Latar Belakang Diabetes Melitus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tidak menular (PTM) secara kolektif menyebabkan hampir 70% dari
semua kematian di seluruh dunia. Hampir tiga perempat dari semua kematian akibat
PTM , dan 82% dari 16 juta orang yang meninggal sebelum waktunya, atau
sebelum mencapai usia 70 tahun, dan terjadi di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah (World Health Organization, 2018). Diabetes melitus adalah
salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa
datang dan merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada
abad 21. Menurut WHO (2019) sebanyak 80% penderita DM di dunia berasal dari
negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Diabetes Melitus (DM)
merupakan salah satu penyakit degeneratif, yaitu penyakit akibat fungsi atau
struktur dari jaringan yang secara progresif menurun dari waktu ke waktu karena
usia dan pilihan gaya hidup (Hadibroto, 2013). Berdasarkan hasil dari Riset
Kesehatan Dasar (2018), memperlihatkan prevalensi penyakit tidak menular
meninggi dibandingkan dengan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, yakni kanker,
stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi. Perbandingan
prevalensinya sebagai berikut: kanker naik dari 1,4% menjadi 1,8%; prevalensi
stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2%
menjadi 3,8%. Berdasarkan hasil dari pemeriksaan gula darah, diabetes mellitus
naik dari 6,9% menjadi 8,5%
Kasus yang terjadi tahun 2019 memperlihatkan bahwa terdapat 463 juta orang
yang berusia 20-79 tahun akan berpeluang menderita diabetes atau dengan
persentase 9.3% dari keseluruhan penduduk. Orang pada usia 65-79 tahun
diperkirakan terdapat 19,3% dan akan meningkat pada tahun berikutnya
sampai di angka 20,5% pada tahun 2045. angka terbanyak ditunjukkan oleh
penderita laki-laki dengan persentase 9%Indonesia berada di peringkat 7 dari 10
peringkat teratas penderita diabetes di dunia. Pada tingkat Asia Tenggara sendiri,
Indonesia berada di peringkat 3 dari 11 negara (Suwisno IGP, 2021). Hal ini sangat
mengkhawatirkan dan seharusnya dapat perhatian serius dari pihak yang berwenang
untuk menangani permasalahan ini. DM merupakan penyakit yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relative dari sekresi insulin. Gejala yang sering muncul ada penderita DM yaitu
polydipsia, polyuria, polifagia, penurunan berat badan dan kesemutan
(Fatimah, 2015).
Menurut penelitian Dedi Rusandi, Tri Prabowo, Tetra Saktika Adinugraha, dkk
(2015) Senam kaki dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan dalam
menggerakkan otot dan sendi pada kaki dan menekan kadar glukosa pada
darah untuk penderita DM. Senam kaki dikhususkan pada bagian telapak kaki
terutama pada area yang bermasalah akan memberikan suatu rangsangan pada
syaraf yang terhubung langsung dengan pangkreas yang akan
memproduksi insulin aktif untuk berada di titik syaraf pada telapak kaki.
Peningkatan sirkulasi darah pada telapak kaki ini akan menekan kerusakan
periger sehingga neuropati dapat diturunkan dan kemampuan menggerakkan otot
dan sendi pada kaki akan meningkat. Penderita DM pengobatannya dilakukan
dengan titik fokus pada gaya hidup dan aktivitas fisik (Utama R, 2019).
Evaluasi kadar gula dalam darah menjadi salah satu fokus utama dalam pengobatan
DM hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi berat badan, dan
berolahraga. Kemudian langkah lebih jauh adalah mengelola penyakit ini
untuk mencegah komplikasi pada bagian bawah dengan cara melakukan senam
kaki dengan rutin (Bakara dan Kurniyati, 2021).
Melakukan senam kaki dengan rutin dan teratur akan memberikan pengaruh positif
bagi penderitanya. Senam kaki menjadi salah satu langkah efektif dalam
memperbaiki aliran darah yang terhambat atau terganggu, melatih sendi dan otot
agar dapat digerakkan dengan baik, dan dalam jangka panjang akan menurunkan
risiko komplikasi pada organ lain seperti mata, otak, jantung, dan ginjal (Agustina
RT, 2021). Banyak manfaat jika senam kaki ini dilakukan secara konsisten seperti
akan merangsang pembuluh darah dengan adanya gerakan aktivitas yang terus
menurus khususnya gerakan kaki sehingga akan mengurangi perfusi jaringan yang
ada (Silva et al, 2021)
Hasil penelitian Ruben (2016), yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh senam
kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
tipe 2, dan aktivitas yang dilakukan penderita dapat menekan terjadinya kenaikan
gula darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Rusmono (2016) juga
menunjukkan senam kaki yang dilakukan pada pada pasien dengan diabetes
mellitus dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu sejak pertama kali treatment
hal ini dikarenakan efek dari senam kaki tersebut dapat meningkatkan sensitifitas
sel terhadap insulin sehingga gula darah akan masuk ke sel untuk dilakukan proses
metabolisme. Pada saat latihan (senam) kebutuhan energi meningkat sehingga otot
menjadi lebih aktif dan terjadi peningkatan pemakaian glukosa sehingga terjadi
penurunan kadar gula darah, hal ini juga dilatarbelakangi oleh faktor kontinuitas
atau keteraturan pasien dalam mengikuti senam sehingga terjadi penurunan kadar
gula darah Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran darah di
kaki, memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan mempermudah
gerakansendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki penderita diabetes dapat
terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes (Anneahira,
2011). Gerakan-gerakan senam kaki akan menyebabkan terjadinya peningkatan
aliran darah, maka akan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih
banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi aktif yang akan berpengaruh
terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes (Soegondo, 2013).

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis akan menyusun Karya Ilmiah
Akhir Ners mengenai “Penerapan senam kaki pada asuhan keperawatan diabetes
melitus Ny. D dengan masalah gangguan perfusi perifer di Ruang penyakit dalam
RSUD Koja”.

1.3 Tujuan penulisan Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan senam kaki pada asuhan keperawatan diabetes
melitus Ny. D dengan masalah gangguan perfusi perifer di Ruang
penyakit dalam RSUD Koja
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep penyakit diabetes melitus di Ruang
penyakit dalam RSUD Koja
2. Melakukan pengkajian 11 pola gordon pada Ny. D dengan
masalah Diabetes Melitus di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Koja
3. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. D dengan
masalah Diabetes Melitus di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Koja.
4. Menegakkan intervensi keperawatan pada Ny. D dengan
masalah Diabetes Melitus di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Koja
5. Menegakkan implementasi keperawatan pada Ny. D dengan
masalah Diabetes Melitus di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Koja
6. Menegakkan evaluasi keperawatan pada Ny. D dengan
masalah Diabetes Melitus di Ruang Penyakit Dalam RSUD
Koja
7. Mampu menganalisis intervensi dan implementasi dengan
penelitian–penelitian terdahulu pada pasien Diabetes
Melitus

1.4 Manfaat Penulisan Kasus


1.4.1 Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi
peneliti dalam mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Melitus
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
Rumah Sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan mengenai penyakit
pasien dengan Diabetes Melitus
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
bahan baca untuk diimplementasikan pada kasus pasien dengan
Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai