Konsep Pengembangan Prosedur Kerja RHL
Konsep Pengembangan Prosedur Kerja RHL
Konsep Pengembangan Prosedur Kerja RHL
Kepada Yth. : Kepala Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Provinsi Jawa Tengah Wilayah VII
Melalui Yth. : 1. Kasi. Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam CDK Wil. VII
2. Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan CDK Wil. VII
Dari : Hijrah Utama, S.Hut (NIP. 19791218 201001 1 009)
Tanggal : 10 Oktober 2023
Nomor : 522.6 / 025.03
Perihal : Melaksanakan Kegiatan Pembuatan Laporan Kajian Prosedur Kerja dan Metode PK
dalam rangka Pendampingan RHL
Demikian Nota Dinas ini dibuat untuk menjadi periksa dan tindak lanjut.
Disusun Oleh
ii
DAFTAR ISI
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang paling penting dalam proses pelaksanaan penyuluhan kehutanan adalah
pengaturan metode kerja penyuluhan kehutanan. Hal ini dilakukan agar penyuluhan dapat
berjalan secara efektif dan efisien serta tercapai apa yang menjadi tujuan utama dalam
penyuluhan kehutanan. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.77/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Metode dan Materi Penyuluhan Kehutanan,
dijelaskan bahwa metode penyuluhan adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan
oleh penyuluh kehutanan. Metode penyuluhan kehutanan memegang peranan yang sangat
penting dalam menentukan teknis penyelenggaraan penyuluhan di lapangan. Oleh karena itu
dalam melakukan penyuluhan kehutanan maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan
sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kehutanan.
Untuk mensukseskan pembangunan nasional di dalam sektor pembangunan kehutanan
terdapat tiga kelompok sasaran utama yang perlu dicapai yaitu :
1. Meningkatnya ketahanan pangan nasional yang meliputi meningkatnya kapasitas produksi
komoditas kehutanan dan berkurangnya ketergantungan terhadap pangan impor sekitar 5-
10 persen dari produksi domestik;
2. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas kehutanan yang meliputi
meningkatnya mutu produk primer kehutanan, meningkatnya keragaman pengolahan
produk kehutanan dan meningkatnya ekspor serta meningkatnya surplus perdagangan
komoditas kehutanan;
3. Meningkatnya kesejahteraan petani yang meliputi meningkatnya produktivitas tenaga kerja
di sektor kehutanan dan menurunnya indeks kemiskinan masyarakat di sekitar hutan.
Untuk mengimplementasikan sasaran pembangunan kehutanan tersebut sangat
diperlukan untuk melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang terlihat dalam kegiatan kehutanan.
Bentuk ajakan yang sekaligus dapat meningkatkan kemampuan masyarakat tersebut antara lain
melalui pendidikan non formal seperti penyuluhan. Penyuluhan kehutanan merupakan
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam rangka mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi
usaha, pendapatan, kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan.
Dalam proses penyuluhan kehutanan keberhasilan yang dicapai yaitu dapat menetapkan
metode yang tepat sesuai dengan sasaran pembangunan kehutanan tersebut tanpa
mengabaikan kebutuhan masyarakat petani. Pesan atau materi penyuluhan kehutanan untuk
dapat diterima dan dihayati serta diterapkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan, bila cara
penyampaiannya yang dipilih cocok dengan kondisi dari masyarakat petani. Memilih cara atau
metode/teknik ini akan menentukan keberhasilan didalam penyelengaraan program penyuluhan
kehutanan yang merupakan bagian dari pembangunan kehutanan.
B. Tujuan
Tujuan kajian ini adalah untuk menyusun konsep prosedur kerja dan metode pendampingan
penyuluhan kehutanan dalam rangka kegiatan rehabiltasi diluar kawasan hutan negara di Kec.
Kaligondang, Kab. Purbalingga.
C. Output
Output dari hasil kajian ini adalah laporan hasil kajian prosedur kerja dan metode
penyuluhan kehutanan dalam rangka pendampingan kegiatan rehabilitasi diluar kawasan hutan
negara di Kec. Kaligondang, Kab. Purbalingga.
1
II. HASIL KAJIAN
A. Ruang Lingkup
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Kehutanan,
Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sedangkan metode penyuluhan adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh
penyuluh kehutanan.
Pemilihan metode penyuluhan kehutanan yang tepat harus memenuhi prinsip :
1. Mampu mendorong tumbuhnya swakarsa, swadaya, dan kemandirian pelaku utama/usaha;
2. Sesuai dengan kondisi sasaran penyuluhan;
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya, waktu, dan tenaga;
4. Menjamin keberlanjutan kegiatan dan usaha;
5. Mendorong partisipasi aktif sasaran penyuluhan.
Prinsip mendorong tumbuhnya swakarsa, swadaya dan kemandirian pelaku utama dan
pelaku usaha dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kemandirian dalam mengambil keputusan
yang menyangkut usaha produktifnya tanpa dibebani oleh keterpaksaan dalam hal menyangkut
ketersediaan sumber produksi dan kesesuaian faktor produksi dengan jenis komoditas yang akan
diusahakan, terutama terhadap pasar. Petani harus diberikan akses informasi terkait pasar.
Prinsip kesesuaian dengan kondisi sasaran penyuluhan dimaksudkan agar metode yang
dipilih oleh penyuluh mampu menunjang penyerapan materi yang akan disampaikan penyuluh
kehutanan kepada sasaran penyuluhan. Terkadang materi yang baik belum tentu dapat diterima
atau terserap dengan baik pula oleh sasaran penyuluhan akibat dari cara penyampaian yang
kurang tepat. Hal ini harus menjadi perhatian bagi penyuluh kehutanan agar hal-hal yang menjadi
tujuan penyuluhan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan, dan sesuai dengan yang
dibutuhkan petani. Keduanya harus bertemu pada satu titik tujuan penyuluhan kehutanan.
Prinsip efisien dan efektif dalam penggunaan biaya, waktu, dan tenaga harus pula menjadi
perhatian dalam pemilihan metode penyuluhan karena pemilihan metode penyuluhan kehutanan
yang tepat akan memangkas biaya, mengefisienkan waktu dan menghemat tenaga penyuluh di
lapangan. Saat ini penyuluhan kehutanan harus dilakukan secara efektif dan efisien mengingat
jangkauan dan sasaran penyuluhan yang beragam dan tersebar luas. Sebagai catatan satu
penyuluh dapat membina satu wilayah kecamatan dengan potensi hutan rakyat seluas 400 – 700
Ha. Bahkan ada pula yang sampai membina sampai dua atau sampai empat kecamatan dengan
potensi hutan rakyat yang jauh lebih luas. Oleh sebab itu proses penyuluhan kehutanan dituntut
untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam hal penggunaan biaya, waktu dan tenaga.
Prinsip menjamin keberlangsungan kegiatan dan usaha produksi harus menjadi
pertimbangan dalam menentukan metode penyuluhan kehutanan karena hal tersebut akan
berimplikasi terhadap keberlangsungan usaha para pelaku utama maupun pelaku usaha.
Pemilihan metode penyuluhan yang tepat akan berkontribusi terhadap proses pengambilan
keputusan oleh pelaku usaha dimana peran penyuluh sangat besar ketika memberikan masukan
secara langsung kepada petani dibandingkan jika masukan tersebut hanya dibaca tanpa
penjelasan yang gamblang. Oleh sebab itu prinsip menjamin keberlangsungan kegiatan dan
usaha produksi harus juga menjadi pertimbangan dalam menentukan metode penyuluhan.
Prinsip mendorong partisipasi aktif sasaran penyuluhan dalam menentukan metode
penyuluhan akan berimplikasi terhadap proses penyuluhan kehutanan karena sasaran
penyuluhan kehutanan sebagian besar adalah orang dewasa yang perlu dilibatkan secara aktif
dalam proses pengambilan keputusan. Dengan semakin tinggi peran sasaran penyuluhan dalam
keterlibatan pengambilan keputusan yang baik dan cocok bagi usaha produksinya maka hal
tersebut akan mendorong keterlibatan penuh mereka dalam menentukan usaha ke depan.
2
B. Prinsip Metode Penyuluhan Kehutanan
Dalam memilih metode penyuluhan kehutanan yang tepat kepada sasaran penyuluhan
berdasarkan pertimbangan :
1. Faktor bio fisik sasaran, antara lain agroklimat, topografi, potensi sumber daya alam atau
aksesibilitas. Faktor musim yang sedang berjalan di daerah tertentu dapat berpengaruh
terhadap pemilihan metode Penyuluhan Kehutanan. Contohnya, pada musim hujan yang
biasanya turun deras menjelang sore hari, kunjungan ke lapangan usahatani sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sebelum hujan turun. Atau apabila ingin melakukan demonstrasi
cara tentang penanaman maka sebaiknya tidak dilakukan pada saat musim hujan. Selain
itu juga perlu diperhatikan keadaan usahatani, yakni tahap-tahap perkembangan usahatani
mulai dari penanaman sampai waktu panen. Sebagai contoh, metode diskusi kelompok
dalam satu hamparan usahatani cocok diterapkan pada saat memilih jenis pupuk yang baik
untuk tanaman tertentu. Keadaan lapangan yang perlu diperhatikan antara lain topografi
tanah, letak lahan usahatani atau rumah petani (apakah berjauhan, tersebar atau
berkumpul), keadaan jalan dan waktu yang ditempuh untuk mencapai lokasi
rumah/usahatani, dan lain-lain. Pertimbangan-pertimbangan ini kemudian dituangkan
dalam rencana penyuluhan kehutanan tahunan maupun bulanan sehingga akan
mengefisienkan kerja penyuluhan di lapangan.
2. Faktor karakteristik sasaran, antara lain demografi, tingkat pendapatan masyarakat, mata
pencaharian status sosial, budaya gender, agama usia, tingkat pendidikan dan
pengetahuan. Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode
Penyuluhan Kehutanan adalah hal-hal yang menyangkut :
a. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran
Faktor ini sangat erat kaitannya dengan tingkat adopsi sasaran. Untuk melihat
tingkat adopsi, penyuluh dapat mengacu pada tahapan adopsi inovasi yang umum
dipakai, yaitu tahapan-tahapan di mana seorang petani sampai pada pertimbangan
dan sikap tertentu sebelum mengadopsi inovasi, antara lain :
1) Tahap Sadar (Awareness) atau tahap mengetahui, di mana seorang petani baru
pertama kali mendengar suatu ide atau inovasi baru.
2) Tahap Minat (Interest), yaitu tahap mencari informasi lebih lanjut dari ide yang
telah diketahuinya.
3) Tahap Evaluasi (Evaluation), yaitu tahap penilaian, mempertimbangkan
manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi.
4) Tahap Mencoba (Try), yaitu tahap di mana petani mulai mau menerapkan
inovasi dalam skala kecil.
5) Tahap Mengadopsi (Adoption), petani benar-benar menerapkan inovasi dalam
skala besar pada usahataninya.
Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran berkaitan erat dengan
tingkat pengalamannya. Memberikan penyuluhan kepada petani yang berpengalaman
tentu akan berbeda dengan kepada petani yang minim pengalaman. Untuk
menyiasatinya, petani yang memiliki pengalaman lebih bisa diminta bantuannya
untuk memaparkan pengalamannya itu kepada petani lain. Contoh dalam forum tidak
formal misalnya suatu obrolan di warung kopi yang dikunjungi oleh sekelompok
petani, penyuluh bisa memancing beberapa pertanyaan kepada mereka seputar
penggunaan obat pembasmi hama ulat di lahan hutan rakyat mereka. Petani yang
menggunakan obat akan saling menceritakan pengalaman serta keberhasilannya, dan
mungkin terdengar bahkan direspon oleh mereka yang belum menggunakan obat.
Dalam forum ini terlihat penyuluh tidak secara langsung menyarankan petani agar
mereka mau menggunakan obat pembasmi hama, tetapi biasanya mengarahkan
obrolan mereka, sehingga mereka tidak merasa digurui oleh penyuluh.
b. Keadaan sosial dan budaya sasaran
Hal-hal yang menyangkut keadaan sosial budaya sasaran antara lain :
1) Nilai-nilai/ prinsip hidup yang dianut oleh individu sasaran.
2) Nilai sosial yang berlaku pada masyarakat sasaran.
3
3) Norma-norma sosial atau pola tingkah laku yang dianut sasaran, yang berupa
tata cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat, atau hukum.
4) Pola pelapisan sosial, seperti lapisan atas, lapisan menengah, lapisan bawah,
juragan, pandega, kuli kenceng, kuli kendo, dan lain-lain.
5) Status sosial atau kedudukan sosial yang berlaku di masyarakat
6) Struktur kekuasaan dan pengaruh, seperti kepemimpinan sosial, alokasi
solidaritas, struktur keluarga dan lain-lain.
Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penyuluhan
yaitu keadaan sosial budaya sasaran. Keadaan sosial budaya antara lain bisa dilihat
dari tatacara, kebiasaan dan adat istiadat sasaran. Misalnya di daerah yang nilai-nilai
agama Islam masih cukup kuat, sebaiknya penyuluh tidak menjadwalkan waktu
pemutaran film penyuluhan pada hari Jumat karena hal itu masih dianggap tabu oleh
masyarakat.
3. Faktor level kompetensi penyuluh kehutanan, antara lain fasilitator, supervisor atau advisor.
Dalam kondisi kehutanan seperti sekarang, agen penyuluhan kehutanan harus memainkan
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi petani. Sebaiknya penyuluh
memiliki kemampuan untuk :
a. Memperkenalkan kehutanan yang menuntut keterampilan-keterampilan baru bagi
petani.
b. Mempengaruhi perilaku petani agar mau mencoba meningkatkan kemampuan
dirinya.
c. Menggunakan metode penyuluhan yang mendukung ke arah peningkatan motivasi
petani.
d. Mengidentifikasi kendala yang akan timbul dari penerapan suatu metode Penyuluhan
Kehutanan.
e. Merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembang-kan
proses belajar petani dan anggota keluarganya.
4
III. PERMASALAHAN
5
menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja masing-masing
dan biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah. Workshop/ lokakarya
merupakan sebuah pertemuan ilmiah yang melibatkan beberapa orang berkumpul untuk
memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Pelatihan merupakan suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Metode penyuluhan dalam hal mengembangkan kemampuan teknis dan aneka usaha
kehutanan dilakukan melalui kunjungan rumah/tempat usaha, ceramah, pelatihan, studi banding,
widyawisata, demonstrasi, magang, dan sekolah lapang. Kunjungan rumah/ tempat usaha
merupakan kunjungan terencana oleh penyuluh ke rumah atau tempat usaha pelaku utama dan
pelaku usaha. Ceramah merupakan media penyampaian informasi secara lisan kepada pelaku
utama, pelaku usaha dan/atau tokoh masyarakat dalam suatu pertemuan. Pelatihan merupakan
suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi. Studi banding merupakan suatu kajian ilmiah dengan mencari imbangan dari
kasus yang sama atau serupa di lain tempat. Widyawisata merupakan perjalanan ke luar dalam
rangka kunjungan studi secara berombongan dan dalam rangka menambah ilmu pengetahuan.
Demonstrasi merupakan peragaan suatu teknologi (bahan, alat atau cara) dan/atau hasil
penerapannya secara nyata dilakukan oleh pemandu kepada pelaku utama dan pelaku usaha.
Magang merupakan proses belajar mengajar antar pelaku utama dengan bekerja di tempat usaha
pelaku utama yang berhasil. Serta sekolah lapang merupakan sekolah yang diselenggarakan di
luar ruangan dengan dipandu pengajar/ pemandu.
Metode penyuluhan dalam hal menyebarkan informasi dilakukan melalui kampanye,
pameran, dialog interaktif, seni budaya, siaran radio/ televisi, cybernet/cyber extension,
pemutaran film/video, teleconference, penyebaran brosur/folder/leaflet dan majalah, dan
pemasangan poster/spanduk. Kampanye merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu
atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek
atau dampak tertentu. Pameran merupakan usaha untuk memperlihatkan atau mempertunjukan
model, contoh, barang, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematik
pada suatu tempat tertentu. Dialog interaktif merupakan dialog yang dilaksanakan di forum-
forum umum atau radio/televisi yang melibatkan peran peserta/pendengar/pemirsa untuk
menanggapi isi pembicaraan dalam dialog tersebut. Seni budaya merupakan penyebaran
informasi melalui kegiatan kesenian dan/atau kebudayaan. Siaran radio/televisi merupakan
penyebaran informasi melalui penyiaran acara melalui radio atau televisi. Cybernet/ cyber
extention merupakan penyiaran dan/atau interaksi melalui internet. Pemutaran film/video
merupakan penyuluhan kehutanan dengan menggunakan alat film/video yang bersifat visual dan
masal, serta menggambarkan proses suatu kegiatan. Teleconference merupakan komunikasi
langsung diantara beberapa orang yang berada dalam jarak jauh dan dihubungkan oleh suatu
sistem komunikasi. Penyebaran brosur/folder/leaflet dan majalah, merupakan penyebaran
menggunakan brosur/ folder/ leaflet dan majalah yang dibagikan kepada masyarakat pada saat-
saat tertentu. Pemasangan poster/spanduk merupakan penyebaran menggunakan gambar dan
sedikit kata-kata yang dicetak dan ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilalui orang
atau yang sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul di dalam dan di luar ruangan.
Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan jumlah sasaran penyuluhan kehutanan terbagi
menjadi penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, dan penyuluhan massal. Metode
penyuluhan kehutanan berdasarkan jumlah sasaran perorangan dilakukan dengan cara
kunjungan/ anjangsana ke rumah/lokasi usaha, konsultasi pemecahan masalah, kaji terap
teknologi, surat menyurat, dan/atau hubungan telepon. Metode penyuluhan kehutanan
berdasarkan jumlah sasaran kelompok dilakukan dengan cara diskusi, karyawisata, kursus tani,
pertemuan kelompok, sekolah lapang, temu karya, temu usaha, studi banding, magang,
demonstrasi cara, dan konsultasi pemecahan masalah. Metode penyuluhan kehutanan
berdasarkan jumlah sasaran massal dilakukan dengan cara sosialisasi, kampanye, pemasangan
poster/ spanduk, siaran radio, siaran televisi, temu karya, pameran, jamboree, dan gelar
teknologi.
Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan media yang digunakan meliputi media verbal/
lisan, media cetak, dan media terproyeksi. Media verbal/ lisan disampaikan dengan cara tatap
6
muka, lewat telepon, radio, televisi, dan teleconference. Media cetak disampaikan dalam bentuk
gambar dan/atau tulisan tercetak, seperti gambar, foto, selebaran, poster, leaflet, booklet, folder,
baliho, koran, tabloid, dan majalah. Media terproyeksi disampaikan dalam bentuk gambar atau
tulisan, seperti film, slide, cybernet, multimedia message service, dan running text. Metode
penyuluhan kehutanan berdasarkan teknik komunikasi terdiri atas komunikasi langsung dan
komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan metode yang dilakukan melalui
percakapan tatap muka atau melalui media tertentu sehingga penyuluh kehutanan dapat
berkomunikasi untuk memperoleh respon secara langsung dari sasarannya. Komunikasi langsung
dilakukan melalui diskusi, dialog, telepon, dan teleconference. Komunikasi tidak langsung
merupakan metode yang dilakukan melalui perantara orang lain, surat atau media lain sehingga
penyuluh kehutanan tidak dapat menerima respon dari sasaran dalam waktu singkat. Komunikasi
tidak langsung dilakukan antara lain dengan cara pemasangan poster, penyebaran
brosur/leaflet/booklet/folder/majalah, siaran radio, tayangan televisi, pemutaran slide,
pemutaran film, dan pertunjukan seni budaya.
7
tetapi supaya petani tidak merasa khawatir untuk mempergunakannya, penyuluh juga
menyampaikan komposisi yang benar dalam pemakaian bahan kimia.
Tujuan memilih metode dan teknik penyuluhan kehutanan antara adalah:
1. Agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yang tepat dan berhasil guna.
2. Agar kegiatan Penyuluhan Kehutanan yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan
yang dikehendaki, yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdaya
guna dan berhasil guna.
Pada umumnya, seseorang belajar melalui indera. Indera ini merupakan pintu gerbang
masuknya ”stimulus” ke dalam diri seseorang yang belajar. Setiap indera akan mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar seseorang. Seperti salah satu hasil penelitian yang
dilakukan oleh Socony Vacuum Oil Co. dalam Padmowihardjo (2000) yaitu : melalui indera
pengecap 1 persen, melalui indera peraba 1,5 persen, melalui indera penciuman 3,5
persen, melalui indera pendengaran 11 persen dan melalui indera penglihat 83
persen. Sedangkan Hasmosoewignyo dan Garnadi (1962) dalam Kartasapoetra (1991:60)
menyatakan bahwa, hasil penangkapan dari mendengar saja 10 persen, melihat saja 50 persen,
melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri (praktik) 90 persen. Jadi, dari fenomena tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan penyuluhan agar kegiatan tersebut berhasil, sebaiknya
menggunakan lebih dari satu indera penerima.
Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu proses penerapan (adoption)
yang merupakan proses mental yang dapat dilalui dalam lima tahapan, yaitu:
1. Tahap mengetahui dan menyadari (awarness), dimana seseorang menyadari adanya
sesuatu ide atau teknologi baru dan merasa tergugah untuk mempelajarinya. Selanjutnya,
ia mencoba mengembangkan ingatan atau pengetahuannya tentang ide atau teknologi baru
tersebut.
2. Tahap minat (interesting), dimana seseorang yang sudah tergugah untuk mempelajari
tentang ide atau teknologi baru selanjutnya tumbuh minatnya, yaitu bertanya ke sana ke
mari atau mengajukan respon, mengumpulkan keterangan-keterangan lebih lanjut dalam
rangka mengembangkan pengertiannya.
3. Tahap menilai (evaluation), dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya lalu bertanya
kepada dirinya sendiri dan melakukan penilaian secara subyektif tentang untung atau
ruginya kalau akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya. Penilaian
tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertian yang diperolehnya dari tahap
berikutnya.
4. Tahap mencoba (trial), dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai, dan
berkesimpulan bahwa ide atau teknologi baru yang dipelajarinya ternyata menguntungkan,
maka akan mencoba menerapkan ide atau teknologi baru tersebut dalam skala kecil
sehingga timbul keyakinannya karena telah mengalami sendiri.
5. Tahap menerapkan (adoption), dimana seseorang yang telah yakin akan menerapkan ide
atau teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik nyata atau dalam usaha skala yang
sebenarnya.
Kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu berbeda-beda. Demikian pula tahap
perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan kesempatannya juga berbeda-beda. Oleh
karena itu, perlu dipilih metoda Penyuluhan Kehutanan yang berdaya guna dan berhasil
guna. Dalam pemilihan metoda Penyuluhan Kehutanan, pertimbangan-pertimbangan yang harus
diambil didasarkan pada:
1. Karakteristk Sasaran
Agar pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran, maka perlu diperhatikan
kondisi sasaran. Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kan dalam memilih metoda
Penyuluhan Kehutanan, antara lain: 1) tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkat adopsinya. Misalnya, apabila
dalam suatu wilayah kerja penyuluhan terdapat sejumlah sasaran yang tingkat
pendidikannya sangat rendah atau sebagian besar ”buta huruf”, tentunya tidak dapat
menggunakan penyebaran bahan bacaan tulisan. Selain itu, pengalaman (pengetahuan)
8
dalam kegiatan usaha tani yang sudah lama akan berbeda dengan petani yang masih
tergolong pemula, demikian pula dengan tingkat adopsinya. Dari tingkat penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengalaman, yang dapat kita identifikasi
ternyata sasaran berada pada tahap menilai; ini berarti bahwa pendekatan yang kita harus
gunakan adalah pendekatan kelompok, dengan alternatif yang dapat dipilih antara lain,
kombinasi antara kursus tani, pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi. Dapat
pula dilakukan dengan kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok. Bagaimana kalau
tingkat adopsi sasaran baru mencapai tahap ”sadar,” atau sudah berada pada tahap
”mencoba”? Sebutkan pendekatan yang harus digunakan. Jawaban Anda benar, jika Anda
menjawab: pendekatan massal bagi sasaran yang masih berada pada tahap sadar dengan
memilih metoda antara lain pertemuan umum, pemutaran film, dan siaran pedesaan/TV.
Sedangkan bagi sasaran yang sudah berada pada tahap mencoba, Anda benar jika memilih
metoda antara lain kunjungan rumah dan usaha tani, hubungan telepon, demonstrasi
cara/hasil di lahan petani, dan korespondensi. Keadaan sosial budaya sasaran perlu pula
dipertimbangkan dalam memilih metoda Penyuluhan Kehutanan. Penyuluh kehutanan
harus mengetahui: 1) nilai-nilai hidup yang dianut oleh sasaran, 2) norma-norma sosial
(usage, folkways, mores, dan customs), 3) stratifikasi masyarakat, 4) status sosial, dan 5)
struktur kekuasaan.
2. Karakteristik Penyuluh
Sebagai mitra sasaran (petani), penyuluh kehutanan sering disebut sebagai:
fasilitator, dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam proses
pembelajaran. Untuk dapat melakukan ini semua, penyuluh kehutanan harus memiliki
kemampuan menggunakan metoda Penyuluhan Kehutanan yang berdayaguna dan
berhasilguna. Di samping itu, penyuluh kehutanan juga harus memiliki kemampuan
penguasaan teknologi atau ide baru (inovasi) yang akan disuluhkan dalam arti
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki perlu dipertimbangkan dalam memilih
Metode dan teknik Penyuluhan Kehutanan yang tepat.
3. Karakteristik Daerah
Karakteristik daerah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan musim (agroklimat),
keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Keadaan musim akan berpengaruh terhadap
metoda Penyuluhan Kehutanan yang digunakan. Misalnya, pada musim kemarau yang
panas sekali dan tidak ada penanaman di lapagan, kita tidak dapat melakukan kegiatan
demonstrasi di lapangan, tapi sebaiknya dilakukan di rumah petani. Sebaliknya pada musim
penghujan di beberapa daerah lebih banyak kegiatan di lapangan. Jadi pemilihan metoda
Penyuluhan Kehutanan harus disesuaikan dengan kondisi tersebut. Keadaan usaha tani di
suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapan metoda Penyuluhan
Kehutanan. Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan lahan akan berlainan dengan
penyuluhan pada saat panen dan pasca panen. Metoda Penyuluhan Kehutanan hendaknya
dipilih sesuai dengan tahapan perkembangan usaha tani yang berada dalam rentang waktu
siklus usaha tani. Keadaan lapangan juga perlu dipertimbangkan, misalnya dalam struktur
wilayah perdesaan ada yang pemukimananya tersebar dan ada yang terpusat. Ada yang
mudah diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, dan ada yang
hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sehingga mobilitasnya sangat sulit. Selain itu,
keadaan topografi (berbukit atau pegunungan).
4. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda Penyuluhan Kehutanan
yang akan digunakan. Misalnya, penyuluhan tentang pemanfaatan lahan bawah tegakan
sangat berbeda dengan penyuluhan penanggulangan hama penyakit, pemanfaatan
ecoprint, serta pembuatan bangunan sipil teknis. Berlainan pula dengan materi
pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut inovasi sosial) serta penyuluhan tentang
perkreditan dan kontrak kerja (inovasi ekonomi).
5. Sarana dan Biaya
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana
yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga Penyuluhan Kehutanan. Sebagai
9
contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan
menggunakan OHP (over head projector) atau menggunakan LCD/Komputer dan
pemutaran film; kecuali jika disediakan generator listrik. Biaya diperlukan untuk mendanai
kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya; kursus tani lebih mahal daripada pertemuan
umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi
ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda
Penyuluhan Kehutanan.
6. Kebijaksanaan Pemerintah
Penyuluhan Kehutanan adalah bagian dari pembangunan kehutanan, dan
pembangunan kehutanan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, kegiatan Penyuluhan Kehutanan harus sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
baik pemerintah pusat maupun daerah. Misalnya, pada tahun 2004 digalakkan program
pemerintah tentang Gerhan, dan tahun 2007 kita harus mengawal kebijakan pemerintah
untuk mencapai penghijauan 1 juta Ha lahan kritis. Artinya, gerakan tersebut dapat dengan
cepat dilakukan oleh masyarakat sasaran dengan dukungan dari aparat terkait di semua
tingkatan.
10
IV. REKOMENDASI
11
c) Kesiapan sumber daya yang ada berupa (SDM, sumber daya alat, bahan, tempat dan
waktu
d) Kapan metode tersebut baik digunakan
e) Mendisain dengan menggunakan standar kuesioner
f) Kuesioner dikirimkan ke sasaran
g) Hasil respon sasaran diringkas dalam statistik distribusi
h) Menyimpulkan hasil kuisoner
Kelebihan Analisa Kuesioner adalah :
1. Murah dan cepat dari pada interviews.
2. Tidak membutuhkan pewawancara yang terlatih
3. Mudah untuk mensintesis hasil sejak pembuatan kuesioner.
4. Dapat meminimalkan biaya
Kekurangan Analisa Kuesioner adalah :
1. Tidak dapat membuat pertanyaan yang spesifik bagi sasaran dalam jumlah banyak
2. Analis menghasilkan kesan secara umum sehingga tidak dapat mengakomodir
pendapat pribadi
3. Jenis pertanyaan terbatas dan sederhana
4. Membutuhkan wawasan yang luas dari sasaran dalam menjawab pertanyaan
3. Analisis Observasi (Observation Analysis)
Analisa observasi merupakan analisis berdasar pengamatan secara langsung metode
penyuluhan pertanian yang sedang atau telah diggunakan, beberapa hal pokok dan penting
dalam analisa ini antara lain :
a) Bagaimana jalannya metode penyuluhan pertanian tersebut saat digunakan
b) Secara pribadi seorang analis mengunjungi lokasi pengamatan
c) Analis merekam kejadian dan dinamika dalam lokasi pengamatan dengan cara
tertulis, rekaman audio, audio visual maupun foto
d) Hasil pengamatan disusun dalam alur pelaksanaan atau kronologis kegiatan dan
respon sasaran
e) Menyimpulkan hasil pengamatan
Kelebihan Analisa Observasi adalah :
1. Mendapatkan fakta sesungguhnya daripada pendapat (opinion)
2. Tidak membutuhkan konstruksi pertanyaan.
3. Tidak menganggu atau menyembunyikan sesuatu (sasaran tidak mengetahui bahwa
mereka sedang diamati).
4. Analis tidak bergantung pada penjelasan lisan dari sasaran
Kekurangan Analisa Observasi adalah :
1. Jika terlalu mencolok dalam pengamatan, sasaran merasa diamati sehingga tidak
diperoleh fakta sebenarnya
2. Dalam jangka panjang, fakta yang diperoleh dalam satu observasi mungkin tidak
tepat (representative) dalam kondisi harian atau mingguan
3. Membutuhkan pengalaman dan keahlian khusus dari analis
4. Analisa Pengamatan Dokumen (Document Survey Analysis)
Analisa Pengamatan dokumen merupakan analisis berdasar dokumentasi yang ada berupa
data administrasi yang dimiliki (daftar hadir, laporan kegiatan, bachard kegiatan, aktivitas
kegiatan, video, foto, rekaman suara dan dokumen lainya, beberapa hal pokok dan penting dalam
analisa ini antara lain :
a) Bagaimana hasil dokumentasi metode penyuluhan pertanian itu digunakan
b) Mengidentifikasikan dokumen utama dan laporan
c) Mengumpulkan salinan dokumen aktual dan laporan
d) Membuat penandaan (coding) setiap dokumen atau laporan yang digunakan
e) Hasil pengamatan dokumen disusun dalam alur pelaksanaan atau kronologis kegiatan dan
respon sasaran
f) Menyimpulkan hasil pengamatan
Kelebihan Analisa Pengamatan Dokumen adalah :
12
1. Data yang diperoleh lebih obyektif
2. Mendapatkan fakta sesungguhnya daripada pendapat (opinion)
3. Tidak membutuhkan konstruksi pertanyaan
4. Tidak menganggu atau menyembunyikan sesuatu (sasaran tidak mengetahui bahwa
mereka sedang diamati)
5. Analis tidak bergantung pada penjelasan lisan dari sasaran
Kekurangan Analisa Pengamatan Dokumen adalah :
1. Membutuhkan waktu yang cukup banyak mengumpulkan dokumen yang diperlukan
2. Tidak dapat dijalankan apabila tidak tersedia dokumentasi dan data yang cukup
3. Membutuhkan pengalaman dan keahlian khusus dari analis
13
V. KESIMPULAN
Demikian laporan kajian prosedur kerja dan metode Penyuluhan Kehutanan dalam rangka
pendampingan kegiatan rehabiltasi diluar kawasan hutan negara yang akan digunakan dalam
proses penyuluhan agar informasi terkait rehabiltasi dapat diterima dengan baik oleh sasaran
penyuluhan. Tentunya hal tersebut harus selaras dengan keadaan pelaku utama. Adapun proses
pemilihan prosedur kerja dan metode penyuluhan kehutanan di Kec. Kaligondang hendaknya
tetap disesuaikan dengan kondisi kelompok sasaran baik latar belakang dan tingkat pendidikan.
14
DAFTAR REFERENSI
Ban, van den, A.W. dan Hawkins, A.S. Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.
Mardikanto, T., 1999. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Padmowihardjo, S., 2000. Metode dan teknik penyuluhan pertanian, Universitas Terbuka, Jakarta.
Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan, Jakarta
15