KDK 13-1
KDK 13-1
KDK 13-1
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 13
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat kebaikan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok dua ingin mengucapkan
terima kasihkepadabapak“Septian Mixrova Sebayang,
S.Kep,Ns,S.Tr.Kes,M.Kep”selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep dasar
keperawatan anastesiologi yang sudah membantu kami dalam proses
penggarapannya.
Makalah yang berjudul “Pemeriksaan Fisik Pada Orang Dewasa” disusun oleh
kami selaku kelompok 13 untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan Anastesiologi Lewat proses panjang, kami pun yang beranggotakan
enam orang sedikitnya bisa mengetahui banyak hal tentang pemeriksaan fisik
pada orang dewasa.
Semoga hal-hal yang sudah kami dapatkan bisa diwujudkan dan
berdampak banyak bagi lingkungan sekitar.
Kami pun mengetahui jika makalah yang sudah digarap masih jauh dari
kata sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga kami sangat berharap saran
dan kritiknya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat satu
makalah yang lebih berkualitas.
Terakhir, semoga makalah berikut bisa mempunyai manfaat bagi kami dan
pembaca.
Kelompok 13
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Tujuan Penelitian.........................................................................................4
BAB II ISI MAKALAH.........................................................................................4
A. Tinjauan teori Pemeriksaan Fisik pada orang dewasa.....................................5
B. Pembahasan.....................................................................................................5
2.1 Defenisi Pemeriksaan Fisik Pada Dewasa......................................................5
2.2 Macam-macam Pemeriksaan Fisik.................................................................6
2.4 Manfaat pemeriksaan fisik pada orang dewasa............................................17
2.5 Peran Penata anastesiologi dalam pemeriksaan fisik pada orang dewasa....18
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran…….....................................................................................................20
Daftar Pustaka......................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
B. Pembahasan
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
c) Prosedur pelaksanaan:
Inspeksi Kepala
- Ukuran, bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh, Normal kepala tegak lurus
dan digaris
Palpasi Kepala
mulai dari depan turun kebawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap
sudut garis
kepala.
nyeri tekan. Jika hal itu ditemukan perhatikan berapa besrnya/ luasnya,
bagaimana
2. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan mata
a) Tujuan.
- Mengetahui bentuk dan fungsi mata.
- Mengetahui adanya kelainan pada mata.
b) Persiapan alat.
- Senter kecil
- Surat kabar / majalah
- Kartu snellen
- Penutup mata
- Sarung tangan (jika perlu)
c) Prosedur pelaksanaan :
3. Pemeriksaan telinga.
a) Tujuan. Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga,
dan fungsi
pendengaran.
b) Persiapan alat.
- Arloji berjarum detik
- Garpu tala
- Speculum telinga
- Lampu kepala
c) Prosedur Pelaksanaan:
Inspeksi dan palpasi telinga luar.
- Bantu klien dalam posisi duduk, jika memungkinkan
- Posisi pemeriksa menghadap kesisi telinga yang dikaji
- Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala, atau
sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja - Inspeksi telinga luar terhadap
posisi, warna,
ukuran, bentuk, hygiene, (adanya) lensi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan
dengan
hasil normal
- Lakukan palpasi dengan memegang telinga dengan menggunakan jari
telunjuk dan
jempol.
- Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak
kejaringan keras
dan catat jika ada nyeri
- Lakukan penekanan pada areatragus ke dalam dan tulang telinga dibawah
daun telinga –
Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan
- Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut
Pada orang dewasa, pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik
daun telinga keatas dan kebawah sehingga lurus dan menjadi mudah
diamati
Pada anak-anak, tarik daun telinga kebawah
- Periksa adanya peradangan, pendarahan, atau kotoran/serumen pada lubang
telinga.
Pemeriksaan pendengaran
Menggunakan bisikan
- Atur posisi klien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
- Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa
- Bisikan suatu bilangan, missal “tujuh enam”
- Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
- Periksa telinga yang lainya dengan cara yang sama
- Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien
Menggunakan arloji
- Ciptakan suasana ruangan yang tenang
- Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
- Minta klien untuk member tahu pemeriksa jika ia mendengar detak
arloji
- Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan meminta
klien untuk
member tahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji.
Normalnya, klien
masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.
Menggunakan garpu tala
Pemeriksaan Rinne
- Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
atau buku buku jari tangan yang berlawanan.
- Letakan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien
- Anjurkan klien untuk member tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi
- Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan didepan lubang telinga
klien 1-2
cm dengan posisi garpu tala paralel terhadap lubang telinga klien.
- Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengar
suara atau tidak.
- Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
Pemeriksaan Weber
- Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan
atau bukku jari
tangan yang berlawanan.
- Letakan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien.
- Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau
lebih jelas pada salah satu telinga.
- Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut.
4. Pemeriksaan Hidung
a) Tujuan
- Mengetahui bentuk dan fungsi hidung.
- Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi.
b) Persiapan alat
- Speculum hidung.
- Senter kecil.
- Lampu penerangan.
- Sarung tangan (jika diperlukan).
c) Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar.
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien.
- Atur penerangan.
- Amati bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan,samping, dan
atas.
- Amati keadaan kulit hidung terhadap warna dan adanya pembengkakan.
- Amati kesimetrisan lubang hidung. - Observasi pengeluaran dan pelebaran
nares (lubang
hidung). Jika terdapat pengeluaran (secret, darah, dll), jelasakan karakter,
jumlah dan
warnanya.
- Lakukan palpasi lembut pada batang dan jaringan lunak hidung terhadap
nyeri, massa.
- Letakkan satu jari pada masing-masing sisi arkus nasal dan memapalsinya
dengan
lembut,lalu gerakan jari dari batang ke ujung hidung.
- Kaji mobilitas septum hidung.
Inspeksi hidung bagian dalam.
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien.
- Pasang lampu kepala.
- Atur lampu agar dapat secara adekuat menerangi lubang hidung.
- Tekan hidung secara lembut untuk mengelevasikan ujung hidung dan lakukan
pengamatan bagian anterior lubang hidung.
- Amati posisi septum hidung
- Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung
dapat diamati. - Amati kartilago dan dinding-dinding rongga hidung serta
selaput lender pada rongga
hidung (warna, sekresi, bengkak). - Lepas speculum secara perlahan-lahan.
5. Pemeriksaan Mulut.
a)Tujuan : Mengetahui bentuk dan setiap kelainan mulut.
b)Persiapan alat
- Senter kecil
- Sudip lidah
- Sarung tangan bersih
- Kasa
c) Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi mulut
- Atur duduk klien berhadapan dengan pemeriksa dan tingginya sejajar.
- Amati bibir klien untuk mengetahui warna bibir, kesimetrisan, kelembaban,
dan apakah
ada kelainan konginetal, bibir sumbing,pembengkakan, lesi, atau ulkus.
- Instruksikan klien untuk membuka mulut guna mengamati gigi klien.
- Atur penerangan yang cukup, jika diperlukan gunakan sudip lidah untuk
menekan lidah
sehingga gigi akan tampak lebih jelas. - Amati keadaan, jumlah, ukuran,
warna,kebersihan, karies,dll.
- Amati keadaan gusi, (adanya) lesi, tumor, pembengkakan.
- Observasi kebersihan mulut dan (adanya) bau mulut/halitosis.
- Amati lidah terhadap kesimetrisan dengan cara meminta kilen untuk
menjulurkan lidahya,
lalu amati warna, kesejajaran, atau( adanya) kelainan.
- Amati semua bagian mulut termasuk selaput lender mulut dengan me,eriksa
warna,
sekresi, (adanya) peradangan, perdarahan, ataupun ulkus.
- Tarik lembut bibir kebawah menjauhi gigi dengan jari yang terpasang sarung
Palpasi mulut
- Pegang pipil di antara ibu jari dan tangan (jari telunjuk berada di dalam).
Lakukan palpasi
secara sistematis dan kaji adanya tumor, pembengkakan atau adanya nyeri.
jari telunjuk tangan kanan lakukan palpasi dasar mulut secara sitematis,
sedangkan ibu
dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Lakukan palpasi lidah, terutama
bagian
b) Persiapan alat :
Stetoskop.
c) Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi Leher
- Anjurkan klien untuk melepas baju atau benda apapun yang menutupi leher.
Pengamatan dilakukan secara sisitematis mulai dari garis tengah sisi depan
leher, samping,
dan belakang.
kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat
dilihat
sehingga telingga bergerak kea rah bahu. Hal ini dilakukan untuk menguji
otot-otot
Palpasi Leher
- Untuk memeriksa nodus limfe, buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke
depan atau
- Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut
masing-
sebagai berikut
PA merupakan bagian integral dari tim anestesi dan bekerja sama dengan
anesthesiologist, perawat, dan profesional kesehatan lainnya untuk memastikan
perawatan pasien yang optimal. Mereka berkontribusi pada keselamatan dan
efisiensi proses anestesi dengan:
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik
mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang
di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan
sadar maupun tidak sadar. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena
sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan dan
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini
harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang
benar.
Daftar Pustaka
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta. EGC
http://ayyupusspita.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-fisik-kepala-dan-muka-
mata_1421.html