0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
71 tayangan14 halaman

UAS Manajamen Mutu - Adhika Nur S.A - 37B

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 14

NAMA : ADHIKA NUR SYAMSUL ARIFIN

NPM : 226080249

KELAS : XXXVIIB

MATA KULIAH : MANAJEMEN MUTU

JAWABLAH SEMUA SOAL INI DENGAN JELAS DAN LENGKAP

1. Patient satisfaction can be seen by the hospital leadership effort to up date and follow
the development of health services. Tell your efforts how a leader to have more the
leadership function and must always be aware of developments in hospital services.
( 400 words )

Jawab
Para pemimpin rumah sakit harus secara konsisten memperbarui diri dan mengikuti
perkembangan layanan kesehatan agar dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien.
Beberapa tindakan yang dapat diambil oleh pemimpin untuk menjalankan perannya dengan
baik dan selalu memahami perkembangan di dunia layanan rumah sakit antara lain:

Pengembangan praktik kepemimpinan: Penelitian menunjukkan bahwa penerapan praktik


pengembangan kepemimpinan dapat berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien. Program
pengembangan kepemimpinan dapat dianggap sebagai pendekatan yang bermanfaat, dan
hubungan potensial antara praktik pengembangan kepemimpinan dan kepuasan pasien
perlu diinvestigasi lebih lanjut.

Pentingnya gaya kepemimpinan: Gaya kepemimpinan yang efektif, seperti transformasional


dan pelayanan, memiliki korelasi dengan peningkatan kepuasan pasien dan hasil positif
lainnya. Kepemimpinan yang berhasil juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman
dan berkualitas tinggi, yang pada akhirnya berdampak pada kepuasan pasien.

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan kepuasan pasien: Riset menunjukkan bahwa


gaya kepemimpinan yang efektif dapat memberikan dampak positif pada kepuasan pasien.
Kepemimpinan yang berfokus pada kualitas dianggap sebagai unsur kunci dalam
penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas.

Pengaruh kepemimpinan perawat: Kepemimpinan perawat yang efektif turut berkontribusi


pada peningkatan kepuasan pasien dan hasil positif lainnya. Menglibatkan perawat dalam
proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan dapat meningkatkan kualitas
perawatan serta kepuasan pasien.

Hubungan antara kepemimpinan perawat dan kepuasan pasien: Hasil penelitian


menunjukkan bahwa kepemimpinan perawat yang efektif dapat meningkatkan kualitas
perawatan dan kepuasan pasien. Gaya kepemimpinan transformasional perawat
berhubungan dengan peningkatan kepuasan pasien dan penurunan tingkat morbiditas
pasien.

Sebagai hasilnya, pemimpin rumah sakit perlu terus mengembangkan praktik


kepemimpinan, memperhatikan gaya kepemimpinan yang efektif, dan melibatkan perawat
dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan pasien serta kualitas layanan kesehatan.

2. Dalam manajemen layanan untuk meningkatkan mutu layanan sering ditemukan


beberapa permintaaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat untuk beberapa
kasus di rumah sakit yang diluar kebiasaan oleh DPJP.
Jelaskan langkah - langkah yang dilakukan anda sebagai direktur untuk menggerakkan
fungsi Tim Kendali Mutu dengan Kendali Biaya agar tetap dapat mempertahankan
Mutu Layanan namun tidak merugikan keuangan rumah sakit sesuai tata kelola di
rumah sakit. ( 500 kata )
jawab
Sebagai kepala rumah sakit, upaya yang dapat diambil untuk mengoptimalkan fungsi Tim
Kendali Mutu bersama Kendali Biaya dengan tujuan menjaga Mutu Layanan tanpa
merugikan keuangan rumah sakit sesuai aturan yang berlaku adalah sebagai berikut:

Pembentukan tim khusus yang terdiri dari berbagai departemen di rumah sakit, termasuk
Tim Kendali Mutu dan Tim Kendali Biaya. Tim ini diberi tanggung jawab untuk mengawasi
dan mengevaluasi permintaan pemeriksaan penunjang serta permintaan obat yang diluar
kebiasaan oleh DPJP.

Analisis data untuk mengidentifikasi pola permintaan pemeriksaan penunjang dan


permintaan obat yang diluar kebiasaan oleh DPJP. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
jenis pemeriksaan penunjang dan obat yang sering diminta serta alasan di balik permintaan
tersebut.

Pengembangan pedoman dan prosedur yang jelas untuk permintaan pemeriksaan


penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan oleh DPJP. Pedoman ini harus
mempertimbangkan aspek klinis dan keuangan, serta memastikan bahwa setiap
permintaan benar-benar dibutuhkan untuk diagnosis dan pengobatan pasien.

Pelatihan bagi DPJP dan staf medis lainnya mengenai pedoman dan prosedur baru untuk
permintaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan. Pelatihan
ini bertujuan agar DPJP dan staf medis memahami pentingnya mengikuti pedoman dan
prosedur baru, serta memastikan bahwa setiap permintaan diperlukan untuk diagnosis dan
pengobatan pasien.

Pemantauan dan evaluasi berkala terhadap implementasi pedoman dan prosedur baru
untuk permintaan pemeriksaan penunjang serta permintaan obat yang diluar kebiasaan.
Tujuan pemantauan dan evaluasi ini adalah untuk memastikan bahwa pedoman dan
prosedur baru dijalankan dengan benar dan setiap permintaan benar-benar diperlukan
dalam diagnosis dan pengobatan pasien.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan dapat menjaga mutu layanan


rumah sakit tanpa menimbulkan dampak negatif pada keuangan rumah sakit.
3. Melanjutkan pertanyaan no 2 di atas, Terangkan pendapat anda sebagai direktur untuk
meningkatkan fungsi Tim Kendali Mutu dengan Kendali Biaya agar dapat
mendukung Transformasi Proses Bisnis rumah sakit berdasarkan tata kelola di
rumah sakit. ( 600 kata )
Jawab
Sebagai direktur rumah sakit, kesadaran mendalam akan integrasi Tim Kendali Mutu dan
Kendali Biaya sebagai bagian penting dari Transformasi Proses Bisnis (Business Process
Transformation) menjadi langkah yang kritis dalam mendukung tata kelola di rumah sakit.
Dalam upaya untuk meningkatkan fungsi Tim Kendali Mutu bersama Kendali Biaya, perlu
diambil sejumlah langkah strategis dan inovatif agar dapat mengoptimalkan efisiensi
operasional, menjaga kualitas layanan, dan memaksimalkan penggunaan sumber daya
keuangan.

Pertama-tama, penting untuk membentuk tim lintas-fungsional yang melibatkan perwakilan


dari Tim Kendali Mutu dan Tim Kendali Biaya, bersama dengan anggota dari departemen
lain di rumah sakit. Tim ini akan bertanggung jawab merancang, mengimplementasikan,
dan memantau inisiatif Transformasi Proses Bisnis, menciptakan sinergi yang efektif untuk
mengidentifikasi dan menangani ketidaksempurnaan dalam proses bisnis, sambil tetap
memastikan kelangsungan kualitas layanan dan manajemen biaya yang efisien.

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis komprehensif terhadap data operasional


rumah sakit guna mengidentifikasi pola dan tren dalam permintaan pemeriksaan penunjang
serta permintaan obat yang diluar kebiasaan oleh DPJP. Analisis ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perubahan yang diperlukan dalam
proses bisnis guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Hasil analisis tersebut menjadi
panduan dalam merancang strategi Transformasi Proses Bisnis yang sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh rumah sakit.

Pengembangan pedoman dan prosedur yang transparan dan jelas untuk mengatur
permintaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan oleh DPJP
menjadi langkah krusial selanjutnya. Pedoman ini harus mencakup aspek klinis dan
keuangan, dengan memastikan bahwa setiap permintaan yang diajukan memiliki kontribusi
yang signifikan pada diagnosis dan pengobatan pasien. Dengan demikian, ketidakpastian
dalam proses persetujuan permintaan dapat diminimalkan, transparansi ditingkatkan, dan
risiko pemborosan sumber daya dapat diatasi.

Pelatihan kepada DPJP dan staf medis lainnya tentang pedoman dan prosedur baru untuk
permintaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan menjadi
langkah berikutnya yang penting. Pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk memastikan
pemahaman terhadap perubahan dalam proses bisnis, tetapi juga untuk membangun
kesadaran akan signifikansi peran masing-masing individu dalam mencapai tujuan
Transformasi Proses Bisnis. Melibatkan DPJP dan staf medis secara aktif akan
memudahkan mendapatkan dukungan serta kerjasama dalam implementasi perubahan.

Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap implementasi pedoman dan prosedur
baru merupakan langkah terakhir yang harus diintegrasikan dalam strategi Transformasi
Proses Bisnis. Evaluasi ini tidak hanya mencakup kepatuhan terhadap pedoman dan
prosedur, melainkan juga dampaknya terhadap kualitas layanan dan manajemen biaya
rumah sakit. Dengan melakukan evaluasi berkelanjutan, rumah sakit dapat mengidentifikasi
area perbaikan yang diperlukan, mengukur efektivitas perubahan, dan menyesuaikan
strategi Transformasi Proses Bisnis sesuai dengan perkembangan dan perubahan
kebutuhan.

Sebagai direktur, pendekatan holistik terhadap integrasi Tim Kendali Mutu dengan Kendali
Biaya dalam Transformasi Proses Bisnis menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan melibatkan semua pihak terkait dan memastikan partisipasi aktif Tim Kendali Mutu
dan Tim Kendali Biaya, rumah sakit dapat mencapai keseimbangan optimal antara mutu
layanan dan keberlanjutan keuangan. Transformasi Proses Bisnis yang berhasil akan
membentuk dasar yang kokoh bagi rumah sakit untuk terus berkembang, menyediakan
layanan yang unggul, dan merespons dinamika tata kelola di rumah sakit dengan lebih
efisien.

4. Di rumah sakit sering dilaporkan adanya kesalahan pengambilan obat yang


dikarenakan petugas baru yang belum diberikan orientasi kerja. Tim Manajemen Risiko
masih menemukan petugas tersebut sedang berdinas hari ini di Instalasi Farmasi,
Jelaskan upaya yang dilakukan Tim Manajemen Risiko untuk menjalankan tugasnya
mulai dari melakukan identifikasi risiko hingga pengelolaannya agar kasus tersebut
tidak terjadi insiden kembali. ( 500 kata )
jawab
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, Tim Manajemen Risiko dapat mengambil
serangkaian langkah-langkah mulai dari identifikasi risiko hingga pengelolaannya untuk
mencegah terulangnya kasus kesalahan pengambilan obat yang disebabkan oleh petugas
baru yang belum mendapatkan orientasi kerja. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat
diambil oleh tim tersebut:
Identifikasi Risiko:
Tim perlu melakukan identifikasi risiko terkait kesalahan pengambilan obat, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti kurangnya orientasi kerja bagi petugas baru,
kompleksitas tugas, dan kekurangan pengawasan.

Analisis Kejadian:
Analisis mendalam terhadap kejadian kesalahan pengambilan obat diperlukan. Ini
mencakup kajian terhadap faktor-faktor penyebab kesalahan, seperti kurangnya orientasi
kerja bagi petugas baru, kompleksitas tugas, atau kekurangan pengawasan.

Identifikasi Faktor Risiko:


Tim perlu mengidentifikasi faktor risiko yang berkontribusi pada kesalahan
pengambilan obat, seperti kurangnya pelatihan, kelebihan beban kerja, atau kebingungan
dalam prosedur pengambilan obat.

Evaluasi Risiko:
Penilaian dampak dari kesalahan pengambilan obat perlu dilakukan, mencakup
potensi kerugian pasien, reputasi rumah sakit, dan biaya yang terkait dengan kesalahan
tersebut.
Penentuan Tingkat Risiko:
Setelah identifikasi faktor risiko, tim perlu menentukan tingkat risiko dari setiap
faktor yang teridentifikasi untuk menetapkan prioritas tindakan yang perlu diambil.

Pengelolaan Risiko:
 Perbaikan Proses: Pengembangan dan implementasi prosedur baru yang dapat
meminimalkan risiko kesalahan pengambilan obat, termasuk peningkatan orientasi
kerja bagi petugas baru, penerapan double-checking, dan peningkatan pengawasan.
 Pelatihan dan Pendidikan: Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada petugas baru
dan yang sudah ada terkait prosedur pengambilan obat yang benar serta pentingnya
kehati-hatian dalam melaksanakannya.
 Monitoring dan Pelaporan: Memantau implementasi perubahan, serta melakukan
pelaporan berkala terkait kejadian dan tindakan yang diambil untuk mengevaluasi
efektivitas tindakan tersebut.
 Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, diharapkan Tim Manajemen Risiko dapat
efektif mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko terkait kesalahan
pengambilan obat. Hal ini bertujuan agar insiden serupa tidak terjadi kembali dan
keselamatan pasien serta efisiensi sistem dapat tetap terjaga.

5. Dalam manajemen mutu layanan rumah sakit sangat diperlukan dukungan dari
Korporasi ( pemilik ) rumah sakit untuk meningkatkan mutu layanan.
Jelaskan permasalahan yang akan dihadapi oleh manajemen rumah sakit jika
Korporasi tidak memberikan dukungan penuh dalam peningkatan mutu layanan
sehingga mengganggu program peningkatan mutu di rumah sakit dan jelaskan pula
upaya yang anda lakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. ( 700 kata )
Jawab

Dalam pengelolaan mutu layanan rumah sakit, dukungan penuh dari Korporasi atau pemilik
rumah sakit menjadi elemen vital yang berpengaruh terhadap kesuksesan pelaksanaan
program peningkatan mutu. Ketika Korporasi tidak memberikan dukungan sepenuhnya,
berbagai permasalahan dapat muncul, menghambat efektivitas dan kelangsungan program
peningkatan mutu di rumah sakit.

Permasalahan yang Mungkin Muncul:

a) Keterbatasan Sumber Daya:


Tanpa dukungan finansial dan sumber daya lainnya dari Korporasi, manajemen rumah
sakit bisa mengalami keterbatasan akses terhadap teknologi terkini, pelatihan karyawan,
dan infrastruktur yang diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan. Hal ini dapat
menghambat kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan optimal.

b) Ketidakmampuan Mengadopsi Inovasi:


Peningkatan mutu seringkali melibatkan inovasi di dalam proses, teknologi, dan
manajemen. Tanpa dukungan Korporasi, rumah sakit mungkin kesulitan
mengimplementasikan inovasi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
layanan.

c) Kurangnya Fokus pada Budaya Mutu:


Dukungan yang kurang dari Korporasi dapat menghambat pembentukan budaya mutu yang
melibatkan seluruh organisasi. Budaya ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan di
mana setiap anggota tim merasa bertanggung jawab terhadap mutu layanan.

d) Tidak Adanya Sistem Pengukuran Kinerja:


Sistem peningkatan mutu memerlukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk
mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Tanpa dukungan Korporasi, rumah sakit
mungkin tidak memiliki sistem pengukuran kinerja yang memadai, sehingga sulit untuk
mengevaluasi dampak perubahan yang diimplementasikan.

e) Kurangnya Motivasi dan Keterlibatan Pegawai:


Keterlibatan pegawai adalah faktor kunci dalam mencapai tujuan peningkatan mutu. Jika
Korporasi tidak memberikan dukungan dan motivasi yang cukup, pegawai mungkin kurang
termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam inisiatif peningkatan mutu.

Upaya untuk Mengatasi Kondisi Tersebut:

 Advokasi dan Komunikasi yang Efektif:


Komunikasi yang jelas dan efektif dari pihak manajemen rumah sakit kepada Korporasi
mengenai pentingnya peningkatan mutu dapat membantu membangun pemahaman dan
dukungan. Advokasi ini harus didasarkan pada bukti mengenai manfaat jangka panjang
dari peningkatan mutu terhadap reputasi dan kelangsungan rumah sakit.

 Perencanaan Bisnis yang Matang:


Manajemen rumah sakit perlu menyusun rencana bisnis yang rinci untuk menunjukkan
bagaimana peningkatan mutu dapat memberikan dampak positif, termasuk potensi
pengembalian investasi. Rencana ini harus mencakup aspek finansial, operasional, dan
reputasi.

 Kolaborasi dengan Pihak Eksternal:


Manajemen rumah sakit dapat mencari dukungan dari pihak eksternal seperti lembaga
kesehatan, asosiasi profesi medis, atau organisasi kesehatan masyarakat. Kolaborasi ini
dapat memberikan legitimasi dan dukungan tambahan untuk mendorong Korporasi agar
terlibat aktif.

 Penekanan pada Nilai dan Manfaat Jangka Panjang:


Manajemen perlu menyoroti nilai jangka panjang dari peningkatan mutu, termasuk
peningkatan kepuasan pasien, pemenuhan regulasi, dan peningkatan reputasi rumah sakit.
Fokus pada manfaat jangka panjang dapat membantu meyakinkan Korporasi tentang
urgensi dan keuntungan jangka panjang dari investasi ini.

 Partisipasi Korporasi dalam Perencanaan:


Melibatkan Korporasi secara aktif dalam proses perencanaan peningkatan mutu dapat
meningkatkan rasa memiliki dan komitmen. Korporasi dapat memberikan pandangan
strategis dan memberikan masukan yang berharga untuk merumuskan rencana
peningkatan mutu.

 Stabilkan Kolaborasi Internal:


Manajemen rumah sakit perlu memastikan tim internal memiliki keterlibatan dan komitmen
yang kuat terhadap inisiatif peningkatan mutu. Ini melibatkan pelibatan pegawai,
peningkatan keterampilan, dan penciptaan budaya kerja yang mendukung.

 Pemantauan dan Pelaporan Terbuka:


Menyediakan pemantauan dan pelaporan terbuka mengenai kemajuan peningkatan mutu
kepada Korporasi dapat membantu mereka memahami dampak positif yang telah dicapai.
Informasi terbuka ini dapat membantu membangun kepercayaan dan meyakinkan
Korporasi tentang kelangsungan program.

6. Di era revolusi industri 4.0 ini dalam menjalankan program mutu layanan di rumah sakit
sering menghadapi tantangan.
Jelaskan 4 ( empat ) tantangan utama yang menurut anda paling penting saat ini, dan
berikan rencana solusi yang akan anda lakukan untuk menghadapi masing -
masing tantangan tersebut. ( 600 kata )
Jawab
Tantangan Utama dalam Peningkatan Mutu Layanan Rumah Sakit di Era Revolusi Industri
4.0:

Integrasi Teknologi dan Data:


Tantangan signifikan di era Revolusi Industri 4.0 adalah mengintegrasikan dengan efisien
teknologi dan data dalam lingkup layanan kesehatan. Pemanfaatan teknologi canggih
seperti telemedicine, Sistem Manajemen Informasi Rumah Sakit (HMIS), dan perangkat
medis terkoneksi menghasilkan sejumlah besar data yang perlu dihubungkan secara efektif.
Kendala ini mungkin menghambat pemahaman menyeluruh terhadap mutu layanan.

Rencana Solusi:
 Menerapkan platform integrasi data yang canggih untuk menghubungkan berbagai
sistem dan perangkat.
 Menetapkan kebijakan standar terkait keamanan dan privasi data untuk memastikan
kepatuhan dan kepercayaan.
 Melakukan pelatihan berkala untuk staf guna memastikan pemahaman yang baik
tentang sistem baru dan praktik terbaik dalam pengelolaan data.

Keselarasan SDM dengan Teknologi:


Peningkatan mutu layanan juga memerlukan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam mengadopsi dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi. Tantangan ini mencakup
kurangnya keterampilan digital dan resistensi terhadap perubahan, yang dapat membatasi
pemanfaatan teknologi secara maksimal.

Rencana Solusi:
 Menggelar program pelatihan dan pengembangan keterampilan digital bagi staf medis
dan non-medis.
 Merancang program pengenalan dan adaptasi perubahan untuk mengurangi resistensi
terhadap teknologi baru.
 Mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan teknologi, melibatkan SDM dalam
pemilihan dan implementasi solusi baru.

Keamanan Teknologi dan Data:


Sejalan dengan kemajuan teknologi, tantangan keamanan informasi dan data semakin
meningkat. Penting bagi rumah sakit untuk menjaga keamanan data pasien dan mencegah
akses tidak sah atau serangan siber yang dapat merusak integritas sistem dan mutu
layanan.

Rencana Solusi:
 Menerapkan sistem keamanan siber terkini, termasuk enkripsi data dan firewall yang
canggih.
 Melibatkan ahli keamanan siber untuk melakukan audit rutin dan mengidentifikasi
potensi celah keamanan.
 Memberikan pelatihan tentang praktik keamanan siber kepada seluruh personel rumah
sakit.

Kesesuaian dengan Standar Regulasi:


Penerapan teknologi dalam layanan kesehatan juga menimbulkan tantangan untuk
mematuhi standar regulasi terkait privasi pasien, etika, dan keamanan data. Penting untuk
memastikan bahwa rumah sakit tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Rencana Solusi:
 Mendirikan tim kepatuhan regulasi yang bertugas memantau perubahan peraturan dan
memastikan kesesuaian rumah sakit.
 Mengintegrasikan sistem manajemen kepatuhan regulasi untuk mempermudah
pelaporan dan pemantauan.
 Melibatkan pakar hukum kesehatan dalam pengambilan keputusan terkait kepatuhan
regulasi.

Kesimpulan:
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, pendekatan yang melibatkan integrasi
teknologi, pengembangan SDM, keamanan teknologi dan data, serta kepatuhan regulasi,
menjadi kunci kesuksesan. Penerapan rencana solusi ini memerlukan kolaborasi antara
manajemen, SDM, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai transformasi yang
diperlukan dalam meningkatkan mutu layanan rumah sakit di era Revolusi Industri 4.0.

7. Dalam program peningkatan mutu layanan selalu diukur berdasarkan indikator mutu
yang telah ditetapkan. Seandainya anda ditunjuk untuk menggantikan posisi seorang
penanggungjawab di ruang Instalasi Kamar Operasi.
Jelaskan secara jelas langkah – langkah / tahapan yang anda lakukan dalam proses
penentuan indikator mutu unit dan berikan minimal 4 contoh indikator mutu unit
yang akan anda usulkan kepada pimpinan rumah sakit dan jelaskan pula alasan
penetapan indikator tersebut. ( 700 kata )
Jawab

Proses penentuan indikator mutu unit di Instalasi Kamar Operasi (IKO) melibatkan
serangkaian langkah, dimulai dari identifikasi kebutuhan hingga perbaikan berkelanjutan.
Tahapan-tahapan tersebut mencakup evaluasi kebutuhan, pemilihan indikator,
pengumpulan data, evaluasi, dan implementasi perbaikan berkelanjutan. Saya akan
merincikan langkah-langkah yang akan saya lakukan beserta contoh indikator mutu unit
yang diusulkan:

Langkah-langkah dalam Proses Penentuan Indikator Mutu Unit:

Identifikasi Kebutuhan:
 Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses dan hasil pelayanan di IKO untuk
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
 Berdiskusi dengan tim medis dan perawat guna memahami tantangan serta kebutuhan
spesifik di IKO.

Pemilihan Indikator:
 Memilih indikator yang relevan dengan tujuan strategis rumah sakit dan spesifik untuk
IKO.
 Memastikan bahwa indikator dipilih berdasarkan kejadian yang sering terjadi, dampak
klinis, dan keterkaitan dengan keselamatan pasien.

Pengumpulan Data:
 Mengidentifikasi sumber data yang diperlukan untuk mengukur indikator yang telah
dipilih.
 Memastikan proses pengumpulan data dilakukan secara konsisten dan akurat.

Evaluasi:
 Melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul untuk memahami kinerja IKO
berdasarkan indikator yang telah dipilih.
 Menganalisis hasil evaluasi untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.

Perbaikan Berkelanjutan:
 Menggunakan hasil evaluasi untuk merancang dan melaksanakan perbaikan
berkelanjutan di IKO.
 Memantau dampak dari perbaikan yang dilakukan dan melakukan tindakan korektif jika
diperlukan.

Contoh Indikator Mutu Unit yang Akan Diusulkan:

Indikator Pelayanan Klinis Prioritas:


 Tingkat kepatuhan terhadap protokol pencegahan infeksi nosokomial.
 Tingkat kepatuhan terhadap protokol pencegahan komplikasi selama dan setelah
operasi.

Indikator Tujuan Strategis RS KPI:


 Tingkat kepatuhan terhadap jadwal operasi yang telah ditetapkan.
 Tingkat keberhasilan dalam mencapai target pengurangan komplikasi pasca operasi.

Alasan Penetapan Indikator Tersebut:


 Relevansi dengan Keselamatan Pasien:
Indikator tersebut relevan dengan keselamatan pasien dan dapat membantu mencegah
komplikasi yang tidak diinginkan.
 Keterukuran dan Ketercapaian:
Indikator dapat diukur dengan jelas, dan pencapaian yang diharapkan dapat didefinisikan
secara baik.

Dengan penerapan langkah-langkah tersebut, diharapkan IKO dapat memiliki indikator


mutu yang relevan, membantu meningkatkan kualitas pelayanan, dan meningkatkan
keselamatan pasien secara signifikan.

8. Manajemen Keselamatan Pasien sangat tergantung dari Budaya Safety dari seluruh
petugas yang bekerja di dalam organisasi rumah sakit.
Jelaskan langkah - langkah yang dilakukan oleh anda sebagai direktur untuk
meningkatkan budaya safety di kalangan Staf Medis dan jelaskan pula upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan budaya safety di kalangan Staf Non Medis. ( 600 kata)
Jawab

Sebagai direktur, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
budaya safety di kalangan staf medis, antara lain:

1. Membuat kebijakan dan prosedur yang jelas terkait dengan keselamatan pasien dan staf
medis. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan staf medis dalam proses pembuatan
kebijakan dan prosedur tersebut.

2. Memberikan pelatihan dan pendidikan terkait keselamatan pasien dan staf medis secara
berkala. Pelatihan ini dapat mencakup pengenalan risiko, tindakan pencegahan, dan
tindakan darurat dalam situasi yang berbeda.

3. Mendorong staf medis untuk melaporkan insiden keselamatan dan memberikan umpan
balik yang konstruktif. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa staf medis
merasa nyaman untuk melaporkan insiden dan bahwa tindakan perbaikan diambil sebagai
respons terhadap laporan tersebut.

4. Membuat lingkungan kerja yang mendukung keselamatan pasien dan staf medis. Hal ini
dapat dilakukan dengan memastikan bahwa peralatan medis dan lingkungan kerja lainnya
aman dan terawat dengan baik.

5. Memonitor dan mengevaluasi kinerja keselamatan secara teratur. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan audit keselamatan dan melaporkan hasilnya kepada staf medis dan
manajemen.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, direktur dapat membantu meningkatkan budaya
keselamatan di kalangan staf medis dan memastikan bahwa pasien menerima perawatan
yang aman dan berkualitas tinggi.

Untuk meningkatkan budaya safety di kalangan staf non medis, beberapa upaya yang
dapat dilakukan antara lain:

1. *Pelatihan Safety*: Memberikan pelatihan reguler tentang prosedur keselamatan,


penanganan darurat, dan penggunaan peralatan pelindung diri.

2. *Komunikasi Terbuka*: Mendorong komunikasi terbuka mengenai isu-isu keselamatan,


pelaporan insiden, dan saran perbaikan.

3. *Pemeriksaan Rutin*: Melakukan pemeriksaan rutin terhadap lingkungan kerja dan


peralatan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan.

4. *Sistem Insentif*: Menerapkan sistem insentif untuk mendorong perilaku aman, seperti
pengakuan atas kontribusi terhadap budaya safety.

5. *Budaya Perusahaan*: Membangun budaya perusahaan yang memprioritaskan


keselamatan, dengan melibatkan staf dalam pengambilan keputusan terkait keselamatan.

Melalui kombinasi upaya-upaya ini, diharapkan budaya safety di kalangan staf non medis
dapat ditingkatkan, sehingga lingkungan kerja menjadi lebih aman dan terlindungi.

9. Dalam tata kelola rumah sakit dibutuhkan keterlibatan pemilik dan direksi untuk
menjamin mutu layanan rumah sakit.
Uraikan secara detail hubungan antara pemilik dan direksi dan jelaskan peran,
tugas dan wewenang masing - masing dari pemilik dan direktur dalam mewujudkan
mutu tersebut. Jelaskan pula upaya yang anda lakukan sebagai direktur untuk
menjalin hubungan dengan pemilik agar tetap baik dan mendukung program
peningkatan mutu. ( 600 kata )
Jawab

Pemilik perusahaan memiliki otoritas tertinggi dalam mengambil keputusan strategis dan
menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan. Mereka juga bertanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Di sisi lain, direksi bertanggung jawab untuk
mengelola perusahaan sehari-hari sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh pemilik.
Mereka harus memastikan bahwa perusahaan beroperasi secara efisien dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Peran pemilik lebih bersifat strategis, sementara direksi lebih fokus
pada tugas operasional.
Pemilik memiliki wewenang untuk menunjuk anggota direksi dan mengubah susunan
direksi. Mereka juga berhak untuk menyetujui kebijakan besar, seperti perubahan struktur
perusahaan atau merger. Di sisi lain, direksi memiliki wewenang untuk mengelola aset
perusahaan, mengawasi kinerja manajerial, dan membuat keputusan sehari-hari yang
mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam mewujudkan mutu, pemilik harus memastikan bahwa visi dan komitmen terhadap
mutu tercermin dalam kebijakan perusahaan, sementara direksi bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut dan memastikan bahwa semua aspek
operasional memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

Dalam mewujudkan mutu, pemilik harus memastikan bahwa visi dan komitmen terhadap
mutu tercermin dalam kebijakan perusahaan, sementara direksi bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut dan memastikan bahwa semua aspek
operasional memenuhi standar mutu yang ditetapkan.

Sebagai direktur, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjalin hubungan
yang baik dengan pemilik dan mendukung program peningkatan mutu. Berikut adalah
beberapa upaya yang dapat dilakukan:

1. Komunikasi yang terbuka dan jujur: Direktur harus selalu berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan pemilik. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan dan
memperkuat hubungan antara direktur dan pemilik.

2. Melibatkan pemilik dalam pengambilan keputusan: Direktur harus melibatkan pemilik


dalam pengambilan keputusan penting yang berkaitan dengan program peningkatan mutu.
Hal ini akan membantu pemilik merasa dihargai dan memiliki peran yang penting dalam
perusahaan.

3. Menjaga transparansi: Direktur harus menjaga transparansi dalam menjalankan program


peningkatan mutu. Hal ini akan membantu pemilik memahami tujuan dan manfaat dari
program tersebut.

4. Menjaga hubungan yang baik: Direktur harus selalu menjaga hubungan yang baik
dengan pemilik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan secara rutin dan
memberikan laporan yang jelas dan teratur mengenai perkembangan perusahaan.

Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan hubungan antara direktur dan


pemilik dapat tetap baik dan mendukung program peningkatan mutu perusahaan.

10. Dalam manajemen layanan diharapkan tercapainya kepuasan pasien yang menerima
layanan di rumah sakit. Terangkan secara jelas semua upaya yang anda lakukan
sebagai direktur untuk memberikan kepuasan kepada pasien dan terangkan pula
langkah - langkah pembinaan yang akan anda lakukan kepada staf klinis perawatan
agar staf keperawatan dapat memberikan pelayanan yang baik serta jelaskan sanksi
yang akan diterapkan jika kepuasan pasien masih menjadi masalah. ( 700 kata )
Jawab

Sebagai seorang direktur, saya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kepuasan pasien di klinik. Beberapa langkah yang telah saya lakukan antara lain:

1. Memberikan pelayanan yang ramah dan terbaik untuk membuat pasien merasa nyaman
dan dihargai.

2. Membangun komunikasi yang baik dengan pasien, termasuk menyapa dengan ramah,
mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian, dan menjelaskan kondisi pasien dengan
bahasa yang mudah dipahami.

3. Menyediakan pelayanan yang cepat, tanggap, dan efisien, seperti sistem antrian yang
teratur dan peningkatan jumlah petugas medis untuk mengurangi waktu tunggu pasien.

4. Memastikan kebersihan lingkungan dan sarana prasarana klinik terjaga dengan baik.

Semua langkah ini diambil untuk memastikan pasien merasa puas, nyaman, dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di klinik. Kepuasan pasien merupakan
aspek penting yang juga berdampak pada peningkatan kunjungan pasien dan kualitas
pelayanan kesehatan

Untuk membina staf klinis perawatan agar dapat memberikan pelayanan yang baik, ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, siapkan rekam medik pasien, termasuk
rencana keperawatan harian. Kedua, lakukan komunikasi antar shift dengan cara
menyebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan kondisi pasien saat ini. Ketiga,
lakukan pelatihan dan pengembangan karyawan yang berkelanjutan. Keempat, manfaatkan
teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan klinik. Kelima, prioritaskan keselamatan
pasien dengan membuat peraturan yang telah ditentukan menjadi standar umum. Keenam,
jaga kolaborasi tim yang kompak dalam menangani pasien. Ketujuh, pastikan lingkungan
klinik bersih, teratur, dan nyaman bagi pasien. Terakhir, atur jadwal kunjungan agar tidak
terlalu padat sehingga dokter memiliki waktu yang cukup untuk memberikan pelayanan
yang baik.

Jika kepuasan pasien masih menjadi masalah, maka sanksi yang akan diterapkan
tergantung pada peraturan dan kebijakan yang berlaku di masing-masing institusi
kesehatan. Beberapa sanksi yang mungkin diterapkan antara lain:

1. Peringatan tertulis: Institusi kesehatan dapat memberikan peringatan tertulis kepada staf
medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan.

2. Pelatihan tambahan: Staf medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang
diharapkan dapat diberikan pelatihan tambahan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka.

3. Sanksi finansial: Institusi kesehatan dapat memberikan sanksi finansial kepada staf
medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan.
4. Diskors: Staf medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan dapat
didiskors dari tugas mereka.

5. Pemecatan: Jika staf medis terus-menerus tidak memenuhi standar pelayanan yang
diharapkan, maka institusi kesehatan dapat memecat mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa sanksi harus diterapkan dengan adil dan proporsional,
dan harus selalu diikuti dengan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai