0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan89 halaman

Bioetanol-Tongkol Jagung (Esterlia Sihombing)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 89

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI BIOMASSA

LIGNOSELULOSA TONGKOL JAGUNG DENGAN PROSES


SEPARATED HYDROLYSIS AND FERMENTATION (SHF) KAPASITAS
37.000 TON/TAHUN

Perancangan Distillation Column (DC-301)

(Skripsi)

Oleh

ESTERLITA SIHOMBING

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
ABSTRAK

PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI BIOMASSA


LIGNOSELULOSA TONGKOL JAGUNG DENGAN PROSES
SEPARATED HYDROLYSIS AND FERMENTATION (SHF) KAPASITAS
37.000 TON/TAHUN
(Perancangan Distillation Column (DC-301))

Oleh
ESTERLITA SIHOMBING

Pabrik Bioetanol dari Biomassa Lignoselulosa Tongkol Jagung, akan didirikan di


Kabupaten Kediri. Pabrik ini berdiri dengan mempertimbangkan ketersediaan
bahan baku, sarana transportasi yang memadai, tenaga kerja yang mudah
didapatkan dan kondisi lingkungan.

Pabrik ini direncanakan memproduksi Bioetanol sebanyak 37.000 ton/tahun,


dengan waktu operasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Bahan baku yang digunakan
adalah Tongkol Jagung sebanyak 18.355,1006 kg/jam

Penyediaan kebutuhan utilitas pabrik Bioetanol terdiri dari unit pengadaan air,
pengadaan udara instrument, steam, pengadaan listrik dan pengolahan limbah.
Bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT) menggunakan struktur
organisasi line dan staff dengan jumlah karyawan sebanyak 211 orang.

Dari analisis ekonomi diperoleh :


Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 974.993.363.486
Working Capital Investment (WCI) = Rp 172.057.652.380
Total Capital Investment (TCI) = Rp 1.147.051.015.866
Break Even Point (BEP) = 44,38 %
Shut Down Point (SDP) = 23,47 %
Pay Out Time before taxes (POT)b = 2,39 years
Pay Out Time after taxes (POT)a = 2,82 years
Return on Investment before taxes (ROI)b = 21,69 %
Return on Investment after taxes (ROI)a = 27,11 %
Discounted cash flow (DCF) = 29,93 %

Mempertimbangkan paparan di atas, sudah selayaknya pendirian pabrik Bioetanol


ini dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan
mempunyai masa depan yang lebih baik.
ABSTRACT

MANUFACTURE OF BIOETHANOL FROM LIGNOCELLULOSIC


BIOMASS CORNCOB (Zea mays) WITH SEPARATED HYDROLYSIS AND
FERMENTATION (SHF) PROCESS CAPACITY 37.000 TONS/YEAR
(Design Of Distillation Column (DC-301))

By
ESTERLITA SIHOMBING

Bioethanol plant with raw materials, Corncob (Zea mays), will be build in Kediri,
Jawa Timur. Establishment of this plant is based on some consideration due to
raw material resources, transportation, the labors availability and also the
environmental condition.

This plant will produce 37.000 tons/year, with time of operation 24 hours/day,
and 330 days on a year. The raw material used consist of 18.355,1006 kg/hour of
Corncob (Zea mays).

This plant has utility units which the function are for water supply system,
instrument air supply system, steam, power generation system, refrigerant supply
system and waste treatment system. The bussines entity of this plant is limited
liability company (PT) and using line and staff structure with 211 labors

From the economic analysis, it is obtained that :


Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 974.993.363.486
Working Capital Investment (WCI) = Rp 172.057.652.380
Total Capital Investment (TCI) = Rp 1.147.051.015.866
Break Even Point (BEP) = 44,38 %
Shut Down Point (SDP) = 223,47 %
Pay Out Time before taxes (POT)b = 2,39 years
Pay Out Time after taxes (POT)a = 2,82 years
Return on Investment before taxes (ROI)b = 21,69 %
Return on Investment after taxes (ROI)a = 27,11 %
Discounted cash flow (DCF) = 29,93 %

Consider the summary above, it is proper establishment of Bioethanol plant is


studied further, because the plant is profitable and has good prospects.
PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI BIOMASSA
LIGNOSELULOSA TONGKOL JAGUNG DENGAN PROSES
SEPARATED HYDROLYSIS AND FERMENTATION (SHF) KAPASITAS
37.000 TON/TAHUN

Perancangan Distillation Column (DC-301)

Oleh

ESTERLITA SIHOMBING

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNIK

Pada
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 27 September

1999, sebagai anak ke-5 dari lima bersaudara, dari

pasangan Bapak Linggom F. L. Toruan, S.E., dan Ibu Aty

N. Sibuea, S.H., penulis telah menyelesaikan pendidikan

sebelumnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 Lubang

Buaya tahun 2006, Sekolah


Buaya Menengah Pertama Negeri (SMPN) 81 Jakarta Timur

tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 93 jakarta pada tahun

2014.

Pada tahun 2017, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SMMPTN Barat).

Dalam kegiatan kuliah, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai

relawan kemanusiaan di Jakarta pada buli Juli-Agustus 2020.

Pada tahun 2021 penulis melakukan penelitian dengan judul “Sintesis Zeolit LTA

termodifikasi ZnO-N untuk Fotodegradasi Metilen Biru” yang dilakukan di

Laboratorium Kimia Terapan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lampung pada bulan Maret – Juli 2021. Selanjutnya, pada tahun 2022, penulis

melakukan Kerja Praktik di PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills (Jawa Barat)

dengan Tugas Khusus “EVALUASI KINERJA DRYING TOWER C-604,605,606

pada CHLORINE TREATMENT.


ix

Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan

Mahasiswa Teknik Kimia (Himatemia) Fakultas Teknik Universitas Lampung

pada periode 2018-2019 sebagai Staff Divisi Kristiani Himatemia Fakultas Teknik

Universitas Lampung. Selanjutnya, pada periode 2019-2020 sebagai Sekretaris

Divisi Kristiani Himatemia Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiwa penulis juga mengikuti beberapa pelatihan yang

diadakan oleh HIMATEMIA yaitu Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah, Pelatihan

Autocad, Pelatihan Aspen, Pelatihan PDMS.


x

Motto Dan Persembahan

”Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang


memberi kekuatan kepadaku”
-(Filipi 4:13)-

“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan


Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada
waktunya.”
-(1 Petrus 5 :6)-
xi

Sebuah Karya Kecilku...

Dengan segenap hati kupersembahkan tugas akhir ini kepada:

Tuhanku Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbingku.


Dia sumber kuatku.

Orang tuaku sebagai tanda baktiku, terima kasih atas segalanya,


doa, kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasannya.
Ini hanyalah setitik balasan yang tidak bisa dibandingkan dengan
berjuta-juta pengorbanan dan kasih sayang
yang tidak pernah berakhir.

Keempat Kakakku atas segalanya, kasih sayang, semangat dan doa


yang diberikan selama ini.

Sahabat-Sahabatku, Terima kasih telah menjadi bagian hidupku


selama kuliah di Teknik Kimia Universitas Lampung. Semua cerita
hidup ini, semua akan ku simpan selamanya. Semoga suatu saat nanti
kita bersua kembali dengan kisah-kisah kesuksesan kita.

Para Dosen di Teknik Kimia Universitas Lampung, sebagai tanda


hormatku,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

Kepada Almamaterku tercinta,


Universitas Lampung
semoga kelak berguna dikemudian hari.
xii

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat

dan kasih karunia-Nya yang luar biasa, sehingga tugas akhir ini dengan judul

“Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Biomassa Lignoselulosa Tongkol Jagung

dengan Proses Separated Hydrolysis and Fermentation (SHF) Kapasitas 37.000

Ton /Tahun” dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh derajat kesarjanaan (S-1) di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa

pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuli Darni, S.T.,M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas

Lampung.

2. Ibu Dr. Herti Utami, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan pengarahan, masukan, bimbingan, kritik dan saran selama

penyelesaian tugas akhir. Semoga ilmu bermanfaat yang diberikan dapat

berguna dikemudian hari.

3. Ibu Lia Lismeri, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II, yang telah

memberikan pengarahan, masukan, bimbingan, kritik dan saran selama


xiii

penyelesaian tugas akhir. Semoga ilmu bermanfaat yang diberikan dapat

berguna dikemudian hari.

4. Bapak Ir. Azhar, M.T., sebagai Dosen Penguji I, yang telah memberikan saran

dan kritik yang sangat membangun dalam pengerjaan Tugas Akhir.

5. Bapak Muhammad Haviz, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji II, yang telah

memberikan saran dan kritik yang sangat membangun dalam pengerjaan

Tugas Akhir.

6. Seluruh Dosen Teknik Kimia Universitas Lampung, atas semua ilmu dan

bekal masa depan yang akan selalu bermanfaat.

7. Orangtuaku tercinta, Ibu dan Bapak terimakasih atas pengorbanan, doa, cinta

dan kasih sayang yang selalu mengiringi disetiap langkahku. Terimakasih atas

segala semangat dan dukungan yang diberikan selama ini baik secara moril

maupun material yang tidak akan pernah terbalaskan oleh penulis.

8. Keempat Kakakku terimakasih atas kasih sayang, doa, dukungan,

kepercayaan, ketulusan, bantuan baik secara moril maupun material serta

semangat yang kalian berikan tidak ada habisnya selama ini.

9. Partnerku, Adellia Novaringga terimakasih selama ini telah menjadi Partner

Kerja Praktik dan Tugas Akhir yang baik dalam mengerjakan semua tugas

yang diberikan dan selalu memberikan semangat dan arahan apabila saya ada

problem dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. Semoga kita bisa menjadi orang

yang sukses baik di dunia maupun akhirat kelak.

10. Sahabat Terbaikku Ayu, Bunga, Ferina, Cindy, Risty, atas segala kebaikan,

bantuan, dan dukungan dalam setiap hal baik dalam suka maupun duka.
xiv

11. Ranta K.P. dan teman – teman seperjuangan angkatan 2017 Teknik Kimia,

kakak – kakak, serta adik – adik angkatan yang tidak disebutkan satu persatu.

Terimakasih atas segala bantuan dan doa kalian semua. Semoga suatu saat

nanti kita bersua kembali dengan kisah-kisah kesuksesan kita.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.

Semoga Tuhan membalas semua kebaikan mereka terhadap penulis dan semoga

skripsi ini berguna.

Bandar Lampung, 2 Desember 2022


Penulis,

Esterlita Sihombing
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

ABSTRACT ..................................................................................................... iii

COVER DALAM ........................................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ vi

PERNYATAAN.............................................................................................. vii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii

MOTTO .......................................................................................................... x

PERSEMBAHAN........................................................................................... xi

SANWACANA ............................................................................................... xii

DAFTAR ISI................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL............................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xxvii

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2 Kegunaan Produk.................................................................................... 3

1.3 Ketersediaan Bahan Baku....................................................................... 5

1.4 Analisis Pasar.......................................................................................... 7

1.5 Kapasitas Produksi Pabrik ...................................................................... 12

1.6 LokasiPabrik ........................................................................................... 13

BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES

2.1 Jenis – Jenis Proses Pembuatan Etanol................................................... 16

2.1.1 Proses Sintesa dari Etilen............................................................ 17

2.1.2 Proses Fermentasi ....................................................................... 18

2.2 PemilihanBahan Baku Proses Pembuatan Etanol................................... 21

2.3 Sumber Selulosa ..................................................................................... 23

2.4 Enzim Selulase pada Proses Hidrolisis................................................... 25

2.5 Pemilihan Mikroba Pada Proses Fermentasi Etanol............................... 26

2.6 Pemilihan Proses..................................................................................... 28

2.6.1 Pretreatment ............................................................................... 28

2.6.2 Proses Hidrolisis ......................................................................... 34

2.6.3 Proses Fermentasi ....................................................................... 37

2.7 Tinjauan Proses....................................................................................... 41

2.7.1 KelayakanTeknis ........................................................................ 41

2.7.2 Tinjauan Ekonomi....................................................................... 46

2.8 Uraian Proses .......................................................................................... 49

2.8.1 Pretreatment ............................................................................... 49

2.8.2 Proses Hidrolisis ......................................................................... 52

2.8.3 Proses Fermentasi ....................................................................... 52

xvi
2.8.4 Tahap Pemurnian Etanol............................................................. 53

2.9 Diagram Alir Proses ............................................................................... 55

BAB III SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

3.1 Bahan Baku............................................................................................. 56

3.2 Produk..................................................................................................... 59

BAB IV NERACA MASSA DAN NERACA PANAS

4.1 Neraca Massa.......................................................................................... 61

4.2 Neraca Energi ......................................................................................... 72

BAB V SPESIFIKASI ALAT

5.1 Spesifikasi Peralatan Proses ................................................................... 77

5.2 Spesifikasi Peralatan Utilitas .................................................................. 116

BAB VI UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

6.1 Unit Penyediaan Air ............................................................................... 151

6.2 Unit Penyediaan Steam ........................................................................... 166

6.3 Unit Pembangkit Tenaga Listrik............................................................. 168

6.4 Unit Penyediaan Bahan Bakar ................................................................ 168

6.5 Unit Penyediaan Udara Instrument......................................................... 168

6.6 Unit Pengolahan Limbah ........................................................................ 169

6.7 Laboratorium .......................................................................................... 176

6.8 Instrumentasi dan Pengendalian Proses.................................................. 180

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

7.1 Lokasi Pabrik .......................................................................................... 183

7.2 Tata Letak Pabrik.................................................................................... 186

7.3 Perkiraan Areal Lingkungan................................................................... 189

xvii
BAB VIII SISTEM MANAJEMEN DAN OPERASI PERUSAHAAN

8.1. Project Master Schedule......................................................................... 194

8.2. Bentuk Perusahaan.................................................................................. 197

8.3. Struktur Organisasi Perusahaan.............................................................. 199

8.4. Tugas Dan Wewenang............................................................................ 203

8.5. Status Karyawan Dan Sistem Penggajian............................................... 210

8.6. Pembagian Jam Kerja Karyawan............................................................ 211

8.7. Penggolongan Jabatan dan Jumlah Tenaga Kerja .................................. 214

8.8. Kesejahteraan Karyawan ........................................................................ 219

8.9. Manajemen Produksi .............................................................................. 223

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

9.1 Investasi .................................................................................................. 227

9.2 Evaluasi Ekonomi................................................................................... 231

9.3 Discounted Cash Flow(DCF) ................................................................. 233

BAB X KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan ............................................................................................. 235

10.2 Saran ....................................................................................................... 236

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A(NERACA MASSA)

LAMPIRAN B(NERACA ENERGI)

LAMPIRAN C(SPESIFIKASI ALAT)

LAMPIRAN D(PERHITUNGAN UTILITAS)

LAMPIRAN E(PERHITUNGAN EKONOMI)

LAMPIRAN F(TUGAS KHUSUS)

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan manusia terhadap bahan bakar minyak semakin meningkat, dan

saat ini keberadaan sumber energi seperti minyak bumi dan gas alam semakin

terbatas. British Petroleum (BP) merupakan suatu perusahaan minyak bumi

yang bermarkas di London dan merupakan salah satu dari empat besar

perusahaan minyak di seluruh dunia (bersarna Shell, Exxon Mobile, dan

Total). Menurut publikasi BP yang berjudul "Statistical Review of World

Energy 2005", menyatakan bahwa, produksi minyak tertinggi Indonesia

terjadi pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1.685 ribu barrel/hari, tetapi

setelah itu produksi minyak Indonesia tidak pemah lagi mencapai angka

tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan sumber energi lain

sebagai alternatif yang murah dan dapat diperbaharui guna mengurangi

ketergantungan BBM perlu adanya suatu inovasi untuk mengatasi masalah

yang akan dihadapi oleh negara Indonesia, yaitu krisis energi, dimana salah

satunya adalah mengenai menipisnya cadangan minyak bumi yang ada,

sehingga Indonesia tidak perlu melakukan impor minyak mentah untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakar. Menipisnya cadangan minyak bumi tidak


2

hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia Hal ini berdampak pula pada

semakin mahalnya harga pasaran minyak bumi di dunia, dimana harga

minyak mentah dunia akan semakin mahal seiring dengan meningkatnya

permintaan akan minyak dan menipisnya persedian. Untuk menanggulangi

permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan berbagai penelitian seperti

pembuatan produk bioetanol. Bioetanol merupakan salah satu jenis sumber

energi yang sedang dipacu pengembangannya oleh Pemerintah Indonesia.

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan

Bahan Bakar Nabati, dan Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang

Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Percepatan

Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran, merupakan upaya pemerintah

dalam mendukung pengembangan energi alternatif khususnya Bahan Bakar

Nabati (BBN). Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi telah menetapkan

spesifikasi BBM jenis Bensin yang diperdagangkan di dalam negeri melalui

Keputusan Dirjen Migas No. 3674 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006,

mengacu kepada ASTM D 4806 tentang Denaturated Fuel Etanol for

Blending with Gasolines for Use as Automotive Spark Ignition Engine Fuel.

Bioetanol dapat diolah dari berbagai jenis tanaman berpati (ubi kayu, jagung,

sorgum biji, sagu) tanaman bergula (tebu, sorgum manis, bit), serta serat

(jerami, serbuk gergaji, ampas tebu, dan tongkol jagung). Penggunaan

tongkol jagung dikarenakan lebih ekonomis, ditinjau dari harga bahan baku

yang realtif murah dan merupakan limbah pertanian. Indonesia memiliki

keunggulan dalam hal biomassa lignoselulosa dibandingkan negara-negara


3

beriklim dingin Pada umumnya negara-negara maju mencari bahan baku

karena kurangnya bahan baku didaerahnya sebagai bahan pembuatan

bioetanol tidak demikian dengan Indonesia yang memiliki biomassa

lignoselulosa melimpah, murah, yang kebanyakan disia-siakan. Ada banyak

potensi biomassa lignoselulosa di Indonesia, misal hasil dan limbah pertanian

tongkol jagung sehingga nilai mutu dari tongkol jagung yang bersifat limbah

juga semakin meningkat. Dengan didirikannya pabrik bioetanol diharapkan

dapat memenuhi seluruh kebutuhan di Indonesia dan sisanya dapat diekspor

untuk meningkatkan devisa negara.

1.2 Kegunaan Produk

1.2.1 Produk Utama

Etanol banyak digunakan sebagai bahan bakar (Fuel Grade Ethanol)

dan bahan baku pada berbagai industri. Etanol sebagai bahan bakar, jika

dibandingkan dengan gasoline, memiliki nilai oktan yang lebih tinggi,

flammability limit yang lebih luas, pembakaran yang lebih cepat dan

panas penguapan yang lebih tinggi. Properti ini menyebabkan etanol

mempunyai higher compression ratio, waktu bakar singkat, dan mesin

yang lebih kecil serta menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Etanol

merupakan bahan bakar yang mengandung 35% oksigen, yang dapat

mengurangi jumlah emisi nitrogen oksida dari hasil pembakaran.

Bahan bakar kendaraan bermotor (Full Grade Ethanol). Etanol dalam

aplikasi sebagai bahan bakar dicampur dengan gasoline sehingga


4

menghasilkan gasohol yang ramah lingkungan. Etanol cocok digunakan

sebagai campuran gasoline karena nilai oktannya yang tinggi.

1.2.2. Produk Samping

Produk samping adalah produk yang terbentuk baik dari proses utama

maupun reaksi samping. Produk samping dan kegunaannya dijelaskan

sebagai berikut.

Karbon Dioksida

 Digunakan sebagai bahan baku dalam industri proses kimia,

khususnya untuk metanol dan produksi urea.

 Digunakan dalam sumur minyak untuk ekstraksi minyak dan

menjaga tekanan dalam formasi. Ketika karbon dioksida

dipompakan ke dalam sumur minyak, sebagian dilarutkan ke dalam

minyak, mengurangi kekentalan, sehingga minyak yang akan

diekstraksi lebih mudah dari batuan dasar dan meningkatkan

produksi.

 Digunakan untuk pembuatan dry ice, yang dapat dimanfaatkan

sebagai pendingin.

 Digunakan untuk membuat minumam berkarbonasi.

1.3. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan bioetanol ini

adalah tongkol jagung. Panjang tongkol jagung bervariasi antara 8-12 cm

(Effendi dan Sulistiati,1991) menurut Koswara (1991) jagung mengandung


5

kurang lebih 30% tongkol jagung dan sisanya adalah biji dan kulit. Menurut

prasetyo (2002) limbah tongkol jagung kering adalah 3,46 ton/ha. tongkol

jagung dapat diperoleh dari perkebunan dalam negeri. Perkebunan dengan

kapasitas 10 Terbesar Nasional ditunjukkan oleh Tabel 1.1. Sebagai

cadangan, bahan baku juga bisa diperoleh dari berbagai perkebunan yang ada

di Pulau Jawa dan luar Jawa.

Tabel 1.1 lahan perkebunan jagung dan produksi nya di Indonesia

Lokasi Luas perkebunan Kapasitas produksi (Ton)


perkebunan (Ha)
Jawa Timur 1.190.000 5.730.000
Jawa Tengah 614.300 3.180.000
Lampung 474.900 2.830.000
Sumatera Utara 350.600 1.830.000
Sulawesi 377.700 1.820.000
Selatan
NTB 283.000 1.660.000
Jawa Barat 206.700 1.340.000
Sulawesi Utara 235.500 920.000
Gorontalo 212.500 910.000
Sumatera 137.000 80.000
Selatan
Sumber : http:// www.kppbumn.depkeu.go.id, 2021
6

Grafik 1.1 Lahan perkebunan jagung dan kapasitas produksi di Indonesia

Tabel 1.2 Ketersediaan Limbah Tongkol Jagung di Kecamatan Kediri


No. Nama Kecamatan Luas Panen Jumlah produksi Limbah Tongkol
(ha) (ton/tahun) jagung (ton/tahun)
1. Mujo 2.653 172.600 9.179,38
2. Semen 2.025 150.890 7.006,5
3. Ngadiluwih 169 10.850 584,74
4. Kias 1.047 66.380 3.622,62
5. Ringinrejo 1.117 71.750 3.864,82
6. Kandat 563 35.730 1.947,98
7. Wates 918 58.680 3.176,28
8. Ngancar 823 53.130 2.847,58
9. Plosoklaten 3.181 213.030 11.006,26
10 Gurah 2.088 140.100 7.224,28
11. Puncu 1.288 82.040 4.456,48
12. Kepung 1.646 108.570 5695,16
13. Kandangan 1.393 92.490 4.819,78
14. Pare 2.406 160.980 8.324,76
15. Badas 2.407 163.220 8.328,22
16. Kunjang 2.788 186.020 9.646,48
17. Plemahan 4.012 278.430 13.881,52
18. Purwosari 2.740 193.730 9.480,4
7

19. Papar 4.340 306.990 15.016,4


20. Pagu 1.436 97.570 4.968,56
21. Payenkidul 1.599 108.340 5.532,54
22. Gampengrejo 998 67.120 3.453,08
23. Ngasem 567 38.100 1.961,82
24. Banyakan 3.126 203.820 10.815,96
25. Grogol 1.654 107.320 5.722,84
26. Tarokan 2.932 190.030 10.144,72
TOTAL 172.727,16
Sumber : Kedirikab.bps.go.id (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
Kediri)

Limbah tongkol jagung perkebunan kediri = 172.727,16 ton/tahun

= 523.415,6364 kg/jam

Untuk bahan baku tongkol jagung yang dibutuhkan 18.355,1006 kg/jam.

Sehingga dari segi bahan baku memenuhi dari perkebunan disekitar kediri.

Tabel 1.3 Kapasitas produksi pabrik jagung di Jawa Timur

Nama Pabrik Lokasi Kapasitas produksi


Pabrik (Ton/Tahun)
PT. Kediri Matahari Corn Kediri 50.000
Mills
PT. Jagung Mas Sejati Kediri 25.000
PT Dupont Indonesia Malang 20.000
PT. Konesia Spesial Mojokerto 22.000
Agraris
Sumber : www.kemenperin.go.id,2021
8

Tongkol Jagung dari PT.Kediri Matahari Corn Mills 50.000 ton/tahun

untuk digunakan pada pakan ternak.

Limbah tongkol jagung dari PT. Kediri Matahari Corn Mills

= 50.000 ton/tahun

= 151.515,1515 kg/jam

Untuk bahan baku tongkol jagung yang dibutuhkan 18.355,1006 kg/jam.

Sehingga dari segi bahan baku memenuhi dari PT. Kediri Matahari Corn

Mills (Pabrik penggilingan jagung dan pakan ternak)

1.4. Analisis Pasar

Analisis pasar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa besar minat

pasar terhadap suatu produk dalam hal ini adalah bioetanol. Target pasar

prarancangan pabrik ini adalah Indonesia.

Berikut ini data impor bioetanol di Indonesia pada lima tahun terakhir.

Tabel 1.4 Data impor bioetanol di Indonesia

Tahun X Jumlah (Ton)


2012 1 106,43
2013 2 229,44
2014 3 1.134,50
2015 4 1.262,00
2016 5 1.632,40
2017 6 1.797,83
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021)
9

Maka diperoleh persamaan laju kenaikan impor bioetanol di Indonesia seperti

yang terlihat pada grafik 1.2 dibawah ini:

Berdasarkan data diatas, melalui metode regresi linear dengan menggunakan

persamaan garis lurus :

y = ax + b
dimana y = kebutuhan impor bioetanol (ton/tahun)
x = Tahun
a = Slope
b = Intercept
Melalui perhitungan persamaan garis lurus di atas diperoleh persamaan y =

365,53x – 735.323 yang dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan

impor bioetanol di Indonesia pada tahun 2025. Dengan persamaan garis lurus

tersebut didapatkan prediksi impor bioetanol di Indonesia sebesar 4.875,25

ton/tahun.
10

Berikut data ekspor bioetanol di Indonesia

Tabel 1.5 Data ekspor bioetanol di Indonesia

Tahun X Jumlah (Ton)


2012 1 391,478
2013 2 478,054
2014 3 488,136
2015 4 720,374
2016 5 687,253
2017 6 818,930
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021)

Maka diperoleh persamaan laju ekspor bioetanol di Indonesia seperti yang

terlihat pada grafik 1.3 dibawah ini:

Berdasarkan data diatas, melalui metode regresi linear dengan menggunakan

persamaan garis lurus :

y = ax + b
dimana y = kebutuhan ekspor bioetanol (ton/tahun)
x = Tahun
a = Slope
b = Intercept
11

Melalui perhitungan persamaan garis lurus di atas diperoleh persamaan y =

84,86x – 170.354 yang dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan

ekspor bioetanol di Indonesia pada tahun 2025. Dengan persamaan garis lurus

tersebut didapatkan prediksi ekspor bioetanol di Indonesia sebesar 1.487,5

ton/tahun.

Berikut data konsumsi bioetanol di Indonesia

Tabel 1.6 Data konsumsi bioetanol di Indonesia

Tahun X Jumlah (Ton)


2008 1 40.780
2009 2 45.920
2010 3 52.320
2011 4 57.920
2012 5 61.750
2013 6 64.120
2014 7 68.380
2015 8 73.510
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2021)

Maka diperoleh persamaan laju kenaikan konsumsi bioetanol di Indonesia

seperti grafik 1.4 dibawah ini :


12

Berdasarkan data diatas, melalui metode regresi linear dengan menggunakan

persamaan garis lurus :

y = ax + b
dimana y = konsumsi bioetanol (ton/tahun)
x = Tahun
a = Slope
b = Intercept
Melalui perhitungan persamaan garis lurus di atas diperoleh persamaan y =

4.531,4x – 9 x 106 yang dapat digunakan untuk memprediksi konsumsi

bioetanol di Indonesia pada tahun 2025. Dengan persamaan garis lurus

tersebut didapatkan prediksi impor bioetanol di Indonesia sebesar 176.085

ton/tahun.

Pabrik Bioetanol yang beroperasi di Indonesia


Tabel 1.7 Pabrik Bioetanol yang beroperasi di Indonesia
No Nama Pabrik Kapasitas (Ton/Tahun)
1. PT. Malindo Raya 40.500
2. PT. Madu Baru 10.000
3. PT. Acidatama Indonesia 40.000
4. PT. Indo Lampung 16.000
Distellery
Sumber: BPPT, 2021
13

1.5. Kapasitas Pabrik

Penentuan kapasitas pabrik dibatasi oleh analisis pasar dan ketersediaan

bahan baku. Prarancangan Pabrik Bioetanol ini direncsanakan akan berdiri

pada tahun 2025.

Jumlah kebutuhan = Konsumsi – Produksi + Impor – Ekspor

= (176.085 – 106.500 + 4.875,5 – 1.487,5) ton/tahun

= 72.973 ton/tahun

Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan Bioetanol di Indonesia

pada tahun 2025. berdasarkan pertimbangan di atas, analisis potensi

ketersediaan jagung Provinsi Jawa Timur dan berbagai persaingan yang akan

tumbuh pada tahun 2025 maka diputuskan akan dibuat pabrik Bioetanol

dengan kapasitas sebesar 37.000 ton/tahun yang akan memenuhi kebutuhan di

Indonesia sekitar 50% sesuai dengan undang-undang republik Indonesia

nomor 5 tahun 1999 pasal 17.

Berdasarkan pertimbangan di atas dengan kapasitas produksi bioetanol

sebesar 37.000 ton/tahun diharapkan:

 Dapat memenuhi kebutuhan bioetanol di Indonesia sehingga

mengurangi impor dari luar negeri.

 Dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif yang dicampur dengan

gasoline sehingga menghasilkan gasohol yang ramah lingkungan.

 Memberi kesempatan pada industri-industri yang menggunakan

bioetanol untuk mengembangkan produksinya dan memperolehnya

dengan mudah dan murah tanpa harus mengimpor


14

1.6. Lokasi Pabrik

Untuk menentukan lokasi pendirian suatu pabrik, perlu diperhatikan beberapa

pertimbangan yang menentukan keberhasilan dan kelangsungan kegiatan

industri pabrik tersebut, baik produksi maupun distribusinya. Oleh karena itu

pemilihan lokasi pabrik harus memiliki pertimbangan tentang biaya distribusi

dan biaya produksi yang minimum agar pabrik dapat terus beroperasi dengan

keuntungan yang maksimal. Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangka

diantaranya adalah ketersediaan bahan baku, pemasaran produk, unit

pendukung dan utilitas, dan tersedianya tenaga kerja. Berdasarkan

pertimbangan di atas, maka lokasi pabrik bioetanol dipilih di daerah

Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur dengan pertimbangan sebagai

berikut:

1. Penyediaan bahan baku

Lokasi sumber bahan baku merupakan salah satu faktor yang

terpenting dalam pendirian pabrik. Semakin dekat pabrik dengan penyedia

bahan baku, maka biaya untuk transportasi akan minimum. Kebutuhan

bahan baku tongkol jagung ini dapat dipenuhi dari perkebunan jagung di

Jawa Timur dan dari PT. Kediri Matahari Corn Mills. Oleh karena itu lokasi

pendirian prarencana pabrik ini adalah di Kabupaten Kediri, karena dekat

dengan lokasi ketersediaan bahan baku.


15

2. Pemasaran Produk

Kemudahan pemasaran hingga ke tangan pembeli mempengaruhi

harga produk. Umumnya, pembeli akan membeli produk dengan harga

tertentu dan harga tersebut sudah termasuk biaya transport hingga produk

diterima pembeli. Lokasi Kediri, Jawa Timur mudah menjangkau industri

yang berada di Pulau Jawa dan Pulau Bali

3. Unit Pendukung dan Utilitas

Infrastruktur seperti akses telekomunikasi, kesehatan, fasiltias

sanitasi, jalan, dermaga, listrik, air, dan pendidikan sudah tersedia dengan

baik, mapan, dan siap mendukung aktivitas produksi. Karena kawasan yang

dipilih merupakan kawasan khusus industri, maka untuk unit pendukung

seperti bahan bakar dan pembangkit listrik dari PLN sudah tersedia. Untuk

memenuhi kebutuhan air proses bisa dipenuhi dari air sungai.

4. Ketersediaan tenaga kerja

Kondisi politik dan sosial di Kabupaten Kediri cukup stabil dan

sistem birokrasi mendukung proses industri. Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik Kabupaten Kediri, penduduk di Kabupaten Kediri berjumlah

1.635.294 jiwa, hal ini berpotensi mendukung sumber daya manusia bagi

pabrik.
BAB II

PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES

Etil alkohol atau etanol merupakan zat kimia yang termasuk ke dalam

golongan alkohol (Abramson and Singh, 2009). Etanol memiliki struktur

kimia CH3CH2OH, yang memiliki sifat mudah menguap, tidak berwarna,

dan bersifat polar sehingga digunakan sebagai pelarut untuk berbagai

senyawa (Sebayang,2006). Etanol atau etil alkohol merupakan cairan yang

tidak berwarna, mudah terbiodegradasi, tak beracun, dan memiliki tingkat

polusi sangat kecil bagi lingkungan. Etanol yang terbakar akan

memproduksi karbondioksida dan air. Etanol sebagai bahan bakar memiliki

angka oktan yang tinggi yaitu 117 dan merupakan yang tertinggi jika

digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi. Etanol dan gasoline yang

dicampurkan akan menyempumakan pembakaran dan mengurangi emisi

polusi pada alat transportasi. Hasil pencampuran dari etanol dan gasoline ini

yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor ini

dan biasa disebutdengan "gasohol".

2.1 Jenis – Jenis Proses Pembuatan Etanol

Secara umum, proses pembuatan etanol dapat dilakukan dengan dua cara,

antara lain :
17

2.1.1 Proses Sintesa dari Etilen

Untuk proses sintesa dengan menggunakan etilen dari bahan baku

terdapat dua metode yang digunakan yaitu proses hidrasi etilen langsung

dan proses hidrasi etilen tidak langsung.

1. Proses hidrasi etilen langsung

Etanol dapat disintesis dari reaksi antara etilen dengan air

menggunakan katalis, temperatur tinggi dan tekanan tinggi. Proses

hidrasi dari etilen dengan cara langsung menjadi etanol merupakan

reaksi dapat balik. Pada kondisi reaktor 200 – 300oC, 300 atm.

Equimolar etilen dan air menghasilkan konversi 22% pada

keserimbangan. Katalis yang digunakan adalah asam, umumnya

menggunakan katalis asam fosfat. Reaksi yang terjadi yaitu :

C2H4(g) + H2O(g) C2H5OH(g) ∆H = -43,4 Kj (2.1)

(Wade, 1987)

2. Proses hidrasi etilen tidak langsung

Proses ini terdiri dari tiga tahapan yaitu :

a. Absorb etilen oleh H2SO4 untuk membentuk mono-dietil sulfat

dan dietil sulfat. Reaksinya sebagai berikut :

CH2 = CH2 + H2SO4 CH3CH2OSO3H (2.2)

Monoetil Sulfat

2CH2 = CH2 + H2SO4 (CH3CH2O2)2SO2 (2.3)

Dietil Sulfat

(Kirk and Othmer, 2006)

b. Hidrolisis etil sulfat menjadi etanol


18

Reaksi yang terjadi pada proses hidrolisis etil sufat menjadi

etanol sebagai berikut :

CH3CH2OSO3H + H2O CH3CH2O + H2SO4 (2.4)

(CH3CH2O2)2SO2 + H2O 2CH3CH2OH (2.5)

(CH3CH2O)2SO2 + H2 2CH3CH2OHSO3H + H3CH2

(Kirk and Othmer, 2006)

c. Pemekatan kembali asam sulfat encer

Dietil eter merupakan hasil samping dari reaksi etanol dan dietil

sulfat. Asam sulfat 95% – 98% yang dipertemukan secara

berlawanan arah (counter current). Campuran yang terhidrolisa

dipisahkan pada kolom stripper dan menghasilkan H2SO4 encer

pada bagian bawah dan campuran etanol air dan NaOH lalu

dimurnikan dengan distilasi. Namun pada proses pemekatan

kembali H2SO4 encer merupakan operasi yang paling banyak

membutuhkan biaya (Kirk and Othmer, 2006).

2.1.2 Proses Fermentasi

Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian

gula menjadi bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim

yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama

proses fermentasi adalah glukosa menjadi bioetanol oleh sel-sel ragi tape

dan ragiroti (Prescott and Dunn, 1959).


19

Produksi etanol melalui fermentasi tergolong memiliki seletivitas tinggi

(kecilnya akumulasi produk samping). Tingginya yield etanol sebesar

51% dan laju fermentasi yang tinggi (Widjaja, 2007). Reaksi nya

sebagaiberikut :

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 (2.7)

(Wade, 1987)

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Sintesa dan Proses Fermentasi

Objek
Proses Sintesa Proses Fermentasi
Perbandingan
Harga bahan Membutuhkan bahan Membutuhkan biaya
baku, harga kimia pada bahan baku yang relatif rendah
bahan, dan harga sehingga biaya yang karena tidak banyak
Objek
Proses Sintesa Proses Fermentasi
Perbandingan
Pendukung dibutuhkan tinggi membutuhkan bahan
kimia, serta bahan
bakunya dapat berupa
biomassa yang
berasal dari limbah

Proses Dibutuhkan lebih banyak Lebih sederhana pada


control untuk menjaga proses control karena
kestabilan proses sehingga temperatur pada
prosesnya lebih rumit proses fermentasi
menggunakan
temperatur standar
yaitu 32oC
Biaya operasi Tinggi, seperti pada Biaya yang
20

proses hidrasi tak dibutuhkan rendah


langsung, dimana etilen karena prosesnya
dibutuhkan pemekatan lebih sederhana
kembali asam sulfat encer sehingga alat yang
sehingga membutuhkan dibutuhkan untuk
biaya yang lebih tinggi proses juga
sederhana
Keamanan Relatif berbahaya, karena Resiko berbahaya
menggunakan banyak sangat minim,
bahan kimia, dimana dikarenakan
bahan kimia memiliki menggunakan ragi
sifat flammable, explosive, pada proses dan
toxic, radiation, dan lebih sedikit
corrosivity penggunaan bahan
kimia
(Kirk and Othmer, 2006)

Berdasarkan uraian diatas mengenai proses pembuatan etanol melalui

sintesa dari etilen atau proses fermentasi. Proses hidrasi etilen tidak

sesuai untuk dikembangkan di Indonesia dikarenakan cadangan minyak

fosil yang semakin sedikit. Namun, proses fermentasi sangat

memungkinkan untuk dikembangkan di Indonesia. Sehingga proses

pembuatan bioetanol dipilih proses fermentasi dengan beberapa

pertimbangan sebagai berikut :

a. Biaya yang diperlukan relatif murah karena bahan bakunya berasal

dari limbah pertanian

b. Proses yang cukup sederhana pada proses kontrol karena temperatur

yang digunakan pada fermentasi menggunakan temperatur standar

kisaran 30-40oC
21

c. Biaya operasi rendah, karena prosesnya lebih sederhana

d. Safety karena proses fermentasi hanya menggunakan ragi dan lebih

sedikit menggunakan bahan kimia

2.2 Pemilihan Bahan Baku Proses Pembuatan Etanol

Bahan baku proses pembuatan etanol dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

1. Gula

a. Gula dapat bersumber dari gula tebu, gula bit, tetes tebu (molases)

b. Dapat langsung difermentasikan menjadi etanol

2. Pati

a. Pati dapat bersumber dari bahan makanan seperti jagung, ubi kayu,

dan kentang

b. Pati harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula sebelum

difermentasi menjadi etanol

c. Tidak dapat disimpan lama

d. Bahan berpati masih dapat dikonsumsi sebagai pangan

3. Selulosa

a. Selulosa dapat berasal dari limbah pertanian

b. Selulosa harus dikonversi menjadi gula dengan bantuan asam mineral

c. Harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula sebelum difermentasi

menjadi etanol

d. Selulosa adalah bahan yang tidak bersaing dengan pangan (bahan non

pangan)
22

e. Limbah yang mengandung selulosa belum dimanfaatkan secara

maksimal (sebagian dibuang sia-sia)

Sumber : Lin dan Tanaka, 2006; Worldwatch Institute and Centre, 2006

Mengingat semakin meningkatnya permintaan bioetanol dari tahun ke tahun.

Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi untuk mengatasi masalah yang

akan dihadapi oleh Negara Indonesia, yaitu krisis energy, dimana salah

satunya adalah mengenai menipisnya cadangan minyak bumi yang ada,

sehingga Indonesia tidak perlu melakukan impor minyak mentah untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakar. Menipisnya cadangan minyak bumi

tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di dunia. Hal ini berdampak pula

pada semakin mahalnya harga pasaran minyak bumi di dunia dimana harga

minyak mentah dunia akan semakin mahal seiring dengan meningkatnya

permintaan akan minyak dan menipisnya persediaan. Untuk menanggulangi

permasalahan tersebut diatas, maka prospek bioetanol dari lignoselulosa

merupakan suatu inovasi yang harus di kaji lebih dalam mengingat semakin

meningkatnya permintaan bioetanol dimasa akan datang. Indonesia

memiliki keunggulan dalam hal biomassa lignoselulosa dibandingkan

negara-negara beriklim dingin pada umumnya negara-negara maju mencari

bahan baku karena kurangnya bahan baku didaerahnya sebagai bahan

pembuatan bioetanol. Tidak demikian dengan Indonesia yang

memiliki biomassa lignoselulosa melimpah, murah, yang kebanyakan

disia-siakan. Ada banyak potensi biomassa lignoselulosa di Indonesia, misal

hasil dan limbah pertanian seperti tongkol jagung. Dasar pemilihan tongkol

jagung sebagai bahan baku pembuatan bioetanol adalah karena Indonesia


23

merupakan negara agraris dengan penghasil jagung terbesar di dunia,

sehingga jumlah tongkol jagung sebagai buangan atau limbah juga sangat

besar. Bioetanol berbahan baku tongkol jagung yang mengandung

lignoselulosa merupakan bioetanol generasi kedua (IT Siwi,2019). Tongkol

jagung merupakan hasil ikutantanaman pertanian yang paling potensial dan

terdapat hampir di seluruh daerah di Indonesia khususnya di Pulau Jawa.

Dengan meningkatnya angka produksi jagung di Indonesia maka produksi

tongkol jagung pun akan meningkat. Hal inilah yang menjadi dasar

pemilihan bahan baku tongkol jagung sebagai bahan baku pembuatan

bioetanol, sehingga nilai mutu dari tongkol jagung yang bersifat limbah juga

semakin meningkat. Selain itu juga penggunaan tongkol jagung sebagai

bahan baku pembuatan bioetanol denganpertimbangan :

a. Kadar selulosa yang tinggi sebesar 32 – 35 %

b. Limbah pertanian yang cukup banyak dan kurang pemanfaatannya

c. Dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama

d. Non pangan

2.3 Sumber Selulosa

Selulosa merupakan salah satu komponen utama dari biomasa. Komponen

utama biomassa lainnya adalah hemiselulosa dan lignin. Bahan terbanyak

penyusun tumbuhan adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Bahan

lignoselulosa sangat potensial untuk menjadi bahan baku etanol murah

karena ketersediaannya yang melimpah dan tidak memberikan tekanan pada

rantai makanan. Selulosa dan hemiselulosa dapat dikonversi menjadi etanol


24

dengan terlebih dahulu dikonversi menjadi gula. Walaupun demikian, proses

pengolahannya lebih rumit. Persentase biomassa berdasarkan komponen

utamanya ditampilkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Diagram alir proses pembuatan Bioetanol secara fermentasi

dari Gula, Pati dan Lignoselulosa.

(Sumber : Rama,2008)

Kandungan Komponen Utama Biomassa


Biomassa Selulosa Hemiselulosa Lignin (wt%)
(wt%) (wt%)
Tongkol Jagung 45-48 35-36 10-15
Rumput 25-40 35-50 10-30
Daun 15-20 80-85 0
Kertas Koran 40-55 25-40 18-30
(Sumber: Kumar et al., 2009)

Berbagai sumber selulosa di atas, dipilihlah tongkol jagung sebagai bahan

baku industri bioetanol. Analisa ketersediaan tongkol jagung dijelaskan pada

bab 1. Tongkol jagung dipilih karena jumlah selulosanya yang tinggi,

ketersediaanya melimpah, dan terkonsentrasi di suatu tempat.


25

2.4 Enzim Selulase pada Proses Hidrolisis

Selulase adalah enzim kompleks yang dapat memecahkan selulosa menjadi

glukosa. Selulase terutama diproduksi oleh bakteri simbiotik dalam lambang

hewan memanah biak pada herbivora. Selulase dapat dihasilkan dari

mikroorganisme diantaranya yaitu Trichoderma reesei, Trichoderma

longbraciatum, dan Trichoderma sp yang terdiri dari Trichoderma

harzianum, T. Hanatum, T. Koningi, dan T. Pseudokoningii, T. Pilulifiemm,

dan T. Aureoviride. Mikroorganisme lainnya yang dapat juga memproduksi

selulase yakni Aspergillus terreus (Hanifah, 2007).

Enzim selulase merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari 3 enzim,

yaitu :

1. Endo-β-1,4-glukosa

Endo-β-1,4-glukosa adalah glycoprotein dengan berat molekul 5.300 –

145.000. Enzim ini menyerang rantai bagian dalam dari selulosa

amorphorus menghasilkan selobiosa. Enzim ini tidak dapat

menghidrolisa selulosa kristal secara sendirian.

2. Exo-β-1,4-glukanase

Enzim ini merupakan glycoprotein dengan berat molekul 42.000 –

65.000. Exo-β-1,4-glukanase ada 2 jenis yaitu Exo-β-1,4-

cellobiohidrolase dan Exo-β-1,4-glukan glukohidrolase. Enzim ini

menyerang Crystaline cellulose. Kerja enzim ini dihambat dengan

adanya produk selobiosa atau glukosa.

3. β-1,4-glukosidase
26

β-1,4-glukosidase atau selobiosa adalah glycoprotein dengan berat

molekul 50.000 - 410.000. Enzim ini dapat menghidrolisa selobiosa

menjadi glukosa

(Saraswati, 2006)

Ketiga enzim tersebut bekerja sama secara sinergis dalam menghidrolisa

selulosa menjadi glukosa. Reaksi yang terjadi yaitu

(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6)

Selulosa Air Glukosa

Glukosa yang terbentuk dapat difermentasikan menjadi etanol.

2.5 Pemilihan Mikroba pada Proses Fermentasi Etanol

Berikut ini beberapa jenis mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi

bioetanol antara lain :

1. Saccharomyces cerevisiae

Kelebihan :

a. Mikroorganisme yang aman

b. Laju pertumbuhan yang cepat dan produktivitas yang tinggi

c. Kemampuan fermentasi yang baik

d. Yield menghasilkan etanol tinggi

e. Dapat langsung menfermentasi glukosa, sukrosa, rafinosa dan

memetabolis glukosa, sukrosa, rafinosa, maltose, etanol

f. Mudah beradaptasi dengan lingkungan

g. Mudah didapat
27

Kekurangan :

a. Tidak dapat melakukan fermentasi pada pentose (seperti arabinosa)

b. Toleransi rendah pada kadar gula yang tinggi

Sumber : Mortimer, 2000; Landry et al, 2006

2. Zymomonas mobilis

Kelebihan :

a. Laju pertumbuhan tinggi

b. Yield menghasilkan etanol tinggi

c. Tingkat toleransi etanol tinggi (16%) v/v

d. Waktu fermentasi lebih cepat dari pada menggunakan yeast (30% -

40% lebih cepat)

Kekurangan :

a. Sulit diperoleh

Sumber : Barrati and Bulock, 1986; Gunasekaran and Chandra, 1999;

Nguyen and Glassner, 2001

3. Schizosaccharomyces pombe

Kelebihan :

a. Mikroorganisme yang aman

b. Pertumbuhan cepat

c. Toleransi pada kadar gula yang tinggi

d. Toleransi yang baik terhadap tingkat etanol yang relatif tinggi (15%)

v/v
28

Kekurangan :

a. Toleransi sedang terhadap asam

b. Masa hidup tidak lama (singkat)

Sumber : Teoh et al, 2004

Berdasarkan uraian diatas maka dipilih mikroba Saccharomyces

cerevisiae atas beberapa pertimbangan antara lain :

Laju pertumbuhan cepat dan produktivitas yang tinggi, kemampuan

fermentasi sangat baik serta bakteri mudah di dapatkan dibandingkan

Zymomonas mobilis

2.6 Pemilihan Proses

2.6.1 Pretreatment

Proses pretreatment lignoselulosa memegang peranan yang sangat

penting dalam penghilangan lignin untuk produksi bioetanol karena

ikatan silang kimia yang kompleks antar komponen-komponennya.

Delignifikasi ligninmampu meningkatkan aksesibilitas dan digestibilitas

enzimatik, kemudian membantu promosi hidrolisis enzimatik (Panet

al.,2017). Pretreatment yang baik dapat mengurangi jumlah enzim yang

digunakan dalam proses hidrolisis dan juga dapat meningkatkan hasil

gula yang diperoleh. Gula yang diperoleh tanpa pretreatmen kurang dari

20%, sedangkan dengan pretreatment dapat meningkat menjadi 90%

dari hasil teoritis . Tujuan dari pretreatment adalah untuk membuka

struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah diakses oleh


29

enzim yang memecah polymer polisakarida menjadi monomer gula

(litbang.pertanian.go.id)

Pretreatment dapat dilakukan secara fisika, kimia dan fisika-kimia.

Berikutpretreatment yang dilakukan

a. Pretreatment mekanik/fisika

Pretreatment secara mekanik/fisika bertujuan mengurangi ukuran

partikel bahan baku. Pengurangan ukuran bahan baku menjadi

bagian-bagian kecil merupakan salah satu cara yang paling efektif

untuk meningkatkan aksesibilitas enzim ke bahan lignoselulosa

(M. RusdiHidayat,2013)

b. Pretreatment kimiawi

Pretreatment secara kimiawi mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan biodegradasi selulosa dengan menghilangkan lignin

dan atau hemiselulosa. Metode ini juga bertujuan menurunkan

tingkat polimerisasi dan kristalinitas komponen selulosa. Berikut ini

beberapa metode yang digunakan untuk proses pretreatment untuk

material lignoselulosa yaitu :


30

Tabel 2.2 Pretreatment untuk Material Lignoselulosa

Metode Prosedur Contoh Material


Hot Compressed Metode hot compressed Biomassa seperti
Water water umumnya dilakukan kayu, pelepah sawit,
pada temperatur 160 oC- tandan kosong kelapa
220oC dan tekanan operasi sawit
dibawah 5 Mpa dengan
kisaran waktu 1-30 menit
(Kim et al, 2013)
Steam Metode steam explosion Biomassa seperti
Eksplosion biomassa biasanya di kayu, pelepah sawit,
lakukan perlakuan pada tandan sawit.
temperatur steam yang
berkisar 180 - 220 oC dan
tekanan operasi 1 – 2.3 Mpa
dan biasanya rentang

waktunya berkisar 1-10


menit (Amarasekara, 2013).
Menurut Stelte (2008) steam
explosion pada biomassa
dilakukan perlakuan dengan
uap panas dengan kisaran
temperatur sebesar 180-
240oC dengan tekanan 1-3,5
Mpa. Berdasarkan Kumar,
temperatur dan tekanan
steam explotion berkisar
160 – 260oC dan 0,69 –
0,483 MPa (Kumar, 2009)
Liquid Hot Menggunakan air panas Bagase, corn stover,
31

Water dengan temperature 170 - olive pulp


230oC, Tekanan 5 MPa,
waktu pemasakan 1- 46
menit
Dilute-acid 0,75-5% H2SO4, HCl atau Bagas,tongkol jagung,
hydrolysis HNO3, Tekanan 1 MPa gandum, sekam padi.
untuk proses kontinyu
dengan jumlah padatan 5-10
wt% dari bahan kering per
campuran
Concentrated – 10-30% H2SO4, 170oC - Serbuk kayu
acid hydrolysis 190oC, rasio padatan-cairan
1:1,6. 21% -60% peracetic
acid, silo-type system
Alkaline Cairan pemasak NaOH, 24 Jenis kayu keras
hydrolysis jam pada 60oC; Ca(OH)2,4 (hardwood), bagas,
jam, 120oC; kemudian dapat tongkol jagung,
ditambahkan H2O (0,5-2,15 jerami yang memiliki
vol.%) pada temperatur kandungan lignin 10-
35oC 18%, dan daun tebu
(Sanchez, 2008; Stelte, 2008; Ortiz, 2014)

Berdasarkan uraian diatas Pretreatment untuk material lignoselulosa

dipilih proses alkaline hydrolysis dengan pertimbangan yang di

kemukakan oleh beberapa peneliti berikut :

Tabel 2.3 Hasil Pretreatment Dengan Alkaline Hydrolysis

Nama Hasil
Zhu, et al (2006) Perlakuan awal alkali dapat meningkatkan
kandungan selulosa, menurunkan tingkat
polimerisasi selulosa sehingga dapat
meningkatkan kinerja enzim pada proses
32

sakarifikasi
Kumar et al., 2009 NaOH, KOH, Ca(OH)2, dan NH4OH
merupakan larutan basa yang terbukti efektif
mendegradasi biomassa lignoselulosa.
Sebagai contoh, NaOH mampu meningkatkan
tingkat degradasi kayu keras dari 14%
menjadi 55% dengan cara mengurangi kadar
ligninnya dari 55% menjadi 20%
Zhao et al., 2008 Pretreatment berbagai biomassa
lignoselulosa seperti jerami gandum, rumput,
kayu keras, dan kayu lunak menggunakan
NaOH juga mampumengurangi kadar lignin
menjadi kurang dari 26%.
Zhao, et al (2007) Pretreatment dengan alkali (NaOH)
menghasilkan rasio konversi yang cukup
tinggi. Hal inilah yang menyebabkan
kandungan selulosa pada pretreatment
menggunakan NaOH dan gelombang
ultrasonic mengalami peningkatan yang cukup
tinggi.
Sun et al, 1995 Kondisi optimal yang diperlukan untuk
mengurangi 60% kadar lignin dan 80%
hemiselulase pada jerami gandum adalah
menggunakan 1,5% NaOH selama 144
jam pada suhu 20°C
Zhao, et al.,2007 Pretreatment dengan alkali NaOH
menghasilkan rasio konversi yang cukup
tinggi. Hal inilah yang menyebabkan
kandungan selulosa pada pretreatment
menggunakan NaOH dan gelombang
ultrasonic mengalami peningkatan yang
cukup tinggi.
33

Mcintosh & Vancov Pretreatment dengan NaOH 2 % (suhu 121oC,


(2010) waktu pretreatment 90 menit) mampu
menghilangkan lignin sebesar 77,3%
Sutikno, dkk (2010) Penggunaan NaOH pada limbah agroindustri
dapat mendegradasi lignin lebih dari 99%
setelah perendaman dalam larutan NaOH 1 M
pada suhu ruang selama 48 jam atau pada suhu
121oC selama lebih dari 15 menit. NaOH
bekerja dengan menyerang dan merusak
strukur lignin, bagian kristalin dan amorf,
memisahkan sebagian lignin dan hemiselulosa
serta menyebabkan penggembungan struktur
selulosa. Konsentrasi basa yang semakin
tinggi, maka gugus-gugus –OH akan lebih
mudah dimasuki air, sehingga antar ruang
molekul-molekul selulosa akan menggandung
air. Hal ini menunjukkan bahwa pretreatment
secara basa lebih efektif digunakan untuk
Proses biokonversi Tongkol jagung
Remli, et al (2014) Metode pretreatment menggunakan larutan
basa akan meningkatkan efektifitas proses
hidrolisis enzim dengan cara meningkatkan
aksesibilitas enzim pada permukaan selulosa
Zhu et al, 2006 Perlakuan awal alkali dapat meningkatkan
kandungan selulosa, menurunkan tingkat
polimerisasi selulosa sehinggameningkatkan
kinerja enzim pada proses
sakarifikasi.
34

Berdasarkan uraian diatas maka dipilih proses alkaline hydrolysis

menggunakan NaOH atas beberapa pertimbangan antara lain :

a. Tidak menghasilkan inhibitor

b. ramah lingkungan

c. Relatif lebih murah dibandingkan reagen kimia lainnya

d. Larutan NaOH dipilih karena larutan ini dapat menyerang dan

merusak stuktur lignin, bagian kristalin dan amorf, memisahkan

sebagian lignin dan hemiselulosa

e. Larutan NaOH dipilih karena larutan ini cukup efektif dalam

meningkatkan hasil hidrolisis

2.6.2 Proses Hidrolisis

Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu

senyawa pecah terurai. Proses hidrolisa merupakan tahap penting dalam

pembuatan bioetanol, karena proses hidrolisa ini menentukan jumlah

glukosa yang dihasilkan untuk kemudian dilakukan fermentasi menjadi

bioetanol. Prinsip hidrolisa pati adalah pemutusan rantai polimer pati

menjadi unit-unit dekstrosa atau monosakarida yaitu glukosa

(C6H12O6). Hidrolisa dengan air murni berlangsung lambat dan hasil

reaksi tidak komplit, maka perlu ditambahkan katalis untuk

memperbesar kereaktifan air sehingga mempercepat reaksi dan

meningkatkan selektivitas. Katalisator ini bisa berupa asam maupun

enzim (Syamsul Bahri dkk, 2018)Perbandingan proses antara hidrolisis

asam dan hidrolisis enzimatik dijelaskan sebagai berikut :


35

1. Proses Hidrolisis Asam

Hidrolisis selulosa secara asam dapat dilakukan dengan

menggunakan asam kuat encer pada temperatur dan tekanan tinggi.

Dan dapat dilakukan menggunakan asam pekat pada temperatur

dan tekanan rendah. Asam yang digunakan untuk hidrolisis

selulosa adalah asam sulfat, asam phosphate, dan asam klorida.

2. Proses Hidrolisi Enzimatik

Proses hidrolisis yang menggunakan jamur penghasil enzim atau

enzimmurni yang bekerja lebih spesifik dengan memecah ikatan β-

glikosidik pada substrat `tertentu sehingga tidak terbentuk produk

atau senyawa yang tidak diinginkan. Oleh karena itu proses

hidrolisis secara enzimatik lebih menguntungkan dan aman

dibandingkan hidrolisis secara asam.


36

Tabel 2.4 Perbandingan proses hidrolisis asam dan proses

hidrolisis enzimatik

No. Metode Kelebihan Kekurangan

1. Proses Hidrolisis  Katalis yang  Memerlukan


Asam (Howards et digunakan murah proses
al,2003;  Waktu hidrolisis pemisahan gula
Taherzadeh,2007) cepat dari
asam
(detoksifikasi)
 Kurang ramah
terhadap
lingkungan
 Terbentuknya
produk samping
yang akan
menjadi
inhibitor atau
penghambat
dalam proses
inkubasi
 Menyebabkan
korosi pada
bejana reaktor
 Konversi rendah
60%
37

2. Proses Hidrolisi  Hasil hidrolisis  Waktu hidrolisis


Enzimatik tinggi lebih lama
(Tengborg,2001;  Ramah terhadap  Mahalnya harga
Taherzadeh,2007; lingkungan enzim murni yang
Mergner et  Tidak akan di gunakan
al.,2013) terbentuknya
produk samping
 Proses hidrolisis
enzimatik tidak
menimbulkan
korosif pada
perawatan
 Konversi tinggi
90%

Berdasarkan uraian diatas yang ditinjau dari kelebihan dan kelemahan

dari hidrolisis asam dan hidrolisis enzimatik maka hidrolisis enzimatik

lebih mengguntungkan daripada hidrolisis asam.

2.6.3 Proses Fermentasi

Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula

menjadi bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan mikroorganisme

yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Ada dua metode fermentasi

untuk memproduksi etanol. Ada dua jenis metode fermentasi untuk

memproduksi etanol. Metode pertama adalah hidrolisis dan fermentasi

terpisah yang lebih dikenal Separated Hydrolysis And Fermentation

(SHF) dan metode kedua adalah hidrolisis dan fermentasi simultan yang

lebih dikenal Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF) :


38

1. Separated Hydrolysis And Fermentation (SHF)

merupakan metode produksi bioetanol dimana proses hidrolisis

substrat dan proses fermentasi berlangsung secara terpisah. Adapun

kelebihan dan kekurangan dari proses SHF adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

 Proses hidrolisis dan proses fermentasi dapat dilakukan pada

kondisi pH dan temperatur yang optimumnya, sehingga enzim

dan mikroorganisme tersebut bekerja secara optimal

 Mudah untuk mengontrol proses, dimana ketika terjadi proses

hidrolisis terganggu, reaktor hidrolisis dapat langsung dicek dan

ditindak tanpa harus menganggu proses fermentasi setelah

Kelemahan :

 Terjadi akumulasi dari produk akhir proses hidrolisis yaitu

glukosa yang dapat menghambat aktivitas dari enzim


39

2. Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF)

Merupakan proses hidrolisis dan fermentasi serentak. Metode SSF

merupakan kombinasi proses hidrolisis selulosa dengan

menggunakan enzim dan khamir untuk fermentasi gula menjadi

etanol secara simultan atau serentak dalam satu bioreaktor (Novia et

al., 2014). Adapun kelebihan dan kekurangan dari proses SHF

adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

 Mengurangi kebutuhan enzim

 Mengurangi kebutuhan kondisi steril karena glukosa langsung

dikonversi menjadi etanol

 Volume reaktor lebih kecil karena hanya digunakan satu reaktor

saja

 Mencegah terhambatnya kerja enzim oleh produk glukosa yang

selama ini menjadi kelemahan dari metode SHF

Kelemahan :

 Proses hidrolisis dan fermentasi masing-masing memiliki rentang

pH dan suhu optimum yang berbeda-beda. Kondisi optimum

aktivitas enzim seperti enzim selulase terjadi pada pH 4,5-4,8 dan

suhu 40-50oC, sedangkan mikroorganisme fermentasi etanol

seperti S.cerevisiae memiliki kondisi optimumnya pada suhu

sekitar 30-40oC dan pH 4-5 serta membutuhkan oksigen pada

awal pertumbuhan. Sehingga enzim dan mikroorganisme tersebut

bekerja tidak optimal pada proses SSF


40

 Sulit untuk mengontrol proses nya masing-masing, sehingga

ketika proses hidrolisis nya, maka akan menganggu proses

fermentasi setelahnya

(Wasungu, 1982; Sun and Chen, 2002; Hidayat et al., 2006;

Samsuri et al., 2009).

Berdasarkan uraian diatas mengenai perbandingan dari masing-masing

proses Separated Hydrolysis And Fermentation (SHF) dan Simultaneous

Saccharification and Fermentation (SSF), dapat disimpulkan untuk proses

fermentasi digunakan proses Separated Hydrolysis And Fermentation

(SHF).

Berdasarkan perbandingan pemilihan proses tersebut, maka dipilih proses

pembuatan bioetanol sebagai berikut :

1. Proses pretreatment menggunakan metode alkaline hydrolysis

2. Proses hidrolisis enzimatik

3. Fermentasi

4. Pemurnian dengan distilasi


41

2.7 Tinjauan Proses

2.7.1 Kelayakan Teknis

Untuk mengetahui kondisi operasi dalam proses produksi pembuatan

etanol, maka harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu salah

satunya adalah faktor kelayakan proses secara teknis. Faktor ini

mempertimbangkan beberapa hal seperti tekanan operasi, energi gibbs

pembentukan (∆Gof) dan panas pembentukan standar (∆Hof). Tekanan

dan suhu reaksi yang digunakan dapat mempengaruhi besarnya konversi

dan produk yang dihasilkan.

Energi Gibbs standar menunjukkan spontan atau tidak spontannya suatu

reaksi kimia. ∆Go bernilai positif (+) menunjukkan bahwa reaksi tersebut

tidak dapat berlangsung secara spontan, sehingga dibutuhkan energi

tambahan dari luar. Sedangkan ∆Go bernilai negatif (-) menunjukkan

bahwa reaksi tersebut dapat berlangsung secara spontan dan hanya

sedikit membutuhkan energi. Oleh karena itu, semakin kecil atau negatif

∆Go maka reaksi tersebut akan semakin baik karena untuk berlangsung

spontan energi yang dibutuhkan semakin kecil. Oleh karena itu, apabila

∆Go dari suatu reaksi semakin kecil atau negatif maka reaksi tersebut

akan semakin baik karena reaksi itu berlangsung secara spontan serta

membutuhkan energi yang sedikit juga, begitupun sebaliknya

Panas pembentukan standar (∆H) merupakan besarnya panas reaksi yang

mampu dihasilkan atau dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu reaksi


42

kimia. ∆H dapat bernilai positif (+) yang menunjukkan bahwa reaksi

tersebut membutuhkan panas untuk melangsungkan reaksi kimia tersebut

(endoterm). Sedangkan untuk ∆H yang bernilai negatif (-) menunjukkan

bahwa reaksi tersebut menghasilkan panas selama proses

berlangsungnya reaksi (eksoterm).

Tinjauan secara termodinamika bertujuan untuk mengetahui apakah

reaksi bersifat endotermis atau eksotermis. Penentuan panas reaksi yang

berjalan secara eksotermis atau endotermis dapat dihitung dengan

perhitungan panas pembentukan standar (∆Hof) pada P = 1 atm dan T =

298 K. Reaksi yang terjadi untuk proses pembuatan etanol dari tongkol

jagung yaitu sebagai berikut :

1. Reaksi pembentukan glukosa dari holoselulosa

C6H10O5 (l) + H2O (l) C6H12O6 (l)

Selulosa Air Glukosa

2. Reaksi pembentukan etanol dari glukosa

C6H12O6 (l) 2C2H5OH (l) + 2CO2 (l)

Glukosa Etanol Karbon dioksida

Jika ditinjau dari segi reaksinnya, yaitu dengan cara memperhitungkan

nilai panas reaksi pembentukan standar (∆Hof). Nilai ∆Hof pada bahan

baku utama dan produk seperti selulosa, air, glukosa, etanol dan karbon

dioksida dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


43

Tabel 2.5 Nilai ∆Hof Reaktan dan Produk Proses Fermentasi

Rumus ∆Hof298
Komponen
Molekul (Kj/kmol)
Selulosa C6H10O5 -745,73
Air H2O -241,88
Glukosa C6H12O6 -235,51
Etanol C2H5OH -234,95
Karbon Dioksida CO2 -393,50
( Perry, 1997 ; Yaw’s Handbook, 1999)

Reaksi pertama pembentukan glukosa dari holoselulosa

C6H10O5 (l) + H2O (l) C6H12O6 (l)

Selulosa Air Glukosa

∆Hof(1) = ∆Hof produk - ∆Hof reaktan

∆Hof(1) = [ -235,51 kj/kmol ] – [(-745,73 kj/kmol) +

(-241,88 kj/kmol)]

∆Hof(1) = - 235,51 kj/kmol – [ -745,73 – 241,88 kj/kmol ]

∆Hof(1) = -235,51 kj/kmol – (-987,61 kj/kmol)

∆Hof(1) = -235,51 kj/kmol + 987,61 kj/kmol

∆Hof(1) = 752,1 kj/kmol

Reaksi kedua pembentukan etanol dari glukosa

C6H12O6 (l) 2C2H5OH (l) + 2CO2 (l)

Glukosa Etanol Karbon dioksida


44

∆Hof(2) = ∆Hof produk - ∆Hof reaktan

∆Hof(2) = [(2 (-234,95kj/kmol)) + (2 (-393,50 kj/kmol))] –

[-235,51 kj/kmol)]

∆Hof(2) = [(-468 kj/kmol) + (-787 kj/kmol)] + 235,51 kj/kmol

∆Hof(2) = [ -468 kj/kmol – 787 kj/kmol ] + 235, 51 kj/kmol

∆Hof(2) = -1255 kj/kmol + 235, 51 kj/kmol

∆Hof(2) = - 1019,49 kj/kmol

Maka, ∆Hof = ∆Hof(1) + ∆Hof(2)

= 752,1 kj/kmol + (- 1019,49 kj/kmol)

= 752,1 kj/kmol – 1019, 49 kj/kmol

= -267,39 kj/kmol

Berdasarkan nilai ∆Hof yang telah didapat sebesar -267,39 kj/kmol

menunjukkan bahwa reaksi fermentasi pembuatan etanol dari selulosa

Tongko jagung bersifat eksotermis.

Berikut ini untuk menghitung nilai ∆Go, menggunakan tabel sebagai

berikut :

Tabel 2.6 Nilai ∆Go Reaktan dan Produk Proses Fermentasi

Rumus ∆G298o
Komponen
Molekul (Kj/kmol)
Selulosa C6H10O5 -464,55
Air H2O -228,6
Glukosa C6H12O6 -910,5
Etanol C2H5OH -174,78
Karbon Dioksida CO2 -394,359
( Perry, 1997 ; Yaw’s Handbook, 1999)
45

Reaksi pertama pembentukan glukosa dari holoselulosa

C6H10O5 (l) + H2O (l) C6H12O6 (l)

Selulosa Air Glukosa

∆Go(1) = ∆Go produk - ∆Go reaktan

∆Go(1) = [-910,5 kj/kmol] – [(-464,55 kj/kmol) + (-228,6 kj/kmol)

∆Go(1) = [-910,5 kj/kmol] – [-464,55 kj/kmol -228,6 kj/kmol]

∆Go(1) = [-910,5 kj/kmol] – [-464,55 kj/kmol -228,6 kj/kmol]

∆Go(1) = [-910,5 kj/kmol] – [-693,15 kj/kmol]

∆Go(1) = -910,5 kj/kmol + 693,15 kj/kmol

∆Go(1) = - 217,35 kj/kmol

Reaksi kedua pembentukan etanol dari glukosa

C6H12O6 (l) 2C2H5OH (l) + 2CO2 (l)

Glukosa Etanol Karbon dioksida

∆Go(2) = ∆Go produk - ∆Go reaktan

∆Go(2) = [-910,5 kj/kmol] - [(-174,78 kj/kmol) +

(-394,359 kj/kmol)]

∆Go(2) = [-910,5 kj/kmol] - [-174,78 kj/kmol – 394,359 kj/kmol]

∆Go(2) = [-910,5 kj/kmol] – [-569,139 kj/kmol]

∆Go(2) = [-910,5 kj/kmol] + 569,139 kj/kmol

∆Go(2) = -910,5 kj/kmol + 569,139 kj/kmol

∆Go(2) = - 341,361 kj/kmol


46

Maka, ∆Go = ∆Go(1) + ∆Go(2)

= (- 110,55 kj/kmol) + (- 341,361 kj/kmol)

= -110,55 kj/kmol – 341,361 kj/kmol

= - 451,911 kj/kmol

Berdasarkan nilai ∆Go yang telah didapatkan sebesar -451,361 kj/kmol

menunjukkan bahwa reaksi fermentasi etanol dapat berlangsung tanpa

membutuhkan energi yang besar, karena diinginkan nilai ∆Go < 0 agar

tidak membutuhkan energi berupa panas yang terlalu besar (konsumsi

energi kecil)

2.7.2 Tinjauan Ekonomi

Tinjauan ekonomi ini bertujuan untuk mengetahui potensial ekonomi

(EP) berdasarkan perhitungan ekonomi kasar pembelian bahan baku dan

penjualan produk. Berikut ini data bahan baku dan produk proses dengan

fermentasi yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.7 Mol Bahan Baku dan Produk Pada Proses Dengan

Fermentasi

Rumus Berat Molekul


Komponen
Molekul (Kg/kmol)
Tongkol Jagung C6H10O5 162,082
Glukosa C6H12O6 180,156
Etanol C2H5OH 46,07
Air H2O 18,015
Karbon Dioksida CO2 44,010
47

Tabel 2.8 Harga Bahan Baku dan Produk Proses Dengan Fermentasi

Rumus Harga Harga


Komponen
Molekul ($/kg) (Rp/kg)
Tongkol Jagung C6H10O5 0,0014 Rp 650,-
Glukosa C6H12O6 0,45 Rp 6.481,-
Etanol C2H5OH 0,8 Rp 32.000,-
Kurs ( $1 = Rp. 14.404)

(Sumber : www.bi.go.id, 21 September 2021)

Reaksi yang terjadi pada proses fermentasi adalah sebagai berikut :

C6H10O5 (l) + H2O (l) C6H12O6 (l)

C6H12O6 (l) 2C2H5OH (l) + 2CO2 (l)

Basis 1 kg C2H5OH = 0,022 kmol C2H5OH

a. C6H10O5 yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg C2H5OH :

C6H10O5 = koefisien reaksi x mol C2H5OH x BM C6H10O5

= (1/2) x 0,022 kmol x 162,082 kg/kmol

= 1,783 kg

Diketahui kapasitas produksi yaitu 37.000.000 kg etanol/tahun

Maka :

Bahan baku yang dibutuhkan yaitu C6H10O5 sebesar :


1,783 kg C6H10O5
C6H10O5 = 1 kg C2H5OH
37.000.000 kg C2H5OH/tahun

C6H10O5 = 65.971.000 kg C6H10O5/tahun

C6H10O5 = 65.971,00 ton C6H10O5/tahun


48

Jumlah harga bahan baku pembuatan etanol adalah

Biaya pembelian bahan baku = Harga C6H10O5

Harga C6H10O5 = 65.971.000 kg C6H10O5/tahun x Rp 350,-/kg

Harga C6H10O5 = 42.881.150.000 tahun : 37.000.000 kg/tahun

Harga C6H10O5 = Rp 1.158,95,-/kg

Persamaan untuk mendapatkan ekonomi potensial dari proses ini adalah

sebagai berikut :

Profit/keuntungan = (total harga produk) – (total harga bahan baku)

= Rp 32.000,-/kg – Rp 1.158,95-/kg

= Rp 30.841,05.-
49

2.8 Uraian Proses

Pembuatan etanol dari biomassa lignoselulosa dengan bahan baku Tongkol

jagung dapat digolongkan menjadi beberapa tahapan antara lain sebagai

berikit :

1. Pretreatment

2. Proses hidrolisis

3. Fermentasi

4. Proses pemurnian

2.8.1 Pretreatment

Proses paling awal yang harus diperhatikan dalam memproduksi

bioetanol dari material lignoselulosa adalah proses pretreatment. Proses

pretreatment ini bertujuan untuk menghilangkan lignin (delignifikasi),

menghilangkan senyawa-senyawa yang dapat menghambat proses

selanjutnya. Bahan – bahan lignoselulosa umumnya terdiri dari selulosa,

hemiselulosa, dan lignin (Fengel, 1983). Menurut Orchidea (2009),

ketiga komponen tersebut saling terikat kuat akibat dari struktur

amorphous dan ikatan 1,4-β pada selulosa serta adanya senyawa lignin

yang berperan sebagai senyawa yang melindungi selulosa dan

hemiselulosa yang menyebabkan sulitnya material lignoselulosa untuk

dihidrolisis.

Proses pretreatment terbagi menjadi 2 jenis perlakuan yaitu perlakuan

secara fisika dan kimia. Perlakuan secara fisika (physical treatment)


50

dilakukan dengan proses pengecilan ukuran (chipping) tongkol jagung

menggunakan alat cutting machine. Proses ini pada umumnya sering

dilakukan pada tahap awal proses untuk mengubah ukuran partikel

bahan menjadi lebih kecil. Dengan proses chipping tersebut dapat

mengurangi kristalinitas material sehingga meningkatkan daya cerna

enzimatis pada proses selanjutnya. Menurut Sun (2012) menyatakan

bahwa ukuran bahan baku akan mempengaruhi porositas sehingga dapat

memaksimalkan kontak antara bahan dengan asam untuk meningkatkan

yield glukosa sehingga mempermudah terdegradasinya lignin sehingga

selulosa dan hemiselulosa terhidrolisa lebih optimal. Hidayat (2013)

mengatakan bahwa proses chipping bahan baku bertujuan untuk

memperbesar luas permukaan kontak, sehingga efektif untuk

meningkatkan aksesibilitas enzim ke lignoselulosa.

Selanjutnya tongkol jagung yang telah berbentuk chip dialirkan menuju

tangki delignifikasi. Dimana pada tangki tersebut, menggunakan metode

pretreatment kimia yaitu proses alkaline hydrolysis. Pada Proses ini

bertujuan untuk mengurangi kandungan lignin dalam lignoselulosa

(delignifikasi). Pada proses delignifikasi metode alkaline hydrolysis ini

menggunakan NaOH. NaOH merupakan agen pendelignifikasi yang

paling baik dibandingkan bahan kimia lainnya seperti amoniak,

NaClO2dan H2O2 (Choo.,2013). Perlakuan awal dengan NaOH juga

dapat melarutkan hemiselulosa pada tongkol jagung seperti yang telah

dilakukan oleh Duangwang dan Sangwichien (2013). Penggunaan bahan


51

kimia NaOH bertujuan memisahkan lignin yang melapisi selulosa pada

tongkol jagung, dikarenakan NaOH mampu mengikat lignin atau lilin

yang menutupi selulosa. Mekanisme yang terjadi adalah saponifikasi

ikatan-ikatan ester antar molekul yang mengikat silang xilan dan

komponen-komponen lainnya, misalnya lignin dan hemiselulosa lainnya

(Cheng et al., 2002).

Konsentrasi NaOH pada proses ini dapat merusak struktur serat sehingga

menyebabkan jaringan lignoselulosa terbuka dan berpori. Hal tersebut

mengakibatkan peningkatan pada luas permukaan jaringan sehingga

lebih memudahkan akses enzim pada reaksi enzimatik (Kurniawan,

2016). Berikut ini skematik dari konversi biomassa pada proses

pretreatment yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.2 Skematik Dari Pretreatment Pada Biomassa

(Sumber : Kumar, 2009)


52

2.8.2 Proses Hidrolisis

Setelah proses pretreatment, holoselulosa yang dihasilkan terlebih

dahulu dicuci pada rotary filter, yang berfungsi untuk membersihkan

holoselulosa dari cairan lindi hitam. Lindi hitam mengandung lignin dan

sisa larutan NaOH pada proses sebelumnya. Lindi hitam tersebut berbau

tidak sedap karena mengandung senyawa kimia seperti metal merkaptan,

dimetil sulfida ((CH3)2S) dan dimetil disulfida (CH3-S-S-CH3). Gas-gas

ini terbentuk oleh reaksi pemutusan ikatan metil aril eter pada salah satu

unit penyusun lignin (Gilligan, 1974). Selanjutnya holoselulosa

dimasukkan ke dalam tangki hidrolisis dengan menggunakan enzim

selulase. Enzim selulase berperan dalam proses hidrolisis yaitu memecah

rantai panjang selulosa menjadi monomer glukosa, dimana reaksi yang

terjadi yaitu :

C6H10O5 (l) + H2O (l) C6H12O6 (l)

Proses hidrolisis untuk memecah selulosa menjadi glukosa dengan

bantuan enzim selulase dilakukan pada suhu 50oC. Dimana konversi

reaksi hidrolisis adalah 90% (Humbird et al., 2011)

2.8.3 Proses Fermentasi

Setelah proses hidrolisis selulosa menjadi glukosa dengan enzim

selulase, dilakukan proses sterilisasi dengan tujuan untuk mencegah

adanya mikroba kontamin yang hidup selama proses fermentasi, maka

produk hasil hidrolisis dipanaskan menggunakan steam sampai mencapai


53

suhu 100oC (US Patent 2,295,150) kemudian didinginkan sampai suhu

32oC. Dan selanjutnya setelah proses sterilisasi siap dipakai untuk proses

fermentasi. Proses fermentasi dilakukan pada suhu 32oC. Dimana

konversi reaksi fermentasi adalah 95% (Humbird et al., 2011). Dimana

reaksi yang terjadi yaitu :

C6H12O6 (l) 2C2H5OH (l) + 2CO2 (l)

Proses fermentasi menghasilkan etanol dan karbon dioksida. Fermentasi

dilakukan di dalam fermentor dengan penambahan Zymomonas mobilis.

Untuk terjadinya fermentasi etanol, maka dibutuhkan kondisi anaerob

untuk mengubah glukosa menjadi alkohol. Selama proses fermentasi,

suhu dijaga konstan pada 32oC (Dunn et al., 2002; Kazi, 2010). Konversi

reaksi fermentasi adalah 95% (Humbird et al., 2011). Pendinginan perlu

dilakukan mengingat proses fermentasi ini berlangsung secara

eksotermik. Pada akhir fermentasi, kadar alkohol yang dihasilkan 8-12%

v/v (Khak dan Rohmatningsih, 2015).

2.8.4 Tahap Pemurnian Etanol

Pemurnian etanol yang dihasilkan dari proses sebelumnya dilakukan

secara dua tahap. Tahap pertama, menggunakan proses distilasi, yaitu

proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih di mana senyawa

akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing (Walangare dkk,

2013). Untuk mendapatkan etanol dengan tingkat kemurnian sebesar

95% - 96%, proses berlangsung pada tekanan 1 atm (Onuki, 2006).


54

Pemisahan secara distilasi ini terbatas oleh azeotrop di 95% - 96%, maka

dilakukan pada tahap kedua yaitu pemurnian etanol 96,5% menjadi

99,7% (fuel grade ethanol) mengunakan molekular sieve. Pada tahap ini

kandungan air pada etanol 96,5% akan diserap oleh molekular sieve

sehingga etanol yang dididapatkan lebih murni.


55

2.9 Diagram Alir Proses

Tongkol Jagung
Cutting Rod Mills Hopper Delignification Rotary Tangki
Machine Tank Filter Pengencer

Produk Etanol
Holding Seeding Chiller Sterilization Reaktor 99,7% v/v
Tank Yeast Tank Tank Hidrolisis

Adsorber

Holding
Menara
Tank gula
Distilas
i

Fermentor Holding Filter Heater


Tank
Bioetanol
56
56

BAB III

SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK

3.1. Bahan Baku

1. Tongkol Jagung

Tabel 3.1 Kandungan tongkol jagung

Komposisi Kimia % Massa


Air 2
Selulosa 48
Hemiselulosa 36
Lignin 10
Abu 4
(Lorenz and kulp, 1991; Rosmiati, 2008 )

2. Enzim Selulase

Fungsi : Sebagai katalis untuk mengonversi selulosa

menjadi glukosa

Activity : 13.500 CMCU/MI

pH : 4,5 – 5,5

Specific Gravity : 1,10 – 1,30

Liqour Ratio : 1:5, 1:20

Dosing : 0,2 – 1%

(Shijanzhuang Co., Ltd, 2018)


57

3. Saccharomyces cerevisiae

Fungsi : Sebagai biokatalis untuk mengonversi glukosa

menjadi etanol

pH : 3,6 – 6

Tabel 3.2. Spesifikasi Saccharomyces cerevisiae

Spesifikasi Nilai dan Satuan


Suhu Fermentasi 30oC – 40oC
% berat (kering) 94 – 96,5
Living cells at packaging >20 x 109/gram
Total Bakteri <1 x 104/gram
Lactobacillus <1 x 103/gram
(Sumber : www.fermentis.com,2015)

4. Natrium Hidroksida

Fungsi : Sebagai agen pendelignifikasi

Rumus Molekul : NaOH

Berat Molekul : 40 g/mol

Bentuk : Cairan

Titik Leleh : 12oC

Titik Didih Normal : 140oC

Specific Gravity : 1,53

Warna : Tidak berwarna

Kemurnian : 98%

Kelarutan : Larut dalam air

(Yaws, 1999)
58

5. Urea

Bentuk Fisik : Padat

Warna : Putih

Rumus Molekul : (NH2)2CO

Berat Molekul : 60,07 g/mol

Densitas : 1,33 x 103 kg/m3

Kadar Nitrogen : minimal 46%

(Kirk and Othmer, 1998)

6. Asam Sulfat

Fungsi : Sebagai pengatur pH

Rumus Molekul : H2SO4

Berat Molekul : 98,08 g/mol

Densitas : 1,84 g/cm3

Bentuk : Cairan

Titik Didih : 337oC (610 K)

Titik Lebur : 10oC (283 k)

Warna : Tidak berwarna

Specific gravity : 1,834

Kelarutan : Larut dalam air

(Yaws, 1999)
59

7. Air

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18 g/mol

Bentuk Fisik : Cair

Densitas : 0,994 g/cc (30oC, 1 atm)

Warna : Tidak berwarna, bening

Titik Didih (1 atm) : 373,15oC

(Perry, 1984)

3.2 Produk

1. Etanol

Rumus Molekul : C2H5OH

Berat Molekul : 46,07 g/mol

Bentuk Fisik : Cairan

Kemurnian : 99,7%

Titik Didih (1 atm) : 78,4oC

Titik Lebur (1 atm) : - 112oC

(Perry, 1984)
60

Tabel 3.4. Spesifikasi Fuel Grade Bioethanol SNI (7390 – 2008)

Parameter Unit Limit Test Method


Bentuk Fisik - Bening, jernih Visual
Warna Pt – Co Max. 10 ASTM D 1209
Ethanol Content % v/v Min. 99,7 Alcoholmeter
Methanol mg/L Max. 50 GC
Acidity (as Acetic Acid) mg/L Max. 20 ASTM D 1613
Densitas (20oC) g/cm3 0,790 ± 0,001 Piknometer
Kandungan Air %v Max. 0,3 Karl Fisher
Alkalinitas (as NH3) mg/L Max. 1 ASTM D 1614
Nonvolatile Matter mg/L Max. 10 ASTM D 1353
(Sumber : PT.IEI, 2014)

2. Karbon Dioksida

Rumus Molekul : CO2

Berat Molekul : 44,01 g/mol

Bentuk Fisik : Gas

Densitas (25oC) : 1,98 g/cm3

Titik Didih : 195 K

Titik Lebur : 216 K

Viskositas : 0,07cP

(Perry, 1984)
BAB X

KESIMPULAN DAN SARAN

10.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab – bab sebelumnya, Prarancangan Pabrik

Bioetanol dari Biomassa Ligniselulosa Tongkol Jagung dengan kapasitas

37.000 ton/tahun dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses utama yang digunakan adalah fermentasi dari bahan baku

biomassa ligniselulosa Tongkol Jagung yang menghasilkan produk utama

berupa bioetanol dan produk samping berupa karbondioksida.

2. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak adalah 21,69%.

3. Pay Out Time (POT) sesudah pajak adalah 2,82 tahun.

4. Break Even Point (BEP) sebesar 44,38%, dimana syarat umum pabrik di

Indonesia adalah 20 – 60% kapasitas produksi. Shut Down Point (SDP)

sebesar 23,47%.

5. Discounted Cash Flow Rate of Return (DFC) sebesar 29,93% lebih besar

dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih memilih

untuk berinvestasi ke pabrik ini daripada ke bank.


236

10.2 Saran

Berdasarkan pertimbangan hasil analisis ekonomi diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Prarancangan Pabrik Bioetanol dari Biomassa

Ligniselulosa Tongkol Jagung dengan Proses Separated Hydrolysis and

Fermentation dengan kapasitas 37.000 ton/tahun layak untuk dikaji lebih

lanjut dari segi proses maupun ekonominya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Kementrian Riset dan Teknologi. Diakses pada 1 Mei 2021.

Anonim. 2017. Diakses melalui https://indexmundi.com pada 1 Mei 2021.

Anonim. 2017. Diakses melalui www.fermentis.com pada 1 Mei 2021.

Anonim. 2017. Diakses melalui www.yeastenome.org pada1 Mei 2021.

Anonim. 2018. Diakses melalui www.shijanzhuang.co.id.ltd pada 1 Mei 2021.

Anonim. 2019. BPPT. Diakses pada 1 Mei 2021.

Anonim. 2019. Diakses melalui https://www.icis.com/chemicals/channel-info-

chemicals-a-z/ pada 1 Mei 2021.

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistic Indonesia. Diakses melalui www.bps.go.id

pada 1 Mei 2021.

Badan Pusat Statistik. 2019.Rata-rata Harian Aliran Sungai, Tinggi Aliran, dan

Volume Air di Beberapa Sungai di Daerah Kediri-Jawa Timur .Diakses

melalui www.bps.go.id pada 1 Mei 2021.


Banchero, Julius T., and Walter L. Badger. 1988. Introduction to Chemical

Engineering. McGraw Hill : New York.

Bank Indonesia. 2022. Nilai Kurs. Diakses melalui www.bi.go.id pada 19 Mei

2022.

Brown, G.George. 1950.Unit Operation 6thEdition. USA : Wiley&Sons, Inc.

Brownell, L.E. and Young, E.H. 1959.Process Equipment Design 3rd Edition.

John Wiley & Sons, New York.

Carl and Yaws. 1999. Chemical Properties Handbook. McGraw Hill Book Co:

New York

Chemical Engineering Plant Cost Index. 2020. Diakses melalui

www.chemengonline.com/pci pada 21 Juni 2022.

Chemical Industry News. 2018. Chemical, Price Reporting. Diakses melalui

www.icis.com pada 21 Juni 2022.

Cheremisinoff, Nicholas P. 2003. Handbook of Water and Wastewater Treatment

Technologies. Butterworth-Heinemann.

Coulson, J. M., and J. F. Richardson. 1983. Chemical Engineering 4th edition.

Butterworth-Heinemann : Washington.

Couper, R. J., dkk. 2010. Chemical Process Equipment: Selection and Design 3rd

edition. Butterworth-Heinemann is an imprint of Elsevier, Linacre House,

Kidlington, Oxford, UK.


Data MSDS. 2019.

Dahnum, dkk. 2015. Jurnal energyprocedia, Comparison of SHF and SSF

Processes Using Enzyme and Dry Yeast for Optimization of Bioethanol

Production from Empty Fruit Bunch, Indonesia.

Firmana, A. N., danTjahjani, S. 2014. Characterization Result and Determination

Reaction Rate of Fermentation Etanol with Saccharomyces cerevisiae.

UNESA Journal of Chemistry. Vol 3: 3.

Fogler, H. Scott. 1999. Elements of Chemical Reaction Engineering4thedition.

Prentice Hall International Inc. : United States of America.

Foust, S. 1956. Principles Of Unit Operations 1nd Ed. John Wiley And Sons, New

York.

Geankoplis, Christie.J. 1983.Transport Processes and unit Operation 3rdedition.

Allyn & Bacon Inc, New Jersey.

Himmelblau, David. 1996.Basic Principles and Calculation in Chemical

Engineering. Prentice Hall Inc, New Jersey.

Kern, Donald Q. 1965. Process Heat Transfer. Mcgraw-Hill Co.: New York.

Kirk, R.E and Othmer, D.F. 2006. “Encyclopedia of Chemical Technologi”, 4th

edition, vol. 17. John Wiley and Sons Inc. New York.

Kitani, O., and Hall, C. W. 2008. Biomassa Handbook. Gordon and Breach

Science Publisher.
Kristina, dkk. 2012. Alkaline Pretreatment dan Proses Simultan Sakarifikasi –

Fermentasi Untuk Produksi Etanol dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Universitas Sriwijaya : Palembang.

Kumar, P., dkk. 2009. Methods for Pretreatment of Lignocellulosic Biomass for

Efficient Hydrolisis and Biofuel Production. American Chemical Society,

pp 3713-3729.

Kurniawan, E. R. 2016. Karakterisasi dan Alkaline Pretreatment Lignoselulosa

Cambomba caroliniana. InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Landry, C. R., Townsend, J. P., Hartl, D. L., and Cavalieri, D. 2006. Ecological

and Evolutionary Genomics of Saccharomyces cerevisiae. Molecular

Ecology, Vol15 : 575-591.

Levenspiel, O. 1972.Chemical Reaction Engineering 2nd edition. John Wiley and

Sons Inc, New York.

Lin, Y., dan S. Tanaka. 2006. Ethanol Fermentation from BiomassaReseorces :

Current State and Propects. Appl. Microbiol. Biotehcnol. 69 : 627-642.

Matches. 2020. Matches’ Process Equipment Cost Estimates. Diakses melalui

www.matche.com pada 21 Juni 2022.

Mc.Graw Hill Education. Price Order. Diakses melalu iwww.mheducation.com

pada 1 Mei 2021.

McCabe, W.L. and Smith, J.C. 1985.Operasi Teknik Kimia. Erlangga, Jakarta.
Missen, R. W. 1999. Introduction to Chemical Reaction Engineering and

Kinetics. John Wiley and Sons, Inc : New York

Novia.,dkk. 2014. Produksi Bioetanol Generasi Ke-2 dari TKKS dengan Metode

Alkaline Pretreatment–Hydrolisis Enzimatik–Fermentasi. Prosiding

Seminar Nasional Teknik Kimia.

Olivieri et all.2021. Bioreactor and Bioprocess Design Issues in Enzymatic

Hydrolysis of Lignocellulosic Biomass. Catalysts

Peters and Timmerhaus. 1991. Plant Design and Economics for Chemical

Engineering4th Edition, McGraw Hill Book Co. Inc. New York.

Perry, Robert H., and Don W. Green. 2008. Perry’s Chemical Engineers’

Handbook 8th edition. McGraw Hill : New York.

Powell, S.T. 1954. “Water Conditioning for Industry”, McGraw Hill Book

Company, New York.

Prasetyo, T, Joko Handoyo, dan Cahyati Setiani. 2002. Karakteristik Sistem

Usahatani Jagung-Ternak di Lahan Irigasi. Prosiding Seminar Nasional:

Inovasi Teknologi Palawijaya, Buku 2- Hasil Penelitian dan Pengkajian.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan

Litbang Pertanian, hal 581-605

Panduan PKL. Description All Plant. PT. Indo Acidatama Tbk, Karanganyar:

Solo.

Panduan PKL. Pengolahan Limbah. PT. Indo Acidatama Tbk, Karanganyar: Solo.
Pujaningsih, R. 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan.

Fakultas Perternakan UNDIP : Semarang.

PT. Indonesia Ethanol Industry. 2014. Company Profile.

Sanchez, dkk.2008. Trends in Biotecnological Production of Fuel from different

Feedstock, International Journal of Bioresource Technology, page 99.

Sinnott, R.K. 2005. Chemical Engineering Design 4th Edition Vol. 6. Oxford :

Elsevier Butterworth-Heinemann

Smith, J.M., H.C. Van Ness, and M.M. Abbott. 2001. Chemical Engineering

Thermodynamics 6th edition. McGraw Hill : New York.

Sun, Y., and Cheng, J. J. 2002. Hydrolysis of Lignocellulose Materials for

Ethanol Production. A Review, Bioresource Technology, 83, 1-11.

Sutikno, et al. 2015. Pengaruh Perlakuan Awal Basa dan Asam Terhadap Kadar

Gula Reduksi Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Industri dan

Hasil Pertanian. Vol 20:1.

Taherzadeh, Mohammad J., dkk.2007“Enzim-Based Hydrolisis Processes for

Ethanol form Lignocellulosic Material: A Review”, ncsu.edu/bioresources

2(4), pp.707-738.

Teoh, A. L., Heard, G., and Cox, J. 2004. Yeast Ecology of Kombucha

Fermentation. International of Food Microbiology. Vol 95:2, 119-126.


Timmerhaus, Klaus D., Max S. Peters, and Ronald E. West. 2002. Plant Design

and Economics for Chemical Engineers 5th edition. McGraw-Hill : New

York.

Treyball, R.E. 1981.Mass Transfer Operation 3rd edition. McGraw-Hill Book

Company, New York.

Ulrich, G.D.1984. A Guide to Chemical Engineering Process Design and

Economics. John Wiley & Sons Inc, New York.

US Patent 3.591.454, 1968. Diakses melalui https://www.google.com.ar/patent

/US8232082 pada 29 Juni 2021.

Walangare, K.B.A., dkk. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi

Air Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas

Elektrik. Jurusan teknik elektro UNSRAT : Manado.

Wade, L. G. 1987. Organic Chemistry. Prentice Hall Inc : USA.

Wallas, Stanley M. 1990. Chemical Process Equipment. Butterworth-

Heinemann:Washington.

Wang, L, K. 2008. Gravity Thickener, Handbook Of Enviromental Engineering,

Vol. 6th. New Jersey : The Humana Press Inc.

Welty, J.R.,R.E. Wilson, and C.E. Wick. 1976. Fundamentals of Momentum heat

and Mass Transfer.


Widjaja, T.2007. Produksi Etanol dar iMolase dengan Teknik Immobilized Cell

Ca Alginale dalam Bioreaktor Packed Bed. Seminar Nasional

Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia. ISSN 1410-5667.

Wilson, E. T. 2005. Clarifier Design. London : Mc Graw Hill Book Company.

Worldwatch Institute and Centre for American Progress. 2006. American Energy:

The Renewable Path to Energy Security.

Yaws, C.L. 1999.Chemical Properties Handbook. Mc Graw Hill Book Co.,

NewYork

Anda mungkin juga menyukai