2024 Buku Profesi Keguruan - Pinton
2024 Buku Profesi Keguruan - Pinton
2024 Buku Profesi Keguruan - Pinton
HALAMAN SAMPUL
BUKU AJAR
PROFESI KEGURUAN
UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN
DAN KEGURUAN
i
Buku Ajar
Profesi Keguruan untuk Mahasiswa Pendidikan dan Keguruan
ITAS BUKU
Penulis
Pinton Setya Mustafa, M.Pd.
Editor
Muhammad Syamsussabri, M.Pd.
Layout & Desain Sampul
Ukuran
vi + 113 hlm, Uk: 15,5 x 23 cm
ISBN
978-623-8373-20-8 (PDF)
Penerbit
CV PUSTAKA MADANI
Jl. Halmahera Raya, Perumahan Panorama Alam, No. 38, Kota
Mataram, NTB 83124
Website: www.pustakamadani.net
Email: penerbitpustakamadani@gmail.com,
Instagram/FB: @penerbitpustakamadani @pustakamadani.press
WA: +62 896-7136-9707
Cetakan Pertama, Februari 2024
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI): 010/NTB/2021
Dilarang mengutip dan memperbanyak isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
C. Kompetensi Kepribadian yang harus Dimiliki Guru .............. 33
D. Pentingnya Kompetensi Kepribadian ................................... 34
Latihan Soal ............................................................................. 36
BAB V KOMPETENSI SOSIAL .................................................... 38
Tujuan ...................................................................................... 38
Deskripsi Materi ....................................................................... 38
A. Pengertian Kompetensi Sosial ............................................. 38
B. Karakteristik Kompetensi Sosial .......................................... 40
C. Fungsi Kompetensi Sosial ................................................... 43
D. Indikator Kompetensi Sosial ................................................ 44
E. Peran Kompetensi Sosial .................................................... 46
Latihan Soal ............................................................................. 48
BAB VI KOMPETENSI PROFESIONAL ...................................... 49
Tujuan ...................................................................................... 49
Deskripsi Materi ....................................................................... 49
A. Pengertian Kompetensi Profesional ..................................... 49
B. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional .............................. 51
C. Karakteristik Guru Profesional ............................................. 53
D. Indikator Kompetensi Profesional Guru ............................... 54
Latihan Soal ............................................................................. 56
BAB VII KODE ETIK DAN SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN . 58
Tujuan ...................................................................................... 58
Deskripsi Materi ....................................................................... 58
A. Pengertian Kode Etik Profesi Keguruan............................... 58
B. Fungsi Kode Etik Profesi Guru............................................. 61
C. Maksud dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru ........................ 63
D. Sikap Profesional Keguruan ................................................ 64
E. Sasaran Sikap Profesional Keguruan .................................. 66
Latihan Soal ............................................................................. 68
BAB VIII PENDIDIKAN NASIONAL KI HAJAR DEWANTARA ..... 70
Tujuan ...................................................................................... 70
Deskripsi Materi ....................................................................... 70
A. Pendidikan Menurut Pandangan Ki Hajar Dewantara .......... 70
B. Fase Perkembangan Pendidikan Nasional Ki Hajar
Dewantara................................................................................ 74
C. Pengajaran Rakyat menurut Ki Hajar Dewantara ................ 75
Latihan Soal ............................................................................. 76
v
BAB IX PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN...................... 78
Tujuan ...................................................................................... 78
Deskripsi Materi ....................................................................... 78
A. Pengertian Peran Guru ........................................................ 78
B. Peran dan Fungsi Guru ....................................................... 79
C. Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran . 84
Latihan Soal ............................................................................. 85
BAB X PENGEMBANGAN PROFESIONALISME KEGURUAN .. 87
Tujuan ...................................................................................... 87
Deskripsi Materi ....................................................................... 87
A. Pengertian Pengembangan Profesionalisme Guru .............. 87
B. Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru ................... 89
C. Prinsip Profesionalitas Guru ................................................ 92
D. Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru ...................... 93
E. Jenis-Jenis Pengembangan Kegiatan Guru. ........................ 94
Latihan Soal ............................................................................. 95
BAB XI KONSEP PROFESI KEGURUAN ABAD 21 .................... 96
Tujuan ...................................................................................... 96
Deskripsi Materi ....................................................................... 96
A. Konsep Pendidikan Abad 21................................................ 96
B. Peranan Guru Abad 21 ........................................................ 97
C. Keterampilan Yang Dibutuhkan Guru Abad 21 .................... 99
D. Tantangan Guru Abad 21 .................................................. 100
E. Ciri-ciri dan Karakteristik Guru Abad 21 ............................. 102
Latihan Soal ........................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 107
PROFIL PENULIS ..................................................................... 113
vi
BAB I
KONSEP UMUM PROFESI KEGURUAN
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian profesi keguruan.
2. Menganalisis syarat-syarat profesi keguruan.
3. Memahami sejarah perkembangan profesi keguruan.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian
profesi keguruan; 2) syarat-syarat profesi keguruan, dan 3) sejarah
perkembangan profesi keguruan.
1
spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan diatur oleh
kode etika khusus (Hornby, 1998). Dari berbagai penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa profesi pada dasarnya adalah
suatu pekerjaan spesifik yang membutuhkan persyaratan khusus
dan istimewa. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan dan
memperoleh kepercayaan dari pihak yang membutuhkan layanan
tersebut.
1. Berbagai istilah terkait profesi antara lain adalah profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan
profesionalisasi. Profesi merujuk pada jabatan atau pekerjaan
yang memerlukan keahlian khusus, yang tidak bisa dilakukan
oleh sembarang orang tanpa pelatihan dan persiapan khusus.
Profesional bisa merujuk pada individu yang memiliki suatu
profesi atau penampilan seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan profesinya. Profesionalisme
mengacu pada komitmen anggota suatu profesi untuk
menjalankan pekerjaannya secara profesional, termasuk
strategi yang digunakan untuk mencapai hasil kerja yang
optimal. Profesionalitas adalah istilah untuk kualitas sikap
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta tingkat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk
menjalankan tugas-tugasnya. Sedangkan profesionalisasi
merujuk pada proses peningkatan kualifikasi dan kompetensi
anggota profesi untuk mencapai standar penampilan sebagai
anggota suatu profesi (Sanusi, 1991).
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui
kinerjanya pada tingkat institusional dan instruksional, peran
strategis tersebut sejalan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang
2
menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional
sekaligus sebagai agen pembelajaran. Sebagai profesional, tugas
guru hanya bisa dijalankan oleh orang yang memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan
standar untuk setiap jenis dan tingkat pendidikan tertentu. Guru,
dalam kapasitasnya sebagai profesional, memiliki visi untuk
mewujudkan pembelajaran yang berjalan sesuai dengan prinsip
profesionalisme, sehingga memastikan setiap individu
mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas. Sebagai agen pembelajaran, guru memiliki berbagai
peran, termasuk sebagai fasilitator, motivator, pendorong, insinyur
pembelajaran, dan sumber inspirasi bagi siswa. Untuk memenuhi
peran-peran ini, guru dituntut untuk terus meningkatkan kinerja
dan profesionalismenya untuk menjawab perubahan dan
kebutuhan yang muncul dalam dunia pendidikan saat ini (Sanusi,
1991).
4
• Memiliki kebebasan untuk meningkatkan kompetensi
profesionalnya, baik secara individu maupun dalam
konteks institusional.
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
anggota profesi berkomitmen pada kode etik yang diawasi oleh
organisasi profesi. Anggota profesi memiliki otonomi dalam
membuat penilaian atau keputusan atas masalah yang mereka
hadapi. Dalam praktiknya, saat melayani masyarakat, anggota
profesi bekerja secara mandiri dan bebas dari intervensi pihak lain.
Profesi ini memiliki reputasi tinggi di masyarakat dan dengan
demikian mendapatkan kompensasi yang tinggi.
• Profesi ini memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang penting.
Pekerjaan ini membutuhkan keterampilan atau keahlian
khusus. Keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan untuk
profesi ini diperoleh melalui pemecahan masalah dengan
menggunakan teori dan metode ilmiah.
• Profesi ini didasarkan pada disiplin ilmu yang jelas, sistematis,
dan eksplisit, yang bukan hanya berdasarkan opini publik.
Profesi ini membutuhkan pendidikan tingkat perguruan tinggi
dengan durasi yang cukup lama. Proses pendidikan untuk
profesi ini juga melibatkan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
profesional itu sendiri.
• Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, setiap
anggota profesi berpegang teguh pada kode etik yang diawasi
oleh organisasi profesi. Setiap anggota profesi memiliki
kebebasan dalam membuat penilaian atau keputusan terhadap
masalah yang mereka hadapi.
5
• Dalam praktiknya, saat melayani masyarakat, anggota profesi
bekerja secara otonom dan bebas dari intervensi pihak lain.
Profesi ini memiliki prestise yang tinggi di masyarakat dan oleh
karena itu mendapatkan kompensasi yang tinggi (Hasan,
2011).
Ornstein (1985) menyatakan bahwa Berikut adalah syarat
dan kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jabatan bisa disebut
sebagai profesi:
1. Menyediakan layanan untuk masyarakat.
2. Memerlukan pengetahuan dan keterampilan spesifik yang
tidak umum diketahui oleh masyarakat luas.
3. Mengaplikasikan hasil penelitian dan teori dalam prakteknya.
4. Membutuhkan pelatihan intensif dan berdurasi panjang.
5. Diatur oleh standar lisensi dan memiliki persyaratan khusus
untuk masuk.
6. Memiliki otonomi dalam mengambil keputusan terkait dengan
ruang lingkup pekerjaan mereka.
7. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dan kinerja
yang ditunjukkan dalam kaitannya dengan layanan yang
diberikan.
8. Berkomitmen terhadap klien dan menekankan pada layanan
yang akan diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memfasilitasi pekerjaan
profesional mereka, dan relatif bebas dari pengawasan dalam
jabatan mereka.
10. Diatur oleh organisasi yang dibentuk oleh anggota profesi itu
sendiri.
6
11. Memiliki asosiasi profesional atau kelompok elit yang
mengakui dan menghargai keberhasilan anggotanya.
12. Mempunyai kode etik yang mengklarifikasi hal-hal yang
ambigu atau meragukan yang berhubungan dengan layanan
yang diberikan.
13. Mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi dari publik dan
kepercayaan diri setiap anggotanya.
14. Memiliki status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Dengan demikian, menjadi seorang profesional bukanlah
hal yang mudah. Setiap profesi memiliki serangkaian syarat dan
kriteria khusus yang harus dipenuhi. Ini melibatkan pengetahuan
dan keterampilan khusus, pelatihan intensif, komitmen terhadap
klien, dan standar etika tertentu. Profesi juga menuntut tingkat
otonomi, tanggung jawab, dan kepercayaan diri yang tinggi. Selain
itu, penting juga bagi profesi untuk memiliki pengakuan dan
dukungan dari organisasi profesional serta masyarakat luas.
Dengan memenuhi semua kriteria dan syarat ini, seorang
profesional dapat memberikan layanan yang bermutu kepada
masyarakat dan menikmati status sosial dan ekonomi yang tinggi.
11
5. Guru yang diangkat karena kebutuhan mendesak, biasanya
berasal dari kalangan masyarakat yang pernah mendapatkan
pendidikan. Tentu saja, kategori terakhir ini sangat beragam di
berbagai daerah.
Meski sekolah guru telah dibuka dan sekolah normal juga
didirikan, pada awalnya kurikulumnya terfokus pada pengetahuan
yang diajarkan saja. Kurikulum ilmu pendidikan dan psikologi
belum secara khusus dimasukkan. Seiring dengan pendirian
sekolah-sekolah tingkat tinggi seperti Hollands Inlandse School
(HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), Hogere
Burgeschool (HBS), dan Algemene Middelbare School (AMS),
secara bertahap didirikan lembaga pendidikan guru atau kursus-
kursus untuk mempersiapkan guru mereka, seperti Hogere
Kweekschool (HKS) dan kursus Hoofdacte (HA) untuk calon
kepala sekolah.
Situasi ini berlanjut hingga era pendudukan Jepang dan
awal perang kemerdekaan, meski dengan nama dan bentuk
lembaga pendidikan guru yang disesuaikan dengan kondisi waktu
itu. Langkah demi langkah, pendidikan guru meningkat dan
memiliki lembaga pendidikan guru yang tunggal, yaitu Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Meskipun profesi guru belum sepenuhnya dianggap
sebagai profesi profesional, statusnya mulai membaik. Di
Indonesia, telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
yang menjadi wadah persatuan guru, dan juga memiliki perwakilan
di DPR/MPR. Namun, apakah para wakil organisasi ini telah
mewakili semua keinginan para guru, baik dari segi profesional
maupun kesejahteraan, semuanya akan tergantung pada guru itu
12
sendiri dan pemerintah serta masyarakat yang menggunakan atau
mendapatkan layanan guru.
Sejarah pendidikan guru di Indonesia menunjukkan bahwa
guru pernah memiliki status yang sangat tinggi di masyarakat,
memiliki otoritas yang kuat, dan dianggap sebagai orang yang
memiliki pengetahuan luas. Peran guru saat itu tidak hanya
mengajar di kelas, tetapi juga mendidik masyarakat. Mereka
menjadi tempat bagi masyarakat untuk bertanya dan mencari
solusi, baik untuk masalah pribadi maupun sosial.
Namun, otoritas guru mulai memudar seiring dengan
kemajuan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan meningkatnya kepedulian guru terhadap balas jasa atau
imbalan. Dalam era teknologi yang maju ini, guru bukan lagi satu-
satunya tempat bertanya bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat
mungkin lebih tinggi dari guru, dan otoritas guru berkurang antara
lain karena status guru dianggap kalah prestisius dari jabatan lain
yang memiliki pendapatan yang lebih baik.
Selanjutnya, hingga era orde baru, profesi guru mengalami
penurunan. Bukan semua lulusan lembaga pendidikan guru
memilih menjadi guru. Bahkan, ada sebagian lulusan lembaga
pendidikan guru yang diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil
(CPNS) tetapi tidak bekerja sebagai guru. Kondisi ini dipicu oleh
persepsi yang berkembang mengenai situasi saat ini terkait
dengan profesi guru, antara lain: gaji guru yang relatif rendah,
prosedur birokrasi yang rumit yang harus dihadapi guru dalam
pengembangan karirnya, penurunan status guru di masyarakat.
Akibatnya, menjadi sangat sulit untuk mendapatkan lulusan
sekolah menengah atas yang berprestasi dan memiliki minat
menjadi guru.
13
Lebih lanjut, perubahan peran dan tanggung jawab
lembaga pendidikan guru yang terus berkembang juga
berpengaruh dalam menyiapkan profil guru yang berkualitas.
Lembaga pendidikan tenaga penghasil guru (PTPG), fakultas
keguruan dan ilmu pengetahuan (FKIP), institut pendidikan guru
(IPG) dll merupakan transformasi lembaga pendidikan guru untuk
menjawab kebutuhan penyediaan guru yang profesional dan
berkarakter. Tetapi ketika kesejahteraan guru masih berada pada
posisi yang relatif rendah, ini menjadi pemicu rendahnya minat
generasi muda untuk menjadi guru. Alasannya adalah menjadi
guru tidak menjamin kehidupan yang baik. Kini pasca berlakunya
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
profesi guru terkesan sedang diperhatikan dan hendak diangkat
harkat dan martabatnya (Soenaryo, 2001).
Latihan Soal
1. Berikan contoh dari kehidupan nyata yang menunjukkan
bagaimana seorang guru menerapkan definisi Profesi
Keguruan dalam praktiknya, lalu jelaskan mengapa contoh
tersebut relevan!
2. Bagaimana Profesi Keguruan dapat membantu dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional? Berikanlah analisis
Anda!
3. Jika Anda harus menambahkan satu syarat lagi untuk Profesi
Keguruan, apa itu dan mengapa Anda memilihnya? Jelaskan
bagaimana syarat tersebut dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan!
14
4. Berdasarkan pengalaman Anda, bagaimana seorang guru bisa
memenuhi semua syarat Profesi Keguruan? Berikanlah contoh
dan analisis Anda!
5. Bagaimana perkembangan sejarah Profesi Keguruan telah
mempengaruhi pendekatan dan metode pengajaran di kelas
saat ini? Berikanlah analisis mendalam Anda dengan contoh
konkret dari kehidupan nyata!
15
BAB II
LANDASAN HUKUM PROFESI KEGURUAN
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami definisi landasan hukum profesi keguruan.
2. Memahami undang-undang ri nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen.
3. Memahami peraturan pemerintah republik indonesia.
4. Menganalisis korelasi landasan hukum dan profesi keguruan.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) definisi landasan
hukum profesi keguruan; 2) undang-undang ri nomor 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen; 3) peraturan pemerintah republik
indonesia; dan 4) korelasi landasan hukum dan profesi keguruan.
16
aturan ini secara eksplisit tertulis dalam peraturan pemerintah atau
instansi dan juga disebutkan dalam undang-undang.
Hukum pada intinya adalah seperangkat aturan yang
menjadi panduan dalam melakukan aktivitas tertentu, seperti
dalam bidang pendidikan. Namun, tidak semua aspek dalam
pendidikan diatur oleh aturan resmi. Ada beberapa aturan yang
tidak diatur secara resmi namun diatur oleh aturan lainnya, seperti
implementasi kurikulum yang tentunya diatur oleh kurikulum itu
sendiri dalam hal proses pembelajaran, penilaian, dan
pengawasannya (Mustafa & Gusdiyanto, 2023). Landasan hukum
profesi keguruan adalah sesuatu yang menjadi dasar dan
mengatur segala aspek yang berkaitan dengan profesi keguruan,
baik dalam hal kualifikasi keguruan atau dalam menjalankan
profesi keguruan itu sendiri.
Landasan hukum pendidikan bisa berasal dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang sengaja dibuat sebagai
pedoman dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan
nasional. Untuk menjadi pendidik yang profesional, setidaknya
harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi
sesuai dengan landasan hukum yang berlaku..
Latihan Soal
1. Mengapa landasan hukum penting dalam profesi keguruan
dan bagaimana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia membantu dalam
mendefinisikan dan mengatur profesi ini? Berikan analisis
mendalam Anda!
20
2. Bagaimana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen mempengaruhi sikap
dan perilaku guru dalam menjalankan tugas profesional
mereka? Berikan contoh konkret dan analisis Anda!
3. Dalam konteks Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,
bagaimana regulasi ini dapat mempengaruhi standar dan
kualitas pengajaran di Indonesia? Jelaskan dengan
memberikan contoh spesifik!
4. Bagaimana korelasi antara landasan hukum dan profesi
keguruan dapat membantu dalam menyelesaikan tantangan
dan isu yang dihadapi oleh guru di Indonesia? Berikan
pemikiran kritis dan analisis Anda!
5. Bagaimana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia dapat disesuaikan dan
diterapkan untuk memastikan bahwa profesi keguruan tetap
relevan dan efektif di era digital dan globalisasi ini? Berikan
pandangan dan analisis kritis Anda!
21
BAB III
KOMPETENSI PEDAGOGIK
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian kompetensi pedagogik.
2. Menganalisis aspek-aspek pedagogik.
3. Menganalisis tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi.
4. Menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap
kualitas pembelajaran.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian
kompetensi pedagogik; 2) aspek-aspek pedagogik; 3) tugas dan
tanggung jawab guru dalam pengembangan profesi; dan 4)
pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap kualitas
pembelajaran
B. Aspek-aspek Pedagogik
1. Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan: Ini
merujuk pada pengetahuan dan pemahaman guru tentang
prinsip-prinsip dan teori pendidikan, serta landasan hukum dan
filosofis dari sistem pendidikan. Ini penting untuk membantu
guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan relevan.
2. Pemahaman Terhadap Peserta Didik: Ini melibatkan
pemahaman guru tentang karakteristik individu dan kelompok
siswa, termasuk kebutuhan belajar mereka, minat, latar
belakang sosial dan budaya, dan cara belajar mereka. Ini
membantu guru dalam merancang dan menyesuaikan metode
pengajaran yang paling efektif untuk siswa.
3. Pengembangan Kurikulum/Silabus: Ini merujuk pada
keterampilan guru dalam mengembangkan atau menyesuaikan
24
kurikulum atau silabus untuk memenuhi kebutuhan belajar
siswa dan tujuan pendidikan.
4. Perancangan Pembelajaran: Ini merujuk pada kemampuan
guru dalam merancang rencana pembelajaran yang efektif dan
menarik yang mencakup tujuan pembelajaran, metode
pengajaran, bahan ajar, dan strategi evaluasi.
5. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis: Ini
melibatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, di mana siswa
diberdayakan untuk aktif dalam proses belajar dan berdialog
dengan guru dan teman sebaya mereka.
6. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran: Ini merujuk pada
kemampuan guru dalam menggunakan teknologi modern
untuk mendukung proses pembelajaran, seperti perangkat
lunak pembelajaran, media digital, dan platform pembelajaran
online.
7. Evaluasi Hasil Belajar (EHB): Ini melibatkan kemampuan guru
dalam mengevaluasi dan menilai hasil belajar siswa, dan
menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan
pembelajaran dan pengajaran.
8. Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan
Berbagai Potensi yang Dimilikinya: Ini merujuk pada peran
guru dalam mendukung dan memfasilitasi pengembangan
potensi siswa, baik secara akademik maupun non-akademik,
untuk membantu mereka mencapai potensi penuh mereka.
25
C. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Dalam Pengembangan
Profesi
Seorang guru profesional adalah individu yang memiliki
keahlian dan keterampilan dalam bidang pendidikan, atau dengan
kata lain, mereka telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
yang memadai. Memahami apa yang dimaksud dengan terdidik
dan terlatih berarti seseorang memiliki penguasaan berbagai
strategi atau teknik dalam proses belajar mengajar dan juga
menguasai landasan kependidikan seperti yang ditetapkan dalam
kompetensi guru. Namun, tampaknya dalam konteks saat ini,
tugas dan tanggung jawab guru dalam pengembangan profesi
belum sepenuhnya diterapkan. Yang paling tampak hanyalah
tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pengajar dan
administrator kelas.
Seorang guru profesional adalah orang yang memiliki
pengetahuan yang mendalam dan keterampilan yang diperlukan
dalam bidang pendidikan. Ini tidak hanya merujuk pada
pengetahuan teoritis, tetapi juga pada keterampilan praktis yang
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang memadai.
Dengan kata lain, seorang guru profesional telah terdidik dan
terlatih dengan baik. Mereka menguasai berbagai strategi dan
teknik yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Selain itu,
mereka juga memahami dan menghargai landasan kependidikan,
yang merupakan bagian integral dari kompetensi seorang guru.
Meski demikian, dalam konteks saat ini, tampaknya masih
ada ruang yang cukup besar untuk pengembangan profesi guru.
Tugas dan tanggung jawab guru dalam pengembangan profesi
mereka tampaknya belum sepenuhnya diterapkan. Yang paling
jelas saat ini adalah peran mereka sebagai pengajar dan
26
administrator kelas. Ini adalah aspek penting dari pekerjaan
mereka, tetapi ini tidak seharusnya menjadi satu-satunya fokus.
Pengembangan profesi adalah aspek penting dari pekerjaan
seorang guru, dan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari
pengembangan keterampilan pengajaran, pemahaman terhadap
perkembangan terbaru dalam pendidikan dan penelitian, hingga
peningkatan kesejahteraan diri sendiri dan siswa. Oleh karena itu,
penting bagi guru untuk mencari dan memanfaatkan setiap
kesempatan untuk pengembangan profesi, baik melalui pelatihan
formal, pelatihan peer, atau belajar mandiri.
Latihan Soal
1. Bagaimana definisi kompetensi pedagogik dapat
mempengaruhi pendekatan dan metode pengajaran seorang
guru? Berikan analisis Anda dengan contoh konkret!
28
2. Dalam konteks aspek-aspek pedagogik, bagaimana aspek-
aspek tersebut dapat mempengaruhi interaksi antara guru dan
siswa? Berikan penjelasan mendalam dengan contoh yang
relevan!
3. Bagaimana tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi dapat mempengaruhi efektivitas
pengajaran dan hasil belajar siswa? Berikan analisis Anda
dengan contoh yang relevan!
4. Sejauh mana pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap
kualitas pembelajaran? Apakah ada korelasi langsung antara
kedua faktor tersebut? Jelaskan pendapat Anda dengan
menggunakan argumen dan bukti yang kuat!
5. Bagaimana cara seorang guru mengembangkan kompetensi
pedagogiknya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran?
Berikan analisis Anda dengan contoh spesifik dan langkah-
langkah praktis!
29
BAB IV
KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian kompetensi kepribadian.
2. Memahami fungsi potensi kepribadian.
3. Menganalisis kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru.
4. Menganalisis pentingnya kompetensi kepribadian.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian
kompetensi kepribadian; 2) fungsi potensi kepribadian; 3)
kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru; dan 4)
pentingnya kompetensi kepribadian.
30
harus diinterpretasikan sebagai manifestasi dari individu yang utuh
dan lengkap.
Sebagai pendidik yang tugas utamanya adalah mengajar,
karakteristik kepribadian seorang guru memiliki pengaruh yang
sangat signifikan terhadap keberhasilan pengembangan sumber
daya manusia. Kepribadian yang kuat dan stabil dari seorang guru
dapat memberikan contoh yang baik bagi siswa dan masyarakat,
sehingga guru dapat dianggap sebagai sosok yang layak untuk
dihormati dan ditiru. Kepribadian guru adalah faktor penting dalam
keberhasilan belajar siswa. Dalam konteks ini, kepribadian guru
menentukan apakah mereka menjadi pendidik dan mentor yang
baik bagi siswa mereka, atau sebaliknya, menjadi penghalang
atau merusak masa depan siswa mereka, terutama bagi siswa
yang masih muda (tingkat dasar) dan mereka yang sedang
mengalami krisis emosional (tingkat menengah) (Darajat, 2006).
Karakteristik kepribadian yang terkait dengan keberhasilan
seorang guru dalam menjalankan profesinya mencakup
fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas
kognitif, atau kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara
simultan dan tepat dalam situasi tertentu, merupakan aspek
penting dari kepribadian seorang guru. Guru yang fleksibel
biasanya ditandai dengan kemampuan berpikir dan beradaptasi
yang terbuka. Selain itu, mereka memiliki daya tahan terhadap
penutupan prematur dari ranah kreatif dalam pengamatan dan
pengenalan. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen,
kompetensi kepribadian adalah kemampuan untuk memiliki
kepribadian yang stabil, berakhlak baik, bijaksana, berwibawa, dan
dapat menjadi contoh bagi siswa. Surya merujuk kompetensi
kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan
31
pribadi seorang guru yang diperlukan untuk menjadi guru yang
baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang
berkaitan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan
diri, dan aktualisasi diri (Darajat, 2006).
34
fungsi ini, guru harus pandai dalam berkomunikasi dengan siswa
di segala usia.
Sebuah pepatah klasik mengatakan bahwa segala sesuatu
tergantung pada pribadi masing-masing. Dalam konteks tugas
guru, kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial yang dimiliki
seorang guru pada dasarnya akan bergantung pada pribadi guru
itu sendiri. Pelaksanaan proses pembelajaran dan interaksi
dengan siswa akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang
sehat dan utuh, dengan karakteristik seperti yang dijelaskan dalam
rumusan kompetensi kepribadian di atas, dapat dianggap sebagai
titik awal bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses.
Seorang guru adalah pendidik profesional yang bertugas
untuk mengembangkan kepribadian atau karakter siswa.
Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai oleh seorang
guru akan sangat membantu dalam pengembangan karakter
siswa. Dengan menjadi sosok yang dapat dipercaya dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa
yang diajarkan gurunya. Misalnya, ketika seorang guru ingin
mengajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi
sebaliknya, guru tersebut malah menunjukkan sikap kasar dan
mudah marah, maka yang akan tertanam dalam pikiran dan
keyakinan siswa bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap
kasar itu yang lebih berkesan.
Dalam masyarakat, kepribadian guru seringkali dianggap
lebih sensitif dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau
profesional. Jika ada seorang guru yang melakukan tindakan yang
tidak pantas, atau melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat, biasanya masyarakat akan bereaksi dengan cepat.
35
Hal ini tentu saja dapat berdampak pada penurunan wibawa guru
yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap
institusi sekolah tempat dia bekerja.
Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa
kompetensi kepribadian seorang guru berdampak pada
perkembangan belajar dan karakter siswa. Studi kuantitatif yang
dilakukan oleh Irawan (2010) menegaskan bahwa kompetensi
kepribadian guru memiliki korelasi yang kuat dan signifikan
dengan motivasi siswa dalam berprestasi. Sementara itu,
penelitian kualitatif yang dijalankan oleh Rahayu (2008)
menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru berkontribusi
terhadap kondisi moral siswa. Hasil penelitian lainnya, yang
dilakukan oleh Holidah (2010), menunjukkan bahwa penampilan
kepribadian guru memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
minat dan antusiasme siswa dalam mengikuti proses belajar-
mengajar.
Latihan Soal
1. Bagaimana pengertian kompetensi kepribadian dapat
mempengaruhi cara seorang guru dalam berinteraksi dengan
siswa? Berikan analisis Anda dengan contoh konkret!
2. Fungsi potensi kepribadian dalam profesi keguruan adalah
aspek penting. Bagaimana menurut Anda fungsi tersebut
dapat mempengaruhi efektivitas pengajaran dan hasil belajar
siswa? Berikan penjelasan mendalam dengan contoh yang
relevan!
3. Sebutkan dan jelaskan beberapa kompetensi kepribadian yang
harus dimiliki guru dan bagaimana kompetensi tersebut dapat
mempengaruhi kualitas pengajaran mereka!
36
4. Sejauh mana pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap
kualitas pembelajaran? Apakah ada korelasi langsung antara
kedua faktor tersebut? Jelaskan pendapat Anda dengan
menggunakan argumen dan bukti yang kuat!
5. Mengapa kompetensi kepribadian penting bagi seorang guru?
Bagaimana kompetensi tersebut dapat mempengaruhi
interaksi antara guru dan siswa, serta lingkungan belajar
secara keseluruhan? Berikan analisis Anda dengan contoh
spesifik dan langkah-langkah praktis!
37
BAB V
KOMPETENSI SOSIAL
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian kompetensi sosial.
2. Menganalisis karakteristik kompetensi sosial.
3. Menganalisis fungsi kompetensi sosial.
4. Menganalisis indikator kompetensi sosial.
5. Menganalisis peran kompetensi sosial.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian
kompetensi sosial; 2) karakteristik kompetensi sosial; 3) fungsi
kompetensi sosial; 4) indikator kompetensi sosial; dan 5) peran
kompetensi sosial.
39
mendukung kreativitas masyarakat, serta menjaga emosi dan
perilaku yang tidak baik.
3. Tanggung jawab sosial seorang guru. Peran guru di sekolah
tidak lagi hanya untuk memberikan pendidikan, tetapi juga
harus memikul tanggung jawab yang lebih besar, yaitu bekerja
sama dengan pengelola pendidikan lainnya di lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, guru harus lebih banyak
melibatkan dirinya di luar sekolah. Set kompetensi yang
diuraikan secara operasional di atas merupakan bekal bagi
calon guru, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
di sekolah sekaligus sebagai guru di masyarakat (Mulyasa,
2013).
Menguasai kompetensi sosial adalah suatu keharusan.
Beberapa jenis kompetensi guru mencakup: mengenali dan
menghargai martabat dan potensi setiap siswa yang diajarkan,
menciptakan lingkungan sosial yang mendukung interaksi belajar-
mengajar dan sangat mendukung secara moral terhadap siswa
untuk menciptakan pemahaman dan kesamaan tujuan dalam
pikiran dan tindakan siswa dan guru, serta memupuk rasa saling
menghormati, saling bertanggung jawab dan saling percaya antara
guru dan siswa (Ramayulis, 1994).
44
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua
atau wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta system nilai yang berlaku dan
5. Menerapkan prinsip persaudaraan dan semangat
kebersamaan (Aqib, 2009).
Menurut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Guru Kompetensi sosial meliputi sub kompetensi
sebagai berikut:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Indikator kemampuan ini adalah sebagi berikut:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi
fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman
sejawat, orang tua, peserta didik, dan lingkungan sekolah
karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua dan masyarakat. Indikatornya sebagai berikut:
a. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas
ilmiah lainnya secara santun, empati dan efektif.
45
b. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat secara santun, empati dan efektif tentang
program pembelajaran dan kemajuan pesertta didik.
c. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat
dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi
kesulitan belajar peserta didik (Mauliza et al., 2024).
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki karagaman sosial budaya. Indikator
kemampuan ini adalah sebagai berikut:
a. Beradaptasi dengan lingkungan tempat kerja dalam rangka
meningkatkan efektifitas sebagai pendidik.
b. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja
untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pendidik didaerah yang bersangkutan.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Indikator
kemampuan ini adalah sebagai berikut:
a. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan
komunitas lainnya melalui berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran
kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan
maupun bentuk lain.
Latihan Soal
1. Sebagai seorang guru, bagaimana Anda mendefinisikan
kompetensi sosial dan bagaimana definisi tersebut
mempengaruhi pendekatan Anda dalam mengajar di kelas
yang beragam?
2. Dalam situasi di mana terjadi ketegangan antara siswa di
kelas, bagaimana karakteristik kompetensi sosial yang Anda
miliki dapat mempengaruhi penyelesaian konflik tersebut?
Berikan contoh situasi dan jelaskan!
3. Bagaimana fungsi kompetensi sosial dapat berperan dalam
membentuk budaya belajar yang positif di kelas Anda?
Jelaskan dengan contoh yang konkret!
4. Sebagai seorang guru, bagaimana Anda mengidentifikasi
indikator kompetensi sosial pada siswa Anda dan bagaimana
pengetahuan tersebut mempengaruhi strategi pengajaran
Anda?
5. Bagaimana peran kompetensi sosial dalam membantu Anda
sebagai guru untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif
dan inklusif di kelas Anda? Berikan contoh situasi kelas dan
jelaskan bagaimana kompetensi sosial Anda berperan dalam
situasi tersebut!
48
BAB VI
KOMPETENSI PROFESIONAL
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian kompetensi profesional.
2. Menganalisis ruang lingkup kompetensi profesional.
3. Menganalisis karakteristik guru profesional.
4. Menganalisis indikator kompetensi profesional guru.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian kompetensi
profesional; 2) ruang lingkup kompetensi profesional; 3)
karakteristik guru profesional; dan 4) indikator kompetensi
profesional guru.
50
kurikulum tersebut, serta peningkatan wawasan keilmuan sebagai
seorang guru.
Kompetensi profesionalisme guru juga bisa
diinterpretasikan sebagai kemampuan dan otoritas guru dalam
menjalankan tugas dan peran mereka dalam profesi pendidikan.
Guru yang mahir dalam melaksanakan tugas profesional mereka
dapat dianggap sebagai guru yang kompeten dan profesional.
Selanjutnya, dalam melaksanakan kewenangan profesional
mereka, guru dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan yang
bersifat psikologis. Ini mencakup kompetensi kognitif (keterampilan
dalam ranah pemikiran), kompetensi afektif (keterampilan dalam
ranah emosi), dan kompetensi psikomotor (keterampilan dalam
ranah tindakan) (Setiawan & Masyhud, 2021).
Berdasarkan BSNP kompetensi profesional adalah
Kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam yang
meliputi:
1. Konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/ seni yang
menaungi/ koheren dengan materi ajar.
2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
3. Hubungan konsep antara mata pelajaran terkait.
4. Penerapan konsep keilmuan dan kehidupan sehari-hari.
5. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional (Asmui et al.,
2019).
51
1. Memiliki pengetahuan mengenai proses belajar serta perilaku
manusia,
2. Memiliki pengetahuan dan penguasaan yang mendalam
terhadap bidang studi yang diajarkannya,
3. Memiliki sikap yang benar terhadap dirinya sendiri, lingkungan
sekolah, rekan kerja, serta bidang studi yang diajarkannya,
4. Memiliki keterampilan dalam metodologi pengajaran
(Saudagar & Idrus, 2011).
Berbagai sumber telah banyak membahas tentang ruang
lingkup kompetensi profesional, namun secara garis besar dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Memahami dan mampu menerapkan landasan pendidikan,
baik itu dalam aspek filosofis, psikologis, sosiologis, dan
lainnya,
2. Memahami dan mampu menerapkan teori belajar yang sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik,
3. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang
menjadi tanggung jawabnya,
4. Memahami dan mampu menerapkan berbagai metode
pembelajaran,
5. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,
media, dan sumber belajar yang relevan,
6. Mampu mengorganisir dan melaksanakan program
pembelajaran,
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta
didik, dan
8. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik (Mulyasa,
2007).
52
Ruang lingkup kompetensi profesional dapat dilihat secara
garis besar mencakup proses pembelajaran. Jika dikaitkan dengan
pengertian kompetensi profesional dalam Standar Nasional
Pendidikan, maka ada hubungan antara penguasaan materi
dengan proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari bagaimana
seorang guru memahami, mengurutkan, mengorganisasikan
materi-materi pembelajaran dan pendayagunaan sumber belajar
yang ada.
53
1. Guru memiliki dedikasi terhadap siswa dan proses belajar
mereka. Ini berarti bahwa prioritas utama seorang guru adalah
siswanya.
2. Guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi
atau mata pelajaran yang diajarkan serta metode
pengajarannya. Bagi seorang guru, kedua aspek ini adalah hal
yang tidak bisa dipisahkan.
3. Guru memiliki tanggung jawab dalam memantau hasil belajar
siswa melalui teknik evaluasi. Mulai dari pengamatan perilaku
siswa hingga tes hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir secara sistematis tentang tugas yang
diemban dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Ini berarti,
seorang guru selalu perlu meluangkan waktu untuk refleksi
dan koreksi atas apa yang telah dilakukan.
54
Adapun sudut pandang lain indikator-indikator kompetensi
guru profesional dalam penguasaan materi pelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Menguasai disiplin ilmu pengetahuan yang menjadi sumber
materi ajar.
2. Menguasai materi yang diajarkan.
3. Menguasai pengetahuan tentang karakteristik siswa.
4. Menguasai pengetahuan tentang filsafat dan tujuan
pendidikan.
5. Menguasai pengetahuan serta penerapan metode dan model
pengajaran.
6. Memahami prinsip-prinsip teknologi pendidikan.
7. Menguasai pengetahuan tentang penilaian, dan mampu
merencanakan dan memimpin untuk memastikan kelancaran
proses pendidikan. (Suprihatiningrum, 2013).
Kompetensi profesional merujuk pada pemahaman guru
terhadap materi pelajaran secara luas dan mendalam. Hal ini
mencakup penguasaan atas materi kurikulum sekolah, substansi
keilmuannya yang menjadi dasar materi tersebut, serta struktur
metodologi ilmiah. Setiap sub-kompetensi dalam hal ini memiliki
indikator penting sebagai berikut:
1. Menguasai substansi ilmu pengetahuan yang terkait dengan
bidang studi. Guru harus memahami materi ajar yang terdapat
dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep, dan
metode ilmiah yang mendukung dan konsisten dengan materi
ajar. Guru juga harus memahami hubungan konsep antara
mata pelajaran yang terkait dan menerapkan konsep-konsep
ilmiah dalam proses belajar mengajar.
55
2. Menguasai struktur dan metode ilmiah berarti bahwa guru
harus mampu menguasai langkah-langkah penelitian dan
kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi
dalam bidang studi. (Suyanto & Asep, 2013).
Kompetensi guru secara keseluruhan dalam praktiknya
membentuk satu kesatuan yang utuh. Beberapa ahli berpendapat
bahwa istilah "kompetensi profesional" sejatinya adalah "payung"
yang mencakup semua jenis kompetensi lainnya. Sementara itu,
penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam lebih tepat
disebut sebagai penguasaan sumber materi ajar atau sering juga
disebut sebagai bidang studi keahlian (Suyanto & Asep, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
prinsip dasar profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam
menguasai materi yang diajarkan, kemampuan dalam mengelola
pembelajaran yang mendidik, serta kemampuan untuk
mengembangkan profesionalitasnya. Kriteria seorang guru yang
profesional idealnya mengikuti standar kompetensi guru yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Latihan Soal
1. Seorang guru baru diangkat di sekolah yang berlokasi di
daerah terpencil. Dia merasa perlu untuk meningkatkan
keterampilan mengajarnya agar dapat beradaptasi dengan
lingkungan dan siswa baru. Dalam konteks kompetensi
profesional, jelaskan langkah-langkah yang harus diambil guru
ini untuk meningkatkan keterampilannya!
2. Seorang guru IPA di sekolah menengah ingin memperluas
kompetensi profesionalnya dengan memanfaatkan teknologi
dalam pengajaran. Jelaskan bagaimana guru ini dapat
56
memasukkan teknologi dalam ruang lingkup kompetensi
profesionalnya dan bagaimana hal tersebut dapat
mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran di kelasnya!
3. Seorang guru Bahasa Indonesia merasa kesulitan dalam
menjelaskan gramatika yang kompleks kepada siswa-
siswanya. Meski memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang Bahasa Indonesia, ia merasa metode pengajarannya
kurang efektif. Berdasarkan karakteristik guru profesional,
strategi apa yang dapat ia coba untuk meningkatkan efektivitas
pengajarannya?
4. Seorang guru olahraga merasa bahwa siswa-siswanya tidak
terlalu bersemangat dalam belajar olahraga. Ia ingin mencoba
pendekatan baru untuk meningkatkan minat siswa.
Berdasarkan indikator kompetensi profesional guru, langkah
apa yang dapat ia ambil untuk mencapai tujuan ini?
5. Seorang guru seni merasa bahwa ia belum cukup
memanfaatkan kreativitas siswa dalam proses belajar
mengajar. Ia ingin membuat kelasnya menjadi lebih interaktif
dan kreatif. Berdasarkan karakteristik guru profesional, strategi
apa yang dapat ia terapkan untuk mencapai tujuan ini?
57
BAB VII
KODE ETIK DAN SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian kode etik profesi keguruan.
2. Memahami fungsi kode etik profesi guru.
3. Memahami maksud dan tujuan kode etik profesi guru.
4. Menganalisis sikap profesional keguruan.
5. Menganalisis sasaran sikap profesional keguruan.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian kode
etik profesi keguruan; 2) fungsi kode etik profesi guru; 3) maksud
dan tujuan kode etik profesi guru; 4) sikap profesional keguruan;
dan 5) sasaran sikap profesional keguruan.
59
melaksanakan tugas-tugas profesional mereka dan dalam
berinteraksi di masyarakat.
Kode etik guru pada dasarnya adalah pedoman yang
mengatur hubungan guru dengan rekan kerja, siswa dan orang tua
siswa, kepala sekolah dan masyarakat, serta dalam menjalankan
misi tugas mereka. Kode etik guru sangat penting dalam
hubungannya dengan rekan kerja sebagai sarana penghubung
dan saling mendukung dalam mencapai misi pendidikan siswa
(Sutisna, 1986).
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah
bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan
negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang
berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945,
turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan
karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berkomitmen untuk membimbing siswa dalam
membentuk karakter yang sejalan dengan Pancasila.
2. Guru memiliki dan menjalankan integritas profesional.
3. Guru berusaha mendapatkan informasi tentang siswa sebagai
bahan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung
proses belajar mengajar.
5. Guru menjaga hubungan baik dengan orang tua siswa dan
masyarakat sekitar untuk mendukung partisipasi dan tanggung
jawab bersama dalam pendidikan.
6. Guru secara individu dan kolektif berusaha untuk
meningkatkan kualitas dan martabat profesinya.
60
7. Guru menjaga hubungan profesional dengan semangat
kekeluargaan dan nasionalisme.
8. Guru secara kolektif berupaya menjaga dan meningkatkan
kualitas organisasi PGRI sebagai alat untuk berjuang dan
berdedikasi.
9. Guru menjalankan semua kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan
63
kompensasi, yang bisa dalam bentuk finansial, sosial, moral,
budaya, atau lainnya.
Di sisi lain, mereka yang memberikan layanan profesional,
seperti konsultan atau penyedia jasa, diharapkan dapat
mempertahankan martabat, otoritas, dan kredibilitas mereka.
Mereka perlu berperilaku dengan cara yang memperkuat atau
meningkatkan reputasi mereka dan profesi mereka. Selain itu,
mereka juga memiliki hak untuk menerima kompensasi yang layak
untuk layanan yang mereka berikan, sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh profesi mereka.
65
mengajar, tetapi juga dalam perilaku mereka di lingkungan
sekolah.
Sikap profesional keguruan adalah sikap seorang guru dalam
melaksanakan pekerjaannya yang mencakup keahlian,
keterampilan dan kompetensi yang memenuhi standar kualitas
atau norma tertentu dan memerlukan pendidikan profesi keguruan
(Anwar, 2020). Adapun ciri-ciri pribadi guru yang profesional itu,
antara lain:
1. Empati terhadap siswa,
2. Menghargai individu,
3. Memiliki perspektif dan sikap yang positif,
4. Mampu melakukan pendekatan dan memiliki rasa humor.
Seorang guru yang profesional adalah seseorang yang
melakukan refleksi kritis atas tindakannya dalam proses
pembelajaran. Guru profesional adalah individu yang terdidik dan
terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas di
bidangnya. Beberapa indikator seorang guru profesional adalah:
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola berpikir ilmiah
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
4. Meningkatkan profesionalisme secara berkelanjutan dengan
melakukan refleksi atas tindakan.
Latihan Soal
1. Jelaskan secara komprehensif pengertian kode etik profesi
keguruan dan bagaimana konsep ini mencerminkan komitmen
seorang guru terhadap profesionalisme dan integritasnya
dalam membimbing siswa!
2. Identifikasi dan analisis tiga fungsi utama dari kode etik profesi
guru, dan jelaskan bagaimana masing-masing fungsi tersebut
dapat memperkuat hubungan interpersonal antara guru dan
siswa!
3. Definisikan maksud dari kode etik profesi guru dan kaitkannya
dengan misi pendidikan nasional, serta bagaimana kode etik
ini dapat menjadi panduan dalam membentuk karakter
generasi muda!
68
4. Gambarkan secara menyeluruh apa yang dimaksud dengan
sikap profesional keguruan dan identifikasi elemen-elemen
kunci yang membentuk sikap tersebut!
5. Tinjau tiga sasaran utama dari sikap profesional keguruan, dan
jelaskan bagaimana mencapai sasaran-sasaran tersebut dapat
meningkatkan efektivitas guru dalam membimbing siswa
menuju pembelajaran yang bermakna!
69
BAB VIII
PENDIDIKAN NASIONAL KI HAJAR DEWANTARA
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pendidikan menurut pandangan Ki Hajar
Dewantara.
2. Menganalisis fase perkembangan pendidikan nasional Ki Hajar
Dewantara.
3. Memahami pengajaran rakyat menurut Ki Hajar Dewantara.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pendidikan
menurut pandangan Ki Hajar Dewantara; 2) fase perkembangan
pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara; dan 3) pengajaran rakyat
menurut Ki Hajar Dewantara.
73
9. Mengembangkan kepercayaan diri dan sikap saling hormati
atas dasar keadilan.
10. Rajin bekerja, kompeten dan jujur baik dalam pikiran maupun
tindakan.
Formulasi ini menunjukkan bahwa pada waktu itu,
pendidikan lebih berfokus pada penanaman karakter bangsa yang
sejalan dengan cita-cita proklamasi dan semangat patriotisme.
Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter merujuk pada kesatuan
pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang membentuk
energi jiwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial, yang
memungkinkan mereka untuk mengendalikan atau menguasai diri
mereka sendiri, mulai dari gagasan, pikiran, atau impian hingga
menjadi tindakan. Ki Hadjar Dewantara merujuk pada ini sebagai
manusia yang beradab, dan inilah tujuan utama dari Pendidikan
Indonesia.
74
juga ditekankan dalam Panca Dharma Ki Hadjar dan 10
Pedoman Guru.
3. Hamemayu Hayuning Bawono, yang berarti pendidikan harus
bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas, yaitu dunia atau
masyarakat global (Muhasim, 2017).
Pendidikan membutuhkan lingkungan yang berprinsip pada
kekeluargaan, kebaikan hati, empati, kasih sayang, dan
penghargaan terhadap setiap anggotanya. Oleh karena itu, hak
setiap individu harus dihormati; pendidikan harus membantu
peserta didik menjadi mandiri dan independen secara fisik, mental,
dan spiritual; pendidikan tidak hanya seharusnya mengembangkan
aspek intelektual karena hal tersebut dapat memisahkan mereka
dari masyarakat umum (Hakim, Mustafa, et al., 2023); pendidikan
harus memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara setiap
individu harus tetap dipertimbangkan (Hakim, Khusniyah, et al.,
2023); pendidikan harus memperkuat rasa percaya diri dan
mengembangkan karakter diri; setiap orang harus hidup
sederhana dan guru harus bersedia mengorbankan kepentingan
pribadi demi kebahagiaan para peserta didiknya.
75
3. Pengajaran Rakyat harus mendidik menuju kekeluargaan,
yaitu merasakan hidup bersama, berbagi suka dan duka, dan
tanggung jawab bersama, mulai dari lingkungan terkecil, yaitu
keluarga. Sekolah tidak boleh menjauhkan anak dari
lingkungan keluarganya dan masyarakatnya (Marsono, 2018).
Pendidikan karakter untuk mempersiapkan generasi
penerus bangsa harus dimulai sejak dini bagi semua anak bangsa.
Salah satu pemikiran Ki Hadjar yang relevan untuk pendidikan
dalam membangun bangsa Indonesia adalah konsep Wirama,
yaitu keteraturan dan perilaku indah yang dapat memberikan rasa
senang dan bahagia. Pendidikan Budi Pekerti atau Karakter
merujuk pada kesatuan pikiran, perasaan, dan kehendak atau
kemauan yang membentuk energi jiwa manusia sebagai individu
dan makhluk sosial, yang memungkinkan mereka untuk
mengendalikan atau menguasai diri mereka sendiri, mulai dari
gagasan, pikiran, atau impian hingga menjadi tindakan.
Latihan Soal
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara tentang
pendidikan dapat digunakan dalam konteks pendidikan
modern saat ini? Jelaskan dengan memberikan contoh
konkret!
2. Apa makna dari prinsip "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani" dalam konteks
pendidikan saat ini? Berikan penjelasan mendalam!
3. Bagaimana fase perkembangan pendidikan nasional Ki Hajar
Dewantara dapat diterapkan dalam sistem pendidikan
Indonesia saat ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan?
76
4. Jika Ki Hajar Dewantara masih hidup saat ini, bagaimana
menurut Anda beliau akan melihat perkembangan pendidikan
di Indonesia? Apa yang mungkin beliau sarankan untuk
peningkatan pendidikan di Indonesia?
5. Bagaimana prinsip pengajaran rakyat menurut Ki Hajar
Dewantara dapat diterapkan dalam pendidikan inklusif untuk
menciptakan kesetaraan pendidikan bagi semua lapisan
masyarakat? Jelaskan dengan contoh!
77
BAB IX
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian peran guru.
2. Menganalisis peran dan fungsi guru.
3. Menganalisis mengoptimalkan peran guru dalam proses
pembelajaran.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian
peran guru; 2) peran dan fungsi guru; dan 3) mengoptimalkan
peran guru dalam proses pembelajaran.
78
Guru memainkan peran strategis dalam membentuk
karakter generasi muda dan mengembangkan potensi siswa
sebagai penerus bangsa. Kehadiran guru tidak dapat digantikan
oleh unsur lain, terutama dalam masyarakat kita yang multikultural
dan multidimensi, di mana peran teknologi dalam menggantikan
tugas guru sangat terbatas.
Peran guru mencakup kehadiran dan perilaku seorang
pendidik dalam memberikan layanan kepada siswa untuk
mencapai tujuan sekolah dan meningkatkan kemampuan mereka
dalam proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya peran guru dalam keberhasilan
siswa, guru harus mampu beradaptasi dengan berbagai
perkembangan dan meningkatkan kompetensi mereka. Guru saat
ini tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai
pengelola proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus
mampu menciptakan kondisi belajar yang paling menguntungkan
bagi siswa.
81
Guru perlu menguasai berbagai metode pembelajaran dan
selalu memperbarui pengetahuan dan keterampilannya untuk
tetap relevan dan up-to-date.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru adalah contoh dan panutan bagi siswa dan bagi
semua orang yang menganggapnya sebagai guru. Peran ini
sangat penting dan tidak mudah untuk diabaikan atau ditolak.
Sebagai teladan, perilaku dan tindakan guru akan menjadi fokus
perhatian siswa dan orang-orang di sekitarnya yang
menganggapnya sebagai guru. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan oleh guru, termasuk sikap dasar, cara berbicara, etos
kerja, respons terhadap pengalaman dan kesalahan, penampilan,
hubungan interpersonal, cara berpikir, perilaku, selera, keputusan,
kesehatan, dan gaya hidup umum. Perilaku guru sangat
mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga perlu diberi kebebasan
untuk mengembangkan gaya hidup mereka sendiri.
Guru yang baik adalah mereka yang menyadari gap antara
harapan dan realitas dalam diri mereka, dan dapat mengakui
kesalahan ketika mereka membuatnya. Kesalahan harus diikuti
dengan penyesalan dan upaya untuk tidak mengulanginya.
Sebagai anggota masyarakat, guru memainkan peran sebagai
komunikator dalam pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam berbagai bidang
pembangunan. Dia dapat mengembangkan keterampilannya
dalam bidang yang dikuasainya. Guru juga perlu memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat melalui
berbagai kegiatan, seperti olahraga, kegiatan keagamaan, dan
kepemudaan. Kemampuan untuk beradaptasi dalam pergaulan
82
sangat penting, jika tidak, interaksi mereka mungkin akan terasa
kaku dan mereka mungkin kurang diterima oleh masyarakat.
7. Guru Sebagai Administrator
Seorang guru tidak hanya berperan sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Guru akan menghadapi berbagai
tugas administratif di sekolah. Karena itu, seorang guru
diharapkan dapat bekerja dengan teratur dalam tugas
administratif. Semua aspek pelaksanaan proses belajar mengajar
perlu dikelola dengan baik. Administrasi yang dilakukan, seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar, dan
sejenisnya, adalah dokumentasi berharga yang menunjukkan
bahwa guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
8. Guru Sebagai Penasehat
Guru berperan sebagai penasehat bagi siswa maupun
orang tua, meskipun mereka mungkin tidak memiliki pelatihan
khusus sebagai penasehat. Siswa seringkali dihadapkan pada
kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya,
mereka sering mencari saran dari guru mereka. Untuk lebih
memahami perannya sebagai penasehat, guru perlu memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
9. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru memiliki tugas untuk menerjemahkan pengalaman
masa lalu menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa. Ada
jurang yang dalam dan luas antara satu generasi dengan generasi
lainnya, sama halnya pengalaman orang tua memiliki arti yang
lebih mendalam daripada pengalaman generasi sebelumnya.
Siswa yang belajar saat ini, secara psikologis, jauh dari
pengalaman manusia yang perlu dipahami, dicerna, dan
83
diaplikasikan dalam pendidikan. Tugas guru adalah untuk
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman berharga ini ke dalam
istilah atau bahasa modern yang dapat diterima oleh siswa.
Sebagai jembatan antara generasi tua dan muda, serta sebagai
penerjemah pengalaman, guru perlu menjadi individu yang
terdidik.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas sangat penting dalam pembelajaran dan guru
diharapkan dapat mendemonstrasikan dan menunjukkan proses
kreatif tersebut. Kreativitas adalah sesuatu yang universal dan
merupakan karakteristik penting dari dunia sekitar kita. Kreativitas
ditandai dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau kecenderungan untuk menciptakan
sesuatu.
Sebagai hasil dari peran ini, guru selalu berupaya mencari
metode yang lebih efektif dalam mendidik siswa, sehingga siswa
akan menganggap bahwa guru tersebut kreatif dan tidak hanya
menjalankan tugas secara monoton. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang dilakukan oleh guru saat ini lebih unggul
dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya.
Latihan Soal
1. Bagaimana peran guru sebagai fasilitator pembelajaran dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan di era digital ini? Berikan
penjelasan yang mendalam dengan contoh konkret!
2. Mengapa peran guru sebagai pendidik dan pembimbing
sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan?
Jelaskan dengan memberikan contoh situasi nyata!
3. Bagaimana peran guru sebagai peneliti dapat berkontribusi
dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran? Berikan
analisis Anda!
4. Dalam konteks pendidikan inklusif, bagaimana guru dapat
mengoptimalkan perannya untuk memastikan semua siswa
85
mendapatkan peluang belajar yang sama? Berikan penjelasan
dan contoh!
5. Bagaimana peran guru dapat dioptimalkan dalam menghadapi
tantangan belajar jarak jauh di masa pandemi? Berikan solusi
dan strategi yang bisa diimplementasikan!
86
BAB X
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME KEGURUAN
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami pengertian pengembangan profesionalisme guru.
2. Menganalisis strategi pengembangan profesionalisme guru.
3. Memahami prinsip profesionalitas guru.
4. Menganalisis penyebab rendahnya profesionalisme guru.
5. Menganalisis jenis-jenis pengembangan kegiatan guru.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) pengertian
pengembangan profesionalisme guru; 2) strategi pengembangan
profesionalisme guru; 3) prinsip profesionalitas guru; 4) penyebab
rendahnya profesionalisme guru; dan 5) jenis-jenis pengembangan
kegiatan guru.
87
Dengan kata lain, pengembangan profesi guru adalah
upaya untuk meningkatkan tingkat atau status profesional seorang
guru yang melibatkan kemampuan guru, baik dalam menguasai
materi ajar atau metodologi pengajaran, serta sikap profesionalitas
guru yang melibatkan motivasi dan komitmen guru dalam
menjalankan tugasnya.
Pengembangan dan peningkatan profesi guru juga
dilakukan untuk memastikan bahwa kompetensi profesional
mereka tetap relevan dengan perkembangan zaman yang
semakin modern. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial. Sedangkan pembinaan dan
pengembangan karier meliputi penugasan, promosi, dan kenaikan
pangkat. Keduanya disesuaikan dengan posisi fungsional mereka.
Pentingnya program pengembangan guru didasarkan pada
asumsi bahwa tidak semua guru dan tenaga pendidikan yang
dihasilkan telah memenuhi kriteria guru profesional. Berdasarkan
asumsi ini, untuk memaksimalkan kontribusi guru dalam mencapai
tujuan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia, perlu ada upaya pengembangan profesi guru yang
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Kegiatan
pembinaan dan pengembangan profesi guru dilakukan atas
inisiatif pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara
pendidikan, asosiasi guru, dan guru secara individu.
Pemerintah idealnya berperan aktif dalam upaya
pengembangan profesi guru seperti dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen bahwasanya pemerintah berkewajiban untuk memberikan
dana dalam rangka membina dan mengembangkan kualifikasi
88
akademik dan kompetensi guru agar terbentuk guru yang
profesional dan mumpuni dari segi kompetensi. Seorang guru
harus melihat dirinya sebagai guru yang terus belajar, selalu
berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya
melalui proses belajar mandiri, sehingga pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya semakin tajam dan memenuhi
standar sebagai guru profesional. Secara keseluruhan, aktivitas
pengembangan profesi guru bertujuan untuk merangsang,
menjaga, dan meningkatkan kompetensi guru dalam
menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas belajar siswa dan secara
keseluruhan meningkatkan kualitas pendidikan.
93
E. Jenis-Jenis Pengembangan Kegiatan Guru.
Pembahasan tentang profesionalisme guru tentu tidak bisa
dihindari dari aktivitas pengembangan profesi guru. Secara umum,
aktivitas pengembangan profesi guru dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Pengembangan intensif adalah jenis pengembangan yang
dilakukan oleh pimpinan terhadap guru secara intensif
berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya melibatkan
proses sistematis, mulai dari perencanaan, implementasi,
hingga evaluasi dan refleksi. Teknik pengembangan yang
digunakan dapat melalui pelatihan, penataran, kursus,
lokakarya, dan sejenisnya.
2. Pengembangan kooperatif adalah jenis pengembangan yang
dilakukan melalui kerja sama dengan rekan sejawat dalam tim
yang bekerja secara sistematis. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru melalui masukan,
saran, nasehat, atau bantuan dari rekan sejawat. Teknik
pengembangan yang digunakan bisa melalui pertemuan KKG
atau MGMP/MGBK. Teknik ini juga dikenal sebagai peer
supervision atau collaborative supervision.
3. Pengembangan mandiri adalah jenis pengembangan yang
dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini
memberikan otonomi yang luas kepada guru. Guru berusaha
merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis umpan balik
untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan
dapat melalui evaluasi diri (self-evaluation/self supervision)
(Umam, 2020).
94
Latihan Soal
1. Berikan penjelasan tentang bagaimana pengembangan
profesionalisme guru dapat mempengaruhi kualitas pendidikan
di suatu sekolah. Jelaskan dengan contoh yang relevan!
2. Bagaimana strategi pengembangan profesionalisme guru
dapat diadaptasi dalam era digital saat ini? Berikan penjelasan
yang mendalam dengan contoh konkret!
3. Bagaimana prinsip profesionalitas guru dapat diterapkan
dalam situasi belajar jarak jauh atau online? Berikan analisis
Anda dengan contoh yang relevan!
4. Jika Anda adalah seorang kepala sekolah, bagaimana Anda
akan mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru di sekolah Anda? Berikan strategi dan
solusi yang tepat!
5. Bagaimana jenis-jenis pengembangan kegiatan guru dapat
diterapkan secara efektif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah Anda? Berikan penjelasan dan contoh
yang relevan!
95
BAB XI
KONSEP PROFESI KEGURUAN ABAD 21
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa
dapat:
1. Memahami konsep pendidikan abad 21.
2. Memahami peranan guru abad 21.
3. Menganalisis keterampilan yang dibutuhkan guru abad 21.
4. Menganalisis tantangan guru abad 21.
5. Menganalisis ciri-ciri dan karakteristik guru abad 21.
Deskripsi Materi
Pada bagian ini akan diuraikan tentang: 1) konsep
pendidikan abad 21; 2) peranan guru abad 21; 3) keterampilan
yang dibutuhkan guru abad 21; 4) tantangan guru abad 21; dan 5)
ciri-ciri dan karakteristik guru abad 21.
96
Prinsip Kurikulum 2013 adalah penciptaan individu
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan memiliki karakter
kuat melalui peningkatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terpadu (Tarihoran, 2019). Tugas guru untuk
memaksimalkan potensi siswa melalui desain pembelajaran
inovatif dan kreatif yang dapat merangsang kreativitas siswa. Abad
21 menuntut kemampuan untuk 1) bersikap fleksibel dan adaptif;
2) berinisiatif dan mandiri; 3) memiliki keterampilan sosial dan
budaya; 4) menjadi produktif dan bertanggung jawab; dan 5)
memiliki kepemimpinan dan tanggung jawab (Sani, 2014).
97
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
Tujuan utama dari pendidikan abad ke-21 adalah untuk
membentuk siswa menjadi pembelajar seumur hidup yang aktif
dan mandiri. Seorang guru di era ini memiliki peran kunci sebagai
contoh bagi siswa dalam hal kepercayaan, keterbukaan,
ketekunan, dan komitmen dalam menghadapi ketidakpastian di
abad ke-21.
Guru dituntut untuk mendorong rasa ingin tahu intelektual
siswa, keterampilan dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah, serta kemampuan mereka untuk berkolaborasi dalam
membangun pengetahuan baru (Mu’arifin et al., 2022). Guru yang
efektif adalah mereka yang bisa belajar bersama siswa mereka,
mengetahui cara melakukan sesuatu, dan bagaimana
menggunakan pengetahuan tersebut untuk menciptakan sesuatu
yang baru dengan cara yang benar dan baik.
Diharapkan, guru mampu mengorganisir proses
pembelajaran yang berfokus pada empat pilar belajar yang
direkomendasikan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk
Pendidikan: 1) Learning to Know, 2) Learning to Do, 3) Learning to
Be, dan 4) Learning to Live Together (Laksana, 2016)
1. Learning to Know merujuk pada pengetahuan dan
pemahaman mendalam tentang berbagai topik dan disiplin
ilmu. Hal ini melibatkan pengembangan rasa ingin tahu,
kemampuan belajar sepanjang hayat, dan mencintai proses
belajar. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas dan mendalam
tentang dunia dan bagaimana cara bekerja.
98
2. Learning to Do melibatkan pengembangan keterampilan
praktis dan aplikasi pengetahuan dalam situasi dunia nyata. Ini
termasuk keterampilan teknis dan vokasional yang
memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam dunia kerja
dan masyarakat dengan efektif.
3. Learning to Be merujuk pada pengembangan diri secara
keseluruhan, termasuk aspek fisik, mental, dan spiritual.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan individu untuk
mengembangkan potensi mereka sepenuhnya dan hidup
secara penuh sebagai individu yang unik dan otonom.
4. Learning to Live Together melibatkan pengembangan
pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman sosial dan
budaya serta kemampuan untuk bekerja dan hidup harmonis
dengan orang lain. Ini mencakup keterampilan seperti empati,
toleransi, dan kerja sama. Tujuannya adalah untuk
mempromosikan perdamaian dan kerjasama global.
104
Kelima faktor sikap mental tersebut memungkinkan
pengembangan profesionalisme guru. Karakter ideal dan perilaku
profesional tidak mungkin dicapai jika guru tidak menjalankan
profesinya berdasarkan panggilan hati.
Menghadapi tantangan abad 21 membutuhkan guru yang
benar-benar profesional. Tilaar (1998) memberikan Untuk
dikategorikan sebagai guru yang profesional, seorang guru perlu
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki kepribadian yang matang dan selalu berkembang.
2. Memiliki keterampilan untuk merangsang minat belajar siswa.
3. Memiliki pemahaman yang kuat tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4. Sikap profesional yang terus berkembang dan beradaptasi.
5. Menguasai materi (kurikulum).
6. Mahir dan memiliki keterampilan dalam pedagogi (pengajaran
dan pembelajaran).
7. Memahami perkembangan siswa dengan penuh rasa kasih
sayang.
Latihan Soal
1. Bagaimana konsep pendidikan abad 21 dapat berdampak
pada metode pengajaran dalam kelas? Berikan penjelasan
yang mendalam dengan contoh konkret!
2. Bagaimana peranan guru abad 21 berbeda dari peranan guru
di abad sebelumnya dan bagaimana perubahan ini
mempengaruhi pendekatan pengajaran mereka? Jelaskan
dengan contoh yang relevan!
3. Mengapa keterampilan teknologi digital menjadi penting bagi
guru abad 21? Bagaimana keterampilan ini dapat
105
mempengaruhi kualitas pembelajaran siswa? Berikan analisis
Anda!
4. Sebagai seorang guru di abad 21, bagaimana Anda akan
mengatasi tantangan seperti perubahan teknologi dan
perubahan kebutuhan siswa? Berikan strategi dan solusi yang
tepat!
5. Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik guru abad 21 dapat
mempengaruhi pendekatan dan metode pengajaran mereka?
Berikan penjelasan dan contoh yang relevan!
106
DAFTAR PUSTAKA
107
Indonesia. Pusat Bahasa.
Dewi, P. F. (2018). Pengaruh Guru Profesional dan Iklim Sekolah
Terhadap Mutu Pembelajaran SD Muhammadiyah Terpadu
Ponorogo. Muslim Heritage, 2(2), 369.
https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v2i2.1116
Fatimah, K. (2007). Starategi Belajar Mengajar. STAIN Kendari.
Feriandika, I. (2018). Pengembangan Profesional Guru di SMK
Negeri 20 Jakarta. FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Goleman, D. (2006). Social Intelligence. Random House Tower.
Random House LLC.
Gourneau, B. (2005). Five attitudes of effective teachers:
Implications for teacher training. Essays in Education, 13(1),
5.
Hakim, L., Khusniyah, N. L., & Mustafa, P. S. (2023). Sosialisasi
Pendidikan Inklusif dan Disabilitas di Desa Bayan Kecamatan
Bayan Kabupaten Lombok Utara. Abdinesia: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 44–49. https://unu-
ntb.e-journal.id/abdinesia/article/view/332
Hakim, L., Mustafa, P. S., Sugiarto, F., Saini, M., & Hasanah, U.
(2023). Penguatan pembelajaran outing class (outbound
training) untuk guru kelas rendah madrasah ibtidaiyah Kota
Mataram. Community Development Journal : Jurnal
Pengabdian Masyaraka, 4(4), 8044–8052.
https://doi.org/10.31004/cdj.v4i4.19407
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia.
Hasan, A. M. (2011). Pengembangan Profesi Guru. Alfabeta.
Holidah, I. (2010). Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan
Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas di Kecamatan
Padalarang. Universitas Pendidikan Indonesia.
Hornby, A. S. (1998). Oxford Advanced Lerner Dictionary. Oxford
34 University.
Hornby, A. S., Gatenby, E. V., & Wakefield, H. (1962). The
Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford
University Press.
Husnani, H., Zaibi, Z., & Rollies, B. (2019). Tantangan Guru Di Era
Kekinian. Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana
Universitas PGRI Palembang.
Irawan, P. (2010). Hubungan persepsi terhadap kompetensi guru
dengan motivasi berprestasi siswa kelas VII SMP Negeri 2
Tirto. UNDIP.
Janawi. (2012). Kompetensi Guru. Alfabeta.
Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan
108
Menghadapi Sertifikasi Guru. PT. Raja Grafindo Persada.
Kunandar. (2010). Guru Profesional. Raja Grafindo Persada.
Laksana, S. D. (2016). Integrasi empat pilar pendidikan
(UNESCO) dan tiga pilar pendidikan islam. Al-Idarah: Jurnal
Kependidikan Islam, 6(1).
Latiana, L. (2019). Peran Sertifikasi guru dalam meningkatkan
profesionalisme pendidik. Edukasi, 13(1).
Marsono, M. (2018). Penguatan Karakter Dalam Pendidikan
Keluarga Menurut Pandangan Ki Hajar Dewantara. Guna
Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 5(1).
Mauliza, A. P., Sukmawati, A., & Mustafa, P. S. (2024). Kerjasama
Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa
Kelas I Madrasah Ibtidaiyah. Journal of Science and
Education Research, 3(1), 30–39.
https://jurnal.insanmulia.or.id/index.php/jser/article/view/72
Mu’arifin, M., Mashud, M., & Mustafa, P. S. (2022). Identification of
Learning Problems in Physical Education Sports and Health
Subject during the Covid-19 Pandemic. Jurnal Pendidikan
Jasmani Dan Olahraga, 7(2), 186–193.
https://doi.org/10.17509/jpjo.v7i2.49683
Mudana, I. G. A. M. G. (2019). Membangun karakter dalam
perspektif filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal
Filsafat Indonesia, 2(2), 75–81.
Mudiono, A. (2016). Keprofesionalan Guru dalam Menghadapi
Pendidikan di Era Global. Prosiding Seminar Nasional
Jurusan KSDP-Prodi S1 PGSD UNM, 43–50.
Mufarokah, A. (2003). Strategi dan Model-model Pembelajaran.
STAIN Tulungagung Press.
Muhasim, M. (2017). Rasionalitas Budaya Sasak Untuk
Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Al-
Mutaaliyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
2(1), 215–236.
Muhli, A. (2012). Kompetensi sosial guru. Wordpress.
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2011). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2013). Uji Kompetnsi dan Penilaian Kinerja Guru.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2015). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Remaja
Rosdakarya.
Mustafa, P. S. (2022). Characteristics of Learners and Their
109
Implications in Learning. AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan,
14(4), 7043–7056.
https://doi.org/10.35445/alishlah.v14i4.2751
Mustafa, P. S. (2023). Buku Ajar Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan untuk Guru Kelas MI/SD.
Mustafa, P. S., & Gusdiyanto, H. (2023). Perbandingan kurikulum
pendidikan jasmani antara Indonesia dengan Finlandia:
Kajian review. Biormatika : Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan, 9(2), 117–128.
https://doi.org/10.35569/biormatika.v9i2.1534
Nurdin, S., & Usman, B. (2002). Guru Professional dan
Implementasi Kurikulum. Ciputat Pers.
Ornstein, A. C. (1985). Toward teacher professionalism. The High
School Journal, 69(2), 172–181.
Payong, M. R. (2011). Sertifikasi Profesi Guru. Indeks.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/PP0322013.pdf
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
1 (2007).
http://vervalsp.data.kemdikbud.go.id/prosespembelajaran/file/
Permendiknas No 16 Tahun 2007.pdf
Pianda, D. (2018). Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja,
Kepemimpinan Kepala Madrasah. Jejak.
Pidarta, M. (2009). Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia. Rineka Cipta.
Puluhulawa, C. W. (2013). Kecerdasan Emosional dan
Kecerdasan Spiritual Meningkatkan Kompetensi Sosial Guru.
Makara Human Behavior Studies in Asia, 17(2), 139.
https://doi.org/10.7454/mssh.v17i2.2957
Rahayu, R., Iskandar, S., & Kurniawan, D. T. (2023). Karakteristik
Keterampilan Guru Abad 21. Caruban: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan Dasar, 6(1), 308–321.
Rahayu, S. (2008). Kontribusi Kompetensi Kepribadian Guru PAI
dalam Pengembangan Moral Siswa di MIM Karang Manis
Juwiring Klaten. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ramayulis. (1994). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia.
110
Ranak, L. (2016). Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru
dalam Menghadapi Tantangan di Era Digital. Temu Ilmiah
Nasional Guru VIII Tahun 2016: Tantangan Profesionalisme
Guru Di Era Digital.
Ritonga, N. L., & Hasibuan, A. H. (2023). The Influence of the
Application of Professional Ethics on Professionalism.
International Journal of Students Education, 1(2), 426–431.
Rohman, A. (2013). Memahami Ilmu Pendidikan. CV. Aswaja
Pressindo.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. PT Bumi Aksara.
Sanusi, A. (1991). Studi pengembangan model pendidikan
profesional tenaga kependidikan. PPS IKIP Bandun.
Satori, D. (2008). Profesi keguruan. Universitas Terbuka.
Saudagar, F., & Idrus, A. (2011). Pengembangan Profesionalitas
Guru. Gaung Persada.
Setiawan, A., & Masyhud. (2021). Profesi & Etika Keguruan. UMM
Press.
Sidiq, U. (2018). Etika dan Profesi Keguruan. STAI
Muhammadiyah Tulungagung.
Silalahi, A. B., Sitompul, E., & Naibaho, D. (2023). Kode Etik Guru
Dalam Meningkatkan Profesionalisme. Jurnal Pendidikan
Sosial Dan Humaniora, 2(2), 11370–11386.
Soenaryo, S. F. (2001). Landasan dan Profesionalisme Dosen di
Perguruan Tinggi. Materi Pembekalan Kemampuan Dasar
Mengajar Bagi Calon Dosen Kontrak.
Supriadi, D. (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Adicita
Karya Nusa.
Suprihatiningrum, J. (2013). Guru Profesional Pedoman Kinerja,
Kualifikasi, dan Kompetensi Guru. Ar-Ruzz Media.
Sutisna, O. (1986). Administrasi Pendidikan. PT Angkasa.
Suyanto, & Asep. (2013). Menjadi Guru Profesional “Strategi
Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global.”
Erlangga.
Syafaruddin, S. (2017). Pembelajaran inovatif dan kompetensi
sosial guru. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakkultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017, 1–6.
Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru.
Remaja Rosdakarya.
Syah, M. (2014). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Remaja Rosdakarya.
Syamsuri, A. S., Ishaq, I., & Muhsin, M. A. (2020). Teacher
orientation of post competence mapping in 21st century
111
teaching systems. International Journal of Innovation,
Creativity and Change, 12(8), 468–484.
Taniredja, T., & Pujianti, I. (2011). Penelitian tindakan kelas, untuk
mengembangkan profesi guru praktik, praktis, dan mudah.
Alfabeta.
Tarigan, M., Alvindi, A., Wiranda, A., Hamdany, S., & Pardamean,
P. (2022). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan
Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Mahaguru: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1), 149–159.
Tarihoran, E. (2019). Guru dalam pengajaran abad 21. SAPA-
Jurnal Kateketik Dan Pastoral, 4(1), 46–58.
Tilaar, H. A. . (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan
Nasional dalam Perspektif Abad 21. Tera Indonesia.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2002). Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Umam, M. K. (2020). Leadership of madrasah heads in improving
the quality of adminitration performance. Muaddib: Studi
Kependidikan Dan Keislaman, 1(2), 139–168.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU14-2005GuruDosen.pdf
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf
Uno, H. B. (2011). Profesi Kependidikan. Bumi Aksara.
Wibowo, M. E. (2001). Paradigma Bimbingan dan Konseling.
Depdiknas.
112
PROFIL PENULIS
114