0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan21 halaman

KDK 13-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA ORANG DEWASA


Dosen Pengampu:“Septian Mixrova Sebayang, S.Kep, Ns,S.Tr.Kes,M.Kep”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 13

1. GEMILANG RAMADHAN : 230106078

2. IKKA DWI RIYANDA : 230106086

3. HALYA WELINGHANDALANI : 230106083

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat kebaikan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok dua ingin mengucapkan
terima kasihkepadabapak“Septian Mixrova Sebayang,
S.Kep,Ns,S.Tr.Kes,M.Kep”selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Konsep dasar
keperawatan anastesiologi yang sudah membantu kami dalam proses
penggarapannya.
Makalah yang berjudul “Pemeriksaan Fisik Pada Orang Dewasa” disusun oleh
kami selaku kelompok 13 untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan Anastesiologi Lewat proses panjang, kami pun yang beranggotakan
enam orang sedikitnya bisa mengetahui banyak hal tentang pemeriksaan fisik
pada orang dewasa.
Semoga hal-hal yang sudah kami dapatkan bisa diwujudkan dan
berdampak banyak bagi lingkungan sekitar.

Kami pun mengetahui jika makalah yang sudah digarap masih jauh dari
kata sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga kami sangat berharap saran
dan kritiknya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat satu
makalah yang lebih berkualitas.

Terakhir, semoga makalah berikut bisa mempunyai manfaat bagi kami dan
pembaca.

Purwokerto, 06 Mei 2024

Kelompok 13
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Tujuan Penelitian.........................................................................................4
BAB II ISI MAKALAH.........................................................................................4
A. Tinjauan teori Pemeriksaan Fisik pada orang dewasa.....................................5
B. Pembahasan.....................................................................................................5
2.1 Defenisi Pemeriksaan Fisik Pada Dewasa......................................................5
2.2 Macam-macam Pemeriksaan Fisik.................................................................6
2.4 Manfaat pemeriksaan fisik pada orang dewasa............................................17
2.5 Peran Penata anastesiologi dalam pemeriksaan fisik pada orang dewasa....18
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran…….....................................................................................................20
Daftar Pustaka......................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari


seorangahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai
dari bagiankepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkindiperlukan seperti test neurologi. Dengan petunjuk yang didapat
selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahlimedis dapat menyususn sebuah
diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan
gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasiensecara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan fisik.


2. Untuk mengetahui tujuan dan prinsip pemeriksaan fisik.
3. Untuk mengetahui prosedur melakukan pemeriksaan fisik
BAB II
ISI MAKALAH

A. Tinjauan teori Pemeriksaan Fisik pada orang dewasa


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon
terhadap terapi tersebut. (Potter dan Perry, 2005). Pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis, Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
(Dewi Sartika, 2010).

B. Pembahasan

2.1 Defenisi Pemeriksaan Fisik Pada Dewasa


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang

ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasil

pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan

fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan

pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari


bagian

kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama

diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.


Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk

menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan


dengan

berbagai cara, diantaranya adalah: Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.

2.2 Macam-macam Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Kepala

a) Tujuan : Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan Mengetahui kelainan


yang terdapat dikepala.

b) Persiapan Alat : Lampu, Sarung tangan ( jika diduga terdapat lesi/luka).

c) Prosedur pelaksanaan:

Inspeksi Kepala

- Atur posisi klien duduk atau berdiri.

- Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca mata, dll.

- Lakukan inspeksi mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan keadaan kulit


kepala,

Inspeksi penyebaran, ketebalan, kebesihan dan tekstur, warna rambut.

- Ukuran, bentuk dan posisi kepala terhadap tubuh, Normal kepala tegak lurus
dan digaris

tengah tubuh. Tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal


dibagian anterior

dan oksipital dibagian posterior.

Palpasi Kepala

- Atur posisi duduk atau berdiri.


- Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca mata.

- Pakai sarung tangan (terutama jika terdapat luka/lesi dikepala).

- Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung


jari, lakukan

mulai dari depan turun kebawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap
sudut garis

kepala.

- Rasakan apakah terdapat benjolan / massa, tanda bekas luka dikepala,


pembengkakan,

nyeri tekan. Jika hal itu ditemukan perhatikan berapa besrnya/ luasnya,
bagaimana

konsistensinya, dan dimana kedudukannya, apakahdidalam kulit, pada tulang


atau

dibawah kulit terlepas dari tulang.

2. Pemeriksaan wajah

 Pemeriksaan mata
a) Tujuan.
- Mengetahui bentuk dan fungsi mata.
- Mengetahui adanya kelainan pada mata.
b) Persiapan alat.
- Senter kecil
- Surat kabar / majalah
- Kartu snellen
- Penutup mata
- Sarung tangan (jika perlu)
c) Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi mata (melihat mata pasien)


Hasil : simetris, tidak ada luka, warna kulit normal, tidak ada masa
 Inspeksi kelopak mata (melihat mata pasien, anjurkan pasien menutup
mata). Hasil : tidak ada lesi, simetris.
- (Anjurkan pasien membuka mata). Hasil : bulu mata sejajar, tidak
ada
kelainan bulu mata
 Palpasi kelopak mata (Anjurkan pasien menutup mata dan raba kelopak
mata pasien).
Hasil : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau massa.
 Inspeksi konjungtiva, skela dan iris : Tekan kebawah kelopak mata
pasien, anjurkan pasien melihat ke atas.Amati konjungtiva. Hasil :
konjungtiva normal berwarna merah muda, jika berwarna putih
kemungkinan pasien mengalami anemia, tidak ada kotoran
- Buka kelopak mata atas mata pasien, anjurkan pasien melihat ke
bawah. Amati sclera. Hasil : Sklera normal berwarna putih. Jika
berwarna kuning kemungkinan pasien mengalami penyakit hepatitis
- Lihat mata pasien bagian iris. Hasil : Iris berwarna coklat
 Inspeksi reflek mata (Gunakan penlight, arahkan penlight dari arah
mata kanan ke tengah. Arahkan kembali penlight dari mata kiri ke
tengah). Hasil : reflek positif kanan-kiri, iris berwarna coklat, bersih,
tidak keruh. Kornea tidak ada infeksi
 Gerakan bola mata : (Gunakan penlight, arahkan penlight dari samping
kiri bawah ke kanan atas. Anjurkan pasien tidak menoleh kanan – kiri,
atas – bawah. Jika pasien sudah tidak bisa melihat penlight anjurkan
angkat tangan. Begitupun sebaliknya dari kanan bawah ke kiri atas).
Hasil : letak mata simetris, bola mata mengikuti arah benda, jarak
pandang normal
 Pemeriksaan tajam penglihatan (pada snellen card yang sudah
digantungkan, pilih jarak untuk pasien. Ada jarak 5 meter atau 6 meter.
Minta pasien menebaknya)

3. Pemeriksaan telinga.
a) Tujuan. Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga,
dan fungsi
pendengaran.
b) Persiapan alat.
- Arloji berjarum detik
- Garpu tala
- Speculum telinga
- Lampu kepala
c) Prosedur Pelaksanaan:
Inspeksi dan palpasi telinga luar.
- Bantu klien dalam posisi duduk, jika memungkinkan
- Posisi pemeriksa menghadap kesisi telinga yang dikaji
- Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala, atau
sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja - Inspeksi telinga luar terhadap
posisi, warna,
ukuran, bentuk, hygiene, (adanya) lensi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan
dengan
hasil normal
- Lakukan palpasi dengan memegang telinga dengan menggunakan jari
telunjuk dan
jempol.
- Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari jaringan lunak
kejaringan keras
dan catat jika ada nyeri
- Lakukan penekanan pada areatragus ke dalam dan tulang telinga dibawah
daun telinga –
Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan
- Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut
 Pada orang dewasa, pegang daun telinga/heliks dan perlahan-lahan tarik
daun telinga keatas dan kebawah sehingga lurus dan menjadi mudah
diamati
 Pada anak-anak, tarik daun telinga kebawah
- Periksa adanya peradangan, pendarahan, atau kotoran/serumen pada lubang
telinga.
 Pemeriksaan pendengaran
 Menggunakan bisikan
- Atur posisi klien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
- Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa
- Bisikan suatu bilangan, missal “tujuh enam”
- Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
- Periksa telinga yang lainya dengan cara yang sama
- Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien
 Menggunakan arloji
- Ciptakan suasana ruangan yang tenang
- Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
- Minta klien untuk member tahu pemeriksa jika ia mendengar detak
arloji
- Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan meminta
klien untuk
member tahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji.
Normalnya, klien
masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.
 Menggunakan garpu tala
 Pemeriksaan Rinne
- Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
atau buku buku jari tangan yang berlawanan.
- Letakan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien
- Anjurkan klien untuk member tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi
- Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan didepan lubang telinga
klien 1-2
cm dengan posisi garpu tala paralel terhadap lubang telinga klien.
- Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengar
suara atau tidak.
- Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
 Pemeriksaan Weber
- Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan
atau bukku jari
tangan yang berlawanan.
- Letakan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien.
- Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau
lebih jelas pada salah satu telinga.
- Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut.

4. Pemeriksaan Hidung
a) Tujuan
- Mengetahui bentuk dan fungsi hidung.
- Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi.
b) Persiapan alat
- Speculum hidung.
- Senter kecil.
- Lampu penerangan.
- Sarung tangan (jika diperlukan).
c) Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar.
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien.
- Atur penerangan.
- Amati bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan,samping, dan
atas.
- Amati keadaan kulit hidung terhadap warna dan adanya pembengkakan.
- Amati kesimetrisan lubang hidung. - Observasi pengeluaran dan pelebaran
nares (lubang
hidung). Jika terdapat pengeluaran (secret, darah, dll), jelasakan karakter,
jumlah dan
warnanya.
- Lakukan palpasi lembut pada batang dan jaringan lunak hidung terhadap
nyeri, massa.
- Letakkan satu jari pada masing-masing sisi arkus nasal dan memapalsinya
dengan
lembut,lalu gerakan jari dari batang ke ujung hidung.
- Kaji mobilitas septum hidung.
Inspeksi hidung bagian dalam.
- Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien.
- Pasang lampu kepala.
- Atur lampu agar dapat secara adekuat menerangi lubang hidung.
- Tekan hidung secara lembut untuk mengelevasikan ujung hidung dan lakukan
pengamatan bagian anterior lubang hidung.
- Amati posisi septum hidung
- Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung sehingga rongga hidung
dapat diamati. - Amati kartilago dan dinding-dinding rongga hidung serta
selaput lender pada rongga
hidung (warna, sekresi, bengkak). - Lepas speculum secara perlahan-lahan.
5. Pemeriksaan Mulut.
a)Tujuan : Mengetahui bentuk dan setiap kelainan mulut.
b)Persiapan alat
- Senter kecil
- Sudip lidah
- Sarung tangan bersih
- Kasa
c) Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi mulut
- Atur duduk klien berhadapan dengan pemeriksa dan tingginya sejajar.
- Amati bibir klien untuk mengetahui warna bibir, kesimetrisan, kelembaban,
dan apakah
ada kelainan konginetal, bibir sumbing,pembengkakan, lesi, atau ulkus.
- Instruksikan klien untuk membuka mulut guna mengamati gigi klien.
- Atur penerangan yang cukup, jika diperlukan gunakan sudip lidah untuk
menekan lidah
sehingga gigi akan tampak lebih jelas. - Amati keadaan, jumlah, ukuran,
warna,kebersihan, karies,dll.
- Amati keadaan gusi, (adanya) lesi, tumor, pembengkakan.
- Observasi kebersihan mulut dan (adanya) bau mulut/halitosis.
- Amati lidah terhadap kesimetrisan dengan cara meminta kilen untuk
menjulurkan lidahya,
lalu amati warna, kesejajaran, atau( adanya) kelainan.
- Amati semua bagian mulut termasuk selaput lender mulut dengan me,eriksa
warna,
sekresi, (adanya) peradangan, perdarahan, ataupun ulkus.

- Tarik lembut bibir kebawah menjauhi gigi dengan jari yang terpasang sarung

tangan.inspeksi mukosa terhadap warna, tekstur, hidrasi, dan lesi.

- Beri klien kesempatan untuk beristirahat dengan menutup mulutnya, jika ia


lelah.

- Anjurkan klien untuk mengangkat kepala sedikit ke belakang dan membuka


mulut ketika
menginspeksi faring.tekan lidah ke bawah ketika klien berkata “ah”. Amati
faring

terhadap kesimetrisan ovula. Periksa tonsil apakah meradang atu tidak.

Palpasi mulut

- Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien.

- Anjurkan klien membuka mulut, pemeriksa memakai sarung tangan.

- Pegang pipil di antara ibu jari dan tangan (jari telunjuk berada di dalam).
Lakukan palpasi

secara sistematis dan kaji adanya tumor, pembengkakan atau adanya nyeri.

- Palpasi dasar mulut dengan menginstruksikan klien untuk mengatakan “el”,


lalu dengan

jari telunjuk tangan kanan lakukan palpasi dasar mulut secara sitematis,
sedangkan ibu

jari menekan bawah dagu untuk mempermudah palpasi.

- Palpasi lidah dengan menginstruksikan klien untuk menjulurkan lidah dan


lidah dipegang

dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Lakukan palpasi lidah, terutama
bagian

belakang dan batas-batas lidah dengan menggunakan jari telunjuk kanan.


6. Pemeriksaan Leher
a)Tujuan

- Menentukan struktur integritas leher.

- Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan.

- Memeriksa sistem limfatik.

b) Persiapan alat :

Stetoskop.

c) Prosedur pelaksanaan :

Inspeksi Leher

- Atur pencahayaan dengan baik.

- Anjurkan klien untuk melepas baju atau benda apapun yang menutupi leher.

- Amati bentuk leher, warna kulit, (adanya) jaringan parut, pembengkakan,


(adanya) massa.

Pengamatan dilakukan secara sisitematis mulai dari garis tengah sisi depan
leher, samping,

dan belakang.

- Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelan dan mengamati


gerakan

kelenjar tiroid pada takik suprasternal. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat
dilihat

kecuali pada orang yang sangat kurus.

- Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu kedada hiperekstensikan


leher sedikit
kebelakang, dan gerakan menyamping ke masing-masing sisi kemudian ke
samping

sehingga telingga bergerak kea rah bahu. Hal ini dilakukan untuk menguji
otot-otot

sternomastoideus dan trapezius.

Palpasi Leher

- Untuk memeriksa nodus limfe, buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke
depan atau

mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-otot.

- Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut
masing-

masing jaringan limfe dengan gerakan memutar. - Periksa setiap nodus


dengan urutan

sebagai berikut

 Nodus oksipital pada dasar tengkorak.


 Nodus auricular posterior di atas mastoid.
 Nodus preaurikular tepat di depan telinga.
 Nodus tonsilar pada sudut mandibula.
 Nodus submental pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung
mandibula.
 Nodus sukmaksilaris pada garis tengah di belakang ujung mandibula.
 Nodus servikal superficial, superficial terhadap sternomastoideus.
 Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius.
 Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula
dan
sternokleidomastoideus.
- Palpasi kelenjar tiroid dengan cara
 Letakkan tangan pada leher klien.
 Palpasi fosa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah.
 Instruksikan kilen untuk minum atau menelan agar memudahkan palpasi.
 Jika teraba kelenjar tiroid, pastikan bentuk, ukuran, konsistensi, dan
permukaannya.
- Palpasi trakea dengan cara:
 Pemeriksa berdiri di samping kanan klien.
 Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke
bawah, dan ke samping sehingga kedudukan trakea dapat di ketahui.

2.4 Manfaat pemeriksaan fisik pada orang dewasa

Pemeriksaan fisik bukan hanya untuk mendeteksi penyakit, tetapi memiliki


banyak manfaat lain untuk kesehatan orang dewasa. Berikut adalah beberapa
manfaatnya:

1. Deteksi Dini Penyakit: Pemeriksaan fisik dapat membantu menemukan tanda


dan gejala penyakit sejak dini, bahkan sebelum Anda merasakannya. Hal ini
memungkinkan pengobatan yang lebih cepat dan efektif, yang dapat
meningkatkan peluang Anda untuk sembuh total dan mencegah komplikasi.

2. Pencegahan Penyakit: Dokter dapat memberikan saran tentang cara mencegah


penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Anda. Ini termasuk rekomendasi
tentang pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan gaya hidup, dan skrining kesehatan.

3. Pemantauan Kesehatan: Pemeriksaan fisik rutin memungkinkan dokter untuk


melacak kesehatan Anda dari waktu ke waktu. Hal ini dapat membantu mereka
mengidentifikasi potensi masalah kesehatan sejak dini dan mengambil langkah-
langkah pencegahan.

4. Meningkatkan Kualitas Hidup: Dengan mendeteksi dan mengobati penyakit


secara dini, pemeriksaan fisik dapat membantu Anda meningkatkan kualitas hidup
Anda. Anda dapat merasa lebih energik, lebih produktif, dan lebih menikmati
hidup.

5. Memperkuat Hubungan Dokter-Pasien: Pemeriksaan fisik adalah


kesempatan untuk membangun hubungan yang kuat dengan dokter Anda. Anda
dapat mendiskusikan kekhawatiran Anda, mengajukan pertanyaan, dan
mendapatkan dukungan emosional.

6. Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan: Jika Anda memiliki kondisi kronis,


pemeriksaan fisik dapat membantu Anda tetap patuh terhadap rencana pengobatan
Anda. Dokter Anda dapat memantau kemajuan Anda, memberikan dukungan, dan
membuat penyesuaian pada pengobatan Anda jika diperlukan.

7. ketenangan pikiran: Mengetahui bahwa Anda sehat dapat memberikan


ketenangan pikiran dan mengurangi stres.

2.5 Peran Penata anastesiologi dalam pemeriksaan fisik pada


orang dewasa

Penata Anestesiologi (PA) memainkan peran penting dalam pemeriksaan fisik


orang dewasa, terutama dalam konteks pra-anestesi. Berikut adalah beberapa
peran utama mereka:

1. Melakukan Pemeriksaan Fisik Pra-anestesi:

PA bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada


pasien sebelum mereka menjalani operasi atau prosedur yang memerlukan
anestesi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk:

 Menilai status kesehatan pasien: PA akan memeriksa tanda-tanda vital,


fungsi organ, dan riwayat kesehatan pasien untuk mengidentifikasi potensi
risiko terkait anestesi.
 Mengidentifikasi kontraindikasi anestesi: PA akan mencari kondisi
medis tertentu yang dapat membuat anestesi berbahaya atau tidak aman
bagi pasien.
 Memilih teknik anestesi yang tepat: Berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, PA akan bekerja sama dengan anesthesiologist untuk memilih teknik
anestesi yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Memberikan edukasi dan dukungan kepada pasien: PA akan
menjelaskan proses anestesi kepada pasien dan menjawab pertanyaan
mereka. Mereka juga akan memberikan dukungan emosional dan
membantu pasien merasa nyaman sebelum operasi.

2. Membantu Anesthesiologist Selama Pemberian Anestesi:

Selama pemberian anestesi, PA bekerja sama dengan anesthesiologist untuk


memantau kondisi pasien dan memastikan keamanan dan kenyamanan mereka.
Tugas PA meliputi:
 Memantau tanda-tanda vital: PA akan terus memantau tanda-tanda vital
pasien, seperti denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
 Menyiapkan obat-obatan anestesi: PA membantu menyiapkan dan
memberikan obat-obatan anestesi sesuai instruksi anesthesiologist.
 Membantu dengan prosedur invasif: PA dapat membantu dengan
prosedur invasif tertentu, seperti pemasangan akses vena atau arteri.
 Mengawasi pasien selama pemulihan: Setelah operasi, PA akan
memantau pasien selama pemulihan dan memastikan mereka aman dan
nyaman sebelum dipulangkan.

3. Mendukung Tim Anestesi:

PA merupakan bagian integral dari tim anestesi dan bekerja sama dengan
anesthesiologist, perawat, dan profesional kesehatan lainnya untuk memastikan
perawatan pasien yang optimal. Mereka berkontribusi pada keselamatan dan
efisiensi proses anestesi dengan:

 Mempersiapkan ruang operasi dan peralatan: PA membantu


menyiapkan ruang operasi dan peralatan yang diperlukan untuk anestesi.
 Membantu dengan dokumentasi: PA membantu mendokumentasikan
proses anestesi dan perawatan pasien.
 Memberikan dukungan logistik: PA memberikan dukungan logistik
kepada tim anestesi, seperti memesan obat-obatan dan peralatan.
 Berkomunikasi dengan anggota tim lainnya: PA berkomunikasi secara
efektif dengan anggota tim anestesi lainnya untuk memastikan koordinasi
dan kolaborasi yang optimal.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. Pemeriksaan fisik
mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke
tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang
di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan
sadar maupun tidak sadar. Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena
sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan diagnosa keperawatan dan
memilih intervensi yang tepat untuk proses keperawatan, maupun untuk
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

3.2 Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini
harus dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang
benar.
Daftar Pustaka

Admit. Pemeriksaan Fisik. http// nursingbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik (online)


diakses 15Juli 2018.

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta. EGC

Kusyanti, Eni,dkk. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.

http://ayyupusspita.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-fisik-kepala-dan-muka-
mata_1421.html

Anda mungkin juga menyukai