0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
23 tayangan19 halaman

Konsep Pengembangan Prosedur Kerja RHL

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 19

NOTA DINAS

Kepada Yth. : Kepala Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Provinsi Jawa Tengah Wilayah VII
Melalui Yth. : 1. Kasi. Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam CDK Wil. VII
2. Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan CDK Wil. VII
Dari : Hijrah Utama, S.Hut (NIP. 19791218 201001 1 009)
Tanggal : 10 Oktober 2023
Nomor : 522.6 / 025.03
Perihal : Melaksanakan Kegiatan Pembuatan Laporan Kajian Prosedur Kerja dan Metode PK
dalam rangka Pendampingan RHL

Dengan hormat kami laporkan hasil Kegiatan Melaksanakan Kegiatan


Pembuatan Laporan Kajian Prosedur Kerja dan Metode PK dalam rangka
Pendampingan RHL sebagai berikut;

1. Dasar : Surat Keputusan Kepala Cabang Dinas Kehutanan


Provinsi Jawa Tengah Wilayah VII Nomor 800/001.1
Tanggal 3 Januari 2022 Perihal Penetapan Koordinator
dan Wilayah Binaan Penyuluh Kehutanan Lingkup Cabang
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Wilayah VII
2. Tujuan Kegiatan : Melaporkan capaian kinerja bulanan, permasalahan,
upaya pemecahan masalah serta mengidentifikasi hal-hal
yang menghambat tercapainya tujuan penyuluhan
3. Hari / Tanggal : Selasa / 10 Oktober 2023
4. Tempat : Posluhut Kab. Purbalingga
5. Hasil Pelaksanaan : Laporan Kegiatan Kajian Prosedur Kerja dan Metode PK
dalam rangka Pendampingan RHL (Terlampir)

Demikian Nota Dinas ini dibuat untuk menjadi periksa dan tindak lanjut.

Banjarnegara, 10 Oktober 2023


Mengetahui, Yang Melaporkan,
Kasi. Rehabilitasi dan Konservasi Penyuluh Kehutanan
Sumber Daya Alam Kec. Kaligondang dan Karangmoncol

SETIYAWAN PAMBUDI, S.Hut. HIJRAH UTAMA, S.Hut.


Penata Tingkat I Penata Tingkat I
NIP. 19761020 200212 1 008 NIP. 19791218 201001 1 009
HALAMAN JUDUL

LAPORAN HASIL KAJIAN PROSEDUR KERJA DAN METODE


PENYULUHAN KEHUTANAN DALAM RANGKA PENDAMPINGAN
KEGIATAN REHABILITASI DI LUAR KAWASAN HUTAN NEGARA

Disusun Oleh

HIJRAH UTAMA, S.Hut


PENYULUH KEHUTANAN MUDA
NIP. 19791218 201001 1 009

CABANG DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH WILAYAH VII


DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PROVINSI JAWA TENGAH
2023
KATA PENGANTAR

Penyusunan kajian pengembangan prosedur kerja dan metode penyuluhan kehutanan


dalam rangka pendampingan kegiatan Rehabilitasi di Luar Kawasan Hutan Negara di Kec.
Karangmoncol dan Kec. Kaligondang, Kab. Purbalingga merupakan langkah persiapan yang
dilakukan dalam upaya pengembangan proses perencanaan penyuluhan kehutanan. Pemilihan
prosedur kerja dan metode dalam penyuluhan kehutanan adalah aspek yang sangat penting
dalam proses perencanaan penyuluhan karena hal tersebut dapat memberikan arahan agar
penyuluhan dapat berjalan secara efektifitas dan efisien.
Dalam upaya penyusunan kajian prosedur kerja dan pemilihan metode dalam rangka
rehabilitasi di luar kawasan hutan negara perlu mendapatkan perhatian yang lebih agar prosesnya
dapat berjalan secara maksimal. Hal ini mengingat kawasan diluar hutan negara termasuk
sasaran pembanguna kehutanan. Oleh sebab itu upaya kajian dalam bentuk laporan adalah hal
yang perlu dilakukan agar penyuluh dapat mengetahui berbagai cara penyampaian yang sesuai,
sehingga mudah diterima oleh sasaran penyuluhan kehutanan sehingga sesuai dengan tujuan
penyuluhan kehutanan sebagaimana tercantum dalam Permen LHK No.
P.77/MenLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Metode dan Materi Penyuluhan Kehutanan.
Demikian semoga penyusunan kajian pengembangan prosedur kerja dan metode
penyuluhan kehutanan ini dapat bermanfaat bagi khalayak terutama praktisi di bidang
penyuluhan kehutanan. Kritik dan saran tidak lupa kami harapkan guna membuka ruang diskusi
dan masukan bagi penyempurnaan konsep kajian ini agar dapat memberikan pencerahan bagi
para pemangku kepentingan.

Purbalingga, 10 Oktober 2023


Penyusun

HIJRAH UTAMA, S.Hut.


NIP. 19791218 201001 1 009

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i


KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................................. 1
C. Output.............................................................................................................. 1
II. HASIL KAJIAN ........................................................................................................... 2
A. Ruang Lingkup .................................................................................................. 2
B. Prinsip Metode Penyuluhan Kehutanan ................................................................ 3
III. PERMASALAHAN ........................................................................................................ 5
A. Substansi Metode Penyuluhan Kehutanan ............................................................ 5
B. Tujuan Spesifik Pemilihan Metode Penyuluhan Kehutanan ..................................... 7
C. Penggolongan Metode dan Teknik Penyuluhan Kehutanan .................................. 10
IV. REKOMENDASI ........................................................................................................ 11
V. KESIMPULAN ........................................................................................................... 14
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................................... 15

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hal yang paling penting dalam proses pelaksanaan penyuluhan kehutanan adalah
pengaturan metode kerja penyuluhan kehutanan. Hal ini dilakukan agar penyuluhan dapat
berjalan secara efektif dan efisien serta tercapai apa yang menjadi tujuan utama dalam
penyuluhan kehutanan. Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.77/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Metode dan Materi Penyuluhan Kehutanan,
dijelaskan bahwa metode penyuluhan adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan
oleh penyuluh kehutanan. Metode penyuluhan kehutanan memegang peranan yang sangat
penting dalam menentukan teknis penyelenggaraan penyuluhan di lapangan. Oleh karena itu
dalam melakukan penyuluhan kehutanan maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan
sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kehutanan.
Untuk mensukseskan pembangunan nasional di dalam sektor pembangunan kehutanan
terdapat tiga kelompok sasaran utama yang perlu dicapai yaitu :
1. Meningkatnya ketahanan pangan nasional yang meliputi meningkatnya kapasitas produksi
komoditas kehutanan dan berkurangnya ketergantungan terhadap pangan impor sekitar 5-
10 persen dari produksi domestik;
2. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas kehutanan yang meliputi
meningkatnya mutu produk primer kehutanan, meningkatnya keragaman pengolahan
produk kehutanan dan meningkatnya ekspor serta meningkatnya surplus perdagangan
komoditas kehutanan;
3. Meningkatnya kesejahteraan petani yang meliputi meningkatnya produktivitas tenaga kerja
di sektor kehutanan dan menurunnya indeks kemiskinan masyarakat di sekitar hutan.
Untuk mengimplementasikan sasaran pembangunan kehutanan tersebut sangat
diperlukan untuk melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang terlihat dalam kegiatan kehutanan.
Bentuk ajakan yang sekaligus dapat meningkatkan kemampuan masyarakat tersebut antara lain
melalui pendidikan non formal seperti penyuluhan. Penyuluhan kehutanan merupakan
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam rangka mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi
usaha, pendapatan, kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan.
Dalam proses penyuluhan kehutanan keberhasilan yang dicapai yaitu dapat menetapkan
metode yang tepat sesuai dengan sasaran pembangunan kehutanan tersebut tanpa
mengabaikan kebutuhan masyarakat petani. Pesan atau materi penyuluhan kehutanan untuk
dapat diterima dan dihayati serta diterapkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan, bila cara
penyampaiannya yang dipilih cocok dengan kondisi dari masyarakat petani. Memilih cara atau
metode/teknik ini akan menentukan keberhasilan didalam penyelengaraan program penyuluhan
kehutanan yang merupakan bagian dari pembangunan kehutanan.

B. Tujuan
Tujuan kajian ini adalah untuk menyusun konsep prosedur kerja dan metode pendampingan
penyuluhan kehutanan dalam rangka kegiatan rehabiltasi diluar kawasan hutan negara di Kec.
Kaligondang, Kab. Purbalingga.

C. Output
Output dari hasil kajian ini adalah laporan hasil kajian prosedur kerja dan metode
penyuluhan kehutanan dalam rangka pendampingan kegiatan rehabilitasi diluar kawasan hutan
negara di Kec. Kaligondang, Kab. Purbalingga.

1
II. HASIL KAJIAN

A. Ruang Lingkup
Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Kehutanan,
Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sedangkan metode penyuluhan adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh
penyuluh kehutanan.
Pemilihan metode penyuluhan kehutanan yang tepat harus memenuhi prinsip :
1. Mampu mendorong tumbuhnya swakarsa, swadaya, dan kemandirian pelaku utama/usaha;
2. Sesuai dengan kondisi sasaran penyuluhan;
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya, waktu, dan tenaga;
4. Menjamin keberlanjutan kegiatan dan usaha;
5. Mendorong partisipasi aktif sasaran penyuluhan.
Prinsip mendorong tumbuhnya swakarsa, swadaya dan kemandirian pelaku utama dan
pelaku usaha dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kemandirian dalam mengambil keputusan
yang menyangkut usaha produktifnya tanpa dibebani oleh keterpaksaan dalam hal menyangkut
ketersediaan sumber produksi dan kesesuaian faktor produksi dengan jenis komoditas yang akan
diusahakan, terutama terhadap pasar. Petani harus diberikan akses informasi terkait pasar.
Prinsip kesesuaian dengan kondisi sasaran penyuluhan dimaksudkan agar metode yang
dipilih oleh penyuluh mampu menunjang penyerapan materi yang akan disampaikan penyuluh
kehutanan kepada sasaran penyuluhan. Terkadang materi yang baik belum tentu dapat diterima
atau terserap dengan baik pula oleh sasaran penyuluhan akibat dari cara penyampaian yang
kurang tepat. Hal ini harus menjadi perhatian bagi penyuluh kehutanan agar hal-hal yang menjadi
tujuan penyuluhan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan, dan sesuai dengan yang
dibutuhkan petani. Keduanya harus bertemu pada satu titik tujuan penyuluhan kehutanan.
Prinsip efisien dan efektif dalam penggunaan biaya, waktu, dan tenaga harus pula menjadi
perhatian dalam pemilihan metode penyuluhan karena pemilihan metode penyuluhan kehutanan
yang tepat akan memangkas biaya, mengefisienkan waktu dan menghemat tenaga penyuluh di
lapangan. Saat ini penyuluhan kehutanan harus dilakukan secara efektif dan efisien mengingat
jangkauan dan sasaran penyuluhan yang beragam dan tersebar luas. Sebagai catatan satu
penyuluh dapat membina satu wilayah kecamatan dengan potensi hutan rakyat seluas 400 – 700
Ha. Bahkan ada pula yang sampai membina sampai dua atau sampai empat kecamatan dengan
potensi hutan rakyat yang jauh lebih luas. Oleh sebab itu proses penyuluhan kehutanan dituntut
untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam hal penggunaan biaya, waktu dan tenaga.
Prinsip menjamin keberlangsungan kegiatan dan usaha produksi harus menjadi
pertimbangan dalam menentukan metode penyuluhan kehutanan karena hal tersebut akan
berimplikasi terhadap keberlangsungan usaha para pelaku utama maupun pelaku usaha.
Pemilihan metode penyuluhan yang tepat akan berkontribusi terhadap proses pengambilan
keputusan oleh pelaku usaha dimana peran penyuluh sangat besar ketika memberikan masukan
secara langsung kepada petani dibandingkan jika masukan tersebut hanya dibaca tanpa
penjelasan yang gamblang. Oleh sebab itu prinsip menjamin keberlangsungan kegiatan dan
usaha produksi harus juga menjadi pertimbangan dalam menentukan metode penyuluhan.
Prinsip mendorong partisipasi aktif sasaran penyuluhan dalam menentukan metode
penyuluhan akan berimplikasi terhadap proses penyuluhan kehutanan karena sasaran
penyuluhan kehutanan sebagian besar adalah orang dewasa yang perlu dilibatkan secara aktif
dalam proses pengambilan keputusan. Dengan semakin tinggi peran sasaran penyuluhan dalam
keterlibatan pengambilan keputusan yang baik dan cocok bagi usaha produksinya maka hal
tersebut akan mendorong keterlibatan penuh mereka dalam menentukan usaha ke depan.

2
B. Prinsip Metode Penyuluhan Kehutanan
Dalam memilih metode penyuluhan kehutanan yang tepat kepada sasaran penyuluhan
berdasarkan pertimbangan :
1. Faktor bio fisik sasaran, antara lain agroklimat, topografi, potensi sumber daya alam atau
aksesibilitas. Faktor musim yang sedang berjalan di daerah tertentu dapat berpengaruh
terhadap pemilihan metode Penyuluhan Kehutanan. Contohnya, pada musim hujan yang
biasanya turun deras menjelang sore hari, kunjungan ke lapangan usahatani sebaiknya
dilakukan pada pagi hari sebelum hujan turun. Atau apabila ingin melakukan demonstrasi
cara tentang penanaman maka sebaiknya tidak dilakukan pada saat musim hujan. Selain
itu juga perlu diperhatikan keadaan usahatani, yakni tahap-tahap perkembangan usahatani
mulai dari penanaman sampai waktu panen. Sebagai contoh, metode diskusi kelompok
dalam satu hamparan usahatani cocok diterapkan pada saat memilih jenis pupuk yang baik
untuk tanaman tertentu. Keadaan lapangan yang perlu diperhatikan antara lain topografi
tanah, letak lahan usahatani atau rumah petani (apakah berjauhan, tersebar atau
berkumpul), keadaan jalan dan waktu yang ditempuh untuk mencapai lokasi
rumah/usahatani, dan lain-lain. Pertimbangan-pertimbangan ini kemudian dituangkan
dalam rencana penyuluhan kehutanan tahunan maupun bulanan sehingga akan
mengefisienkan kerja penyuluhan di lapangan.
2. Faktor karakteristik sasaran, antara lain demografi, tingkat pendapatan masyarakat, mata
pencaharian status sosial, budaya gender, agama usia, tingkat pendidikan dan
pengetahuan. Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode
Penyuluhan Kehutanan adalah hal-hal yang menyangkut :
a. Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran
Faktor ini sangat erat kaitannya dengan tingkat adopsi sasaran. Untuk melihat
tingkat adopsi, penyuluh dapat mengacu pada tahapan adopsi inovasi yang umum
dipakai, yaitu tahapan-tahapan di mana seorang petani sampai pada pertimbangan
dan sikap tertentu sebelum mengadopsi inovasi, antara lain :
1) Tahap Sadar (Awareness) atau tahap mengetahui, di mana seorang petani baru
pertama kali mendengar suatu ide atau inovasi baru.
2) Tahap Minat (Interest), yaitu tahap mencari informasi lebih lanjut dari ide yang
telah diketahuinya.
3) Tahap Evaluasi (Evaluation), yaitu tahap penilaian, mempertimbangkan
manfaat dan kekurangan penggunaan inovasi.
4) Tahap Mencoba (Try), yaitu tahap di mana petani mulai mau menerapkan
inovasi dalam skala kecil.
5) Tahap Mengadopsi (Adoption), petani benar-benar menerapkan inovasi dalam
skala besar pada usahataninya.
Tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran berkaitan erat dengan
tingkat pengalamannya. Memberikan penyuluhan kepada petani yang berpengalaman
tentu akan berbeda dengan kepada petani yang minim pengalaman. Untuk
menyiasatinya, petani yang memiliki pengalaman lebih bisa diminta bantuannya
untuk memaparkan pengalamannya itu kepada petani lain. Contoh dalam forum tidak
formal misalnya suatu obrolan di warung kopi yang dikunjungi oleh sekelompok
petani, penyuluh bisa memancing beberapa pertanyaan kepada mereka seputar
penggunaan obat pembasmi hama ulat di lahan hutan rakyat mereka. Petani yang
menggunakan obat akan saling menceritakan pengalaman serta keberhasilannya, dan
mungkin terdengar bahkan direspon oleh mereka yang belum menggunakan obat.
Dalam forum ini terlihat penyuluh tidak secara langsung menyarankan petani agar
mereka mau menggunakan obat pembasmi hama, tetapi biasanya mengarahkan
obrolan mereka, sehingga mereka tidak merasa digurui oleh penyuluh.
b. Keadaan sosial dan budaya sasaran
Hal-hal yang menyangkut keadaan sosial budaya sasaran antara lain :
1) Nilai-nilai/ prinsip hidup yang dianut oleh individu sasaran.
2) Nilai sosial yang berlaku pada masyarakat sasaran.

3
3) Norma-norma sosial atau pola tingkah laku yang dianut sasaran, yang berupa
tata cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat, atau hukum.
4) Pola pelapisan sosial, seperti lapisan atas, lapisan menengah, lapisan bawah,
juragan, pandega, kuli kenceng, kuli kendo, dan lain-lain.
5) Status sosial atau kedudukan sosial yang berlaku di masyarakat
6) Struktur kekuasaan dan pengaruh, seperti kepemimpinan sosial, alokasi
solidaritas, struktur keluarga dan lain-lain.
Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penyuluhan
yaitu keadaan sosial budaya sasaran. Keadaan sosial budaya antara lain bisa dilihat
dari tatacara, kebiasaan dan adat istiadat sasaran. Misalnya di daerah yang nilai-nilai
agama Islam masih cukup kuat, sebaiknya penyuluh tidak menjadwalkan waktu
pemutaran film penyuluhan pada hari Jumat karena hal itu masih dianggap tabu oleh
masyarakat.
3. Faktor level kompetensi penyuluh kehutanan, antara lain fasilitator, supervisor atau advisor.
Dalam kondisi kehutanan seperti sekarang, agen penyuluhan kehutanan harus memainkan
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi petani. Sebaiknya penyuluh
memiliki kemampuan untuk :
a. Memperkenalkan kehutanan yang menuntut keterampilan-keterampilan baru bagi
petani.
b. Mempengaruhi perilaku petani agar mau mencoba meningkatkan kemampuan
dirinya.
c. Menggunakan metode penyuluhan yang mendukung ke arah peningkatan motivasi
petani.
d. Mengidentifikasi kendala yang akan timbul dari penerapan suatu metode Penyuluhan
Kehutanan.
e. Merencanakan, mengatur, melaksanakan, mengevaluasi dan mengembang-kan
proses belajar petani dan anggota keluarganya.

4
III. PERMASALAHAN

A. Substansi Metode Penyuluhan Kehutanan


Metode penyuluhan dalam hal mengembangkan kreatifitas dan inovasi dilakukan melalui
temu wicara, temu lapang, temu karya, temu usaha, temu teknologi, lomba dan pemberian
penghargaan kepada pelaku utama terbaik. Temu wicara merupakan dialog antara pelaku utama
dan pelaku usaha dengan pejabat pemerintah untuk membicarakan perkembangan dan
pemecahan masalah pembangunan kehutanan. Temu lapang merupakan pertemuan antara
pelaku utama dan pelaku usaha dengan penyuluh kehutanan atau peneliti/ahli kehutanan di
lapangan untuk mendiskusikan keberhasilan kegiatan kehutanan atau teknologi yang sudah
diterapkan. Temu karya merupakan pertemuan sesama pelaku utama dan pelaku usaha untuk
tukar menukar informasi, pengalaman dan gagasan dalam kegiatan pembangunan kehutanan.
Temu usaha merupakan pertemuan antara pelaku utama dengan pelaku usaha di bidang industri
kehutanan agar terjadi tukar menukar informasi berupa peluang usaha, permodalan, teknologi
produksi, pasca panen, pengolahan hasil, serta pemasaran hasil, dengan harapan akan terjadi
kontrak kerjasama. Temu teknologi merupakan pertemuan antar pelaku utama dan pelaku usaha
dengan ahli teknologi untuk mendiskusikan dan menerapkannya pada kegiatan pembangunan
kehutanan. Jambore penyuluh kehutanan merupakan pertemuan para penyuluh kehutanan yang
dilakukan pada suatu tempat terbuka untuk melakukan dialog, informasi, pentas budaya, untuk
menggali masalah-masalah penyuluhan kehutanan dan merumuskan tindak lanjut
pemecahannya. Lomba merupakan suatu kegiatan dengan aturan serta waktu yang ditentukan
untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar pelaku utama untuk mencapai prestasi yang
diinginkan secara maksimal. Dan lokakarya merupakan acara berkumpul untuk memecahkan
masalah tertentu dan mencari solusinya.
Metode penyuluhan dalam hal mengembangkan kepemimpinan pelaku utama dan pelaku
usaha dilakukan melalui rembug tingkat desa, rembug tingkat kabupaten/kota, rembug tingkat
provinsi dan rembug tingkat nasional. Rembug tingkat desa merupakan pertemuan lengkap
seluruh anggota pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat desa untuk
mendiskusikan dan mencari kesepakatan dalam pelaksanaan program dan rencana kerja serta
pemecahan masalah yang dihadapi dan dilaksanakan oleh mereka sendiri beserta kelompoknya.
Rembug tingkat kabupaten/kota merupakan pertemuan lengkap seluruh anggota pengurus
organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat kabupaten/kota, untuk mendiskusikan dan
mencari kesepakatan dalam pelaksanaan program dan rencana kerja, dan menilai/mengevaluasi
pelaksanaan program dan rencana kerja periode yang lalu, serta menyusun kepengurusan tingkat
kabupaten/kota. Rembug tingkat provinsi merupakan pertemuan lengkap seluruh anggota
pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat provinsi, untuk mendiskusikan dan
mencari kesepakatan dalam pelaksanaan program dan rencana kerja, menilai/mengevaluasi
pelaksanaan program dan rencana kerja periode yang lalu, dan menyusun kepengurusan tingkat
provinsi serta membahas masalah umum pembangunan kehutanan tingkat provinsi. Serta
rembug tingkat nasional merupakan pertemuan konsultasi secara berkala dan berkesinambungan
yang melibatkan seluruh anggota pengurus organisasi pelaku utama dan pelaku usaha tingkat
provinsi dengan pejabat Pemerintah lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
dalam pelaksanaan program dan rencana kerja, menilai/mengevaluasi pelaksanaan program dan
rencana kerja periode yang lalu, dan menyusun kepengurusan tingkat nasional serta membahas
masalah umum pembangunan kehutanan tingkat nasional.
Metode penyuluhan dalam hal mengembangkan dan menguatkan kelembagaan/
manajemen kelompok serta modal sosial dilakukan melalui sarasehan, diskusi/ dialog, seminar,
workshop/ lokakarya dan pelatihan. Sarasehan merupakan forum konsultasi antara pelaku utama
dan/atau pelaku usaha dengan pihak pemerintah secara periodik dan berkesinambungan untuk
musyawarah dan mufakat dalam pengembangan usaha pelaku utama dan pelaksanaan program
pembangunan kehutanan. Diskusi/ dialog merupakan tukar pikiran antara peserta diskusi untuk
memperoleh pengertian yang lebih tepat mengenai suatu masalah. Seminar merupakan suatu
pertemuan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang dengan

5
menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja masing-masing
dan biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah. Workshop/ lokakarya
merupakan sebuah pertemuan ilmiah yang melibatkan beberapa orang berkumpul untuk
memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Pelatihan merupakan suatu proses dimana
orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Metode penyuluhan dalam hal mengembangkan kemampuan teknis dan aneka usaha
kehutanan dilakukan melalui kunjungan rumah/tempat usaha, ceramah, pelatihan, studi banding,
widyawisata, demonstrasi, magang, dan sekolah lapang. Kunjungan rumah/ tempat usaha
merupakan kunjungan terencana oleh penyuluh ke rumah atau tempat usaha pelaku utama dan
pelaku usaha. Ceramah merupakan media penyampaian informasi secara lisan kepada pelaku
utama, pelaku usaha dan/atau tokoh masyarakat dalam suatu pertemuan. Pelatihan merupakan
suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai
tujuan organisasi. Studi banding merupakan suatu kajian ilmiah dengan mencari imbangan dari
kasus yang sama atau serupa di lain tempat. Widyawisata merupakan perjalanan ke luar dalam
rangka kunjungan studi secara berombongan dan dalam rangka menambah ilmu pengetahuan.
Demonstrasi merupakan peragaan suatu teknologi (bahan, alat atau cara) dan/atau hasil
penerapannya secara nyata dilakukan oleh pemandu kepada pelaku utama dan pelaku usaha.
Magang merupakan proses belajar mengajar antar pelaku utama dengan bekerja di tempat usaha
pelaku utama yang berhasil. Serta sekolah lapang merupakan sekolah yang diselenggarakan di
luar ruangan dengan dipandu pengajar/ pemandu.
Metode penyuluhan dalam hal menyebarkan informasi dilakukan melalui kampanye,
pameran, dialog interaktif, seni budaya, siaran radio/ televisi, cybernet/cyber extension,
pemutaran film/video, teleconference, penyebaran brosur/folder/leaflet dan majalah, dan
pemasangan poster/spanduk. Kampanye merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu
atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek
atau dampak tertentu. Pameran merupakan usaha untuk memperlihatkan atau mempertunjukan
model, contoh, barang, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematik
pada suatu tempat tertentu. Dialog interaktif merupakan dialog yang dilaksanakan di forum-
forum umum atau radio/televisi yang melibatkan peran peserta/pendengar/pemirsa untuk
menanggapi isi pembicaraan dalam dialog tersebut. Seni budaya merupakan penyebaran
informasi melalui kegiatan kesenian dan/atau kebudayaan. Siaran radio/televisi merupakan
penyebaran informasi melalui penyiaran acara melalui radio atau televisi. Cybernet/ cyber
extention merupakan penyiaran dan/atau interaksi melalui internet. Pemutaran film/video
merupakan penyuluhan kehutanan dengan menggunakan alat film/video yang bersifat visual dan
masal, serta menggambarkan proses suatu kegiatan. Teleconference merupakan komunikasi
langsung diantara beberapa orang yang berada dalam jarak jauh dan dihubungkan oleh suatu
sistem komunikasi. Penyebaran brosur/folder/leaflet dan majalah, merupakan penyebaran
menggunakan brosur/ folder/ leaflet dan majalah yang dibagikan kepada masyarakat pada saat-
saat tertentu. Pemasangan poster/spanduk merupakan penyebaran menggunakan gambar dan
sedikit kata-kata yang dicetak dan ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilalui orang
atau yang sering digunakan sebagai tempat orang berkumpul di dalam dan di luar ruangan.
Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan jumlah sasaran penyuluhan kehutanan terbagi
menjadi penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, dan penyuluhan massal. Metode
penyuluhan kehutanan berdasarkan jumlah sasaran perorangan dilakukan dengan cara
kunjungan/ anjangsana ke rumah/lokasi usaha, konsultasi pemecahan masalah, kaji terap
teknologi, surat menyurat, dan/atau hubungan telepon. Metode penyuluhan kehutanan
berdasarkan jumlah sasaran kelompok dilakukan dengan cara diskusi, karyawisata, kursus tani,
pertemuan kelompok, sekolah lapang, temu karya, temu usaha, studi banding, magang,
demonstrasi cara, dan konsultasi pemecahan masalah. Metode penyuluhan kehutanan
berdasarkan jumlah sasaran massal dilakukan dengan cara sosialisasi, kampanye, pemasangan
poster/ spanduk, siaran radio, siaran televisi, temu karya, pameran, jamboree, dan gelar
teknologi.
Metode penyuluhan kehutanan berdasarkan media yang digunakan meliputi media verbal/
lisan, media cetak, dan media terproyeksi. Media verbal/ lisan disampaikan dengan cara tatap

6
muka, lewat telepon, radio, televisi, dan teleconference. Media cetak disampaikan dalam bentuk
gambar dan/atau tulisan tercetak, seperti gambar, foto, selebaran, poster, leaflet, booklet, folder,
baliho, koran, tabloid, dan majalah. Media terproyeksi disampaikan dalam bentuk gambar atau
tulisan, seperti film, slide, cybernet, multimedia message service, dan running text. Metode
penyuluhan kehutanan berdasarkan teknik komunikasi terdiri atas komunikasi langsung dan
komunikasi tidak langsung. Komunikasi langsung merupakan metode yang dilakukan melalui
percakapan tatap muka atau melalui media tertentu sehingga penyuluh kehutanan dapat
berkomunikasi untuk memperoleh respon secara langsung dari sasarannya. Komunikasi langsung
dilakukan melalui diskusi, dialog, telepon, dan teleconference. Komunikasi tidak langsung
merupakan metode yang dilakukan melalui perantara orang lain, surat atau media lain sehingga
penyuluh kehutanan tidak dapat menerima respon dari sasaran dalam waktu singkat. Komunikasi
tidak langsung dilakukan antara lain dengan cara pemasangan poster, penyebaran
brosur/leaflet/booklet/folder/majalah, siaran radio, tayangan televisi, pemutaran slide,
pemutaran film, dan pertunjukan seni budaya.

B. Tujuan Spesifik Pemilihan Metode Penyuluhan Kehutanan


Adapun tujuan dalam memilih metode penyuluhan kehutanan yang tepat kepada sasaran
penyuluhan berdasarkan pertimbangan :
1. Membantu sasaran mengidentifikasi permasalahannya
Sebagian besar petani kurang mempunyai pengetahuan serta wawasan yang
memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya,
apalagi memilih pemecahan masalah yang tepat. Penyuluh dapat membantu petani dengan
menghilangkan hambatan kurangnya pengalaman dan pendidikan, yaitu dengan cara
menyediakan informasi dan memberikan pandangan kepada mereka mengenai masalah
yang dihadapi. Contohnya, pada musim tanam yang lalu, dalam satu hamparan sawah
terjadi kegagalan panen padi. Petani frustasi karena tidak mengerti mengapa panen bisa
gagal, padahal cara penanaman dilakukan sesuai saran/anjuran penyuluh. Penyuluh
membantu petani menelusuri sebab kegagalan panen, ternyata terdeteksi hama baru yang
belum pernah dikenali petani. Di sini, penyuluh tidak langsung bertindak untuk
mengintruksikan pemberantasan hama, akan tetapi terlebih dahulu menjelaskan atau
memberi informasi yang bersifat teknis mengenai hama tersebut dan menunjukkan cara
penanggulangannya.
2. Membangkitkan motivasi sasaran untuk mengubah perilakunya
Kadang-kadang petani kurang memiliki motivasi untuk mengubah perilakunya karena
ada faktor lain yang menjadi hambatan. Misalnya, petani enggan menggunakan saluran
irigasi untuk mengairi sawahnya dan hanya mengandalkan hujan yang diharapkan akan
selalu turun setiap hari. Alasannya adalah bahwa lokasi sawah yang agak jauh dengan
saluran irigasi, serta menyalahkan petani lain yang tidak mau menyalurkan air ke sawahnya.
Penyuluh bisa memotivasi petani dengan mengemukakan bahwa dengan menggunakan air
irigasi maka sistem pengairan akan mudah diatur sehingga tanaman padi dapat tercukupi
kebutuhan airnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas padi
yang ditanam. Sementara itu dikatakan pula bahwa tenaga yang dibutuhkan untuk
menggali saluran air akan lebih ringan apabila hal tersebut dilakukan bersama-sama dengan
petani lain yang berada dalam satu hamparan. Ada baiknya penyuluh ikut serta dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembuatan saluran air dari irigasi.
3. Memilih bahasa yang baik
Adakalanya pesan yang ingin disampaikan terasa sensitif dan mungkin akan
menimbulkan keresahan petani. Penyuluh harus mampu mengurangi kekhawatiran petani
tersebut dengan cara mengungkapkan pesan dengan Bahasa yang baik. Contohnya
penyuluh akan memberitahu petani tentang bahaya erosi akibat dibiarkannya lahan lama
yang tidak ditanami lagi dengan sekaligus memberitahukan cara-cara penanggulangan
bahaya tersebut sebelum timbul kerusakan yang parah. Contoh lain misalnya petani harus
tahu mengenai bahan kimia tertentu yang akan sangat berbahaya bagi kesehatan, akan

7
tetapi supaya petani tidak merasa khawatir untuk mempergunakannya, penyuluh juga
menyampaikan komposisi yang benar dalam pemakaian bahan kimia.
Tujuan memilih metode dan teknik penyuluhan kehutanan antara adalah:
1. Agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa
metode yang tepat dan berhasil guna.
2. Agar kegiatan Penyuluhan Kehutanan yang dilaksanakan untuk menimbulkan perubahan
yang dikehendaki, yaitu perubahan perilaku petani dan anggota keluarganya dapat berdaya
guna dan berhasil guna.
Pada umumnya, seseorang belajar melalui indera. Indera ini merupakan pintu gerbang
masuknya ”stimulus” ke dalam diri seseorang yang belajar. Setiap indera akan mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar seseorang. Seperti salah satu hasil penelitian yang
dilakukan oleh Socony Vacuum Oil Co. dalam Padmowihardjo (2000) yaitu : melalui indera
pengecap 1 persen, melalui indera peraba 1,5 persen, melalui indera penciuman 3,5
persen, melalui indera pendengaran 11 persen dan melalui indera penglihat 83
persen. Sedangkan Hasmosoewignyo dan Garnadi (1962) dalam Kartasapoetra (1991:60)
menyatakan bahwa, hasil penangkapan dari mendengar saja 10 persen, melihat saja 50 persen,
melihat, mendengar dan mengerjakan sendiri (praktik) 90 persen. Jadi, dari fenomena tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan penyuluhan agar kegiatan tersebut berhasil, sebaiknya
menggunakan lebih dari satu indera penerima.
Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu proses penerapan (adoption)
yang merupakan proses mental yang dapat dilalui dalam lima tahapan, yaitu:
1. Tahap mengetahui dan menyadari (awarness), dimana seseorang menyadari adanya
sesuatu ide atau teknologi baru dan merasa tergugah untuk mempelajarinya. Selanjutnya,
ia mencoba mengembangkan ingatan atau pengetahuannya tentang ide atau teknologi baru
tersebut.
2. Tahap minat (interesting), dimana seseorang yang sudah tergugah untuk mempelajari
tentang ide atau teknologi baru selanjutnya tumbuh minatnya, yaitu bertanya ke sana ke
mari atau mengajukan respon, mengumpulkan keterangan-keterangan lebih lanjut dalam
rangka mengembangkan pengertiannya.
3. Tahap menilai (evaluation), dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya lalu bertanya
kepada dirinya sendiri dan melakukan penilaian secara subyektif tentang untung atau
ruginya kalau akan menerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya. Penilaian
tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertian yang diperolehnya dari tahap
berikutnya.
4. Tahap mencoba (trial), dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai, dan
berkesimpulan bahwa ide atau teknologi baru yang dipelajarinya ternyata menguntungkan,
maka akan mencoba menerapkan ide atau teknologi baru tersebut dalam skala kecil
sehingga timbul keyakinannya karena telah mengalami sendiri.
5. Tahap menerapkan (adoption), dimana seseorang yang telah yakin akan menerapkan ide
atau teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik nyata atau dalam usaha skala yang
sebenarnya.
Kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu berbeda-beda. Demikian pula tahap
perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan kesempatannya juga berbeda-beda. Oleh
karena itu, perlu dipilih metoda Penyuluhan Kehutanan yang berdaya guna dan berhasil
guna. Dalam pemilihan metoda Penyuluhan Kehutanan, pertimbangan-pertimbangan yang harus
diambil didasarkan pada:
1. Karakteristk Sasaran
Agar pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran, maka perlu diperhatikan
kondisi sasaran. Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kan dalam memilih metoda
Penyuluhan Kehutanan, antara lain: 1) tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkat adopsinya. Misalnya, apabila
dalam suatu wilayah kerja penyuluhan terdapat sejumlah sasaran yang tingkat
pendidikannya sangat rendah atau sebagian besar ”buta huruf”, tentunya tidak dapat
menggunakan penyebaran bahan bacaan tulisan. Selain itu, pengalaman (pengetahuan)

8
dalam kegiatan usaha tani yang sudah lama akan berbeda dengan petani yang masih
tergolong pemula, demikian pula dengan tingkat adopsinya. Dari tingkat penguasaan
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengalaman, yang dapat kita identifikasi
ternyata sasaran berada pada tahap menilai; ini berarti bahwa pendekatan yang kita harus
gunakan adalah pendekatan kelompok, dengan alternatif yang dapat dipilih antara lain,
kombinasi antara kursus tani, pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi. Dapat
pula dilakukan dengan kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok. Bagaimana kalau
tingkat adopsi sasaran baru mencapai tahap ”sadar,” atau sudah berada pada tahap
”mencoba”? Sebutkan pendekatan yang harus digunakan. Jawaban Anda benar, jika Anda
menjawab: pendekatan massal bagi sasaran yang masih berada pada tahap sadar dengan
memilih metoda antara lain pertemuan umum, pemutaran film, dan siaran pedesaan/TV.
Sedangkan bagi sasaran yang sudah berada pada tahap mencoba, Anda benar jika memilih
metoda antara lain kunjungan rumah dan usaha tani, hubungan telepon, demonstrasi
cara/hasil di lahan petani, dan korespondensi. Keadaan sosial budaya sasaran perlu pula
dipertimbangkan dalam memilih metoda Penyuluhan Kehutanan. Penyuluh kehutanan
harus mengetahui: 1) nilai-nilai hidup yang dianut oleh sasaran, 2) norma-norma sosial
(usage, folkways, mores, dan customs), 3) stratifikasi masyarakat, 4) status sosial, dan 5)
struktur kekuasaan.
2. Karakteristik Penyuluh
Sebagai mitra sasaran (petani), penyuluh kehutanan sering disebut sebagai:
fasilitator, dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam proses
pembelajaran. Untuk dapat melakukan ini semua, penyuluh kehutanan harus memiliki
kemampuan menggunakan metoda Penyuluhan Kehutanan yang berdayaguna dan
berhasilguna. Di samping itu, penyuluh kehutanan juga harus memiliki kemampuan
penguasaan teknologi atau ide baru (inovasi) yang akan disuluhkan dalam arti
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki perlu dipertimbangkan dalam memilih
Metode dan teknik Penyuluhan Kehutanan yang tepat.
3. Karakteristik Daerah
Karakteristik daerah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan musim (agroklimat),
keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Keadaan musim akan berpengaruh terhadap
metoda Penyuluhan Kehutanan yang digunakan. Misalnya, pada musim kemarau yang
panas sekali dan tidak ada penanaman di lapagan, kita tidak dapat melakukan kegiatan
demonstrasi di lapangan, tapi sebaiknya dilakukan di rumah petani. Sebaliknya pada musim
penghujan di beberapa daerah lebih banyak kegiatan di lapangan. Jadi pemilihan metoda
Penyuluhan Kehutanan harus disesuaikan dengan kondisi tersebut. Keadaan usaha tani di
suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapan metoda Penyuluhan
Kehutanan. Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan lahan akan berlainan dengan
penyuluhan pada saat panen dan pasca panen. Metoda Penyuluhan Kehutanan hendaknya
dipilih sesuai dengan tahapan perkembangan usaha tani yang berada dalam rentang waktu
siklus usaha tani. Keadaan lapangan juga perlu dipertimbangkan, misalnya dalam struktur
wilayah perdesaan ada yang pemukimananya tersebar dan ada yang terpusat. Ada yang
mudah diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, dan ada yang
hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sehingga mobilitasnya sangat sulit. Selain itu,
keadaan topografi (berbukit atau pegunungan).
4. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda Penyuluhan Kehutanan
yang akan digunakan. Misalnya, penyuluhan tentang pemanfaatan lahan bawah tegakan
sangat berbeda dengan penyuluhan penanggulangan hama penyakit, pemanfaatan
ecoprint, serta pembuatan bangunan sipil teknis. Berlainan pula dengan materi
pembentukan poktan dan gapoktan (menyangkut inovasi sosial) serta penyuluhan tentang
perkreditan dan kontrak kerja (inovasi ekonomi).
5. Sarana dan Biaya
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana
yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga Penyuluhan Kehutanan. Sebagai

9
contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan
menggunakan OHP (over head projector) atau menggunakan LCD/Komputer dan
pemutaran film; kecuali jika disediakan generator listrik. Biaya diperlukan untuk mendanai
kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya; kursus tani lebih mahal daripada pertemuan
umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi
ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda
Penyuluhan Kehutanan.
6. Kebijaksanaan Pemerintah
Penyuluhan Kehutanan adalah bagian dari pembangunan kehutanan, dan
pembangunan kehutanan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
dilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, kegiatan Penyuluhan Kehutanan harus sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
baik pemerintah pusat maupun daerah. Misalnya, pada tahun 2004 digalakkan program
pemerintah tentang Gerhan, dan tahun 2007 kita harus mengawal kebijakan pemerintah
untuk mencapai penghijauan 1 juta Ha lahan kritis. Artinya, gerakan tersebut dapat dengan
cepat dilakukan oleh masyarakat sasaran dengan dukungan dari aparat terkait di semua
tingkatan.

C. Penggolongan Metode dan Teknik Penyuluhan Kehutanan


Untuk mempermudah mempelajari jenis-jenis metode dan teknik Penyuluhan Kehutanan,
dilakukan penggolongan. Banyak cara untuk menggolongkan metode dan teknik Penyuluhan
Kehutanan, antara lain:
1. Penggolongan Berdasarkan Teknik komunikasi
Berdasarkan teknik komunikasi, Metode dan teknik Penyuluhan Kehutanan
digolongkan menjadi 1) komunikasi langsung (direct communication/face to face
communication), contohnya: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah,
telepon/HP, kursus tani, demonstrasi karyawisata, dan pameran; dan 2) komunikasi tidak
langsung (inderect communication), contohnya publikasi dalam bentuk cetakan, poster,
siaran radio/TV, dan pertunjukan film. Jadi, dalam kegiatan komunikasi tidak langsung,
pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media).
2. Penggolongan Berdasarkan Jumlah Sasaran
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, Metode dan teknik Penyuluhan Kehutanan
digolongkan menjadi 1) pendekatan perorangan, contohnya: kunjungan rumah, kunjungan
usaha tani, surat-menyurat, dan hubungan telepon; 2) pendekatan kelompok, contohnya:
diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata, temu lapang, temu usaha,
dan kursus tani; 3) pendekatan massal, contohnya: pameran, pemutaran film, siaran
pedesaan/TV, pemasangan poster, pemasangan spanduk, dan penyebaran bahan bacaan
(folder, leaflet, liptan, brosur).
3. Penggolongan Berdasarkan Indera Penerima
Berdasarkan indera penerima, Metode dan teknik Penyuluhan Kehutanan dapat
digolongan menjadi 1) yang diterima olej indera penglihatan, contohnya: poster, film, dan
pemutaran slide; 2) yang diterima oleh indera pendengaran, contohnya: siaran TV/radio,
pidato, ceramah, dan hubungan telepon; 3) yang diterima oleh beberap indera, contohnya:
demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV/radio (interaktif), dan pameran.

10
IV. REKOMENDASI

Metode penyuluhan kehutanan dalam kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan


pendekatan yang akan digunakan apakah pendekatan massal, kelompok maupun perorangan.
Setelah penyuluh dapat menentukan pendekatan dan jumlah sasaran, langkah selanjutnya
melakukan analisis dari satu atau beberapa metode penyuluhan pertanian yang ada. Hasil analisa
tersebut dapat diggunakan sebagai dasar memilih beberapa metode penyuluhan yang akan
diggunakan di lapangan. Metode analisis penyuluhan pertanian pada dasarnya merupakan suatu
teknik sistematik untuk mempelajari dan menganalisis satu metode atau beberapa metode
penyuluhan pertanian. Analisis merupakan suatu alat untuk mengobservasi dan menilai secara
obyektif metode penyuluhan pertanian yang dipilih.
Tujuan dari analisis metode penyuluhan pertanian ini antara lain :
a. Dapat menjelaskan metode penyuluhan pertanian secara lengkap dari hasil analisa
b. Dapat menggambarkan metode penyuluhan pertanian yang ideal untuk diterapkan
c. Dapat dijadikan acuan dasar dengan memperhatikan kendala, hambatan, permasalahan,
potensi dan kelebihan dengan memperhatikan sumber daya yang ada untuk metode
penyuluhan pertanian yang akan diterapkan
d. Dapat memberikan informasi obyektif metode penyuluhan pertanian yang ideal dan tepat
diggunakan sesuai dengan spesifik lokasi
e. Dapat dijadikan dasar keyakinan bagi penyuluh dan sasaran terhadap metode penyuluhan
yang diterapkan
Beberapa cara menganalisa metode penyuluhan pertanian yang akan diterapkan antara lain
: Analisa Tanya jawab (interviews anaysis), Analisa Kuesioner (questionnaires anaysis), Analisa
Observasi observation anaysis, dan Analisa Pengamatan Dokumen (document survey analysis).
1. Analisis Tanya jawab (Interviews Analysis)
Analisa tanya jawab merupakan analisis berdasar pertanyaan kepada sasaran secara
bertatap muka langsung, beberapa hal pokok dan penting antara lain :
a) Bagaimana metode penyuluhan pertanian itu digunakan.
b) Kesesuaian metode penyuluhan pertanian dan kebutuhan sasaran apabila diggunakan
c) Kesiapan sumber daya yang ada berupa (SDM, sumber daya alat, bahan, tempat dan
waktu)
d) Kapan metode tersebut baik digunakan
e) Menggali penjelasan atau pandangan dari sasaran secara rinci
f) Membuat ikhtisar jawaban pertanyaan
g) Membuat kesimpulan jawaban pertanyaan
Kelebihan analisa tanya jawab adalah :
1. Pewawancara dapat mengukur respon melalui pertanyaan dan menyesuaikannya
sesuai situasi yang terjadi
2. Dapat menggali permasalahan yang tidak terstruktur lebih dalam karena lebih
fleksibel dalam berkomunikasi dengan sasaran
3. Menunjukkan kesan interviewer secara pribadi
4. Memunculkan respons yang tinggi sejak penyusunan metode penyuluhan pertanian
secara partisipatif
Kekurangan analisa tanya jawab adalah :
1. Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit
2. Membutuhkan pengalaman khusus dari pewawancara
3. Sulit membandingkan laporan wawancara karena subyektivitas alamiah
2. Analisis Kuesioner (Questionnaires Analysis)
Analisa kuisioner merupakan analisis berdasar pertanyaan kepada sasaran secara
tertulis dan terstruktur, beberapa hal pokok dan penting dalam analisa ini antara lain :
a) Bagaimana metode itu digunakan
b) Kesesuaian metode penyuluhan pertanian dan kebutuhan sasaran apabila diggunakan

11
c) Kesiapan sumber daya yang ada berupa (SDM, sumber daya alat, bahan, tempat dan
waktu
d) Kapan metode tersebut baik digunakan
e) Mendisain dengan menggunakan standar kuesioner
f) Kuesioner dikirimkan ke sasaran
g) Hasil respon sasaran diringkas dalam statistik distribusi
h) Menyimpulkan hasil kuisoner
Kelebihan Analisa Kuesioner adalah :
1. Murah dan cepat dari pada interviews.
2. Tidak membutuhkan pewawancara yang terlatih
3. Mudah untuk mensintesis hasil sejak pembuatan kuesioner.
4. Dapat meminimalkan biaya
Kekurangan Analisa Kuesioner adalah :
1. Tidak dapat membuat pertanyaan yang spesifik bagi sasaran dalam jumlah banyak
2. Analis menghasilkan kesan secara umum sehingga tidak dapat mengakomodir
pendapat pribadi
3. Jenis pertanyaan terbatas dan sederhana
4. Membutuhkan wawasan yang luas dari sasaran dalam menjawab pertanyaan
3. Analisis Observasi (Observation Analysis)
Analisa observasi merupakan analisis berdasar pengamatan secara langsung metode
penyuluhan pertanian yang sedang atau telah diggunakan, beberapa hal pokok dan penting
dalam analisa ini antara lain :
a) Bagaimana jalannya metode penyuluhan pertanian tersebut saat digunakan
b) Secara pribadi seorang analis mengunjungi lokasi pengamatan
c) Analis merekam kejadian dan dinamika dalam lokasi pengamatan dengan cara
tertulis, rekaman audio, audio visual maupun foto
d) Hasil pengamatan disusun dalam alur pelaksanaan atau kronologis kegiatan dan
respon sasaran
e) Menyimpulkan hasil pengamatan
Kelebihan Analisa Observasi adalah :
1. Mendapatkan fakta sesungguhnya daripada pendapat (opinion)
2. Tidak membutuhkan konstruksi pertanyaan.
3. Tidak menganggu atau menyembunyikan sesuatu (sasaran tidak mengetahui bahwa
mereka sedang diamati).
4. Analis tidak bergantung pada penjelasan lisan dari sasaran
Kekurangan Analisa Observasi adalah :
1. Jika terlalu mencolok dalam pengamatan, sasaran merasa diamati sehingga tidak
diperoleh fakta sebenarnya
2. Dalam jangka panjang, fakta yang diperoleh dalam satu observasi mungkin tidak
tepat (representative) dalam kondisi harian atau mingguan
3. Membutuhkan pengalaman dan keahlian khusus dari analis
4. Analisa Pengamatan Dokumen (Document Survey Analysis)
Analisa Pengamatan dokumen merupakan analisis berdasar dokumentasi yang ada berupa
data administrasi yang dimiliki (daftar hadir, laporan kegiatan, bachard kegiatan, aktivitas
kegiatan, video, foto, rekaman suara dan dokumen lainya, beberapa hal pokok dan penting dalam
analisa ini antara lain :
a) Bagaimana hasil dokumentasi metode penyuluhan pertanian itu digunakan
b) Mengidentifikasikan dokumen utama dan laporan
c) Mengumpulkan salinan dokumen aktual dan laporan
d) Membuat penandaan (coding) setiap dokumen atau laporan yang digunakan
e) Hasil pengamatan dokumen disusun dalam alur pelaksanaan atau kronologis kegiatan dan
respon sasaran
f) Menyimpulkan hasil pengamatan
Kelebihan Analisa Pengamatan Dokumen adalah :

12
1. Data yang diperoleh lebih obyektif
2. Mendapatkan fakta sesungguhnya daripada pendapat (opinion)
3. Tidak membutuhkan konstruksi pertanyaan
4. Tidak menganggu atau menyembunyikan sesuatu (sasaran tidak mengetahui bahwa
mereka sedang diamati)
5. Analis tidak bergantung pada penjelasan lisan dari sasaran
Kekurangan Analisa Pengamatan Dokumen adalah :
1. Membutuhkan waktu yang cukup banyak mengumpulkan dokumen yang diperlukan
2. Tidak dapat dijalankan apabila tidak tersedia dokumentasi dan data yang cukup
3. Membutuhkan pengalaman dan keahlian khusus dari analis

13
V. KESIMPULAN

Demikian laporan kajian prosedur kerja dan metode Penyuluhan Kehutanan dalam rangka
pendampingan kegiatan rehabiltasi diluar kawasan hutan negara yang akan digunakan dalam
proses penyuluhan agar informasi terkait rehabiltasi dapat diterima dengan baik oleh sasaran
penyuluhan. Tentunya hal tersebut harus selaras dengan keadaan pelaku utama. Adapun proses
pemilihan prosedur kerja dan metode penyuluhan kehutanan di Kec. Kaligondang hendaknya
tetap disesuaikan dengan kondisi kelompok sasaran baik latar belakang dan tingkat pendidikan.

14
DAFTAR REFERENSI

Ban, van den, A.W. dan Hawkins, A.S. Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta

Mardikanto, T., 1999. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Padmowihardjo, S., 2000. Metode dan teknik penyuluhan pertanian, Universitas Terbuka, Jakarta.

Samsudin, U. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian,Bina Cipta, Bandung.

Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis, Departemen Pertanian,
Jakarta.

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai