nutrisi ibu dan
anak.
Tantangan Kesehatan dan Gizi yang Kompleks Perempuan di pedesaan menghadapi
berbagai tantangan dalam hal akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dan nutrisi
yang memadai. Faktor-faktor seperti keterbatasan sumber daya, faktor sosial dan ekonomi,
serta norma budaya seringkali menjadi penghalang bagi upaya untuk meningkatkan kesehatan
dan gizi di pedesaan.
Strategi untuk Optimalisasi Nutrisi Ibu dan Anak Berbagai strategi telah diidentifikasi
sebagai langkah-langkah yang dapat meningkatkan nutrisi ibu dan anak di pedesaan,
termasuk pelatihan dan pendidikan gizi bagi bidan dan petugas kesehatan, program edukasi
gizi untuk perempuan di pedesaan, promosi praktik pemberian ASI eksklusif, serta kolaborasi
lintas sektor dengan pemerintah lokal dan organisasi masyarakat sipil.
Implikasi Kebijakan Pentingnya adanya dukungan kebijakan untuk memfasilitasi
implementasi strategi-strategi tersebut tidak dapat disangkal. Kebijakan yang mendukung
akses terhadap layanan kesehatan dan gizi, serta penguatan peran bidan di pedesaan,
sangatlah penting untuk mencapai tujuan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
perempuan dan anak-anak di pedesaan.
Dengan memahami tantangan yang dihadapi dan strategi yang efektif untuk mengatasi
masalah tersebut, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan bagi perempuan dan anak-anak di pedesaan. Kolaborasi antara pemerintah,
organisasi masyarakat sipil, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal akan menjadi kunci
dalam mewujudkan visi ini.
B. Saran
Saran yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan optimalisasi nutrisi ibu dan
anak serta pelayanan kebidanan pada perempuan di pedesaan. Penguatan Pelatihan dan
Pendidikan: Pemerintah dan lembaga terkait harus meningkatkan investasi dalam pelatihan
dan pendidikan bagi bidan dan petugas kesehatan di pedesaan. Pelatihan ini harus mencakup
aspek-aspek klinis dan nutrisi, serta keterampilan komunikasi untuk memberikan dukungan
yang tepat kepada perempuan di pedesaan.
Program Edukasi Gizi Berkelanjutan: Pengembangan program edukasi gizi yang
berkelanjutan bagi perempuan di pedesaan harus menjadi prioritas. Program ini harus
berfokus pada peningkatan pemahaman tentang pentingnya nutrisi selama kehamilan,
menyusui, dan masa anak-anak, serta cara memperoleh dan mempersiapkan makanan bergizi
dengan sumber daya yang terbatas. Penguatan Layanan Kesehatan Primer: Perlu dilakukan
upaya untuk memperkuat infrastruktur dan layanan kesehatan primer di pedesaan, termasuk
fasilitas kesehatan dan program-program seperti posyandu. Ini akan memastikan akses yang
lebih baik bagi perempuan di pedesaan untuk mendapatkan pelayanan kebidanan dan
konseling gizi yang berkualitas.
Kolaborasi Antar-Sektor: Kolaborasi yang erat antara sektor kesehatan, pertanian,
pendidikan, dan pembangunan ekonomi di tingkat lokal dan nasional sangatlah penting. Hal
ini akan memungkinkan adopsi pendekatan lintas-sektor yang holistik dalam meningkatkan
gizi dan kesehatan masyarakat pedesaan. Partisipasi Komunitas: Penting untuk melibatkan
komunitas secara aktif dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program-program
kesehatan dan gizi. Partisipasi komunitas akan memastikan bahwa solusi-solusi yang
diusulkan benar-benar mencerminkan kebutuhan dan aspirasi perempuan di pedesaan.
Dengan menerapkan saran-saran ini secara komprehensif, diharapkan dapat tercapai
peningkatan signifikan dalam kesehatan dan kesejahteraan perempuan dan anak-anak di
pedesaan. Ini akan memerlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, tetapi hasilnya akan
memberikan dampak positif yang jauh lebih besar dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Fijratullahimmas, Muhammad. 2015. Makalah gizi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak.
https://firjablog.wordpress.com/2015/11/3/first-blog-post/ (diakses pada 27 September 2019)
Lestari, Rina. 2013. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. (Online).
http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-ibu-hamil.pdf (diakses pada 28 September
2019)
Rusilanti, 2006. Menu Bergizi Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Kawan Pustaka
Agrawal, V., Agrawal, P., Chaudhary, V., Agarwal, K., & Agarwal, A. (2011). Prevalence
And Determinants Of “Low Birth Weight” Among Institutional Deliveries. Annals of
Nigerian Medicine, 5(2), 48. http://doi.org/10.4103/0331-3131.92950
Fazrin, I., Widiana, D., Trianti, I., Baba, K., Amalia, M., & Smaut, M. (2018). Pendidikan
Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Anak di Paud Lab School UNPGRI Kediri.
Journal of Community Engagement in Health, 1(2), 267967.
http://doi.org/10.30994/jceh.v1i2.8
Gunawan, G., Fadlyana, E., & Rusmil, K. (2016). Hubungan Status Gizi dan Perkembangan
Anak Usia 1 - 2 Tahun. Sari Pediatri, 13(2), 142. http://doi.org/10.14238/sp13.2.2011.142-6
Jimoh,
A. O., Anyiam, J. O., & Yakubu, A. M. (2018). Relationship Between Child Development
And Nutritional Status Of Under-Five Nigerian Children. South African Journal of Clinical
Nutrition, 31(3), 50–54. http://doi.org/10.1080/16070658.2017.1387434
Kholisah, S. (2020). Factors Related To Children 1-2 Years Old Developmental Delay In
Bululawang Subdistrict. Journal for Quality in Public Health, 3(2), 711–719.
http://doi.org/10.30994/jqph.v3i2.123
Marilyn-Eaton, H., Donna, W. L., Marilyn, W. L., David, W., & Patricia, S. (2019). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC.