UAS Manajamen Mutu - Adhika Nur S.A - 37B
UAS Manajamen Mutu - Adhika Nur S.A - 37B
UAS Manajamen Mutu - Adhika Nur S.A - 37B
NPM : 226080249
KELAS : XXXVIIB
1. Patient satisfaction can be seen by the hospital leadership effort to up date and follow
the development of health services. Tell your efforts how a leader to have more the
leadership function and must always be aware of developments in hospital services.
( 400 words )
Jawab
Para pemimpin rumah sakit harus secara konsisten memperbarui diri dan mengikuti
perkembangan layanan kesehatan agar dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien.
Beberapa tindakan yang dapat diambil oleh pemimpin untuk menjalankan perannya dengan
baik dan selalu memahami perkembangan di dunia layanan rumah sakit antara lain:
Pembentukan tim khusus yang terdiri dari berbagai departemen di rumah sakit, termasuk
Tim Kendali Mutu dan Tim Kendali Biaya. Tim ini diberi tanggung jawab untuk mengawasi
dan mengevaluasi permintaan pemeriksaan penunjang serta permintaan obat yang diluar
kebiasaan oleh DPJP.
Pelatihan bagi DPJP dan staf medis lainnya mengenai pedoman dan prosedur baru untuk
permintaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan. Pelatihan
ini bertujuan agar DPJP dan staf medis memahami pentingnya mengikuti pedoman dan
prosedur baru, serta memastikan bahwa setiap permintaan diperlukan untuk diagnosis dan
pengobatan pasien.
Pemantauan dan evaluasi berkala terhadap implementasi pedoman dan prosedur baru
untuk permintaan pemeriksaan penunjang serta permintaan obat yang diluar kebiasaan.
Tujuan pemantauan dan evaluasi ini adalah untuk memastikan bahwa pedoman dan
prosedur baru dijalankan dengan benar dan setiap permintaan benar-benar diperlukan
dalam diagnosis dan pengobatan pasien.
Pengembangan pedoman dan prosedur yang transparan dan jelas untuk mengatur
permintaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan oleh DPJP
menjadi langkah krusial selanjutnya. Pedoman ini harus mencakup aspek klinis dan
keuangan, dengan memastikan bahwa setiap permintaan yang diajukan memiliki kontribusi
yang signifikan pada diagnosis dan pengobatan pasien. Dengan demikian, ketidakpastian
dalam proses persetujuan permintaan dapat diminimalkan, transparansi ditingkatkan, dan
risiko pemborosan sumber daya dapat diatasi.
Pelatihan kepada DPJP dan staf medis lainnya tentang pedoman dan prosedur baru untuk
permintaan pemeriksaan penunjang dan permintaan obat yang diluar kebiasaan menjadi
langkah berikutnya yang penting. Pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk memastikan
pemahaman terhadap perubahan dalam proses bisnis, tetapi juga untuk membangun
kesadaran akan signifikansi peran masing-masing individu dalam mencapai tujuan
Transformasi Proses Bisnis. Melibatkan DPJP dan staf medis secara aktif akan
memudahkan mendapatkan dukungan serta kerjasama dalam implementasi perubahan.
Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap implementasi pedoman dan prosedur
baru merupakan langkah terakhir yang harus diintegrasikan dalam strategi Transformasi
Proses Bisnis. Evaluasi ini tidak hanya mencakup kepatuhan terhadap pedoman dan
prosedur, melainkan juga dampaknya terhadap kualitas layanan dan manajemen biaya
rumah sakit. Dengan melakukan evaluasi berkelanjutan, rumah sakit dapat mengidentifikasi
area perbaikan yang diperlukan, mengukur efektivitas perubahan, dan menyesuaikan
strategi Transformasi Proses Bisnis sesuai dengan perkembangan dan perubahan
kebutuhan.
Sebagai direktur, pendekatan holistik terhadap integrasi Tim Kendali Mutu dengan Kendali
Biaya dalam Transformasi Proses Bisnis menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan melibatkan semua pihak terkait dan memastikan partisipasi aktif Tim Kendali Mutu
dan Tim Kendali Biaya, rumah sakit dapat mencapai keseimbangan optimal antara mutu
layanan dan keberlanjutan keuangan. Transformasi Proses Bisnis yang berhasil akan
membentuk dasar yang kokoh bagi rumah sakit untuk terus berkembang, menyediakan
layanan yang unggul, dan merespons dinamika tata kelola di rumah sakit dengan lebih
efisien.
Analisis Kejadian:
Analisis mendalam terhadap kejadian kesalahan pengambilan obat diperlukan. Ini
mencakup kajian terhadap faktor-faktor penyebab kesalahan, seperti kurangnya orientasi
kerja bagi petugas baru, kompleksitas tugas, atau kekurangan pengawasan.
Evaluasi Risiko:
Penilaian dampak dari kesalahan pengambilan obat perlu dilakukan, mencakup
potensi kerugian pasien, reputasi rumah sakit, dan biaya yang terkait dengan kesalahan
tersebut.
Penentuan Tingkat Risiko:
Setelah identifikasi faktor risiko, tim perlu menentukan tingkat risiko dari setiap
faktor yang teridentifikasi untuk menetapkan prioritas tindakan yang perlu diambil.
Pengelolaan Risiko:
Perbaikan Proses: Pengembangan dan implementasi prosedur baru yang dapat
meminimalkan risiko kesalahan pengambilan obat, termasuk peningkatan orientasi
kerja bagi petugas baru, penerapan double-checking, dan peningkatan pengawasan.
Pelatihan dan Pendidikan: Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada petugas baru
dan yang sudah ada terkait prosedur pengambilan obat yang benar serta pentingnya
kehati-hatian dalam melaksanakannya.
Monitoring dan Pelaporan: Memantau implementasi perubahan, serta melakukan
pelaporan berkala terkait kejadian dan tindakan yang diambil untuk mengevaluasi
efektivitas tindakan tersebut.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, diharapkan Tim Manajemen Risiko dapat
efektif mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko terkait kesalahan
pengambilan obat. Hal ini bertujuan agar insiden serupa tidak terjadi kembali dan
keselamatan pasien serta efisiensi sistem dapat tetap terjaga.
5. Dalam manajemen mutu layanan rumah sakit sangat diperlukan dukungan dari
Korporasi ( pemilik ) rumah sakit untuk meningkatkan mutu layanan.
Jelaskan permasalahan yang akan dihadapi oleh manajemen rumah sakit jika
Korporasi tidak memberikan dukungan penuh dalam peningkatan mutu layanan
sehingga mengganggu program peningkatan mutu di rumah sakit dan jelaskan pula
upaya yang anda lakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. ( 700 kata )
Jawab
Dalam pengelolaan mutu layanan rumah sakit, dukungan penuh dari Korporasi atau pemilik
rumah sakit menjadi elemen vital yang berpengaruh terhadap kesuksesan pelaksanaan
program peningkatan mutu. Ketika Korporasi tidak memberikan dukungan sepenuhnya,
berbagai permasalahan dapat muncul, menghambat efektivitas dan kelangsungan program
peningkatan mutu di rumah sakit.
6. Di era revolusi industri 4.0 ini dalam menjalankan program mutu layanan di rumah sakit
sering menghadapi tantangan.
Jelaskan 4 ( empat ) tantangan utama yang menurut anda paling penting saat ini, dan
berikan rencana solusi yang akan anda lakukan untuk menghadapi masing -
masing tantangan tersebut. ( 600 kata )
Jawab
Tantangan Utama dalam Peningkatan Mutu Layanan Rumah Sakit di Era Revolusi Industri
4.0:
Rencana Solusi:
Menerapkan platform integrasi data yang canggih untuk menghubungkan berbagai
sistem dan perangkat.
Menetapkan kebijakan standar terkait keamanan dan privasi data untuk memastikan
kepatuhan dan kepercayaan.
Melakukan pelatihan berkala untuk staf guna memastikan pemahaman yang baik
tentang sistem baru dan praktik terbaik dalam pengelolaan data.
Rencana Solusi:
Menggelar program pelatihan dan pengembangan keterampilan digital bagi staf medis
dan non-medis.
Merancang program pengenalan dan adaptasi perubahan untuk mengurangi resistensi
terhadap teknologi baru.
Mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan teknologi, melibatkan SDM dalam
pemilihan dan implementasi solusi baru.
Rencana Solusi:
Menerapkan sistem keamanan siber terkini, termasuk enkripsi data dan firewall yang
canggih.
Melibatkan ahli keamanan siber untuk melakukan audit rutin dan mengidentifikasi
potensi celah keamanan.
Memberikan pelatihan tentang praktik keamanan siber kepada seluruh personel rumah
sakit.
Rencana Solusi:
Mendirikan tim kepatuhan regulasi yang bertugas memantau perubahan peraturan dan
memastikan kesesuaian rumah sakit.
Mengintegrasikan sistem manajemen kepatuhan regulasi untuk mempermudah
pelaporan dan pemantauan.
Melibatkan pakar hukum kesehatan dalam pengambilan keputusan terkait kepatuhan
regulasi.
Kesimpulan:
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, pendekatan yang melibatkan integrasi
teknologi, pengembangan SDM, keamanan teknologi dan data, serta kepatuhan regulasi,
menjadi kunci kesuksesan. Penerapan rencana solusi ini memerlukan kolaborasi antara
manajemen, SDM, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai transformasi yang
diperlukan dalam meningkatkan mutu layanan rumah sakit di era Revolusi Industri 4.0.
7. Dalam program peningkatan mutu layanan selalu diukur berdasarkan indikator mutu
yang telah ditetapkan. Seandainya anda ditunjuk untuk menggantikan posisi seorang
penanggungjawab di ruang Instalasi Kamar Operasi.
Jelaskan secara jelas langkah – langkah / tahapan yang anda lakukan dalam proses
penentuan indikator mutu unit dan berikan minimal 4 contoh indikator mutu unit
yang akan anda usulkan kepada pimpinan rumah sakit dan jelaskan pula alasan
penetapan indikator tersebut. ( 700 kata )
Jawab
Proses penentuan indikator mutu unit di Instalasi Kamar Operasi (IKO) melibatkan
serangkaian langkah, dimulai dari identifikasi kebutuhan hingga perbaikan berkelanjutan.
Tahapan-tahapan tersebut mencakup evaluasi kebutuhan, pemilihan indikator,
pengumpulan data, evaluasi, dan implementasi perbaikan berkelanjutan. Saya akan
merincikan langkah-langkah yang akan saya lakukan beserta contoh indikator mutu unit
yang diusulkan:
Identifikasi Kebutuhan:
Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses dan hasil pelayanan di IKO untuk
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Berdiskusi dengan tim medis dan perawat guna memahami tantangan serta kebutuhan
spesifik di IKO.
Pemilihan Indikator:
Memilih indikator yang relevan dengan tujuan strategis rumah sakit dan spesifik untuk
IKO.
Memastikan bahwa indikator dipilih berdasarkan kejadian yang sering terjadi, dampak
klinis, dan keterkaitan dengan keselamatan pasien.
Pengumpulan Data:
Mengidentifikasi sumber data yang diperlukan untuk mengukur indikator yang telah
dipilih.
Memastikan proses pengumpulan data dilakukan secara konsisten dan akurat.
Evaluasi:
Melakukan evaluasi terhadap data yang terkumpul untuk memahami kinerja IKO
berdasarkan indikator yang telah dipilih.
Menganalisis hasil evaluasi untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Perbaikan Berkelanjutan:
Menggunakan hasil evaluasi untuk merancang dan melaksanakan perbaikan
berkelanjutan di IKO.
Memantau dampak dari perbaikan yang dilakukan dan melakukan tindakan korektif jika
diperlukan.
8. Manajemen Keselamatan Pasien sangat tergantung dari Budaya Safety dari seluruh
petugas yang bekerja di dalam organisasi rumah sakit.
Jelaskan langkah - langkah yang dilakukan oleh anda sebagai direktur untuk
meningkatkan budaya safety di kalangan Staf Medis dan jelaskan pula upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan budaya safety di kalangan Staf Non Medis. ( 600 kata)
Jawab
Sebagai direktur, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
budaya safety di kalangan staf medis, antara lain:
1. Membuat kebijakan dan prosedur yang jelas terkait dengan keselamatan pasien dan staf
medis. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan staf medis dalam proses pembuatan
kebijakan dan prosedur tersebut.
2. Memberikan pelatihan dan pendidikan terkait keselamatan pasien dan staf medis secara
berkala. Pelatihan ini dapat mencakup pengenalan risiko, tindakan pencegahan, dan
tindakan darurat dalam situasi yang berbeda.
3. Mendorong staf medis untuk melaporkan insiden keselamatan dan memberikan umpan
balik yang konstruktif. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa staf medis
merasa nyaman untuk melaporkan insiden dan bahwa tindakan perbaikan diambil sebagai
respons terhadap laporan tersebut.
4. Membuat lingkungan kerja yang mendukung keselamatan pasien dan staf medis. Hal ini
dapat dilakukan dengan memastikan bahwa peralatan medis dan lingkungan kerja lainnya
aman dan terawat dengan baik.
5. Memonitor dan mengevaluasi kinerja keselamatan secara teratur. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan audit keselamatan dan melaporkan hasilnya kepada staf medis dan
manajemen.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, direktur dapat membantu meningkatkan budaya
keselamatan di kalangan staf medis dan memastikan bahwa pasien menerima perawatan
yang aman dan berkualitas tinggi.
Untuk meningkatkan budaya safety di kalangan staf non medis, beberapa upaya yang
dapat dilakukan antara lain:
4. *Sistem Insentif*: Menerapkan sistem insentif untuk mendorong perilaku aman, seperti
pengakuan atas kontribusi terhadap budaya safety.
Melalui kombinasi upaya-upaya ini, diharapkan budaya safety di kalangan staf non medis
dapat ditingkatkan, sehingga lingkungan kerja menjadi lebih aman dan terlindungi.
9. Dalam tata kelola rumah sakit dibutuhkan keterlibatan pemilik dan direksi untuk
menjamin mutu layanan rumah sakit.
Uraikan secara detail hubungan antara pemilik dan direksi dan jelaskan peran,
tugas dan wewenang masing - masing dari pemilik dan direktur dalam mewujudkan
mutu tersebut. Jelaskan pula upaya yang anda lakukan sebagai direktur untuk
menjalin hubungan dengan pemilik agar tetap baik dan mendukung program
peningkatan mutu. ( 600 kata )
Jawab
Pemilik perusahaan memiliki otoritas tertinggi dalam mengambil keputusan strategis dan
menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan. Mereka juga bertanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Di sisi lain, direksi bertanggung jawab untuk
mengelola perusahaan sehari-hari sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh pemilik.
Mereka harus memastikan bahwa perusahaan beroperasi secara efisien dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Peran pemilik lebih bersifat strategis, sementara direksi lebih fokus
pada tugas operasional.
Pemilik memiliki wewenang untuk menunjuk anggota direksi dan mengubah susunan
direksi. Mereka juga berhak untuk menyetujui kebijakan besar, seperti perubahan struktur
perusahaan atau merger. Di sisi lain, direksi memiliki wewenang untuk mengelola aset
perusahaan, mengawasi kinerja manajerial, dan membuat keputusan sehari-hari yang
mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam mewujudkan mutu, pemilik harus memastikan bahwa visi dan komitmen terhadap
mutu tercermin dalam kebijakan perusahaan, sementara direksi bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut dan memastikan bahwa semua aspek
operasional memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Dalam mewujudkan mutu, pemilik harus memastikan bahwa visi dan komitmen terhadap
mutu tercermin dalam kebijakan perusahaan, sementara direksi bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut dan memastikan bahwa semua aspek
operasional memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Sebagai direktur, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjalin hubungan
yang baik dengan pemilik dan mendukung program peningkatan mutu. Berikut adalah
beberapa upaya yang dapat dilakukan:
1. Komunikasi yang terbuka dan jujur: Direktur harus selalu berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan pemilik. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan dan
memperkuat hubungan antara direktur dan pemilik.
4. Menjaga hubungan yang baik: Direktur harus selalu menjaga hubungan yang baik
dengan pemilik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan secara rutin dan
memberikan laporan yang jelas dan teratur mengenai perkembangan perusahaan.
10. Dalam manajemen layanan diharapkan tercapainya kepuasan pasien yang menerima
layanan di rumah sakit. Terangkan secara jelas semua upaya yang anda lakukan
sebagai direktur untuk memberikan kepuasan kepada pasien dan terangkan pula
langkah - langkah pembinaan yang akan anda lakukan kepada staf klinis perawatan
agar staf keperawatan dapat memberikan pelayanan yang baik serta jelaskan sanksi
yang akan diterapkan jika kepuasan pasien masih menjadi masalah. ( 700 kata )
Jawab
Sebagai seorang direktur, saya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kepuasan pasien di klinik. Beberapa langkah yang telah saya lakukan antara lain:
1. Memberikan pelayanan yang ramah dan terbaik untuk membuat pasien merasa nyaman
dan dihargai.
2. Membangun komunikasi yang baik dengan pasien, termasuk menyapa dengan ramah,
mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian, dan menjelaskan kondisi pasien dengan
bahasa yang mudah dipahami.
3. Menyediakan pelayanan yang cepat, tanggap, dan efisien, seperti sistem antrian yang
teratur dan peningkatan jumlah petugas medis untuk mengurangi waktu tunggu pasien.
4. Memastikan kebersihan lingkungan dan sarana prasarana klinik terjaga dengan baik.
Semua langkah ini diambil untuk memastikan pasien merasa puas, nyaman, dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di klinik. Kepuasan pasien merupakan
aspek penting yang juga berdampak pada peningkatan kunjungan pasien dan kualitas
pelayanan kesehatan
Untuk membina staf klinis perawatan agar dapat memberikan pelayanan yang baik, ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, siapkan rekam medik pasien, termasuk
rencana keperawatan harian. Kedua, lakukan komunikasi antar shift dengan cara
menyebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan kondisi pasien saat ini. Ketiga,
lakukan pelatihan dan pengembangan karyawan yang berkelanjutan. Keempat, manfaatkan
teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan klinik. Kelima, prioritaskan keselamatan
pasien dengan membuat peraturan yang telah ditentukan menjadi standar umum. Keenam,
jaga kolaborasi tim yang kompak dalam menangani pasien. Ketujuh, pastikan lingkungan
klinik bersih, teratur, dan nyaman bagi pasien. Terakhir, atur jadwal kunjungan agar tidak
terlalu padat sehingga dokter memiliki waktu yang cukup untuk memberikan pelayanan
yang baik.
Jika kepuasan pasien masih menjadi masalah, maka sanksi yang akan diterapkan
tergantung pada peraturan dan kebijakan yang berlaku di masing-masing institusi
kesehatan. Beberapa sanksi yang mungkin diterapkan antara lain:
1. Peringatan tertulis: Institusi kesehatan dapat memberikan peringatan tertulis kepada staf
medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan.
2. Pelatihan tambahan: Staf medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang
diharapkan dapat diberikan pelatihan tambahan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan mereka.
3. Sanksi finansial: Institusi kesehatan dapat memberikan sanksi finansial kepada staf
medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan.
4. Diskors: Staf medis yang tidak memenuhi standar pelayanan yang diharapkan dapat
didiskors dari tugas mereka.
5. Pemecatan: Jika staf medis terus-menerus tidak memenuhi standar pelayanan yang
diharapkan, maka institusi kesehatan dapat memecat mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa sanksi harus diterapkan dengan adil dan proporsional,
dan harus selalu diikuti dengan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.