Landasan Pai Arman

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Landasan Pendidikan Agama Islam Dr. Tarwilah, M. Ag


Dr. Hj. Suraijiah, M. Pd

PENGERTIAN, HAKIKAT, WORLD VIEW,


DAN LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM

OLEH
ARMAN NOOR EFENDY : 230211020059

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2023

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi
sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang
nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah,
kepada masyarakat serta alam sekitarnya. Agama Islam adalah
agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan baik dunia maupun akhirat
Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umat
Islam untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan pendidikan manusia
dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan terarah. Bilamana
pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah)
yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas
kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah,
maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta
menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia
menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi
pertumbuhan manusia.
Untuk itu, saya akan membahas tentang Pengertian, Hakikat, World
View Dan Landasan Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka saya dapat


merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengertian dan hakikat pendidikan islam ?


2. Bagaimanakah world view pendidikan islam ?
3. Bagaimana landasan Pendidikan Islam (Landasan Normatif/
Hadharatun Nash; Hadharatul Falsafah; Hadharatul Ilm) ?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dan hakikat pendidikan islam ?
2. Untuk memahami world view pendidikan islam ?
3. Untuk memahami landasan Pendidikan Islam (Landasan Normatif/
Hadharatun Nash; Hadharatul Falsafah; Hadharatul Ilm) ?

1
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
pustaka atau studi literatur.

2
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Islam


Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan
cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai
corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu
sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman
bagi seluruh aspek kehidupan manusia.1 Menurut Yusuf al-Qarḍawi
pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya,
rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan
Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan damai maupun
perang dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala
kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.2 Jika melihat tujuan akhir
pendidikan Islam yang oleh Naquib AlAttas yakni menghasilkan manusia
yang baik dan beradab yang meliputi kehidupan material dan spritual.3
Menurut Azra, ada perbedaan antara pendidikan umum dengan pendidikan
Islam yaitu pemindahan nilai-nilai yang berasal dari sumber-sumber nilai
Islam yaitu Alquran, sunah dan ijtihad. Menurutnya nilai-nilai itulah yang
diusahakan pendidikan Islam untuk dipindahkan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya, sehingga terjadi kesinambungan ajaran-ajaran Islam di
tengah-tengah masyarakat.4

1
Langgulung, Hasan,, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husada, 1988), hlm 6
2
Yusuf al-Qarḍawi, al-Tarbiyah al-Islāmiyah wa Madrasah Ḥasan al-Banna, terj. Bustami A. Gani
dan Zainal Abidin Ahmad. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna (Jakarta: Bulan
Bintang, 1980), h. 39
3
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, The Concept of Education in Islam, A. Framework forAn
Philosophy of Education, (Kuala Lumpur: Muslim Youth Movement of Malaysia, ABIM, 1980), h.
54.
4
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta:
Logos, 1999), h. 5.

3
Sesuai dengan definisi dan keterangan yang diberikan Azra tersebut,
Hasan Langgulung merumuskan definisi pendidikan Islam sebagai proses
penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan
pengetahuan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia
untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.5 Sementara itu,
Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa secara umum, pendidikan Islam itu
adalah pembentukan kepribadian muslim. Lebih lanjut Zakiah Daradjat
menjelaskan bahwa syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang
kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan.
Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik
sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Ajaran Islam
juga bersifat praktis dan tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan
pendidikan amal, baik bagi individu maupun masyarakat.6
Dari beberapa pendapat ahli di atas, yang bisa saya dapatkan ialah
Pendidikan Islam lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun
orang lain.
Hakikat pendidikan Islam menggambarkan apa yang dimaksud
dengan pendidikan Islam secara umum. Secara umum, konsep pendidikan
Islam mengacu pada makna asal kata yang membentuk kata pendidikan
itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran Islam. Jika ditelaah,
setidaknya ada tiga istilah yang digunakan Alquran dan hadis berkaitan
dengan konsep dasar pendidikan Islam. Ketiga istilah tersebut adalah
tarbiyah, ta‘līm, dan ta’dīb.7 Istilah-istilah tersebut sering diterjemahkan
dalam arti yang sama. Selain diterjemahkan dalam arti pendidikan,
terkadang juga diterjemahkan dalam arti pengajaran. Tetapi sebenarnya

5
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: alMa`arif, 1980), h.
94.
6
Zakiah Daradjat, et al., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 28.
7
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi dan
Aksiologi Praktik Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 107

4
istilah-istilah tersebut memiliki kekhususan makna masing-masing. Untuk
memperoleh pemahaman tentang hakikat pendidikan Islam, maka berikut
ini dijelaskan makna dari istilah-istilah tersebut.

1. Tarbiyah
Istilah tarbiyah berasal dari kata rabb. Menurut Ibrāhīm Anīs,
kata rabb bermakna tumbuh dan berkembang.8 Selain itu menurut al-
Qurṭubī rabb juga menunjukkan makna menguasai, memperbaharui,
mengatur dan memelihara.9 Sementara itu, menurut al-Rāgib al-
Aṣfahānī, kata al-rabb bisa berarti mengantarkan sesuatu kepada
kesempurnaan dengan bertahap atau membuat sesuatu untuk mencapai
kesempurnaan secara bertahap.10 Prinsip-prinsip dasar pengertian
tarbiyah dalam Islam adalah pertama, bahwa murabbi (pendidik)
yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi
kekuatan dan kelemahan, dan paling tahu tentang hakikat manusia itu
sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya
manusia itu sesuai dengan perintah Tuhan. Kedua, penumbuhan
dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia
baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal,
hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai
konsekwensi menjalankan fungsinya sebagai hamba Tuhan dan
sebagai fungsi khalifah. Ketiga, dalam proses tarbiyah seharusnya
mengambil nilai dan dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah dan
berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya.
Keempat, setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada penumbuhan,
perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam
diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara natural.

8
Ibrāhīm Anīs, et al., al-Mu’jam al-Wasīṭ (Kairo: Dār al-Ma`ārif, 1972), h. 321
9
Al-Abī `Abd Allāh Muḥammad bin Aḥmad al-Anṣārī al-Qurṭubī, Al-Jāmi` al-Ahkām alQurān (Kairo:
Dār al-Ḥadīṡ, 2005), jilid I, h. 138.
10
Al-Rāgīb al-Aṣfahānī, Al-Mufradāt fī Garīb al-Qurān (Beirut: Dār al-Ma`rifah, 2005), h.
190.

5
Kelima, tarbiyah mengharuskan adanya rencana yang teratur,
sistematis, bertahap, berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa
yang menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah
adalah manusia. Ketujuh, bahwa kata tarbiyah tidak terbatas
pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai
tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan
secara bertahap.11
Dengan demikian, menurut saya dalam konteks yang luas,
pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam kata tarbiyah
terdiri atas empat unsur, yaitu:
a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa.
b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

2. Ta’dib
Ta’dib berasal dari kata adaba ya’dubu yang berarti melatih,
mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
Secara terminologi Ta’dib merupakan usaha untuk menciptakan situasi
dan kondisi sedemikian rupa sehingga mendorong dan memotivasi
setiap individu untuk berperilaku dan berperadaban yang baik sesuai
yang diharapkan. Menurut Naquib al-Attas, kata ta’dīb merupakan
istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan
dalam Islam.12 Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian
rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.

11
Aḥmad Muṣṭafā al-Marāgī, Tafsīr al-Marāgī (Mesir: Musṭafā al-Bābī al-Ḥalabī, 1973), juz I, h. 30.
12
Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan, 1984),
h. 75.

6
3. Ta’lim
Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu.13 Proses taklim lebih umum dibandingkan
dengan proses tarbiyah. Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-
Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada
membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan
perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab,
penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-
nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap
menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya.
Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian
pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-
mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan hayalan dan
syahwat atau cerita-cerita dusta. Ketiga, kata taklim mencakup aspek-
aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam
hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata
taklim mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan
berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan
kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu Abrasyi,
menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena
hanya menyangkut domain kognitif. Al-Attas menganggap kata
taklim lebih dekat kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari
guru kepada pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak
memberikan porsi pengenalan secara mendasar.14

13
M. Rasyīd Riḍā, Tafsīr al-Manār (Beirut: Dār al-Manār, 1273 H), h. 262
14
Arifin HM., Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm 34

7
Pendapat-pendapat tersebut sesuai dengan definisi pendidikan yang
tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Nomor 2 Tahun 1989, yaitu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang.15

B. World View Pendidikan Islam


World view mempunyai arti penting di dalam pendidikan karena
fungsi terpenting pendidikan ialah membantu peserta didik untuk
menemukan world viewnya secara keseluruhan. 16
Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar
apa yang terdapat di dalam dirinya, atas dasar fitrah yang telah diberikan
Allah swt. kepadanya.17 Pendidikan Islam adalah mengembang misi
memanusiakan manusia, atau mengantar manusia untuk mempunyai
karakter dan akhlak.18 bahkan pendidikan Islam sejatinya mengantarkan
manusia memiliki seperangkat kemampuan untuk membaca “tanda-tanda”
Tuhan, baik di dalam kitab suci maupun di alam raya. Hal ini dimaksudkan
agar manusia memiliki kemampuan membangun sinergi dialogis antara
ilmu dan agama. Al-Qur’an dan ilmu harus senantiasa disandingkan untuk
membaca realitas manusia dengan segala dinamikanya dan realitas alam
dengan segala gejalanya. Agama di satu sisi tidak bisa melepaskan diri dari
ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang bebas tanpa
kawalan agama.19
Inti pendidikan Islam secara menyeluruh adalah membentuk
karakter yang mulia, membentuk peserta didik yang memiliki

15
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), h. 3.
16
Dr. Hj Mila Hasanah, M.Ag, Landasan Pendidikan Islam, (Mataram: CV. Kanhayakarya, 2021), h.
8-9
17
Muḥammad Quṭb, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma’arif, 1993), h. 27.
18
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 75.
19
Askar, Misi Profetik Pendidikan Islam:Membentuk Karakter Menuju Transformasi Sosial
Membangun Peradaban dalam Jurnal Studia Islamika Hunafa: Vol. 8, No.1, Juni 2011, h.175-188

8
keseimbangan hidup dunia dan akhirat, mengarahkan peserta didik untuk
memiliki keterampilan kerja dan kemampuan profesional, menumbuhkan
semangat ilmiah. membentuk peserta didik untuk memiliki dan memelihara
aspek kerohanian dan keagamaan.20 Penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi harus diimbangi dengan pemahaman keagamaan yang mendalam
serta pengamalan agama yang tinggi, sehingga memungkinkan peserta didik
selalu mengembangkan pengetahuan dalam koridor ajaran agama. Menurut
Azra bila ini tidak terjadi maka pendidikan Islam hanya akan melahirkan
individu-individu yang memiliki kepribadian dengan unsur yang terpisah
satu sama lain (spelit personalities).21
Hasil kongres pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad,
menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yakni upaya untuk
menumbuhkan kepribadian manusia yang menyeluruh, secara seimbang,
melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan
indera. Oleh karena itu, secara worlview pendidikan islam harus mencapai
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spritual, intelektual,
imajinatif, fisik, ilmiah dan bahasa secara individual maupun kolektif.22
Dengan demikian, worlview pendidikan Islam adalah usaha sadar
berupa arahan. bimbingan dan latihan terhadap manusia, agar menjadi
pribadi muslim semaksimal sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadis guna
mendorong semua aspek ke arah kebaikan dan mencapai kesempurnaan
dengan perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara
pribadi, komunitas maupun ke seluruh umat manusia.

20
Muhammad „Atiyah al-Abr.sy., al-Tarbiyyah al-Islamiyah Wa Falsifatuh. (Kairo: Is. al-B.b. al-
.alab., 1969), h. 71.
21
Azyumardi Azra, Esai-Esai IntlektualMuslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998), h. 11
22
Samsul Bahri, World View Pendidikan Islam Tentang Pembentukan Karakter Peserta Didik Yang
Holistik Dan Integratif, Jurnal MUDARRISUNA Volume 7, Nomor 2, 2017, hlm. 190

9
E. Landasan Pendidikan Islam (Landasan Normatif/ Hadharatun Nash;
Hadharatul Falsafah; Hadharatul Ilm)
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar
pijakan dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan atau dasar pendidikan Islam yang pokok adalah Al-Qur’an dan
Sunnah/Al-Hadits, selain itu sifat dan perbuatan para sahabat dan Ijtihad.23
Paradigma pendidikan akan selalu berkembang sejalan dengan
zaman, sehingga pemikiran yang berusaha membawa perubahan lebih baik
bagi pendidikan Islam akan selalu muncul. Salah satu pemikiran paradigma
pendidikan Islam yang merupakan hasil riset adalah pendidikan hadhari
yang digagas oleh Prof. Abd Rachman Assegaf. Pendidikan bagi Abd.
Rachman Assegaf adalah proses internalisasi nilai, investasi human
resources dan sebagai sarana memajukan umat.24 Pendidikan memberikan
banyak manfaat bagi kehidupan manusia karena pada dasarnya manusia
tanpa pendidikan juga akan melahirkan bangsa yang tidak berbudaya.
Pendidikan hadhari menurut Abd. Rachman Assegaf adalah
pendidikan berkemajuan yang berusaha membangun kembali peradaban
Islam agar tidak ketinggalan dengan kemajuan zaman dengan
mensinergikan ketiga entitas hadharah yaitu hadharah al-nash, hadharah al-
falsafah, dan hadharah al’ilm. Hadharah al-nash menjelaskan bagaimana
semestinya pendidikan Islam dilaksanakan secara visioner; hadharah al-
falsafah diharapkan mampu memberikan pencerahan bagi manusia akan
eksistensi sebenarnya hidup di muka bumi; dan hadharah al-‘ilm
memberikan pencerahan pada umat Muslim agar unggul dan terkemuka
dibidang ilmu pengetahuan.25 Ketiga entitas yaitu hadharah al-nash,
hadharah al-falsafah dan hadharah al-‘ilm adalah entitas yang tidak dapat

23
Dr. Hj Mila Hasanah, M.Ag, Landasan Pendidikan Islam, (Mataram: CV. Kanhayakarya, 2021), h.
23
24
Bashori, PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM: Konsep Pendidikan Hadhari, Jurnal Penelitian,
Vol. 11, No. 1, Februari 2017, h. 151
25
Bashori, PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM: Konsep Pendidikan Hadhari , Jurnal Penelitian,
Vol. 11, No. 1, Februari 2017, h. 155-156

10
berdiri sendiri. Hadharah al-nash tidak bisa berdiri sendiri tanpa hadharah
al-‘ilm dan hadharah al-falsafah dan sebaliknya.
Dalam hal reintegrasi ilmu, Abd. Rachman Assegaf senada dengan
paradigma keilmuan yang dikembangkan oleh UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Dialog keilmuan membagi wilayah studi ke-Islam-an dalam
tiga bagian yaitu hadharah al-nash (bersumber pada agama), hadharah al-
’ilm (bersumber pada ilmu kealaman dan kemasyarakatan), hadharah al-
falsafah (bersumber pada etika dan falsafah).26 Pada teorinya pelaksanaan
pendidikan Islam dengan berbasis integratif-interkonektif adalah gagasan
yang tepat namun dalam implementasi kenyataannya akan sangat sulit
diterapkan. Dengan konsep keilmuan yang integratif-interkonektif dalam
konsep pendidikan hadhari mengisyaratkan perubahan paradigma, konsep,
visi, dan orientasi baru pengembangan pendidikan Islam (IAIN/STAIN
menjadi UIN). Perubahan IAIN/STAIN menjadi UIN, sebagai model
reintegrasi keilmuan merupakan satu bentuk pengembangan, peningkatan
dan pemantapan status. UIN diharapkan dapat menjadi model sistem
pendidikan Islam yang memiliki kualitas tinggi, sehingga perlu melakukan
pembenahan dari setiap komponen secara sistematis, terarah dan sungguh-
sungguh baik pengembangan visioner, pengembangan substansial,
pengembangan SDM, pengembangan manajemen administrasi, dan
pengembangan kelembagaan. Relevansi pendidikan hadhari dengan
pendidikan Islam saat ini adalah pendidikan Islam harus bersumber pada
ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur’an dan Hadis. Dalam
melihat permasalahan-permasalahan kontemporer dan mencari landasan
penyelesaian pendidikan harus selalu berdasarkan pada kedua sumber
ajaran Islam, dengan tetap memperhatikan substansi permasalahan. 27

26
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pe didikan Hadhari Berbasis
Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta: PT. RajaGrafindo Press. 2011), h. 29.
27
Bashori, PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM: Konsep Pendidikan Hadhari , Jurnal Penelitian,
Vol. 11, No. 1, Februari 2017, h. 171

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan
kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-
cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak
kepribadiannya. Dengan kata lain Pendidikan Islam adalah suatu sistem
kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman
bagi seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam lebih banyak
ditujukan kepada Perbaikan Sikap yang akan terwujud dalam Amal
Perbuatan, Baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain.
Hakikat pendidikan Islam menggambarkan apa yang dimaksud
dengan pendidikan Islam secara umum. Secara umum, pendidikan Islam
mengacu pada makna asal kata yang membentuk kata pendidikan itu sendiri
dalam hubungannya dengan ajaran Islam. Jika ditelaah, setidaknya ada tiga
istilah yang digunakan Alquran dan hadis berkaitan dengan konsep dasar
pendidikan Islam. Ketiga istilah tersebut adalah Tarbiyah, Ta‘līm, dan
Ta’dīb.
Secara worlview pendidikan islam harus mencapai pertumbuhan
manusia dalam segala aspeknya; spritual, intelektual, imajinatif, fisik,
ilmiah dan bahasa secara individual maupun kolektif.
Pendidikan hadhari menurut Abd. Rachman Assegaf adalah
pendidikan berkemajuan yang berusaha membangun kembali peradaban
Islam agar tidak ketinggalan dengan kemajuan zaman dengan
mensinergikan ketiga entitas hadharah yaitu hadharah al-nash, hadharah al-
falsafah, dan hadharah al’ilm. Ketiga entitas yaitu hadharah al-nash,
hadharah al-falsafah dan hadharah al-‘ilm adalah entitas yang tidak dapat

12
berdiri sendiri. Hadharah al-nash tidak bisa berdiri sendiri tanpa hadharah
al-‘ilm dan hadharah al-falsafah dan sebaliknya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma


Baru Pe didikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Yogyakarta:
PT. RajaGrafindo Press. 2011
Aḥmad Muṣṭafā al-Marāgī, Tafsīr al-Marāgī, Mesir: Musṭafā al-
Bābī al-Ḥalabī, 1973
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka
Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan, Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2008
Al-Abī `Abd Allāh Muḥammad bin Aḥmad al-Anṣārī al-Qurṭubī,
Al-Jāmi` al-Ahkām alQurān, Kairo: Dār al-Ḥadīṡ, 2005
Al-Rāgīb al-Aṣfahānī, Al-Mufradāt fī Garīb al-Qurān, Beirut: Dār
al-Ma`rifah, 2005
Arifin HM., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987
Askar, Misi Profetik Pendidikan Islam:Membentuk Karakter
Menuju Transformasi Sosial Membangun Peradaban dalam Jurnal Studia
Islamika Hunafa: Vol. 8, No.1, Juni 2011
Azyumardi Azra, Esai-Esai Intlektual Muslim dan Pendidikan
Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, 1999.
Bashori, PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM: Konsep
Pendidikan Hadhari, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 1, Februari 2017
Dr. Hj Mila Hasanah, M.Ag, Landasan Pendidikan Islam,
Mataram: CV. Kanhayakarya, 2021
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam
Bandung: alMa`arif, 1980

14
Ibrāhīm Anīs, et al., al-Mu’jam al-Wasīṭ, Kairo: Dār al-Ma`ārif,
1972
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-
Husada, 1988
M. Rasyīd Riḍā, Tafsīr al-Manār, Beirut: Dār al-Manār, 1273
Muhammad, Atiyah al-Abr.sy., al-Tarbiyyah al-Islamiyah Wa
Falsifatuh, Kairo: Is. al-B.b. al-.alab., 1969
Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam,
Bandung: Mizan, 1984
Muḥammad Quṭb, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma’arif,
1993
Samsul Bahri, World View Pendidikan Islam Tentang
Pembentukan Karakter Peserta Didik Yang Holistik Dan Integratif, Jurnal
MUDARRISUNA Volume 7, Nomor 2, 2017
Syed Muhammad Naquib Al-Attas, The Concept of Education in
Islam, A. Framework forAn Philosophy of Education, Kuala Lumpur:
Muslim Youth Movement of Malaysia, ABIM, 1980
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:
Sinar Grafika, 1993
Yusuf al-Qarḍawi, al-Tarbiyah al-Islāmiyah wa Madrasah Ḥasan
al-Banna, terj. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad. Pendidikan
Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1980
Zakiah Daradjat, et al., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1992

15

Anda mungkin juga menyukai